- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
...
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
60.3K
Kutip
1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•43KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#250
Part 68 - My First Flight
Spoiler for My First Flight:
Biasanya, aku mencari crew aktif bersama dua rekan seangkatan.
Namun kali ini, aku benar-benar sendirian.
Tak ada lagi teman diskusi, tak ada lagi teman yang bisa diajak bekerja sama dan berbagi tugas.
Tak jarang seniorku itu sengaja melepas nametagnyaagar kami tak bisa menemukan mereka.
“Selamat pagi, Mba.. saya dengan Anestya Dewi batch 50.”, sapaku kepada perempuan yang juga berambut pendek sepertiku yang sedari tadi berdiri di dekat ruang Flops.
“Pagi, Mba..”, jawabnya tanpa menyebutkan nama. Mataku pun ku paksa untuk melihat sekilas dan membaca nametag yang terpasang di sisi kiri seragamnya.
“Maaf, Mba Niluh bukan?”, tanyaku ragu.
“Hm iyaa, betul..”, jawabnya lagi dengan cukup ramah meski menjawab pertanyaanku dengan singkat.
“Mba, saya izin ikutan ya. Hari ini hari pertama saya terbang Mba. Mohon bimbingannya.”, lagi-lagi aku menyampaikan hal yang sama seperti di chat kemarin.
“Siap, santai aja yaa.”, jawaban dia kali ini cukup membuatku sedikit rileks. Oke, aku harus santai. Hehehe.
“Ohya, Refo sama Zulfa masih ke ATM yaa. Kita tunggu mereka dulu, setelah itu briefing..”, ujarnya lagi.
“Baik Mba. Terima kasih..”, aku memberinya senyum.
Alhamdulillah, Mba Niluh memberikan kesan pertama yang baik.
Tak berselang lama, dua seniorku yang lain sudah selesai dengan urusannya dan kami pun bersama-sama berjalan menuju ruang briefing disusul dengan Captain dan Mas FOnya.
“Selamat Pagi Capt..”, sapa kami bersamaan.
“Pagiii.. ada anggota baru nih kayanya?”, tanya Capt.
“Ah ya Capt, baru released dia. Hari ini first flightnya.”, Mba Niluh mulai menjelaskan.
“Pagi Capt, saya Anestya Dewi batch 50. Izin ikutan Capt.”, ujarku memperkenalkan diri sembari menyalami Captain.
“Pagi Mas, saya Anestya Dewi batch 50. Izin ikutan Mas.”, lalu beralih ke Mas FO-nya.
‘Yaa Allah, bisa ga sih kenalannya ga perlu salaman satu-satu gitu?’, gerutuku dalam hati di balik bibirku yang tengah tersenyum.
“Pagi Mba Anestya Dewi, kasian sekali first flight kamu malah naik classic yaa.”, respons Captain yang diiyain dengan crew aku yang lain.
“Refo, nanti semisal Anes pake lavatory setelah take off atau landing, kasih izin yaaa…”, tambah Captain.
“Hahaha siap Capt!!”
Aku yang ga tau kenapa Captain dan yang lainnya mengasihani aku bahkan uda ngewarning Mba Refo, hanya bisa mengangguk-angguk dan melempar senyum.
Begitu selesai dengan basa-basi, kami pun mulai briefing. Captain menjelaskan keadaan cabin pesawat saat di ground akan sedikit panas namun ketika setelah lepas landas keadaan cabin akan lebih dingin. Lalu Captain menyampaikan kalau pesawatnya secara keseluruhan dalam keadaan baik, cuaca juga bagus, dan kesehatannya juga sangat baik dan sehat.
Seperti yang pernah aku ceritakan di part-part sebelumnya, briefing hari ini sama dengan briefing yang pernah aku ceritakan itu ya.
‘Tok-tok-tok’, salah seorang FOO mengetuk pintu ruang briefing kami. Mas FO yang duduk di dekat pintu pun membukanya.
“Sorry Capt mau infoin, pesawat udah landing yaa, parkir di F4.”
“Oke Mas, thank you yaa!”, jawab Captain.
“Yaudah yuk kita ke pesawat!”, ujarnya lagi.
Kami pun segera bergegas dan bersiap menuju pesawat.
Dengan seragam baru ini, aku merasakan ada getaran kebahagiaan di dalamnya.
Bahkan selama menuju pesawat, yang bisa aku lakukan hanya tersenyum sepanjang perjalanan.
‘Jika Papaku melihatku hari ini, Papa pasti merasa bangga. Iya kan?’
~
Aku yang mendapatkan posisi sebagai Junior FA 4 bekerja di bagian galley belakang. Seperti yang sudah dijelaskan dalam FAM dan juga sudah diajarkan oleh instruktur sebelumnya, aku melakukan preflight check terhadap semua equipment yang ada di pesawat area belakang. Sedang Junior FA 2 nya (Mba Refo) sibuk menghitung jumlah makanan-minuman untuk penumpang di penerbangan pulang pergi ini.
“Jumlah makanannya di belakang 120, di depan 70, jus jeruknya di belakang 6, jus apel 6, jus jambu 6, di depan masing-masing 2. Monouse (papercup) 240, teaspoon 240, kopi teh gula creamer…”, aku yang kini sedang mengecek lavatory dalam keadaan pintu sedikit terbuka, mendengar Mba Refo tengah memeriksa semuanya bersama dengan orang ground bagian service.
“Anes..”, panggil seseorang. Aku yang sedang dalam posisi jongkok di dalam lavatory karena sedang memeriksa expired date dari extinguisher pada tempat sampah, agak kaget ada seseorang yang memanggilku. Aku menoleh ke arah suaranya dan ternyata suara itu adalah suara Mba Niluh.
“Ya Mba Niluh..?”
“Ada yang bisa dibantu?”, tanyanya kemudian disaat aku sudah dalam posisi berdiri.
“Hm maaf Mba, caranya untuk isi tisu toilet dan amenities yang lainnya gimana ya?”
“Oh oke. Soalnya emang ga ada di manual yaa cara untuk isi-isi tisu di lavatory?”, huhu Yaa Allah Mba Niluh baik banget.
“Iya Mba hehehe”
Setelahnya Mba Niluh ngajarin aku gimana cara bukain tempat tisu di lavatory dan ngajarin aku banyak hal yang sebelumnya aku ga tau.
“Makasih banyak ya Mba Niluh.”
“Iya sama-sama Nes…”
“Oh ya Mba, sekalian saya mau report yaa. Cabin preflight check complete ya Mba. Yang terdekat ada di haloon, expired datenya di 12 Desember 2017.”
“Untuk life vest?”
“Untuk life vest adult jumlahnya 15 seatbeltnya 15”
“Kami biasa dengan report untuk adult 15/15, itu artinya jumlah life vest sekaligus seatbelt.”, Mba Niluh mengoreksiku dengan pelan.
“Baik Mba. Untuk infant juga 15/15 ya Mba..”, jelasku kemudian.
“Oke sip!”
Selanjutnya Mba Refo yang report kepada Mba Niluh.
Sedang aku mulai melakukan pengecekan pada kantong kursi penumpang apakah safety card dan airsickness bagnya sudah tersedia di dalamnya atau tidak.
Tak lama kemudian, Mba Niluh memberikan informasi bahwa sebentar lagi akan boarding.
“Nes, thank you yaa tadi uda preflight check-in semuanya.”, ujar Mba Refo saat kami standby di tengah cabin menunggu penumpang datang.
“Terima kasih Mba Refo…”, jawabku dengan tersenyum.
“Lu ga cape Nes senyum mulu dari tadi?”
“Hehehehe…”, responku seadanya.
“Cabin crew, passengers boarding..”, Mba Niluh memberikan instruksi melalui PA.
“Mba, aku ke depan dulu yaaa..”, ujarku kemudian.
Aku pun berjalan ke arah depan, sedang Mba Refo berjalan ke arah belakang.
Terlihat penumpang satu per satu mulai memasuki lorong pesawat setelah boarding passnya dicek terlebih dahulu oleh Mba Niluh.
Pemeriksaan boarding pass disini mungkin agak ribet bagi penumpang, namun tujuan dari pengecekan ini sebenarnya untuk memastikan penumpang itu tidak salah masuk pesawat.
“Selamat pagi Pak, duduk di nomor berapa?”, tanyaku kepada penumpang yang tengah membawa koper hitam.
“Nomor 18C, Mba..”
“Silahkan Pak ke depan lagi yaa, kursi bapak di dekat lorong di sisi sebelah kanan yaa.”, ujarku menjelaskan.
“Makasih Mba..”
“Terima kasih, Pak..”
“Selamat pagi Bu, duduk di nomor berapa?”
“Duduk di 8A Mba..”
“Silahkan Ibu disini duduknya.. Maaf maaf. Saya keluar dulu yaa…”, ternyata Ibu ini duduk di kursi tempat aku berdiri sekarang.
“Makasih Mba..”
“Dengan senang hati, Bu..”
Selama boarding, aku terus melakukan senyum salam sapa kepada penumpang juga mengusahakan untuk mengantarkan mereka ke kursinya.
Bahkan Mba Niluh sempet bilang “Nes, aktif banget ya kamu. Udah jangan cape-cape, tenaganya disimpen” 😬
Mungkin Mba Niluh ngomong gitu karena cape ngeliat aku ke depan ke belakang ke depan ke belakang lagi ya hehe.
Karena aku sebagai Junior FA 4, maka aku bertanggung jawab ngebriefing penumpang yang duduk di dekat jendela darurat.
Setelah aku melakukan briefing kepada penumpang, Mba Niluh melakukan welcome announcement.
Aku pun mulai berjalan ke cabin belakang dan mendapati Mba Refo sedang mengunci pintu lavatory agar tidak ada penumpang yang menggunakan toilet. Sebab beberapa saat lagi, pintu pesawat akan ditutup dan setelahnya masuk ke phase of flight dan sterile flight deck.
Sehingga tanda mengenakan sabuk pengaman pasti dinyalakan. Tanda bahwa penumpang harus duduk di kursinya mengenakan sabuk pengaman dan tidak diizinkan untuk menggunakan lavatory.
~
Sekitar pukul 10.05, pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta.
Aku yang kini duduk menghadap ke belakang— berlawanan arah dengan arah geraknya pesawat, merasakan gimana sensasinya duduk di FA seat untuk pertama kalinya.
Ternyata tidak semenyeramkan yang aku bayangkan.
Cuaca hari itu cerah. Namun baru 8 menit take-off, tiba-tiba pesawatku mengalami turbulence yang cukup kencang. Terlihat Mba Refo masih tertidur pulas sedang aku jadi degdegan karena kaget dengan turbulence barusan.
Setelah ditanyakan kepada Captain penyebab turbulencenya apa, ternyata di atas lintasan pesawat kami, terdapat pesawat yang berukuran lebih besar juga melintas, sehingga pesawat kami terkena jet blastnya. Turbulence ini disebut dengan wake turbulence.
Hehe agak serem juga sih. Berasa kek kehempas angin lalu sedikit oleng.
Setelah pesawat sudah melakukan cruising, tanda sabuk pengaman dipadamkan oleh flight crew.
Kami pun segera melepaskan seatbelt dan shoulder harness lalu kembali membuka kunci lavatory.
“Nes, aku lagi mau manasin makanan penumpang. Aku boleh ga minta tolong untuk ambilin crew’s meal di cabin depan? Aku uda laper banget nih..”, tanya Mba Refo kepadaku.
“Boleh banget Mba.. aku ke depan dulu yaa…”, ujarku sembari mengganti sepatu heelsku dengan flatshoes.
“Makasih Nes..”
Saat aku berjalan di lorong kali ini, rasanya kaya lagi naik gunung gitu. Ternyata karena posisi pesawat belum sepenuhnya cruising, tapi sedikit agak naik gitu.
“Hai Nes.. mau ambil crew’s meal ya?”, tanya Mba Niluh saat aku baru tiba di galley depan. Terlihat Mba Niluh kini seorang diri sebab Junior FA 3-nya sedang menawarkan sarapan ke flight crew di dalam flight deck.
“Iya Mbaa…”, jawabku.
“Refo mau makan atau minuman?”
Aku tak menjawabnya langsung. Karena jujur akunya bingung.
“Mba maaf, kalau kita milih makanan, berarti kita ga dapet minum gitu ya?”, tanyaku dengan sangat polos.
“Haha bukan gitu. Kalau minum, kita dapet air mineral kog. Di cabin belakang ada Nes. Biasanya ada di container dekat Refo duduk. Nanti kamu minta aja ya. Nah kalau crew’s meal itu, kita memang harus milih mau makanan atau minuman. Makanan itu berupa nasi atau sandwich atau burger dan makanan berat lainnya. Tergantung menunya apa karena tiap hari ganti gitu. Nah kalau minuman, biasanya susu bear brand atau minuman bervitamin rasa jeruk + cokelat.”
“Oh gituu hehehe”.
“Jadi Refo mau apa?”
“Mba Refo mau makanan, Mba Niluh..”
“Kamu?”
“Saya juga mau makanan boleh Mba??”
“Boleh dong. Btw hari ini menunya nasi bakar yaa.”
“Baik Mba. Terima kasih.”
“Ohya, kalian makan dulu yaa. Kita servicenya satu jam lagi.”
“Baik Mba. Terima kasih. Saya izin ke belakang dulu..”
“Oke Nes. Thank you yaaa..”
~~
Setibanya aku di galley belakang, aku bersama Mba Refo pun segera sarapan. Sarapan kami bisa disebut dengan sarapan kilat, karena ga sampe lima menit sudah habis. Hehehe.
Setelah sarapan, kami pun mengeluarkan makanan penumpang yang sudah dipanaskan dari dalam oven kemudian menyusunnya seperti ini.
Begitu selesai, kami pun mulai membuat biang teh, lalu meletakkan jus, kopi, air gelas, dan segala macam perlengkapan service di atas trolley.
Prosesnya cukup panjang sebelum akhirnya kami melayani penumpang dengan memberikan hot meal dan hot/ice drink.
Butuh waktu sekitar 30-45 menit kami melakukan inflight service kepada penumpang. Kemudian, 30 menit setelahnya kami melakukan debarasser—mengambil tempat makan dan minum yang sudah terpakai.
Di maskapai aku, untuk debarasser saja ada tekhniknya. Kita dilarang membuangnya dengan sembarangan ke dalam plastic disposal. Karena itu, debarasser merupakan part terlama bagi aku dibandingkan part service hot meal ke penumpang.
Selesai dengan debarasser, kami harus melakukan yang namanya inflight service yang kedua, yaitu Sales On Board (SOB).
SOB itu ngapain?
Jualan souvenir dan parfum. 😬
Aku skip yaa ✌🏻
2.5 jam berikutnya, kami telah mendarat dengan selamat di Siborong-borong, Silangit.
Seingatku, saat mendarat disana, yang aku lihat dari sisi sebelah kiriku hanyalah tebing gitu. Dan yang bikin aku takjub adalah ketika pintu belakang dibuka, hawa dingin yang aku rasakan. Berasa lagi di puncak. Hehehe..
~~
Di penerbangan kedua-ku, yaitu ketika pesawat sudah lepas landas dari Silangit menuju Jakarta, aku merasa ada yang beda dengan tubuhku. Meski begitu, aku berusaha untuk bisa bekerja secara maksimal dan memaksakan diri ini seolah baik-baik saja, padahal tidak.
Pada saat itu, kerongkonganku ini panas sekali.
Bahkan ketika pesawat baru saja mendarat, yang aku rasakan adalah kepalaku sakit luar biasa. Di pelipisku dan di tengkukku, sudah keluar banyak keringat dingin. Mataku sudah mulai berkunang-kunang.
Ditambah lagi, kerongkonganku makin terasa panas dan rasanya ada yang mengganjal.
Merasa ada yang tidak beres, aku segera meminta izin kepada Mba Refo untuk segera ke lavatory. Padahal hal itu jelas-jelas dilarang.
Tapi apa daya, rasanya ada yang ingin keluar dari kerongkonganku.
Dan benar saja, ketika aku sudah berada di dalam lavatory, aku segera membuka penutup toiletnya,
dan…
🤢🤢🤢🤢🤢🤮🤮🤮🤮🤮🤮🤮🤮🤢🤢🤢🤢🤢
Hiks ternyata aku mabok udara. 😖
Crew aku malah ngeledekin aku, termasuk Captain dan juga Mas FOnya.
“Hahahaha Anes Anes, masa Pramugari mabok!!”
“Kan, apa saya bilang. Kasian first flight kamu harus pake pesawat classic!! Jadi mabok kan??”
Namun kali ini, aku benar-benar sendirian.
Tak ada lagi teman diskusi, tak ada lagi teman yang bisa diajak bekerja sama dan berbagi tugas.
Tak jarang seniorku itu sengaja melepas nametagnyaagar kami tak bisa menemukan mereka.
“Selamat pagi, Mba.. saya dengan Anestya Dewi batch 50.”, sapaku kepada perempuan yang juga berambut pendek sepertiku yang sedari tadi berdiri di dekat ruang Flops.
“Pagi, Mba..”, jawabnya tanpa menyebutkan nama. Mataku pun ku paksa untuk melihat sekilas dan membaca nametag yang terpasang di sisi kiri seragamnya.
“Maaf, Mba Niluh bukan?”, tanyaku ragu.
“Hm iyaa, betul..”, jawabnya lagi dengan cukup ramah meski menjawab pertanyaanku dengan singkat.
“Mba, saya izin ikutan ya. Hari ini hari pertama saya terbang Mba. Mohon bimbingannya.”, lagi-lagi aku menyampaikan hal yang sama seperti di chat kemarin.
“Siap, santai aja yaa.”, jawaban dia kali ini cukup membuatku sedikit rileks. Oke, aku harus santai. Hehehe.
“Ohya, Refo sama Zulfa masih ke ATM yaa. Kita tunggu mereka dulu, setelah itu briefing..”, ujarnya lagi.
“Baik Mba. Terima kasih..”, aku memberinya senyum.
Alhamdulillah, Mba Niluh memberikan kesan pertama yang baik.
Tak berselang lama, dua seniorku yang lain sudah selesai dengan urusannya dan kami pun bersama-sama berjalan menuju ruang briefing disusul dengan Captain dan Mas FOnya.
“Selamat Pagi Capt..”, sapa kami bersamaan.
“Pagiii.. ada anggota baru nih kayanya?”, tanya Capt.
“Ah ya Capt, baru released dia. Hari ini first flightnya.”, Mba Niluh mulai menjelaskan.
“Pagi Capt, saya Anestya Dewi batch 50. Izin ikutan Capt.”, ujarku memperkenalkan diri sembari menyalami Captain.
“Pagi Mas, saya Anestya Dewi batch 50. Izin ikutan Mas.”, lalu beralih ke Mas FO-nya.
‘Yaa Allah, bisa ga sih kenalannya ga perlu salaman satu-satu gitu?’, gerutuku dalam hati di balik bibirku yang tengah tersenyum.
“Pagi Mba Anestya Dewi, kasian sekali first flight kamu malah naik classic yaa.”, respons Captain yang diiyain dengan crew aku yang lain.
“Refo, nanti semisal Anes pake lavatory setelah take off atau landing, kasih izin yaaa…”, tambah Captain.
“Hahaha siap Capt!!”
Aku yang ga tau kenapa Captain dan yang lainnya mengasihani aku bahkan uda ngewarning Mba Refo, hanya bisa mengangguk-angguk dan melempar senyum.
Begitu selesai dengan basa-basi, kami pun mulai briefing. Captain menjelaskan keadaan cabin pesawat saat di ground akan sedikit panas namun ketika setelah lepas landas keadaan cabin akan lebih dingin. Lalu Captain menyampaikan kalau pesawatnya secara keseluruhan dalam keadaan baik, cuaca juga bagus, dan kesehatannya juga sangat baik dan sehat.
Seperti yang pernah aku ceritakan di part-part sebelumnya, briefing hari ini sama dengan briefing yang pernah aku ceritakan itu ya.
‘Tok-tok-tok’, salah seorang FOO mengetuk pintu ruang briefing kami. Mas FO yang duduk di dekat pintu pun membukanya.
“Sorry Capt mau infoin, pesawat udah landing yaa, parkir di F4.”
“Oke Mas, thank you yaa!”, jawab Captain.
“Yaudah yuk kita ke pesawat!”, ujarnya lagi.
Kami pun segera bergegas dan bersiap menuju pesawat.
Dengan seragam baru ini, aku merasakan ada getaran kebahagiaan di dalamnya.
Bahkan selama menuju pesawat, yang bisa aku lakukan hanya tersenyum sepanjang perjalanan.
‘Jika Papaku melihatku hari ini, Papa pasti merasa bangga. Iya kan?’
~
Aku yang mendapatkan posisi sebagai Junior FA 4 bekerja di bagian galley belakang. Seperti yang sudah dijelaskan dalam FAM dan juga sudah diajarkan oleh instruktur sebelumnya, aku melakukan preflight check terhadap semua equipment yang ada di pesawat area belakang. Sedang Junior FA 2 nya (Mba Refo) sibuk menghitung jumlah makanan-minuman untuk penumpang di penerbangan pulang pergi ini.
“Jumlah makanannya di belakang 120, di depan 70, jus jeruknya di belakang 6, jus apel 6, jus jambu 6, di depan masing-masing 2. Monouse (papercup) 240, teaspoon 240, kopi teh gula creamer…”, aku yang kini sedang mengecek lavatory dalam keadaan pintu sedikit terbuka, mendengar Mba Refo tengah memeriksa semuanya bersama dengan orang ground bagian service.
“Anes..”, panggil seseorang. Aku yang sedang dalam posisi jongkok di dalam lavatory karena sedang memeriksa expired date dari extinguisher pada tempat sampah, agak kaget ada seseorang yang memanggilku. Aku menoleh ke arah suaranya dan ternyata suara itu adalah suara Mba Niluh.
“Ya Mba Niluh..?”
“Ada yang bisa dibantu?”, tanyanya kemudian disaat aku sudah dalam posisi berdiri.
“Hm maaf Mba, caranya untuk isi tisu toilet dan amenities yang lainnya gimana ya?”
“Oh oke. Soalnya emang ga ada di manual yaa cara untuk isi-isi tisu di lavatory?”, huhu Yaa Allah Mba Niluh baik banget.
“Iya Mba hehehe”
Setelahnya Mba Niluh ngajarin aku gimana cara bukain tempat tisu di lavatory dan ngajarin aku banyak hal yang sebelumnya aku ga tau.
“Makasih banyak ya Mba Niluh.”
“Iya sama-sama Nes…”
“Oh ya Mba, sekalian saya mau report yaa. Cabin preflight check complete ya Mba. Yang terdekat ada di haloon, expired datenya di 12 Desember 2017.”
“Untuk life vest?”
“Untuk life vest adult jumlahnya 15 seatbeltnya 15”
“Kami biasa dengan report untuk adult 15/15, itu artinya jumlah life vest sekaligus seatbelt.”, Mba Niluh mengoreksiku dengan pelan.
“Baik Mba. Untuk infant juga 15/15 ya Mba..”, jelasku kemudian.
“Oke sip!”
Selanjutnya Mba Refo yang report kepada Mba Niluh.
Sedang aku mulai melakukan pengecekan pada kantong kursi penumpang apakah safety card dan airsickness bagnya sudah tersedia di dalamnya atau tidak.
Tak lama kemudian, Mba Niluh memberikan informasi bahwa sebentar lagi akan boarding.
“Nes, thank you yaa tadi uda preflight check-in semuanya.”, ujar Mba Refo saat kami standby di tengah cabin menunggu penumpang datang.
“Terima kasih Mba Refo…”, jawabku dengan tersenyum.
“Lu ga cape Nes senyum mulu dari tadi?”
“Hehehehe…”, responku seadanya.
“Cabin crew, passengers boarding..”, Mba Niluh memberikan instruksi melalui PA.
“Mba, aku ke depan dulu yaaa..”, ujarku kemudian.
Aku pun berjalan ke arah depan, sedang Mba Refo berjalan ke arah belakang.
Terlihat penumpang satu per satu mulai memasuki lorong pesawat setelah boarding passnya dicek terlebih dahulu oleh Mba Niluh.
Pemeriksaan boarding pass disini mungkin agak ribet bagi penumpang, namun tujuan dari pengecekan ini sebenarnya untuk memastikan penumpang itu tidak salah masuk pesawat.
“Selamat pagi Pak, duduk di nomor berapa?”, tanyaku kepada penumpang yang tengah membawa koper hitam.
“Nomor 18C, Mba..”
“Silahkan Pak ke depan lagi yaa, kursi bapak di dekat lorong di sisi sebelah kanan yaa.”, ujarku menjelaskan.
“Makasih Mba..”
“Terima kasih, Pak..”
“Selamat pagi Bu, duduk di nomor berapa?”
“Duduk di 8A Mba..”
“Silahkan Ibu disini duduknya.. Maaf maaf. Saya keluar dulu yaa…”, ternyata Ibu ini duduk di kursi tempat aku berdiri sekarang.
“Makasih Mba..”
“Dengan senang hati, Bu..”
Selama boarding, aku terus melakukan senyum salam sapa kepada penumpang juga mengusahakan untuk mengantarkan mereka ke kursinya.
Bahkan Mba Niluh sempet bilang “Nes, aktif banget ya kamu. Udah jangan cape-cape, tenaganya disimpen” 😬
Mungkin Mba Niluh ngomong gitu karena cape ngeliat aku ke depan ke belakang ke depan ke belakang lagi ya hehe.
Karena aku sebagai Junior FA 4, maka aku bertanggung jawab ngebriefing penumpang yang duduk di dekat jendela darurat.
Setelah aku melakukan briefing kepada penumpang, Mba Niluh melakukan welcome announcement.
Aku pun mulai berjalan ke cabin belakang dan mendapati Mba Refo sedang mengunci pintu lavatory agar tidak ada penumpang yang menggunakan toilet. Sebab beberapa saat lagi, pintu pesawat akan ditutup dan setelahnya masuk ke phase of flight dan sterile flight deck.
Sehingga tanda mengenakan sabuk pengaman pasti dinyalakan. Tanda bahwa penumpang harus duduk di kursinya mengenakan sabuk pengaman dan tidak diizinkan untuk menggunakan lavatory.
~
Sekitar pukul 10.05, pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta.
Aku yang kini duduk menghadap ke belakang— berlawanan arah dengan arah geraknya pesawat, merasakan gimana sensasinya duduk di FA seat untuk pertama kalinya.
Ternyata tidak semenyeramkan yang aku bayangkan.
Cuaca hari itu cerah. Namun baru 8 menit take-off, tiba-tiba pesawatku mengalami turbulence yang cukup kencang. Terlihat Mba Refo masih tertidur pulas sedang aku jadi degdegan karena kaget dengan turbulence barusan.
Setelah ditanyakan kepada Captain penyebab turbulencenya apa, ternyata di atas lintasan pesawat kami, terdapat pesawat yang berukuran lebih besar juga melintas, sehingga pesawat kami terkena jet blastnya. Turbulence ini disebut dengan wake turbulence.
Hehe agak serem juga sih. Berasa kek kehempas angin lalu sedikit oleng.
Setelah pesawat sudah melakukan cruising, tanda sabuk pengaman dipadamkan oleh flight crew.
Kami pun segera melepaskan seatbelt dan shoulder harness lalu kembali membuka kunci lavatory.
“Nes, aku lagi mau manasin makanan penumpang. Aku boleh ga minta tolong untuk ambilin crew’s meal di cabin depan? Aku uda laper banget nih..”, tanya Mba Refo kepadaku.
“Boleh banget Mba.. aku ke depan dulu yaa…”, ujarku sembari mengganti sepatu heelsku dengan flatshoes.
“Makasih Nes..”
Saat aku berjalan di lorong kali ini, rasanya kaya lagi naik gunung gitu. Ternyata karena posisi pesawat belum sepenuhnya cruising, tapi sedikit agak naik gitu.
“Hai Nes.. mau ambil crew’s meal ya?”, tanya Mba Niluh saat aku baru tiba di galley depan. Terlihat Mba Niluh kini seorang diri sebab Junior FA 3-nya sedang menawarkan sarapan ke flight crew di dalam flight deck.
“Iya Mbaa…”, jawabku.
“Refo mau makan atau minuman?”
Aku tak menjawabnya langsung. Karena jujur akunya bingung.
“Mba maaf, kalau kita milih makanan, berarti kita ga dapet minum gitu ya?”, tanyaku dengan sangat polos.
“Haha bukan gitu. Kalau minum, kita dapet air mineral kog. Di cabin belakang ada Nes. Biasanya ada di container dekat Refo duduk. Nanti kamu minta aja ya. Nah kalau crew’s meal itu, kita memang harus milih mau makanan atau minuman. Makanan itu berupa nasi atau sandwich atau burger dan makanan berat lainnya. Tergantung menunya apa karena tiap hari ganti gitu. Nah kalau minuman, biasanya susu bear brand atau minuman bervitamin rasa jeruk + cokelat.”
“Oh gituu hehehe”.
“Jadi Refo mau apa?”
“Mba Refo mau makanan, Mba Niluh..”
“Kamu?”
“Saya juga mau makanan boleh Mba??”
“Boleh dong. Btw hari ini menunya nasi bakar yaa.”
“Baik Mba. Terima kasih.”
“Ohya, kalian makan dulu yaa. Kita servicenya satu jam lagi.”
“Baik Mba. Terima kasih. Saya izin ke belakang dulu..”
“Oke Nes. Thank you yaaa..”
~~
Setibanya aku di galley belakang, aku bersama Mba Refo pun segera sarapan. Sarapan kami bisa disebut dengan sarapan kilat, karena ga sampe lima menit sudah habis. Hehehe.
Setelah sarapan, kami pun mengeluarkan makanan penumpang yang sudah dipanaskan dari dalam oven kemudian menyusunnya seperti ini.
Begitu selesai, kami pun mulai membuat biang teh, lalu meletakkan jus, kopi, air gelas, dan segala macam perlengkapan service di atas trolley.
Prosesnya cukup panjang sebelum akhirnya kami melayani penumpang dengan memberikan hot meal dan hot/ice drink.
Butuh waktu sekitar 30-45 menit kami melakukan inflight service kepada penumpang. Kemudian, 30 menit setelahnya kami melakukan debarasser—mengambil tempat makan dan minum yang sudah terpakai.
Di maskapai aku, untuk debarasser saja ada tekhniknya. Kita dilarang membuangnya dengan sembarangan ke dalam plastic disposal. Karena itu, debarasser merupakan part terlama bagi aku dibandingkan part service hot meal ke penumpang.
Selesai dengan debarasser, kami harus melakukan yang namanya inflight service yang kedua, yaitu Sales On Board (SOB).
SOB itu ngapain?
Jualan souvenir dan parfum. 😬
Aku skip yaa ✌🏻
2.5 jam berikutnya, kami telah mendarat dengan selamat di Siborong-borong, Silangit.
Seingatku, saat mendarat disana, yang aku lihat dari sisi sebelah kiriku hanyalah tebing gitu. Dan yang bikin aku takjub adalah ketika pintu belakang dibuka, hawa dingin yang aku rasakan. Berasa lagi di puncak. Hehehe..
~~
Di penerbangan kedua-ku, yaitu ketika pesawat sudah lepas landas dari Silangit menuju Jakarta, aku merasa ada yang beda dengan tubuhku. Meski begitu, aku berusaha untuk bisa bekerja secara maksimal dan memaksakan diri ini seolah baik-baik saja, padahal tidak.
Pada saat itu, kerongkonganku ini panas sekali.
Bahkan ketika pesawat baru saja mendarat, yang aku rasakan adalah kepalaku sakit luar biasa. Di pelipisku dan di tengkukku, sudah keluar banyak keringat dingin. Mataku sudah mulai berkunang-kunang.
Ditambah lagi, kerongkonganku makin terasa panas dan rasanya ada yang mengganjal.
Merasa ada yang tidak beres, aku segera meminta izin kepada Mba Refo untuk segera ke lavatory. Padahal hal itu jelas-jelas dilarang.
Tapi apa daya, rasanya ada yang ingin keluar dari kerongkonganku.
Dan benar saja, ketika aku sudah berada di dalam lavatory, aku segera membuka penutup toiletnya,
dan…
🤢🤢🤢🤢🤢🤮🤮🤮🤮🤮🤮🤮🤮🤢🤢🤢🤢🤢
Hiks ternyata aku mabok udara. 😖
Crew aku malah ngeledekin aku, termasuk Captain dan juga Mas FOnya.
“Hahahaha Anes Anes, masa Pramugari mabok!!”
“Kan, apa saya bilang. Kasian first flight kamu harus pake pesawat classic!! Jadi mabok kan??”
☹️☹️☹️
Diubah oleh aymawishy 14-12-2023 03:22
baccu dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Kutip
Balas
Tutup