- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
...
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
60.3K
Kutip
1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•43KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#262
Part 71 - Kisah Kasih Tak Sampai
Spoiler for Kisah Kasih Tak Sampai:
Mengetahui bahwa aku tak sendiri merasakan kejamnya lingkungan kerja di maskapai ini, aku pun memutuskan untuk bisa lebih bersikap bijak.
Aku harus menyadari bahwa dunia kerja itu penuh persaingan.
Maka aku harus siap mental.
“Nes, mulai sekarang, cukup lakukan saja apa yang harus dikerjakan. Biarlah rekan kerja cukup menjadi rekan kerja, ga lebih!”,gumamku di depan cermin.
Yaa meski ga berapa lama dari itu, aku akan kembali menangis tersedu-sedu. Hehehe..
Entahlah, aku juga ga tau kenapa setiap mau terbang tuh selalu nangis. Padahal dengan nangis itu ga menyelesaikan dan menghilangkan rasa takut dan khawatirku.
Mungkin karena ada banyak kejadian tidak mengenakkan yang aku alami selama ini.
Dari kakiku dilindes trolley karena senior main dorong aja tuh trolley yang lagi diem.
Dibentak-bentak mulu.
Disuruh-suruh yang nyuruhnya pake kaki.
Dibully.
Dan masih banyak lagi.
Tapi, Allah itu Maha Baik.
Jika hari ini aku dipertemukan dengan orang yang jahat, maka selanjutnya aku dipertemukan dengan orang yang baik.
—
Hari itu aku dan crew ada stay seharian di salah satu kota di Kalimantan.
Tak disangka, Captain aku saat itu mengajak kami semua untuk makan siang di acara ulang tahun keponakannya.
Hah? Maksudnya gimana? Captain nyuruh kami ngerayain ultah ponakannya gitu? Hahaha karena Captain ini baik pada kami, kami pun merasa ga enak jika menolak. Jadi, terpaksalah kami datang untuk menemani Capt.
Yang paling bikin kaget adalah mobil yang menjemput kami ini terbilang sangat mewah. Dan lokasi acara yang kami tuju juga sangat megah.
Aku dan rekanku merasa salah kostum jika harus masuk ke dalam gedung. Karena penampilan para tamu undangan itu sangat rapi gitu, hanya kami yang penampilannya seperti gembel. Hahaha.
“Capt, yakin kita ga bakal diusir nih?”, tanya SFA-ku, sebut saja dia Bude Erti.
“Emang kenapa diusir?”, tanya Capt.
“Yaaa secara kita ga ada yang bawa baju pesta, Capt!!”
“Gapapa lah, aman. Tenang aja!”, jawab Capt yang siang itu penampilannya paling rapi diantara kami semua.
“Nes, lu mah enak, pake dress. Masih oke lah!”, celetuk Bude.
“Bude maaf nih, ini sebenarnya daster ya, bukan dress..”, jawabku. Aku menyebutnya daster karena motifnya mirip daster, bunga-bunga gitu hehehe.
“Hahaha iya juga yaa, kek baju tidur..”, makin diperjelas dengan Bude.
Saat kami sudah masuk ke gedung acara, kami langsung disambut dengan hangat oleh tamu yang telah hadir.
Tak lama kemudian, ada seorang pria berseragam lengkap berwarna cokelat, menghampiri Capt.
“Assalamu’alaikum, Om..”, ujarnya sembari mencium tangan Capt.
“Wa’aalaikumsalam.. Hei On, selamat ulang tahun yaaa.. Ini kenalin, pramugari yang terbang sama Om hari ini.”
Kemudian, pria yang dipanggil On ini menyalami kami.
“Anes..”, ujarku sembari bersalaman dengannya.
“Oni..”, jawabnya.
Kami sempat saling menatap sepersekian detik.
“Ohya, mari saya antarkan ke meja yuk..”, ujar Oni kemudian.
Kami pun mengikuti langkah Oni dari belakang.
Rupanya, dia telah menyiapkan tempat khusus untuk kami, tepat di dekat kue tart yang ukurannya agak besar dengan lilin berangka 33 di atasnya.
Dengan terpaksa kami pun mengikuti acara itu.
Bahkan, sambutan dari teman-teman Oni terpaksa kami dengar.
“Nes, kamu uda punya pacar belum?”, tanya Capt yang kini duduk di sebelah kiriku.
“Sudah, Capt…”, jawabku.
“Ah, gapapa lah yaa, kalau saya kenalin dengan Oni.”
“Kan saya udah bilang Capt kalau saya sudah punya pacar. Hehehe..”
“Yakan belum nikah, gapapa dong?”
“Dia udah mapan loh, bahkan udah jadi Wakapolres di usia dia yang masih muda. Terus, dia ini lagi cari jodoh…”, imbuhnya.
“Hehehe makasih, Capt.”, tolakku.
“Om, maaf aku tinggal daritadi.”, tiba-tiba yang lagi diomongin muncul dan ia duduk di sisi sebelah Capt, di kursi kosong.
Mereka asyik mengobrol.
Sedang aku sibuk mencicipi makanan yang sudah dihidangkan.
“ Mba Anes…”, panggil rekanku, Imah.
“Yaa Mba?”
“Temenin aku ke toilet yuk..”, bisiknya.
“Yuk…”, jawabku.
“Capt, Bude, kami izin ke toilet yaaa.”, pamitku kemudian.
“Toiletnya di sana yaaa. Jalan lurus terus ke kiri.”, ujar Oni pada kami.
“Baik, Pak. Terima kasih.”, jawabku.
Capt kaget mendengarku memanggil keponakannya dengan sebutan ‘Pak’. Hahahaha.
Sekitar 10 menit sudah aku menunggu Mba Imah di depan toilet. Tadi sih dia bilang, perut dia mules. Makanya lama.
Untung saja di depan toilet ada kursi. Jadi aku bisa duduk sambil mijit-mijitin betisku yang lumayan pegal, karena kemarin abis terbang 6 landing.
“Misi…”, ada seseorang yang menyapaku.
“Yaa..”, jawabku menghentikan kegiatanku memijat-mijat betis. Kemudian aku menoleh ke arah suara itu berada.
“Pegel?”, tanyanya. Ya, pemilik suara itu adalah Oni.
“Hm engga sih.”
“Boleh aku duduk?”, tanyanya lagi.
“Kursinya bukan punya aku sih..”
“Hahahaha…”, tak ku sangka Oni kini terbahak.
“Kata Om, kemarin abis terbang 6 landing ya?”, tanyanya disaat kami saling diam beberapa saat.
“Iyaaa.. hehehe..”
“Kamu suka dipijit ga?”
“Hm?”
“Suka ga?”
“Kayanya semua orang suka sih dipijit.”
“Kamu stay di hotel dekat bank ini bukan?”
‘Sebenarnya dia kenapa sih nanya-nanya begini?’, tanyaku dalam hati mulai mencurigainya.
“Nes, kamu stay di hotel ini bukan?”, tanya Oni menyadarkanku dari lamunan.
“Hmm iyaa betul.”
Tak lama dari itu, dia meraih ponsel di sakunya, kemudian menelpon seseorang.
“Siang.. Hai Mba, saya Oni. Mau tanya, di hotel ini ada layanan spa body massage ga?”
……………
“Bisa ga kalau hari ini booking untuk 4 orang?”
……………
Deg! Maksudnya apa ya?
“Atas nama Anes ya, FA dari maskapai ini.”
……………
“Untuk tagihannya tolong kirim ke nomor 08123xxxxxx ya?”
………….
“Makasih Mba…”
Sembari tersenyum, Oni meletakkan kembali ponsel di sakunya.
“Aku udah booking-in kamu dan teman-teman kamu untuk massage di hotel jam 4 nanti ya, Nes..”
Belum sempat aku menjawab, Oni kembali meraih ponselnya dan kini dia sibuk mengetik-ngetik.
“Pak, ga perlu repot-repot..”, ujarku akhirnya.
“Ga repot kog. Anggap aja ini hadiah dari aku karena kalian uda mau datang ke acara ulang tahunku.”
Aku hanya bisa diam.
“Nes, boleh aku minta nomor WA kamu?”
Aku ga menjawabnya.
“Hmm, ini ada bukti reservasi yang harus kamu kasih ke bagian resepsionis nanti. Jadi aku mau kirim ke kamu bukti reservasi ini.”
Disitu lah aku bimbang, mau kasih nomorku atau engga.
“Mba Anes, aku udah.”, Alhamdulillah, Mba Imah dateng di waktu yang tepat.
“Pak Oni, saya izin ke sana dulu yaaaa.”, pamitku kemudian.
“Hm nanti aku minta nomor kamu ke Om ya?”, tanyanya disaat aku sudah berjalan meninggalkannya seorang diri.
“Maafin yaaa aku lama. Aku mules bangeet Mbaa.. kayanya gegara makan sambel semalem deh…”, ujar Mba Imah yang ga tau akan apa yang baru saja terjadi.
“Iyaa gapapa..”
“Btw itu ponakan Capt lumayan juga yaaa…”, ujarnya lagi.
“Lumayan apa? Lumayan tua?”
“Ih Mba mah.. usianya boleh 33, tapi kan keliatan masih muda banget. Mana ada brewok tipis-tipis. Unch banget!”
“Dasar!!”, ketusku.
——
Sekitar jam 13.30, kami sudah tiba di hotel.
Dan sampai tadi aku balik ke hotel, aku belum juga memberikan nomor WAku pada Oni.
Tapi siapa sangka, saat jam 15.30, resepsionis menelpon kamar kami. Dia mengingatkan kami untuk bersiap-siap ke lantai 2, ke ruang khusus spa body massage.
“Nes, thank you loh.”, kata Bude dan rekanku yang lain.
“Hmm iya sama-samaa yaaa..”
Mereka sepertinya ga tau kalau massage gratis sore itu dihadiahi oleh ponakan Capt. Hahaha.
// 08123xx 18.17 : Udah massagenya, Nes? //
// 08123xx 18.45 : Nes.. ini aku, Oni… //
// 08123xx 19.00 : Nes… //
// Anes 19.51 : Hm maaf baru bales.. Terima kasih ya Pak Oni. //
// 08123xx 19.52 : Kenapa Pak sih? Emang aku setua itu ya? //
// Anes 20.00 : Iya //
// 08123xx 20.01 : Kamu ga lagi marah kan, Nes? //
// Anes 20.07 : Kenapa aku marah? //
// 08123xx 20.08 : Yaa karena aku ngelakuin sesuatu tanpa persetujuan kamu? //
// Anes 20.15 : Hehehehe.. //
// 08123xx 20.17 : Maaf ya Nes.. //
Setelahnya, aku tak lagi membalas pesan darinya. Karena akunya ketiduran.
———
Keesokan harinya, aku terbang menuju Balikpapan. Karena aku lagi-lagi bertugas di belakang, aku tidak sempat memprofiling penumpang-penumpang yang duduk di bagian depan.
“Nes, kamu dicari penumpang..”, ujar seniorku kepadaku yang baru saja merapikan lavatory.
“Ohya? Ada apakah, Mba?”, tanyaku sedikit khawatir.
“Waduh aku ga tanya-tanya sih. Ohya kebetulan penumpang itu minta air Nes. Boleh tolong sekalian kasih air ini ke dia?”, ujar seniorku lagi.
“Baik Mba.. saya izin kasih ini dulu ke penumpang itu ya Mba… Dia duduk di seat berapakah?”
“Di 5C Nes…”
“Baik, Mba..”
Aku pun berjalan melewati lorong pesawat dengan membawa tray kecil yang diatasnya terdapat sebuah kemasan air gelas dan sedotannya. Ketika aku akan tiba di seat nomor 5C, terlihat lengan kanannya saja yang sebagian tertutupi oleh bajunya yang berwarna biru dongker.
“Selamat siang, Pak…”, sapaku dari samping kanan penumpang yang katanya mencariku.
“Siang…”, jawabnya tanpa menoleh ke arahku.
“Permisi Bapak, saya bukakan tray tablenya ya..”, ujarku lagi. Aku masih menerka-nerka, siapa sih penumpang ini.
Dengan perlahan, aku membuka tray table di depannya. Dan tanpa sengaja, tangan kami bersentuhan.
“Hmm maaf..”, ujarnya.
Dia canggung. Aku pun canggung.
“Silahkan Pak, air mineralnya.”, aku meletakkan air gelas di atas tray tablenya.
Dan disaat itulah aku baru mengenalinya.
“Hai Nes…”
“Hm iya Pak..”, sumpah. Ternyata dia tuh Oni dengan tanpa brewok!
“Maafin aku ya Nes, uda buat kamu marah..”, ujarnya lagi.
“Hmm Bapak mau ke Balikpapan atau..”, aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Iyaaa.. aku transit Balikpapan lalu lanjut ke Jakarta.”
“Hm baik jika begitu. Have a safe flight ya Pak.. Jika Bapak membutuhkan kami selama penerbangan, bisa tekan tombol ini yaaa..”, aku memberikan intruksi padanya.
“Iyaaa, makasih yaaaa.”
——
Sejak saat itu, dia tidak lagi mengirimiku pesan, kecuali saat aku nge-RON di kota tempat kami bertemu pertama kali.
// Bang Oni 19.57 : Nes, kamu lagi disini ya? //
// Anes 20.17 : Iya, kog tau? //
// Bang Oni 20.18 : Kamu di kamar berapa? //
// Anes 20.30 : Ngapain? //
// Bang Oni 20.31 : Mau kirim makanan kesukaan kamu… //
// Anes 20.37 : Mas, makasih.. Ga perlu repot-repot yaaa.. //
Tak lama kemudian, ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku.
Ketika aku buka pintunya, ternyata Mas Resepsionis yang ditangannya membawa kantung plastik berwarna putih.
“Maaf Mba, mengganggu. Dengan Mba Anes?”
“Iya benar, saya Anes..”
“Saya mau mengantarkan pesanan Mba..”
“Tapi saya ga pesan makanan Mas..”
“Hmm tadi ada yang anterin ini, katanya untuk Mba Anes FA dari maskapai ini..”
“Hm gitu… baik, Mas.. makasih yaaaa…”
“Dengan senang hati, Mba…”
Saat aku membuka apa isi dari kantung plastik putih itu, aku agak kaget sih. Karena isinya itu salad buah. Appetizer kesukaan aku.
// Anes 21.05 : Mas, makasih ya. Salad buahnya uda sampe.. //
Pesanku pada Oni.
Kog dia bisa tau ya aku suka salad buah?
Rasanya pengen nanya ke dia, tapi takut bakal buka obrolan baru dan ujung-ujungnya akan membuat hati seseorang tersakiti.
Aku harus menyadari bahwa dunia kerja itu penuh persaingan.
Maka aku harus siap mental.
“Nes, mulai sekarang, cukup lakukan saja apa yang harus dikerjakan. Biarlah rekan kerja cukup menjadi rekan kerja, ga lebih!”,gumamku di depan cermin.
Yaa meski ga berapa lama dari itu, aku akan kembali menangis tersedu-sedu. Hehehe..
Entahlah, aku juga ga tau kenapa setiap mau terbang tuh selalu nangis. Padahal dengan nangis itu ga menyelesaikan dan menghilangkan rasa takut dan khawatirku.
Mungkin karena ada banyak kejadian tidak mengenakkan yang aku alami selama ini.
Dari kakiku dilindes trolley karena senior main dorong aja tuh trolley yang lagi diem.
Dibentak-bentak mulu.
Disuruh-suruh yang nyuruhnya pake kaki.
Dibully.
Dan masih banyak lagi.
Tapi, Allah itu Maha Baik.
Jika hari ini aku dipertemukan dengan orang yang jahat, maka selanjutnya aku dipertemukan dengan orang yang baik.
—
Hari itu aku dan crew ada stay seharian di salah satu kota di Kalimantan.
Tak disangka, Captain aku saat itu mengajak kami semua untuk makan siang di acara ulang tahun keponakannya.
Hah? Maksudnya gimana? Captain nyuruh kami ngerayain ultah ponakannya gitu? Hahaha karena Captain ini baik pada kami, kami pun merasa ga enak jika menolak. Jadi, terpaksalah kami datang untuk menemani Capt.
Yang paling bikin kaget adalah mobil yang menjemput kami ini terbilang sangat mewah. Dan lokasi acara yang kami tuju juga sangat megah.
Aku dan rekanku merasa salah kostum jika harus masuk ke dalam gedung. Karena penampilan para tamu undangan itu sangat rapi gitu, hanya kami yang penampilannya seperti gembel. Hahaha.
“Capt, yakin kita ga bakal diusir nih?”, tanya SFA-ku, sebut saja dia Bude Erti.
“Emang kenapa diusir?”, tanya Capt.
“Yaaa secara kita ga ada yang bawa baju pesta, Capt!!”
“Gapapa lah, aman. Tenang aja!”, jawab Capt yang siang itu penampilannya paling rapi diantara kami semua.
“Nes, lu mah enak, pake dress. Masih oke lah!”, celetuk Bude.
“Bude maaf nih, ini sebenarnya daster ya, bukan dress..”, jawabku. Aku menyebutnya daster karena motifnya mirip daster, bunga-bunga gitu hehehe.
“Hahaha iya juga yaa, kek baju tidur..”, makin diperjelas dengan Bude.
Saat kami sudah masuk ke gedung acara, kami langsung disambut dengan hangat oleh tamu yang telah hadir.
Tak lama kemudian, ada seorang pria berseragam lengkap berwarna cokelat, menghampiri Capt.
“Assalamu’alaikum, Om..”, ujarnya sembari mencium tangan Capt.
“Wa’aalaikumsalam.. Hei On, selamat ulang tahun yaaa.. Ini kenalin, pramugari yang terbang sama Om hari ini.”
Kemudian, pria yang dipanggil On ini menyalami kami.
“Anes..”, ujarku sembari bersalaman dengannya.
“Oni..”, jawabnya.
Kami sempat saling menatap sepersekian detik.
“Ohya, mari saya antarkan ke meja yuk..”, ujar Oni kemudian.
Kami pun mengikuti langkah Oni dari belakang.
Rupanya, dia telah menyiapkan tempat khusus untuk kami, tepat di dekat kue tart yang ukurannya agak besar dengan lilin berangka 33 di atasnya.
Dengan terpaksa kami pun mengikuti acara itu.
Bahkan, sambutan dari teman-teman Oni terpaksa kami dengar.
“Nes, kamu uda punya pacar belum?”, tanya Capt yang kini duduk di sebelah kiriku.
“Sudah, Capt…”, jawabku.
“Ah, gapapa lah yaa, kalau saya kenalin dengan Oni.”
“Kan saya udah bilang Capt kalau saya sudah punya pacar. Hehehe..”
“Yakan belum nikah, gapapa dong?”
“Dia udah mapan loh, bahkan udah jadi Wakapolres di usia dia yang masih muda. Terus, dia ini lagi cari jodoh…”, imbuhnya.
“Hehehe makasih, Capt.”, tolakku.
“Om, maaf aku tinggal daritadi.”, tiba-tiba yang lagi diomongin muncul dan ia duduk di sisi sebelah Capt, di kursi kosong.
Mereka asyik mengobrol.
Sedang aku sibuk mencicipi makanan yang sudah dihidangkan.
“ Mba Anes…”, panggil rekanku, Imah.
“Yaa Mba?”
“Temenin aku ke toilet yuk..”, bisiknya.
“Yuk…”, jawabku.
“Capt, Bude, kami izin ke toilet yaaa.”, pamitku kemudian.
“Toiletnya di sana yaaa. Jalan lurus terus ke kiri.”, ujar Oni pada kami.
“Baik, Pak. Terima kasih.”, jawabku.
Capt kaget mendengarku memanggil keponakannya dengan sebutan ‘Pak’. Hahahaha.
Sekitar 10 menit sudah aku menunggu Mba Imah di depan toilet. Tadi sih dia bilang, perut dia mules. Makanya lama.
Untung saja di depan toilet ada kursi. Jadi aku bisa duduk sambil mijit-mijitin betisku yang lumayan pegal, karena kemarin abis terbang 6 landing.
“Misi…”, ada seseorang yang menyapaku.
“Yaa..”, jawabku menghentikan kegiatanku memijat-mijat betis. Kemudian aku menoleh ke arah suara itu berada.
“Pegel?”, tanyanya. Ya, pemilik suara itu adalah Oni.
“Hm engga sih.”
“Boleh aku duduk?”, tanyanya lagi.
“Kursinya bukan punya aku sih..”
“Hahahaha…”, tak ku sangka Oni kini terbahak.
“Kata Om, kemarin abis terbang 6 landing ya?”, tanyanya disaat kami saling diam beberapa saat.
“Iyaaa.. hehehe..”
“Kamu suka dipijit ga?”
“Hm?”
“Suka ga?”
“Kayanya semua orang suka sih dipijit.”
“Kamu stay di hotel dekat bank ini bukan?”
‘Sebenarnya dia kenapa sih nanya-nanya begini?’, tanyaku dalam hati mulai mencurigainya.
“Nes, kamu stay di hotel ini bukan?”, tanya Oni menyadarkanku dari lamunan.
“Hmm iyaa betul.”
Tak lama dari itu, dia meraih ponsel di sakunya, kemudian menelpon seseorang.
“Siang.. Hai Mba, saya Oni. Mau tanya, di hotel ini ada layanan spa body massage ga?”
……………
“Bisa ga kalau hari ini booking untuk 4 orang?”
……………
Deg! Maksudnya apa ya?
“Atas nama Anes ya, FA dari maskapai ini.”
……………
“Untuk tagihannya tolong kirim ke nomor 08123xxxxxx ya?”
………….
“Makasih Mba…”
Sembari tersenyum, Oni meletakkan kembali ponsel di sakunya.
“Aku udah booking-in kamu dan teman-teman kamu untuk massage di hotel jam 4 nanti ya, Nes..”
Belum sempat aku menjawab, Oni kembali meraih ponselnya dan kini dia sibuk mengetik-ngetik.
“Pak, ga perlu repot-repot..”, ujarku akhirnya.
“Ga repot kog. Anggap aja ini hadiah dari aku karena kalian uda mau datang ke acara ulang tahunku.”
Aku hanya bisa diam.
“Nes, boleh aku minta nomor WA kamu?”
Aku ga menjawabnya.
“Hmm, ini ada bukti reservasi yang harus kamu kasih ke bagian resepsionis nanti. Jadi aku mau kirim ke kamu bukti reservasi ini.”
Disitu lah aku bimbang, mau kasih nomorku atau engga.
“Mba Anes, aku udah.”, Alhamdulillah, Mba Imah dateng di waktu yang tepat.
“Pak Oni, saya izin ke sana dulu yaaaa.”, pamitku kemudian.
“Hm nanti aku minta nomor kamu ke Om ya?”, tanyanya disaat aku sudah berjalan meninggalkannya seorang diri.
“Maafin yaaa aku lama. Aku mules bangeet Mbaa.. kayanya gegara makan sambel semalem deh…”, ujar Mba Imah yang ga tau akan apa yang baru saja terjadi.
“Iyaa gapapa..”
“Btw itu ponakan Capt lumayan juga yaaa…”, ujarnya lagi.
“Lumayan apa? Lumayan tua?”
“Ih Mba mah.. usianya boleh 33, tapi kan keliatan masih muda banget. Mana ada brewok tipis-tipis. Unch banget!”
“Dasar!!”, ketusku.
——
Sekitar jam 13.30, kami sudah tiba di hotel.
Dan sampai tadi aku balik ke hotel, aku belum juga memberikan nomor WAku pada Oni.
Tapi siapa sangka, saat jam 15.30, resepsionis menelpon kamar kami. Dia mengingatkan kami untuk bersiap-siap ke lantai 2, ke ruang khusus spa body massage.
“Nes, thank you loh.”, kata Bude dan rekanku yang lain.
“Hmm iya sama-samaa yaaa..”
Mereka sepertinya ga tau kalau massage gratis sore itu dihadiahi oleh ponakan Capt. Hahaha.
// 08123xx 18.17 : Udah massagenya, Nes? //
// 08123xx 18.45 : Nes.. ini aku, Oni… //
// 08123xx 19.00 : Nes… //
// Anes 19.51 : Hm maaf baru bales.. Terima kasih ya Pak Oni. //
// 08123xx 19.52 : Kenapa Pak sih? Emang aku setua itu ya? //
// Anes 20.00 : Iya //
// 08123xx 20.01 : Kamu ga lagi marah kan, Nes? //
// Anes 20.07 : Kenapa aku marah? //
// 08123xx 20.08 : Yaa karena aku ngelakuin sesuatu tanpa persetujuan kamu? //
// Anes 20.15 : Hehehehe.. //
// 08123xx 20.17 : Maaf ya Nes.. //
Setelahnya, aku tak lagi membalas pesan darinya. Karena akunya ketiduran.
———
Keesokan harinya, aku terbang menuju Balikpapan. Karena aku lagi-lagi bertugas di belakang, aku tidak sempat memprofiling penumpang-penumpang yang duduk di bagian depan.
“Nes, kamu dicari penumpang..”, ujar seniorku kepadaku yang baru saja merapikan lavatory.
“Ohya? Ada apakah, Mba?”, tanyaku sedikit khawatir.
“Waduh aku ga tanya-tanya sih. Ohya kebetulan penumpang itu minta air Nes. Boleh tolong sekalian kasih air ini ke dia?”, ujar seniorku lagi.
“Baik Mba.. saya izin kasih ini dulu ke penumpang itu ya Mba… Dia duduk di seat berapakah?”
“Di 5C Nes…”
“Baik, Mba..”
Aku pun berjalan melewati lorong pesawat dengan membawa tray kecil yang diatasnya terdapat sebuah kemasan air gelas dan sedotannya. Ketika aku akan tiba di seat nomor 5C, terlihat lengan kanannya saja yang sebagian tertutupi oleh bajunya yang berwarna biru dongker.
“Selamat siang, Pak…”, sapaku dari samping kanan penumpang yang katanya mencariku.
“Siang…”, jawabnya tanpa menoleh ke arahku.
“Permisi Bapak, saya bukakan tray tablenya ya..”, ujarku lagi. Aku masih menerka-nerka, siapa sih penumpang ini.
Dengan perlahan, aku membuka tray table di depannya. Dan tanpa sengaja, tangan kami bersentuhan.
“Hmm maaf..”, ujarnya.
Dia canggung. Aku pun canggung.
“Silahkan Pak, air mineralnya.”, aku meletakkan air gelas di atas tray tablenya.
Dan disaat itulah aku baru mengenalinya.
“Hai Nes…”
“Hm iya Pak..”, sumpah. Ternyata dia tuh Oni dengan tanpa brewok!
“Maafin aku ya Nes, uda buat kamu marah..”, ujarnya lagi.
“Hmm Bapak mau ke Balikpapan atau..”, aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Iyaaa.. aku transit Balikpapan lalu lanjut ke Jakarta.”
“Hm baik jika begitu. Have a safe flight ya Pak.. Jika Bapak membutuhkan kami selama penerbangan, bisa tekan tombol ini yaaa..”, aku memberikan intruksi padanya.
“Iyaaa, makasih yaaaa.”
——
Sejak saat itu, dia tidak lagi mengirimiku pesan, kecuali saat aku nge-RON di kota tempat kami bertemu pertama kali.
// Bang Oni 19.57 : Nes, kamu lagi disini ya? //
// Anes 20.17 : Iya, kog tau? //
// Bang Oni 20.18 : Kamu di kamar berapa? //
// Anes 20.30 : Ngapain? //
// Bang Oni 20.31 : Mau kirim makanan kesukaan kamu… //
// Anes 20.37 : Mas, makasih.. Ga perlu repot-repot yaaa.. //
Tak lama kemudian, ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku.
Ketika aku buka pintunya, ternyata Mas Resepsionis yang ditangannya membawa kantung plastik berwarna putih.
“Maaf Mba, mengganggu. Dengan Mba Anes?”
“Iya benar, saya Anes..”
“Saya mau mengantarkan pesanan Mba..”
“Tapi saya ga pesan makanan Mas..”
“Hmm tadi ada yang anterin ini, katanya untuk Mba Anes FA dari maskapai ini..”
“Hm gitu… baik, Mas.. makasih yaaaa…”
“Dengan senang hati, Mba…”
Saat aku membuka apa isi dari kantung plastik putih itu, aku agak kaget sih. Karena isinya itu salad buah. Appetizer kesukaan aku.
// Anes 21.05 : Mas, makasih ya. Salad buahnya uda sampe.. //
Pesanku pada Oni.
Kog dia bisa tau ya aku suka salad buah?
Rasanya pengen nanya ke dia, tapi takut bakal buka obrolan baru dan ujung-ujungnya akan membuat hati seseorang tersakiti.
Diubah oleh aymawishy 23-11-2023 22:59
dakski62 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
Tutup