- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
...
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
61.3K
Kutip
1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32KThread•44.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#248
Part 67 - Persiapan Untuk Terbang
Spoiler for Persiapan Untuk Terbang:
“Bundaa, makasih yaa!! Selama di cek tadi, udah banyak bantu aku!!”, ujar Mei ketika kami berdua sudah ada di dalam mobil crew menuju apartment.
Yaa benar, hari itu, aku dan Mei mendapatkan jadwal DGCA check barengan. Bahkan, saat Pak Dady memilih partnerku siapa ketika akan dicek, Pak Dady memilih Mei.
“Allah Maha Baik ya Bun, doaku supaya dicek bareng Bunda dikabulin..”, ujarnya lagi dengan wajah girang.
“Alhamdulillah yaa…”, jawabku seadanya.
Siang itu, aku berpikir bahwa selesai sudah proses belajar di kelas dan proses ujian dan pengecekan oleh maskapai. Nyatanya, beberapa hari kemudian, aku dan rekan batch 50 kembali dijadwalkan untuk kelas, kali ini belajar untuk ratingpesawat Boeing 737-500 Classic. Sebab, di maskapai tempat aku bekerja memiliki pesawat Boeing 737-800/900 ER dan Boeing 737-500 Classic.
Kenapa kami harus masuk kelas lagi?
Karena tipe dan cara pengoperasian jendela darurat antara Boeing 737-800/900 ER dan Boeing 737-500 Classic itu berbeda. Bisa dibilang, semua hal tentang Boeing Classic itu serba manual, dari lavatory toiletnya, galleynya, interphonenya, dan banyak lagi.
Maka dari itu, kami diwajibkan untuk belajar lagi.
Saat itu, kami belajar di kelas sekitar 5 hari saja.
Belum juga aku mengistirahatkan otakku, eh keesokan harinya, aku dan 2 rekanku langsung diberikan jadwal untuk dicek kembali oleh instruktur kami. Prosesnya hampir sama dengan proses company check gitu. Tegangnya pun juga sama, bahkan instruktur yang ngecek aku kali ini sama dengan instruktur kedua yang release-in aku untuk DGCA Check. Alhasil semaleman aku begadang untuk mahamin materi agar lebih matang.
Bisa bayangin ga gimana pusingnya dan capenya aku? Hehehe. Yaa beginilah resiko menjadi seorang initial.
~~
“Ah cape belajar mulu!!”, keluh Mei saat kami sedang belajar bersama sembari menikmati senja dari pinggiran kolam renang.
“Iya nih!! Kalian sih enak udah released (uda cek DGCA), Bunda malah udah kelar cek rating boeing classicnya, aku nih yang belom sama sekali!!”, sahut Mia.
(Alhamdulillah, competency check-ku tiga hari lalu berhasil terlewati dengan baik. Kini aku memiliki rating Boeing 737 NG dan Classic).
“Mia Mei…”, potongku tiba-tiba.
“Kenapa Bun?”, tanya mereka kompak.
“Kalian mau es krim ga??”, usahaku mengalihkan keluhan mereka hanya bisa sebatas menawarkan es krim.
“Maaaaaauu!!”, jawab mereka lagi.
“Yaudah tungguin ya. Aku beliin. Mei yang coklat almond, Mia yang white almond, kan??”
Mereka mengangguk sembari memberikan cengiran ngeselin dan gemesin.
Tak jauh dari kolam renang terdapat market mini milik apartment yang kami sewa. Setibanya disana, aku bergegas memilih es krim yang mereka sukai dan sesekali melihat mereka yang kini sedang berebut buku kecil berwarna pink milikku. Hal itu membuatku tersenyum tipis dan membathin ‘ada-ada aja sih tingkah mereka’.
Ketika aku sudah di depan kasir, aku meletakkan dua es krim almond itu di atas meja.
“Ga tambah es krim yang ini Kak, lagi promo buy 1 get 1 loh!”
‘Ah ini kan es krim kesukaanku!’, bathinku lagi.
Ya, aku lebih suka es krim yang ada di dalam wadah berbentuk bulat dengan dua rasa, vanila-strawberry atau vanilla-cokelat.
“Yaudah Mas, saya mau yaa. Bisa di mix kan variannya?”
“Bisa Kak.. biar saya ambilkan, Kak..”
“Makasih Mas..”
Begitu selesai membayar, aku segera berlari kecil menuju tempat Mei dan Mia berada.
“Hey kalian, lagi ribut kenapa sih??”, tanyaku sembari memberikan es krim pesanan mereka.
“Mia nih Bun, ga mau gantian baca buku catetan Bunda..”
“Yee kan kamu udah baca Tek!!”
“Kapaaan aku baca?? Beloom sama sekaliii!!”
“Udah udah jangan ribut. Nanti di foto copy aja itu catetannya yaa. Jadinya kalian ga perlu rebutan!!”
“Boleh Bun? Ga sayang? Kan Bunda nyatet sejelas ini tuh butuh waktu bahkan sampe begadang tiap hari?”
“Iyaa, bahkan saat kita malem mingguan, Bunda rela ga ikut kita jalan-jalan demi nyatetin semua ini!”
“Hahaha ya gapapa dong. Emang sayang kenapa??!!”, aku mulai melahap es krimku dengan sendok kecil berbahan kayu.
Sembari menikmati es krim vanila strawberryku, aku sesekali membantu mereka belajar dan membantu menjawab ketika mereka mengajukan pertanyaan.
Ketika mereka sudah tidak mengeluh cape dan mulai bisa memahami materi, aku pun mulai memberanikan diri untuk berpamitan kepada mereka.
“Guyss…”, ujarku perlahan.
“Kenapa Bun?”
“Sepertinya dalam pekan ini, aku akan pindah dari apartement ini yaa..”
“Loh kenapaa?”
“Hm aku mau pindah ke kosan yang harganya lebih terjangkau dan pas di kantong.”, aku menjawab sejujur-jujurnya.
“Tapi Bunda uda dapet kosannya?”
“Belum sih. Masih cari-cari.”
“Hm gituu.. yaudah kalau gitu, aku juga mau cari kosan ah!”
“Kalian ga marah kan?”, tanyaku merasa ga enak.
“Ya engga dong. Kan kita masih tetep bisa ketemu.”
“Huhu makasih yaaaa.”
“Oh jadi gitu yaa. Beliin kita es krim ternyata ada maunyaaaa…”, ledek Mia.
Seperti biasa, setelahnya kami bercanda garing ga jelas tapi bikin ngakak.
—
Di tengah kesibukanku yang hanya bolak-balik ke kantor tiap harinya, entah untuk melengkapi berbagai dokumen yang dibutuhkan, entah jadwal mengambil seragam terbang, entah mengikuti performance class lagi, aku menyempatkan diri untuk mencari kosan.
Dan alhamdulillah, di hari ketiga aku mencari kosan, akhirnya aku dapet yang sreg di hati. Ya meskipun kamarnya kecil, yang penting ada kamar mandi dalamnya dan ber-AC. Ditambah lagi, ada pemandangan sawah dari balkon lantai 2-nya. Pemandangan sawah ini mengingatkanku akan rumah. Lumayan, hal itu cukup mengurangi rasa rinduku dengan kampung halaman.
Saat aku ajak Mei dan Mia untuk tinggal di kos yang sama denganku, mereka menolak.
Alasan pertama karena kos ku ini harus masuk gang perkampungan. Menurut mereka, akses dari kos ke jalan raya cukup jauh.
Alasan kedua karena di dekat gang masuk/keluar, terdapat keranda dan tempat pemandian mayat. Mereka takut katanya.
Alasan ketiga karena jauh dari foodcourt. Wkwkwk.
——
Lima hari sudah aku tinggal di kosan ini seorang diri. Mei akhirnya pindah ke apartement yang lebih murah di dekat bandara. Sedang Mia masih bertahan di apartement kami sebelumnya.
Pada sore harinya, aku tengah menyiapkan seragam bercorak batik berwarna merah maroon dengan sedikit warna kuning gelap di bagian tengah roknya.
Kemudian, aku mulai memasang nametag ku di sisi sebelah kiri seragamku. Lalu memasang wing di sisi atas nametagku.
Fun factnya, ketika aku memasang wing, aku bingung bagaimana cara memasangnya. Dan ternyata, ga hanya aku yang merasakan hal yang sama, tapi teman-temanku juga. Hahaha.
Setelah seragam sudah ku siapkan, aku mulai memeriksa perlengkapan terbangku yang berada di koper juga travel bag dan hand bag.
Karena besok penerbangannya VV, Jakarta- Siborong-borong - Jakarta, aku hanya membawa 1 set baju tidur, 1 set baju jalan, 1 set baju formal, 1 set spare seragam, 1 pasang flat shoes, perlengkapan dan alat make up, perlengkapan mandi, yang kesemuanya ku letakkan di koper.
Sedang FAM, kamus bahasa inggris, perlengkapan selama di galley, flat shoes untuk service, dan barang-barang berukuran sedang lainnya, aku letakkan di travel bag.
Lalu berbagai macam sertifikat dan license, flashlight dan spare baterainya, QRH, note, bolpoin, dompet, lipstick, tisu basah, aku letakkan di hand bag.
Begitu sudah ku siapkan semua perlengkapan terbangku, aku mulai mencari ponselku dan mencari kontak yang ku simpan sebagai ‘Tracking’.
Dengan menghubungi nomor tracking ini, aku bisa menanyakan pesawat parkir dimana, aku juga bisa menanyakan nomor flight crew dan nomor cabin crew, bahkan informasi sepele perihal penerbanganku yang akan aku jalani.
// Anes 16.19 : Sore Pak. Saya dengan Anestya Dewi batch 50. Besok saya terbang dengan SFA Niluh. Boleh saya minta nomor handphonenya? //
// Tracking 16.23 : Sore Mba. Ini nomornya ya.. //
Jadi, bagi kami para initial FA yang baru saja aktif terbang, wajib untuk chat SFAnya sehari sebelum duty.
// Anes 16.27 : Selamat Sore, Mba Niluh. Perkenalkan saya dengan Anestya Dewi batch 50 yang besok akan terbang bersama Mba Niluh dari Jakarta ke Siborong-borong VV. Besok hari pertama saya terbang, Mba Niluh. Izin ikutan yaa Mba dan mohon bimbingannya. //
Kalau boleh jujur, aku degdegan saat mengirim pesan itu. Di sisi lain aku merasa bahagia sekali karena akhirnya aku akan aktif terbang sebagai Flight Attendant.
Sembari menunggu balasan dari Mba Niluh, aku menyempatkan diri untuk berolahraga ringan di dalam kamar mungilku ini. Setelah cukup berkeringat, aku segera mandi dan bersiap untuk shalat maghrib.
Ketika aku sedang mengaji selagi menunggu adzan berkumandang, ponselku berbunyi. Aku segera meraih ponselku. Dan ternyata pesan dari Mba Niluh.
// SFA Niluh 17.45 : Selamat Sore. Oke, noted! //
Seketika aku menelan ludah. Tak ku sangka jawabannya akan sesingkat itu. Hehehe.
———
Keesokan harinya, aku mulai prepare sejak jam lima pagi untuk schedule terbang jam 10.00. Jujur aku merasa kalau waktuku terbuang cukup lama saat bikin rambut pendekku ini terlihat terus mengembang dan tidak lepek. Ditambah lagi, kali ini aku juga harus memakai bulu mata palsu! Duh semoga ga terlihat seperti b*nci yaa!!
Sungguh kali ini aku merasa make-upku ini sangat menor. Ditambah lagi warna lipsticknya itu loh, merah banget woy! 😬
Sekitar pukul 07.00, aku sudah siap dijemput oleh mobil jemputan crew.
Di maskapai tempat aku bekerja, alhamdulillah disediakan mobil transport pulang pergi gitu. Jadi kami ga perlu riweh dan mikirin ongkos taksi. Mungkin kami hanya perlu mengeluarkan uang untuk memberikan tips kepada driver yaa, sekitar 10-20ribu sebagai bentuk terima kasih.
Jenis mobil crew di maskapai aku itu mobil avanza, dimana biasanya ada tiga crew dalam satu mobil tersebut. Jadi, kalau misal aku udah ready lebih awal, tapi crew yang semobil dengan aku belum dateng ngejemput aku, yaaa mau ga mau aku harus nungguin. Bisa juga sebaliknya. Semisal akunya belum ready karena telat bangun, bisa-bisa tuh driver dan crew yang bareng sama aku, nungguin di depan gerbang kosan.
Namun jika beruntung, aku dijemput seorang diri saja—ga ada barengannya. Tapi jarang banget hal itu terjadi. Hehe.
Begitu jam telah menunjukkan pukul 07.15, aku melihat mobil jemputan melewati pagar kosan. Mobil itu sengaja melewati kosanku untuk belok terlebih dahulu. Yaa maklum, gang kosanku ini gang buntu gitu, jadi mau ga mau, mobil harus belok dulu untuk keluar gang. Aku pun segera keluar pagar dan menunggunya tepat di samping pintu pagar.
“Selamat pagi, Pak..”, sapaku kepada driver yang kini telah mengangkat koperku dan memindahkannya ke dalam bagasi mobil.
Ohya, di maskapaiku ini, perkara ngangkat koper dan nurunin koper dari mobil itu menjadi tanggung jawab driver yang menjemput loh. Seolah-olah FAnya sama sekali ga boleh cape. Wkwkwk.
“Pagi Mba..”
“Makasih ya Pak..”, ujarku setelah memastikan driver sudah memasukkan koper dan travel bag-ku.
Aku pun membuka pintu mobil dan mulai menyapa crew yang sudah dijemput lebih dulu.
“Pagi Mba, saya Anestya Dewi batch 50, izin ikutan yaa..”
“Yaa, Pagi Mbaa.. izin ikutan juga yaa..”
Setelah basa-basi begitu, aku memilih diam, memejamkan mata, berdzikir dalam hati, dan sesekali mengingat-ngingat prosedur.
Namun jika crew yang semobil denganku mengajukan pertanyaan, baru aku menjawabnya.
Ohya, karena aku trauma pernah dimarahin senior gegara main handphone di mobil, akhirnya selama dalam perjalanan dari dan ke bandara, aku tidak pernah mengeluarkan handphone sama sekali. Semisal terpaksa harus main handphone, maka aku akan meminta izin terlebih dahulu.
~
Butuh waktu sekitar 45 menit untuk kami tiba di bandara.
Hari itu, aku merasa agak degdegan, rasanya sedikit sesak napas, mungkin karena kali ini aku beneran pake seragam pramugari yaa. Yang untuk ngedapetinnya tuh butuh perjuangan yang panjang dan rumit. Hehehe😅
Setibanya di crew room, seperti biasa, aku harus nyalamin semua orang disana dan memperkenalkan diri secara lengkap: “Pagi Mba, saya Anestya Dewi Batch 50.”
Setelah salaman dan kenalan, aku segera melakukan sign in dan melakukan pemeriksaan kesehatan.
Begitu selesai, aku mencari crew yang akan terbang bersamaku.
Disaat mencari mereka, tiba-tiba aku mengingat cerita salah satu rekanku di penerbangan pertamanya.
“Penerbangan gw tadi, kacau banget cuuy!! Senior-senior gw diemin gw sepanjang penerbangan. Mereka ga ngajak ngomong sama sekali. Sekalinya ngajak ngomong, karena merekanya marahin gw. Pokoknya setiap apa yang gw lakuin selalu salah di mata mereka. Tiap gw gerak nih, eh diperhatiin banget terus ujung-ujungnya gw diomelin. Sumpah gw sempet khawatir saat gw napas, bakal dimarahin juga!!
Huhuhu…
‘Yaa Allah, semoga crew aku baik-baik yaa…’
Yaa benar, hari itu, aku dan Mei mendapatkan jadwal DGCA check barengan. Bahkan, saat Pak Dady memilih partnerku siapa ketika akan dicek, Pak Dady memilih Mei.
“Allah Maha Baik ya Bun, doaku supaya dicek bareng Bunda dikabulin..”, ujarnya lagi dengan wajah girang.
“Alhamdulillah yaa…”, jawabku seadanya.
Siang itu, aku berpikir bahwa selesai sudah proses belajar di kelas dan proses ujian dan pengecekan oleh maskapai. Nyatanya, beberapa hari kemudian, aku dan rekan batch 50 kembali dijadwalkan untuk kelas, kali ini belajar untuk ratingpesawat Boeing 737-500 Classic. Sebab, di maskapai tempat aku bekerja memiliki pesawat Boeing 737-800/900 ER dan Boeing 737-500 Classic.
Kenapa kami harus masuk kelas lagi?
Karena tipe dan cara pengoperasian jendela darurat antara Boeing 737-800/900 ER dan Boeing 737-500 Classic itu berbeda. Bisa dibilang, semua hal tentang Boeing Classic itu serba manual, dari lavatory toiletnya, galleynya, interphonenya, dan banyak lagi.
Maka dari itu, kami diwajibkan untuk belajar lagi.
Saat itu, kami belajar di kelas sekitar 5 hari saja.
Belum juga aku mengistirahatkan otakku, eh keesokan harinya, aku dan 2 rekanku langsung diberikan jadwal untuk dicek kembali oleh instruktur kami. Prosesnya hampir sama dengan proses company check gitu. Tegangnya pun juga sama, bahkan instruktur yang ngecek aku kali ini sama dengan instruktur kedua yang release-in aku untuk DGCA Check. Alhasil semaleman aku begadang untuk mahamin materi agar lebih matang.
Bisa bayangin ga gimana pusingnya dan capenya aku? Hehehe. Yaa beginilah resiko menjadi seorang initial.
~~
“Ah cape belajar mulu!!”, keluh Mei saat kami sedang belajar bersama sembari menikmati senja dari pinggiran kolam renang.
“Iya nih!! Kalian sih enak udah released (uda cek DGCA), Bunda malah udah kelar cek rating boeing classicnya, aku nih yang belom sama sekali!!”, sahut Mia.
(Alhamdulillah, competency check-ku tiga hari lalu berhasil terlewati dengan baik. Kini aku memiliki rating Boeing 737 NG dan Classic).
“Mia Mei…”, potongku tiba-tiba.
“Kenapa Bun?”, tanya mereka kompak.
“Kalian mau es krim ga??”, usahaku mengalihkan keluhan mereka hanya bisa sebatas menawarkan es krim.
“Maaaaaauu!!”, jawab mereka lagi.
“Yaudah tungguin ya. Aku beliin. Mei yang coklat almond, Mia yang white almond, kan??”
Mereka mengangguk sembari memberikan cengiran ngeselin dan gemesin.
Tak jauh dari kolam renang terdapat market mini milik apartment yang kami sewa. Setibanya disana, aku bergegas memilih es krim yang mereka sukai dan sesekali melihat mereka yang kini sedang berebut buku kecil berwarna pink milikku. Hal itu membuatku tersenyum tipis dan membathin ‘ada-ada aja sih tingkah mereka’.
Ketika aku sudah di depan kasir, aku meletakkan dua es krim almond itu di atas meja.
“Ga tambah es krim yang ini Kak, lagi promo buy 1 get 1 loh!”
‘Ah ini kan es krim kesukaanku!’, bathinku lagi.
Ya, aku lebih suka es krim yang ada di dalam wadah berbentuk bulat dengan dua rasa, vanila-strawberry atau vanilla-cokelat.
“Yaudah Mas, saya mau yaa. Bisa di mix kan variannya?”
“Bisa Kak.. biar saya ambilkan, Kak..”
“Makasih Mas..”
Begitu selesai membayar, aku segera berlari kecil menuju tempat Mei dan Mia berada.
“Hey kalian, lagi ribut kenapa sih??”, tanyaku sembari memberikan es krim pesanan mereka.
“Mia nih Bun, ga mau gantian baca buku catetan Bunda..”
“Yee kan kamu udah baca Tek!!”
“Kapaaan aku baca?? Beloom sama sekaliii!!”
“Udah udah jangan ribut. Nanti di foto copy aja itu catetannya yaa. Jadinya kalian ga perlu rebutan!!”
“Boleh Bun? Ga sayang? Kan Bunda nyatet sejelas ini tuh butuh waktu bahkan sampe begadang tiap hari?”
“Iyaa, bahkan saat kita malem mingguan, Bunda rela ga ikut kita jalan-jalan demi nyatetin semua ini!”
“Hahaha ya gapapa dong. Emang sayang kenapa??!!”, aku mulai melahap es krimku dengan sendok kecil berbahan kayu.
Sembari menikmati es krim vanila strawberryku, aku sesekali membantu mereka belajar dan membantu menjawab ketika mereka mengajukan pertanyaan.
Ketika mereka sudah tidak mengeluh cape dan mulai bisa memahami materi, aku pun mulai memberanikan diri untuk berpamitan kepada mereka.
“Guyss…”, ujarku perlahan.
“Kenapa Bun?”
“Sepertinya dalam pekan ini, aku akan pindah dari apartement ini yaa..”
“Loh kenapaa?”
“Hm aku mau pindah ke kosan yang harganya lebih terjangkau dan pas di kantong.”, aku menjawab sejujur-jujurnya.
“Tapi Bunda uda dapet kosannya?”
“Belum sih. Masih cari-cari.”
“Hm gituu.. yaudah kalau gitu, aku juga mau cari kosan ah!”
“Kalian ga marah kan?”, tanyaku merasa ga enak.
“Ya engga dong. Kan kita masih tetep bisa ketemu.”
“Huhu makasih yaaaa.”
“Oh jadi gitu yaa. Beliin kita es krim ternyata ada maunyaaaa…”, ledek Mia.
Seperti biasa, setelahnya kami bercanda garing ga jelas tapi bikin ngakak.
—
Di tengah kesibukanku yang hanya bolak-balik ke kantor tiap harinya, entah untuk melengkapi berbagai dokumen yang dibutuhkan, entah jadwal mengambil seragam terbang, entah mengikuti performance class lagi, aku menyempatkan diri untuk mencari kosan.
Dan alhamdulillah, di hari ketiga aku mencari kosan, akhirnya aku dapet yang sreg di hati. Ya meskipun kamarnya kecil, yang penting ada kamar mandi dalamnya dan ber-AC. Ditambah lagi, ada pemandangan sawah dari balkon lantai 2-nya. Pemandangan sawah ini mengingatkanku akan rumah. Lumayan, hal itu cukup mengurangi rasa rinduku dengan kampung halaman.
Saat aku ajak Mei dan Mia untuk tinggal di kos yang sama denganku, mereka menolak.
Alasan pertama karena kos ku ini harus masuk gang perkampungan. Menurut mereka, akses dari kos ke jalan raya cukup jauh.
Alasan kedua karena di dekat gang masuk/keluar, terdapat keranda dan tempat pemandian mayat. Mereka takut katanya.
Alasan ketiga karena jauh dari foodcourt. Wkwkwk.
——
Lima hari sudah aku tinggal di kosan ini seorang diri. Mei akhirnya pindah ke apartement yang lebih murah di dekat bandara. Sedang Mia masih bertahan di apartement kami sebelumnya.
Pada sore harinya, aku tengah menyiapkan seragam bercorak batik berwarna merah maroon dengan sedikit warna kuning gelap di bagian tengah roknya.
Kemudian, aku mulai memasang nametag ku di sisi sebelah kiri seragamku. Lalu memasang wing di sisi atas nametagku.
Fun factnya, ketika aku memasang wing, aku bingung bagaimana cara memasangnya. Dan ternyata, ga hanya aku yang merasakan hal yang sama, tapi teman-temanku juga. Hahaha.
Setelah seragam sudah ku siapkan, aku mulai memeriksa perlengkapan terbangku yang berada di koper juga travel bag dan hand bag.
Karena besok penerbangannya VV, Jakarta- Siborong-borong - Jakarta, aku hanya membawa 1 set baju tidur, 1 set baju jalan, 1 set baju formal, 1 set spare seragam, 1 pasang flat shoes, perlengkapan dan alat make up, perlengkapan mandi, yang kesemuanya ku letakkan di koper.
Sedang FAM, kamus bahasa inggris, perlengkapan selama di galley, flat shoes untuk service, dan barang-barang berukuran sedang lainnya, aku letakkan di travel bag.
Lalu berbagai macam sertifikat dan license, flashlight dan spare baterainya, QRH, note, bolpoin, dompet, lipstick, tisu basah, aku letakkan di hand bag.
Begitu sudah ku siapkan semua perlengkapan terbangku, aku mulai mencari ponselku dan mencari kontak yang ku simpan sebagai ‘Tracking’.
Dengan menghubungi nomor tracking ini, aku bisa menanyakan pesawat parkir dimana, aku juga bisa menanyakan nomor flight crew dan nomor cabin crew, bahkan informasi sepele perihal penerbanganku yang akan aku jalani.
// Anes 16.19 : Sore Pak. Saya dengan Anestya Dewi batch 50. Besok saya terbang dengan SFA Niluh. Boleh saya minta nomor handphonenya? //
// Tracking 16.23 : Sore Mba. Ini nomornya ya.. //
Jadi, bagi kami para initial FA yang baru saja aktif terbang, wajib untuk chat SFAnya sehari sebelum duty.
// Anes 16.27 : Selamat Sore, Mba Niluh. Perkenalkan saya dengan Anestya Dewi batch 50 yang besok akan terbang bersama Mba Niluh dari Jakarta ke Siborong-borong VV. Besok hari pertama saya terbang, Mba Niluh. Izin ikutan yaa Mba dan mohon bimbingannya. //
Kalau boleh jujur, aku degdegan saat mengirim pesan itu. Di sisi lain aku merasa bahagia sekali karena akhirnya aku akan aktif terbang sebagai Flight Attendant.
Sembari menunggu balasan dari Mba Niluh, aku menyempatkan diri untuk berolahraga ringan di dalam kamar mungilku ini. Setelah cukup berkeringat, aku segera mandi dan bersiap untuk shalat maghrib.
Ketika aku sedang mengaji selagi menunggu adzan berkumandang, ponselku berbunyi. Aku segera meraih ponselku. Dan ternyata pesan dari Mba Niluh.
// SFA Niluh 17.45 : Selamat Sore. Oke, noted! //
Seketika aku menelan ludah. Tak ku sangka jawabannya akan sesingkat itu. Hehehe.
———
Keesokan harinya, aku mulai prepare sejak jam lima pagi untuk schedule terbang jam 10.00. Jujur aku merasa kalau waktuku terbuang cukup lama saat bikin rambut pendekku ini terlihat terus mengembang dan tidak lepek. Ditambah lagi, kali ini aku juga harus memakai bulu mata palsu! Duh semoga ga terlihat seperti b*nci yaa!!
Sungguh kali ini aku merasa make-upku ini sangat menor. Ditambah lagi warna lipsticknya itu loh, merah banget woy! 😬
Sekitar pukul 07.00, aku sudah siap dijemput oleh mobil jemputan crew.
Di maskapai tempat aku bekerja, alhamdulillah disediakan mobil transport pulang pergi gitu. Jadi kami ga perlu riweh dan mikirin ongkos taksi. Mungkin kami hanya perlu mengeluarkan uang untuk memberikan tips kepada driver yaa, sekitar 10-20ribu sebagai bentuk terima kasih.
Jenis mobil crew di maskapai aku itu mobil avanza, dimana biasanya ada tiga crew dalam satu mobil tersebut. Jadi, kalau misal aku udah ready lebih awal, tapi crew yang semobil dengan aku belum dateng ngejemput aku, yaaa mau ga mau aku harus nungguin. Bisa juga sebaliknya. Semisal akunya belum ready karena telat bangun, bisa-bisa tuh driver dan crew yang bareng sama aku, nungguin di depan gerbang kosan.
Namun jika beruntung, aku dijemput seorang diri saja—ga ada barengannya. Tapi jarang banget hal itu terjadi. Hehe.
Begitu jam telah menunjukkan pukul 07.15, aku melihat mobil jemputan melewati pagar kosan. Mobil itu sengaja melewati kosanku untuk belok terlebih dahulu. Yaa maklum, gang kosanku ini gang buntu gitu, jadi mau ga mau, mobil harus belok dulu untuk keluar gang. Aku pun segera keluar pagar dan menunggunya tepat di samping pintu pagar.
“Selamat pagi, Pak..”, sapaku kepada driver yang kini telah mengangkat koperku dan memindahkannya ke dalam bagasi mobil.
Ohya, di maskapaiku ini, perkara ngangkat koper dan nurunin koper dari mobil itu menjadi tanggung jawab driver yang menjemput loh. Seolah-olah FAnya sama sekali ga boleh cape. Wkwkwk.
“Pagi Mba..”
“Makasih ya Pak..”, ujarku setelah memastikan driver sudah memasukkan koper dan travel bag-ku.
Aku pun membuka pintu mobil dan mulai menyapa crew yang sudah dijemput lebih dulu.
“Pagi Mba, saya Anestya Dewi batch 50, izin ikutan yaa..”
“Yaa, Pagi Mbaa.. izin ikutan juga yaa..”
Setelah basa-basi begitu, aku memilih diam, memejamkan mata, berdzikir dalam hati, dan sesekali mengingat-ngingat prosedur.
Namun jika crew yang semobil denganku mengajukan pertanyaan, baru aku menjawabnya.
Ohya, karena aku trauma pernah dimarahin senior gegara main handphone di mobil, akhirnya selama dalam perjalanan dari dan ke bandara, aku tidak pernah mengeluarkan handphone sama sekali. Semisal terpaksa harus main handphone, maka aku akan meminta izin terlebih dahulu.
~
Butuh waktu sekitar 45 menit untuk kami tiba di bandara.
Hari itu, aku merasa agak degdegan, rasanya sedikit sesak napas, mungkin karena kali ini aku beneran pake seragam pramugari yaa. Yang untuk ngedapetinnya tuh butuh perjuangan yang panjang dan rumit. Hehehe😅
Setibanya di crew room, seperti biasa, aku harus nyalamin semua orang disana dan memperkenalkan diri secara lengkap: “Pagi Mba, saya Anestya Dewi Batch 50.”
Setelah salaman dan kenalan, aku segera melakukan sign in dan melakukan pemeriksaan kesehatan.
Begitu selesai, aku mencari crew yang akan terbang bersamaku.
Disaat mencari mereka, tiba-tiba aku mengingat cerita salah satu rekanku di penerbangan pertamanya.
“Penerbangan gw tadi, kacau banget cuuy!! Senior-senior gw diemin gw sepanjang penerbangan. Mereka ga ngajak ngomong sama sekali. Sekalinya ngajak ngomong, karena merekanya marahin gw. Pokoknya setiap apa yang gw lakuin selalu salah di mata mereka. Tiap gw gerak nih, eh diperhatiin banget terus ujung-ujungnya gw diomelin. Sumpah gw sempet khawatir saat gw napas, bakal dimarahin juga!!
Huhuhu…
‘Yaa Allah, semoga crew aku baik-baik yaa…’
###
Diubah oleh aymawishy 30-10-2023 23:33
baccu dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Kutip
Balas
Tutup