akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang

Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
38.3K
1.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread•41.7KAnggota
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#250
Spoiler for Mouth For War:

CHAPTER 63 - SEASONS OF THE UNFORGIVEN # 1
Quote:


Sebulan penuh aku dirawat di rumah sakit, dan disaat itu hari-hariku harus aku lalui dengan balutan rasa dendam & kemarahan dalam diriku. Sebenarnya aku bukanlah sosok pendendam. Tapi setelah aku tau otak dan dalang dari peristiwa yang menimpaku udah minggat jauh meninggalkan kotaku. Rasa marah dan kebencian itu akan hadir tiap kali aku bernafas. Dari peristiwa ini rasanya makin menguatkan tekadku kalo aku bakalan mencari keadilanku sendiri. Entah bagaimanapun caranya aku ga pedulli, aku harus meraih keadilan yang layak untuk diriku.

Hari ini aku udah diperbolehkan untuk pulang ke rumah, kondisiku hanya perlu perawatan intensif lanjutan perawatan jalan aja. Untuk perawatan luka pasca operasi kecil di bagian punggungku, lukanya belum sepenuhnya sembuh. Kondisiku ga harus rutin untuk datang ke rumah sakit. Aku ga perlu khawatir karena semua itu akan ditangani sendiri ama kakakku, mbak Anna. Beruntungnya kondisi kakiku ga mengalami cidera sama sekali, jadi untuk urusan aktivitas berjalan udah bisa normal aku lakukan sendiri tanpa bantuan keluargaku. Sebelumnya selama 2 Minggu pertama aku hanya bisa terbaring di ranjang karena kekurangan banyak darah. Gejala anemia berat itulah yang bikin aku kek cewek yang sedang mengalami masa menstruasi. Badanku lemes ga bertenaga karena darah yang aku perlukan buat aktivitas jantungku ga ada sama sekali. Transfusi darah juga dihentikan, karena hal itu sia-sia belaka.


Suasana ngumpul di rumah saat inilah yang benar-benar aku rindukan. Saat semua keluargaku sedang ngumpul, mereka semua ngasih tau dan cerita tentang semua hal dan peristiwa yang kemarin terlewatkan selama aku mengalami koma.

" Selama kamu masih ada di ruangan ICU, di depan paviliun penuh ama kedatangan semua teman-teman sekolahmu "
" Mungkin ada sekitar 25 an anak. "
" Rio datang ama pacarnya, trus mantan pacar kamu di SMP, si Hania yang terus-terusan termehek-mehek di pojokan. "
" Kipli datang kesini barengan ama cewek tomboy yang katanya adalah asisten taekwondo kamu di sekolah. "
" Dan ada cewek cantik penampilannya rada dewasa dari semua cewek yang datang kesini, mbak tanya namanya Ajeng. "
" Ada juga gadis yang ramah banget katanya dia jauh-jauh dari M*l*ng namanya Eva.
" ucap mbak Anna masih dengan ekspresi andalannya mendelikkan mata beloknya. Aku hanya menelan ludah saat kakakku itu memperlihatkan ekspresi curiga. Keknya dia emang kepo pingin nanya siapa aja cewek yang datang jenguk aku.

" Oh ya? " aku pura-pura ga seberapa mendengarkan omongan kakakku. Kalo aku langsung menanggapi bisa panjang, nanti yang tanya inilah itulah malesin bamget..
Bikin malah runyam. Kakakku mbak Anna adalah orang di rumahku yang paling cerewet dan judes sedari dulu. Ibuku aja ngakuin kalo kakakku itu turunan dari neneknya yang judes.emoticon-Ngakak (S)

" Ada lagi tuh..yang malam-malam kesini ama mamanya itu, Na. " sahut mbak Inna ikut-ikutan mengingatkan satu nama yang rupanya terlewat disebutkan mbak Anna. Aku mikir siapa ya yang udah kelewatan jenguk aku? Perasaan semua temanku udah diceritain keluargaku kalo mereka kesini waktu aku ga sadar.

" Ah iya, mbak...namanya Ratu.. dia terlihat masih kek anak SMP, wajahnya imut banget. "
" Mamanya bilang keluarga mereka asli Manado, tapi Ratu kelahiran sini. "
" Aku kan sempet ngajak ngobrol mamanya yang nanya-nanya kondisi Saka
. " mbak Anna balik memandangku curiga. Ini pandangan yang aku artikan sebagai sebuah paksaan buat aku segera cerita.

" Oh Rara ya ? "emoticon-Genit

Ibuku yang sedari tadi menyiapkan makan malamku, terlihat hanya geleng-geleng kepala.

" Pantesan kamu putus ama Siska. "
" Apa kamu diluar sana suka mainin perasaan cewek, dek
? " ibuku dengan nada lembut tapi dengan pandangan kepo menyelidik bertanya tentang hal yang selama ini selalu aku rahasiakan ke keluargaku.

" Aku berteman baik ama mereka semua, Bu. "
" Hanya Hania dan cewek yang bernama Eva, yang sempat pacaran sebentar ama aku. "
" Itu juga sebelum aku pacaran ama Siska loh
. " aku mengalihkan pandangan menghindari kontak mata dengan kakak-kakakku yang masih ngeliat ke arahku.

" Pokoknya ibu ga mau denger kalo anak laki-laki ibu sampai jadi perusak masa depan anak gadis orang! "

DEGGG...!!!

Kata-kata itu akhirnya kembali dan kembali lagi untuk mengingatkan aku. Aku hampir keselek saat makanan yang aku telan terasa berat buat masuk di kerongkonganku.

" Siska ama Eva apa kabar ya? "
" Apa mereka kangen ama aku?
" entah darimana pemikiran itu langsung terlintas di pikiranku saat itu. Apa karena 2 cewek itulah yang sementara ini pernah " beruji coba "denganku.


Semua teman-teman dojangku di tempat aku berlatih sejak kecil beramai-ramai datang ke rumahku.
" Apa yang kamu lakukan udah benar, karena kamu membela diri. "
" Kalo kamu ga ngelakuin itu, mungkin nyawa kamu akan melayang. "
" Walaupun hal itu juga ga bisa untuk jadi pembenaran, tapi untuk kasus kamu kami mengerti kalo hal itu sebuah langkah pengecualian disaat kondisi kita terdesak. "
" Permasalahannya tindakan kamu terlalu brutal. "
" Kami telah berunding dan sepakat untuk sementara menonaktifkan dulu kamu sebagai mentor di semua kegiatan Dojang di tempat kita maupun di bekas sekolahmu
. "

Di hadapan mereka semua, aku mengakui kalo aku bersalah dan siap dapat konsekuensi hukuman. Sabeumku yang udah menempaku sedari aku bocah SD. Dia langsung datang dari kota tempatnya sekarang tinggal, bersama semua para senior berkunjung ke rumahku.
Udah lama aku ga bertemu ama sabeumku itu. Dia adalah seseorang yang sangat aku hormati. Dari dialah aku bisa tumbuh dalam kepercayaan diri yang besar untuk selalu berani menghadapi siapapun. Dia lah seseorang yang menggali keberanian yang aku miliki untuk dijadikan sebagai modal dan bakat yang aku miliki untuk menjadi atlet.
Sebelum aku masuk Dojang taekwondo, aku emang lebih dulu bergabung di Dojo Karate yang tempatnya lebih dekat dengan rumahku.
Tapi di tempat Dojanglah aku menemukan sebuah arti kekeluargaan yang aku temukan di luar rumahku. Bukannya di Dojo aku ga bisa menemukan hal itu. Senior-senior di Dojang taekwondo selalu menganggap aku adalah adek mereka sendiri. Hal itulah yang selalu aku anggap sebagai kenyamanan, dimana aku jarang dapat kenyamanan dari lingkungan berkaitan dengan apa yang aku miliki.

Aku bisa paham, kalo club Dojang di tempatku memberikanku sanksi. Aku menerimanya dengan ikhlas dan lapang dada. Ga ada yang salah ama keputusan yang udah diambil toh semua alasannya aku rasa juga benar. Aku udah tau resiko dan konsekuensi yang harus aku terima. Harus aku akuin kalo aku emang salah, menyerang lawan yang udah ga berdaya secara brutal dan keji. Mungkin karena pikiran rasionalku udah dikuasai emosi dan iblis yang tiap waktu menggodaku untuk berbuat sadis. Aku pernah tersenyum dengan ungkapan dari entah siapa yang ngomong.

" Kalo kamu bertarung dengan lawan yang punya kemampuan beladiri, jangan takut..!!"
" Pokoknya serang terus secara sporadis walaupun kamu ga punya bekal teknik beladiri sekalipun. "
" Gunakan kekuatan tubuhmu buat menyerang. "

" Hahaha.."
" G*bl*g..! "
" Kamu hanya akan jadi samsak hidup buat lawanmu. "
" Kecuali tubuhmu terbuat dari besi dan kamu ga merasakan sakit, kek sebuah buldozer
. "


Hanya dalam keadaan tertidurlah, semua aktivitas di otak dan pikiranku dapat sepenuhnya bisa beristirahat dengan tenang. Disaat kondisiku masih belum sepenuhnya pulih, aku masih tetap berpikir bagaimana selanjutnya aku akan menjalani hidupku ke depannya. Semua orang-orang di sekitarku, seluruh keluargaku bilang, sebenarnya aku mendapatkan berkah dan kesempatan untuk menjalani hidup kedua. Dan mereka semua selalu menasihati kalo aku harus segera bertobat dan mulai lagi menjalankan ibadah yang udah lama aku tinggalkan.
Setelah kejadian kemarin aku " sempat " merasakan mati, apakah aku takut untuk menjalani kehidupanku ke depannya. Jawabanku tidak, bukannya aku ngerasa jumawa dan sombong dengan kondisi itu. Sekarang (waktu itu) aku bukanlah seseorang yang mudah percaya dengan utopia dan mimpi tentang keyakinan dan kepercayaan apapun, mungkin karena bagiku saat itu aku belum mendapatkan pengalaman spiritual berharga apapun. Baik dari selama aku kecil sampai dewasa. Aku ga pernah bersentuhan maupun mendapatkan pengalaman langsung dengan sebuah entitas yang bagi semua orang bernama " Tuhan ". Kalo ada orang yang bilang aku terlalu naif dengan pemikiranku, saat itu aku ga pernah peduli dengan pandangan mereka. Toh selama aku menjalani kehidupanku itu yang tanpa terikat dengan kewajiban, dosa maupun pahala. Aku fine-fine aja

" Kamu emang manusia ga tau diri, Saka ! "
" Kamu udah dikasih kesempatan hidup kedua ama Dia, sang pemilik kehidupan."
" Balasan apa yang udah kamu lakukan ? "
" Bersyukurpun..ga pernah kamu lakukan
. " hardik nuraniku.

Semua keluargaku awalnya selalu menyembunyikan tentang perkembangan kasus yang menimpaku. Mungkin mereka berpikir biar kondisiku cepat pulih tanpa memikirkan kasus itu. Dan dari Kiplilah aku baru tau kalo 2 orang yang membacokku udah dapat ganjaran dan hukuman yang setimpal dari anak buahnya bang Rizal dan Kipli sendiri yang mengeksekusinya.

" Yaelah..kenapa mereka berdua kudu kalian bikin kek gitu ? "

" Ga ada cara lain, Ka. "
" Cuma cara itu yang kami lakukan.
" jawab Kipli dengan pandangan serius.

" Aku sebenarnya punya rencana mau revans ama mereka bertiga. "
" Mereka nanti kan bakalan masuk di lapas yang sama denganku. "
" Aku masih sangat mampu duel lagi kalo hanya berhadapan dengan curut-curut itu
. "Aku rasanya males denger berita kalo calon lawanku udah dibikin lemah duluan.

" Heh, mbut..!!"
" Jangan pernah kamu gunakan kemampuan kaki kamu buat duel lagi, Ka. "
" Bahaya banget..!! "
" Kamu belum tau dampak dari kematian orang yang kamu hajar. "
Kipli memandangku tajam.

" Kenapa emangnya? "
" Toh dia udah mati. "
" Kalo dia kemarin ga aku hajar, kemungkinan sekarang kamu ga akan ngobrol ama aku, mbut
! "

" Semua tulang dada dan iganya patah, blok..!! " bentak Kipli keras, memelototi dan menoyor mukaku.

" Oh itu.." jawabku pelan.

" Mamat bakalan nyiapin upacara penyambutan buat mereka, Ka. " ucap Kipli cengengesan.

" Jangan, mbut..! "
" Sekarang kamu bilang Mamat buat batalin hal itu. "
" Mereka belum jalanin hukuman, nanti mereka bisa mati duluan
. "

Kipli menggeleng dan tersenyum menyeringai.

" Terlambat, Ka. "
" Mamat udah tau. "
" Waktu dia tau kamu dibacok dan sampai koma. "
" Dia beneran marah, dia minta ijin keluar dari lapas 2 hari dengan alasan pulang ke rumahnya. "
" Dia ngotot ke kakak iparmu minta diikutkan rombongan ke seberang, tapi dicegah ama bang Rizal setelah tau reputasi Mamat masuk penjara karena apa
. "

Quote:



Koh Rudy beberapa kali datang ke rumah untuk bisa ngelobi aku. Rupanya dia disuruh pak Wijoyo untuk mengupayakan hal damai denganku.

" Koh Rudy tau? "
" Masalahnya sekarang ga sesimpel yang kokoh dan pak Wijoyo bayangkan. "
" Masalah ini bukan lagi menyangkut tentang aku seorang. "
" Sekarang hal ini udah menyangkut marwah keluarga besarku. "
" Kokoh tau yang bikin 2 orang tersangka itu lumpuh? "
" Emangnya aku yang nyuruh mereka buat ngelakuin hal itu? "
" Aku dan keluargaku disini ga pernah sekalipun nyuruh mereka untuk berbuat gitu. "
" Keluargaku di luarlah yang secara sukarela ngelakuinnya buat aku
. " koh Rudy yang datang dianter bang Rizal rada kaget dengan ucapanku. Dia ga tau kalo yang udah bikin lumpuh adalah anak buah bang Rizal, yaitu teman-temanku di pelabuhan yang notabene sebagian besar adalah orang yang ikut kerja di perusahaanya. Rupanya bang Rizal menutupi dan ga bercerita hal itu sama sekali ke koh Rudy.

" Pak Wijoyo minta tolong ke kokoh, buat sampein minta kebijaksanaan kamu Saka. "

" Trus? Untungnya buat aku apa, Koh?"
" Kokoh belum pernah kan, diancam dan diserang langsung untuk dibunuh orang? "
" Selama ini kokoh selalu dilindungi orang yang kokoh bayar buat jadi centeng. "
" Aku berjuang sendirian nyelametin hidupku dari serangan 4 orang yang terang-terangan udah membacokkan senjatanya buat bunuh aku. "
" Terus kebijaksanaan macam apa yang diharapkan pak Wijoyo dari aku yang hanya sopir dan mantan pencatat bongkar muat di gudang?
"

" Ya bukan bermaksud gitu, Ka. "
" Kali ini pak Wijoyo menawarkan kamu kompensasi yang selayaknya kamu terima dari insiden itu. "
.

" Oh gitu?
" Maksudnya dia mau membeli aku gitu?
" Trus keparat tua itu mau ngehargai berapa duit buat nyawaku koh ?
" baru kali ini aku berbicara dengan nada keras ke mantan bosku.

" Ya nanti bisa kamu bicarakan lagi, kamu mintanya berapa, Ka? " jawab koh Rudy dengan suara bergetar.

" Dengerin baik-baik, Koh. "
" Kalo aku berniat memeras pak Wijoyo, gampang..hal itu bisa aku lakukan sendiri tanpa bantuan siapapun. "
" Ga juga bantuan dari om Thomas yang sekarang lagi ngincer keluarga pak Wijoyo. "
" Kokoh kan udah tau siapa itu pak Thomas dan klan persaudaraannya. "
" Suatu waktu aku akan mencari sendiri anaknya pak Wijoyo, ga peduli dia sekarang ada di negera orang.
" sahutku dengan yakin.


" Kalo aku boleh kasih saran nih Koh. "
" Bukan aku mau ngancem kokoh atau apa. "
" Kokoh bakalan nyesel kalo sampe berurusan dengan klannya pak Thomas.
" Jadi mending kokoh melipir aja dari urusan ama Om Thomas
. "


XXXXX



Quote:


Aku kudu piye, Jum?emoticon-Gregetan


(Bingung dongs)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 19-10-2023 13:04
namakuve
pussyabigore
grogoroth
grogoroth dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.