akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang

Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
38.6K
1.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread•42.2KAnggota
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#236
Spoiler for South Of Heaven:

CHAPTER 61 - AKU DAN SEEKOR SERIGALA BERBULU LUMBA-LUMBA

Aku ga bisa sama sekali ngerasain apa yang awalnya terasa sakit banget di badanku. Padahal perasaanku tadi disaat sebelum aku tertidur, aku masih inget bagaimana rasanya sekujur tubuhku terasa perih, pedih kek dirajam rasa nyeri ga berujung. Aku masih inget bagaimana sensasi rasa yang akan selalu terkenang dalam hidupku. Saat tubuhku ditusuk sebuah benda tajam yang masuk ke daging tubuhku beberapa kali. Terutama di kedua tangan, punggung dan pundak. Sekelebatan potongan peristiwa itu hadir kembali saat tulang tanganku beradu dengan benda tajam itu. Rasa ngilunya kembali hadir membayangi. Aku sedikit bergidik ngeri saat membayangkan lagi luka koyak menganga di tangan kiriku. Beruntung bukan pedang katana pelakunya, kalo saja mereka pake pedang katana asli. Bisa dipastikan tanganku sekarang pasti putus kena sabetannya.

Sekarang aku bisa ngeliat badanku terpasang berbagai macam selang yang menancap di hidung dan mulutku. Ada ibuku dan kedua kakakku yang sedari tadi terlihat menangis di sisi ranjang yang aku tempati. Aku sama sekali ga bisa mendengar apa yang sedang diucapkan kedua kakakku, ibuku sedari tadi hanya menangis memeluk badanku.


Dan aku kembali terlelap..

Di masa kecilku saat bermain di goa di ujung komplek karyawan di pedalaman hutan Kalimantan. Aku dulu punya sahabat seekor serigala. Bukan teman imajinasi seperti yang selalu dikatakan tetanggaku disana. Mereka selalu bilang kalo aku berhalusinasi. Wowon, namanya. Dia adalah mahluk penunggu goa itu. Tingginya sebesar anak sapi. Wowon berwarna hitam legam. Dia bukan serigala yang buas. Aku dulu sering ngajak dia buat sekedar main di sekitar goa. Kalo udah kecapekan bermain atau nunggu hujan reda buat pulang ke rumah, aku akan tiduran di atas perut Wowon. Semua keluargaku juga sering ngeledek kalo aku emang perlu teman. Ayahku akhirnya memberikan aku seekor anjing yang kami pelihara di rumah.

Dan kini, Wowon datang menemui aku di rumah sakit ini. Dia tadi aku liat tiduran di bawah ranjang yang aku tempati. Sayang aku ga bisa bangun. Seingetku Wowon suka banget ama biskuit roti yang dulu sering aku bawa untuk aku bagi makan dengan dia. Walaupun Wowon adalah serigala dia bilang dia ga suka makan daging. Biskuit yang aku kasih selalu sukacita dia makan. Di nakas sebelah ranjang, aku ngeliat banyak kaleng biskuit berjajar. Aku pingin bangun ngasih Wowon biskuit, tapi rasanya mataku masih terasa berat buat melek. Mataku lengket ga bisa kebuka.

" Won, kamu tadi kesini kan nyeberang laut. "
" Emang kamu bisa berenang ?
"

Wowon berdiri dan menggeser-geserkan kepalanya ke badanku, seperti itulah kebiasaan dia kalo suasana hatinya sedang senang. Aku paham kalo dia sekarang mau menunjukkan rasa kangennya karena udah lama banget kami ga bertemu.
Wowon hanya melet dan menjulurkan lidahnya kek Molly anjingku di rumah.

" Loh? Kamu kan serigala, won? "
" Mosok tingkah kamu kek anjingku di rumah. "


Wowon malah mengibas-kibaskan ekornya sebagai tanda dia senang ketemu aku.

Aku ketawa lebar, aku terhibur banget rasanya perasaan seneng ini kembali hadir dan mengalahkan rasa sakit yang saat ini mendera sekujur tubuhku.

" Won, sebentar ya. "
" Aku mau kasih kamu biskuit kesukaan kamu.
" ucapku. Tapi rasanya badanku sakit banget buat digerakkan.

Wowon kegirangan, ekornya dikibas-kibaskan makin keras. Sampe hembusan anginnya terasa menerpa badanku.

" Won, pantesan anginnya kenceng. "
" Ekormu kok berubah jadi ekor lumba-lumba
? "

Aku lagi-lagi ketawa. Wowon ada-ada aja kalo mau ngelawak ngehibur aku yang sakit. Aku seneng banget teman masa kecilku belain jauh-jauh datang ngajak aku main lagi.


" Dek...dek.."
Wajahku dielus-elus kakak keduaku mbak Anna yang nyoba bangunin aku. Rasanya mataku masih lekat dan ga bisa aku buka sama sekali. Semakin keras aku pingin membuka mata, nafasku sekarang tersengal-sengal. Sekarang nafasku rasanya berat dan sesak.

" Dokter..dokter.."
" Cepetan dok..adik saya rasanya kolaps lagi
. " teriak kakakku terdengar panik.


Quote:


Saat aku bangun dari tidur, semua badanku rasanya kek dililit sebuah kawat berduri di badanku. Rasanya perih banget terutama kedua tangan, pundak dan punggungku. Sewaktu aku bangun semua keluargaku langsung memelukku. Di kamar ini hanya ada ibuku dan 2 kakakku.

" Ah mesti lebay..!! "
" Baru juga aku tidur selama..
" batinku, refleks aku ngeliat ke atas jam dinding di ruangan ini. Sekarang pukul 04.00 dini hari berbarengan dengan azan subuh yang samar-samar terdengar. Berarti aku cukup lama tertidur hampir 8 jam lamanya.

" Dek, kamu udah sadar. " ibuku menangis memelukku.
" Aku kan cuma tidur sebentar, bu. " ucapku pelan, rasanya mulutku masih sulit buat ngeluarin suara. Waktu aku ingin menggerakkan badanku, rasa nyeri itu langsung menyerang sekujur tubuh.

" Jangan banyak gerak dulu, dek !! "
" Kamu koma selama 4 hari. "
" Nanti selang transfusi buat darah kamu lepas.
" bisik mbak Anna masih dengan kebiasaannya selalu memelototiku. Walaupun sekarang aku lagi sakit.

Sewaktu tidur tadi aku rasanya bermimpi ketemu ayahku dan kedua kakekku di sebuah ruangan besar. Mereka semua berkumpul jadi satu, tapi herannya mereka ga saling berbicara. Saling diem-dieman.

" Ada apa ? perasaan hubungan kakek-kakekku dan ayahku baik-baik aja. "
" Kenapa mereka ga saling bicara? "
" Apakah mereka masih saling ribut buat memperebutkan aku?
" batinku

(Semasa bayi aku diperebutkan ama ke 2 kakekku, dari pihak ayah dan ibu.)

Ayahku nyamperin aku di batas ruangan, aku ga boleh masuk ama seseorang saat tanganku menuding-nuding tanda kalo aku mau masuk ke ruangan itu, dia hanya menggeleng.

" Kamu pulang, Ka ! "
" Kamu kudu jagain ibu dan kakak-kakak kamu. "
" Sekarang waktunya kamu gantiin ayah buat selalu jagain mereka. "
" Ayah udah maafin kamu dek
. " ayahku tersenyum tipis, dia bergegas berjalan dan menjauh dari depanku. Ayahku kembali di samping kedua kakekku yang hanya melambaikan tangan ke arahku. Lalu aku ngerasa pundakku disentuh ama seseorang yang mukanya aku kenal. Tanganku digandeng untuk ngikut kemana dia berjalan menjauh dari tempat ini. Bayangan keluargaku di ruangan ini udah ga bisa aku liat lagi. Karena digantikan dan tertutup ama sekumpulan orang yang tiba-tiba masuk.


XXXXX


Saat aku terbangun lagi di siang hari, samar-samar aku mendengar suara Siska. Dia terlihat berbicara ama ibuku. Kenapa teman-temanku ga ada yang jenguk aku ya. Kipli? Mala?

Saat aku memejamkan mata lagi, aku ngerasa suara bang Rizal terdengar.

" Bang.." sapaku pelan.

Bang Rizal muncul ama ibuku, diikuti Siska dan mama papanya yang tersenyum ke arahku. Mereka semua berdiri di ruangan sebelah yang tertutup tirai kain.

" Putune Ming wis tangi rek"(cucunya kaisar Ming udah bangun rek) ledek bang Rizal ketawa.
Aku cuma bisa tersenyum tipis. Rasanya aku ga punya tenaga sama sekali. Untuk melek rasanya berat banget, nafasku berat banget untuk sekedar bicara.

" Aku merem aja ya. "
" Aku masih ga kuat melek
. " ucapku susah payah dengan nafas yang masih terengah-engah setelah ngomong.

" Jangan banyak ngomong dulu. "
" Merem ama dengerin aja, udah cukup. "
" Kamu kehilangan banyak darah, untung kamu ulet bertahan dek
. " bisik kakak tertuaku mbak Inna.

" Tadi aku ketemu ayah. "
Aku balik terlelap lagi, sekarang rasanya merem masih sebuah kenikmatan yang aku butuhkan.

Quote:

Arep nangdi, Jum? emoticon-Bingung (S)
Nang Swargo Kidul
emoticon-Traveller

Quote:



(Capek beud dongs... lanjutnya kapan-kapan)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 29-09-2023 07:52
hitnaru714
pussyabigore
grogoroth
grogoroth dan 17 lainnya memberi reputasi
18
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.