akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang

Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
38.7K
1.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread•42.2KAnggota
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#225
Spoiler for Risalah hati:

CHAPTER 59 - AKU DAN SEEKOR KATAK DALAM TEMPURUNG

Udah hampir 3 Minggu lebih aku jadi sopir taksi, belum ada seorangpun temanku yang tau apa kegiatan dan kerjaanku sekarang. Termasuk juga Mala, dia mengira aku masih kerja di pelabuhan. Tapi rasanya Siska tau apa yang aku jalani sekarang. Ibuku pasti udah cerita mengingat Siska dalam seminggu bisa 2-3 kali mampir ke rumahku. Tanpa mau dia ketemu aku. Kalo dulu sebelum kejadian dia diajak Arthur ke acara pertunangan teman kampusnya, Siska tiap hari mampir ke rumahku dulu sebelum pulang ke rumahnya di p**d** n**w*n*.

Kakak tertuaku yang cerita kalo selama ini Siska tiap hari ke rumahku ternyata dia belajar memasak ama ibuku. Padahal kalo menurutku dia bisa aja belajar ke bi' Nah di rumahnya sendiri. Ga tau juga kalo Siska ternyata emang berniat jadi istriku, mungkin dengan ngambil hati ibukuemoticon-Genit

" Kamu tau ? tiap siang itu Siska sering ijin ke ibu buat numpang tidur di kamar kamu. "
" Dia kalo mampir kesini seringnya kecapekan, dek
. " ucap mbak Inna, kakak tertuaku.

" Ibu ama kakak itu selalu nyaman kalo ada dia disini. "
" Perasaan sebagai gantinya kamu yang selalu minggat terus-terusan dan ga pernah betah di rumah.
" mbak Inna nyubit pipiku ga lupa juga mendelikkan matanya yang belo'. Aku sering kali risih ama kakak-kakakku yang masih memperlakukan aku kek aku bocah SD.

Pantesan kalo pas malam hari waktu aku mau merem, sering banget aku bayangin Siska seolah kek tidur di sampingku. Tercium aroma seprei dan bantalku aroma badannya Siska. Padahal aku tanding ujicoba ama dia di kamar bekas kakakku di belakang. Ternyata dia sering numpang tidur di ranjangku.

" Rasanya ranjangku kudu ganti yang rada empuk deh. "
" Apa spring bednya kudu diganti ama yang baru? biar suatu saat pas buat pertandingan ujicoba bisa memaksimalkan performa kami
. " batinkuemoticon-Genit

Aku udah menganalisa cara main penerorku, dia akan telpon dan SMS di tiap jam. Untuk telepon dia selalu berkata kalo aku bakalan celaka di suatu waktu yang udah dia tentukan. Aku langsung nantang dia duel sekarang juga, ketemuan di sebuah tempat. Dan kalo udah gitu, dia akan buru-buru langsung mematikan telepon dan menonaktifkan ponselnya.

" Pengecut. !! "
" Persis sama kek bos yang ngasih order
. " umpatku.


Istirahat jam makan siang yang biasanya aku pake buat ngetem di sekitar sekolah Siska. Untuk hari ini sengaja aku pake buat main ke tempat kontrakan bang Rizal. Aku udah agak lama ga ketemu bang Rizal setelah aku diberhentikan dari gudang pelabuhan. Bang Rizal adalah mahluk nocturnal terkait ama kerjaannya. Hal itulah yang memaksa dia aktif di malam hari dan berhibernasi di waktu matahari beraktifitas, dia baru bisa tidur biasanya di jam 8 pagi.

" Aku kira siapa, perasaan aku ga order taksi. " ucap bang Rizal bukain pintu rumah kontrakannya. Dia rada kaget karena baru sekarang dia tau kerjaanku apa.
Aku dari dulu sering heran dan sempat nanya, kenapa istri dan anaknya bang Rizal kok ga mau nyusul dia kesini aja. Mereka lebih betah di kotanya sana di Manado. Bang Rizal beralasan kalo keluarganya ga perlu sampe tau ama kerjaan berisiko yang dijalaninya. Kerjaan yang ga baik buat psikologi anaknya yang masih balita.

Kami akhirnya banyak ngobrol terutama soal masalah yang sekarang aku hadapi.

" Koh Rudy, bilang ke abang, Ka. "
" Andai perusahaan pak Wijoyo bukan customer kakapnya perusahaan koh Rudy, dia juga ga mau berhentiin kamu. "

" Gapapa, bang. "
" Aku sebenarnya juga bosen kerja di pelabuhan, bikin kegantenganku ternodai. "
" Tiap hari kulitku kena angin laut yang ngandung garam.. bikin cepet kusam..hehehe.
" jawabku cengengesan. Tapi beneran kok, kalo udara di pelabuhan rada mengandung garam dari proses penguapan sinar matahari.

" Oh..Pancen putune Ming (dasar cucunya kaisar Ming)..!! " bang Rizal gemes menoyor kepalaku.
Aku cuma ngakak kalo dia mulai nyinggung sesuatu yang sebenarnya di masa kecilku hal yang paling aku benci. Ledekan itu sebenarnya berasal dari keluargaku di rumah. Ayah dan ibuku dulu selalu ngeledek guyonan, kalo aku adalah cucunya kaisar Ming yang dititipkan dan diasuh mereka. Hal itu dulu sempat aku percayai waktu aku diambil kakek dan nenekku buat diajak untuk menemani mereka sampai aku bersekolah SD di kawasan Jakpus hingga kelas 3.
Aku dulu sempat ngerasa kenapa aku dibedain ama ayah ibuku mengingat kami ga ada kemiripan sama sekali ama kedua saudara kandungku. Tapi semuanya itu aku pahami setelah menginjak usia SMP kelas 1 waktu kakekku meninggal. Ibuku cerita kalo kakekku yang Chinese mohon ama ayah dan ibuku supaya aku diijinkan ikut dengannya bersama nenek. Saat itu ga ada satupun anaknya yang tinggal bersamanya, mereka kesepian di masa tuanya.Om dan tanteku semuanya tersebar di wilayah Jawa Barat dan Kalimantan. Walaupun dengan berat hati ayah dan ibuku akhirnya mengijinkan. Padahal sebagai anak laki-laki satu-satunya yang mereka punyai, ibuku ga rela sama sekali. Tapi demi bakti ibuku ke orangtuanya maka aku diijinkan dibesarkan nenek.

" Sebenarnya abang itu mau kamu lanjut kerja di club, Ka. "
" Tapi abang tau kalo kamu disini, yang ada malah kamu nanti ga niat kerja. "
" Kamu kalo udah ketemu alkohol udah kek berasa minum es teh manis."
" Ga bisa berhenti
. " cibir bang Rizal sewot ama kebiasaan burukku. Bang Rizal pernah nemani aku duduk semalam suntuk ngabisin minuman, waktu temannya party open bootle. Bang Rizal emang ga kuat minum, makanya dia nyuruh aku wakilin dia buat nemani teman-temannya. Waktu club udah tutup di jam 03.00 dini hari. Dan masih tersisa 1 botol utuh, tapi 4 orang temannya bang Rizal udah pada tumbang tiduran ga sadar di kursi sofa club, ada seorang yang terbaring deket pintu keluar toilet. Tidur berkubang jackpot muntahannya sendiri.emoticon-Najis (S)

" Sisa sebotol kamu bawa pulang aja, Ka. "
" Kamu kuat pulang ke rumah
? " ucap bang Rizal bernada kuatir.

" Aku kuat, tapi motornya kudu jalannya pelan banget."
" Kalo ragu dinaikin biar aku tuntun aja biar ga jatuh
. " jawabku berniat becanda. Tapi yang ada malah bang Rizal melotot ama candaanku yang garing buatnyaemoticon-Ngakak (S)

"Yakin kamu bisa pulang? " tanyanya sekali lagi disaat aku bersiap menaiki motor.

" Hehehe..badanku malah lebih enakan kalo kena alkohol. "

" Mosok kamu titisan Wong Fei Hung, si drunken master?
" tanya bang Rizal kembali menoyor pipiku.


" Kamu udah tau siapa yang ngancam kamu, Ka ? "

" Udah, bang. "

" Dia orang suruhan kan?"

" Iya, aku sebenarnya bisa aja langsung nyulik si Arthur anaknya pak Wijoyo. Dan aku bikin dia hilang secara senyap ga berbekas. Tapi apa untungnya buat aku, bang? "
" Walaupun aslinya dia emang adalah rivalku
. " aku inget banget bagaimana jengkelnya aku ama muka si Arthur fakboi yang dandy ini.

" Maksudnya rival? "
" Wong kamu disuruh ngawal dia gitu loh, tapi kok? "

" Arthur itu orang yang saat itu ngedeketin mantanku, bang. "
" Kalo dari awal aku tau anak pak Wijoyo adalah Arthur aku ga mau nerima perintah kerjaan dari koh Rudy. "
" Dan waktu tau dia bermasalah karena niduri cewek itu berkali-kali dan ga mau tanggung jawab ama status hubungan mereka. "
" Aku bersumpah waktu tau dia ngincer Siska apalagi sampe aku tau Siska udah dipake, bakalan aku mutilasi dia buat jadi s*x doll kaum gay."

" Ga usah kamu sampe punya pemikiran sadis kek gitu. "
" Abang tau kamu itu rada psikopat kalo udah nyangkut harga diri. "
" Abang jadinya ngerti dan paham ke arah mana masalah ini awal mulanya
. "

Bang Rizal nyuruh aku nunggu dulu di rumahnya dia bilang mau beli makan siang. Dan dia mau ambil sesuatu buat aku, katanya titipan dari Helen.
" Wah pasti itu jamu khusus buat aku "emoticon-Leh Uga


XXXXX



Semalam aku bermimpi nyata kek dulu, tapi sekarang yang datang adalah kakeknya Eva, mbah nom. Orang yang pernah memediasi badanku ama 2 temannya. Dia semalam datang lagi ke alam mimpiku. Dia kek nyuruh aku buat segera datang ke rumah neneknya Eva.

" Saka kamu kudu datang ke rumah mbah. "
" Kalo bisa sesegera mungkin. "
" Ini ada kaitannya ama Eva
. "

Aku inget semalaman beliau cuma ngomong kek gitu ke aku. Awalnya aku mau nanya ke Eva tapi segera aku urungkan kalo inget pandangan matanya terakhir kali memandangku. Waktu dia berboncengan dengan pria yang ngajaknya keluar.

Aku ijin pulang cepat ke pak Jamil. Jam 1 siang aku kudu berangkat nekad nyamperin rumah kakeknya Eva di kota yang lumayan jauh dari sini. Butuh waktu 5 jam buat sampai di desa di kaki pegunungan itu. Rasa kepoku lebih besar dan ngalahin rasa malasku.

" Biarin deh, punggungku mau melengkung kek, kram kek.. aku ga peduli. " batinku berkendara naik motor tuaku yang selalu setia nemani aku.

Aku nyampe disana pas bertepatan ama azan magrib berkumandang di desa neneknya Eva. Aku disambut neneknya Eva di rumahnya dan dipersilahkan dulu sholat di mushola depan rumahnya yang tentu aja aku tolak.Aku beralasan kalo badanku capek banget menempuh perjalanan 5 jam naik motor tanpa berhenti.

" Mbah bisa paham kalo kamu ga mau sholat. "
" Kata mbah nom yang ngikut ama kamu ga seneng kalo kamu ibadah
. " cibir neneknya Eva. Padahal menurutku bukan itu alesannya. Setelah aku memutuskan pergi dari rumah sebelum ayahku meninggalpun aku ga lagi beribadah. Apalagi setelah ayahku pergi, aku malah ga pernah mau peduli buat beribadah.

Mbah nom datang ke rumah neneknya Eva bersama 2 orang temannya dulu yang pernah memediasi badanku. Semua keluarga Eva di rumah neneknya pada ngumpul, ada 8 orang berkumpul di ruang tamu. Aku masih ga paham kenapa sekarang aku harus disidang, padahal aku ngerasa masih ngadain pertandingan ujicoba ama Eva 2x aja. Mosok iya Eva hamil? Wong seingatku saat itu aku parkir di luar.emoticon-Stick Out Tongue

Quote:
emoticon-Cool

" Sekarang Eva langsung kena karmanya, Ka." ucap neneknya Eva memandangku nanar.
" Saya ga ngerti, mbah. "
" Saka, Eva sekarang kena guna-guna ama seseorang pria, teman sekolahnya dulu
. "

Aku langsung paham kemana arah pembicaraan itu.
" Pantesan . " ucapku pelan.
" Saya kapan hari nemuin dia, tapi matanya itu bukan mata Eva yang saya kenal, mbah. "
" Makanya mbah nom kapan hari nemuin kamu lewat mimpi kan? "
" Itu mbah yang nyuruh, Ka. "
" Mbah nom sebenarnya bisa nangkal itu, tapi percuma ga bertahan lama. "
" Yang bisa ngusir kekuatan jahat itu adalah seseorang yang Eva sayangi yaitu kamu. "
" Karena hati dan perasaan Evalah yang coba dikuasai mahluk itu buat ngebenci kamu. "

" Lah saya mana bisa gitu-gituan, mbah? "

" Kamu bisa, tapi kamu selalu nyangkal dan ga mau make apa yang udah kamu punya. "
" Kamu cuma perlu bilang ke penjagamu itu buat ngusir keluar "sesuatu" yang ada dan menguasai badan Eva. "
" Selesai urusannya
. " sahut temannya mbah nom yang disuruh Eva buat *ngerjain" aku.

" Penjaga di badan kamu mumpuni. "
" Kamu beruntung banget dapat warisan khodam itu dari kakekmu
. "

Aku berpikir di jaman modern kek gini, mosok fenomena kek gitu masih terjadi. Tapi kenyataannya emang terjadi dan menjadi bagian hidup di sebagian masyarakat kita. Dulu aku akan seringkali menyangkal fenomena dan keanehan yang menurut logikaku ga masuk akal, janggal dan omong kosong bagi kebanyakan orang yang ga percaya karena mereka belum mengalaminya. Aku ga menyalahkan orang yang ga percaya dengan hal yang bersentuhan dengan aktifitas spiritual, sebelum mereka mengalami sendiri kejadian yang membuka mata mereka.
Saat Eva datang di "mimpi nyata"ku, awalnya aku masih menyangkal. Tapi ucapannya dengan jelas ngasih tau keberadaannya dengan alamat yang bisa jelas banget aku inget. " Ngrogo Sukmo " atau melepas raga dalam tradisi spiritual masyarakat Jawa sebenarnya bisa dijelaskan secara scientific. Pendekatan dan penjabaran ilmu psikologi mengakui fenomena itu sebagai bagian dari kebudayaan manusia.


Aku emang harus balik lagi ke m*l**g untuk ke rumah Eva, neneknya Eva minta tolong ke aku buat nemuin Eva lagi. Sebenarnya orangtuanya Eva tau fenomena Eva diguna-guna karena mereka awalnya dulu ga suka ama teman laki-laki Eva ini. Makanya ibunya Eva pulang ke desanya untuk minta tolong ke keluarganya soal itu.

" Mbah minta tolong ke kamu ya, Saka. "
" Kamu cuma perlu bersalaman erat dengan pria itu. "
" Mbah yakin "selubung gaib" di badannya bakalan kebuka kalo dia salaman ama kamu. "
" Mbah yakin dia ga akan tau, soalnya dia pake dukun juga dari daerah sini. "
"Dan Eva harus kamu peluk agar dia kembali sadar dari jerat guna-guna itu
. " ucap Mbah nom dan neneknya Eva. (Sedari dulu aku ga pernah nanya namanya neneknya Eva siapa, aku selalu manggil mbah)
" Iya, mbah. " jawabku.emoticon-Genit

Beberapa waktu yang lalu orang tua Eva emang ga bisa berbuat apa-apa saat pria itu kembali nemuin Eva. Mereka seperti terhipnotis ga bisa marah saat laki-laki itu ke rumah. Kesadaran dan kemarahan akan muncul saat laki-laki ini pulang dari rumah. Demikianlah juga dengan Eva, padahal dulu di masa sekolah ibunya cerita, kalo Eva ga suka ama laki-laki itu tapi entah kenapa sekarang saat teman laki-lakinya itu ke rumah dan sekali ngajak pergi ke kondangan teman mereka sekolah dulu, Eva keknya terhipnotis.

" Semoga Eva belum sampe ditiduri pria itu. "
" Karena kalo itu udah terjadi bakalan susah buat ngelepas jerat guna-guna itu. "
" Dia berani menjual jiwanya, karena syarat yang digunakan untuk lelaku itu, laki-laki itu mempersembahkan darahnya sendiri untuk dberikan ke iblis yang membantunya
. "
entah darimana bisikan itu selalu aku dengar di pikiranku. Seolah-olah dia ngasih tau secara detil apa yang harus aku lakukan nanti disana. Selama berkendara menuju ke kota sebelah, otakku rasanya pecah dengan suara-suara yang berbicara secara liar dan sporadis. Mereka ga henti-hentinya ngasih tau kelemahan ilmu yang dipake pria itu, siapa dukun yang bantu, sampe rupa iblis yang dititipkan di rumah Eva. "

" KAMU NGAPAIN KESINI, KA?! " sambutan yang langsung to the point aku terima dari Eva yang matanya emang bukan mata Eva yang aku kenal. Di rumah cuma ada Eva dan ibunya yang tadi nyuruh aku masuk, ibunya Eva bilang dia barusan ditelpon ibunya (nenek) kalo aku bakalan mampir ke sini.

" Va, kelon yuk? " bisikku pelan di telinganyaemoticon-Genit. Aku takut ibunya Eva denger, makanya aku ngedeketin Eva dari dekat. Eva langsung melotot nyeremin, pokoknya beda banget.

" KAMU JANGAN KURANG AJAR, KA !!!" jawab Eva dengan mata melotot. Ga pake drama-dramaan aku langsung mendekap dan memeluk tubuh Eva di depan ibunya. Biar juga dikata aku laki-laki kurang ajar aku ga peduli. Sepersekian detik Eva langsung diam tanpa berontak sama sekali (mungkin dia menikmati pelukanku, secara dulu dia sering goda aku buat gituan) emoticon-Stick Out Tongue

" Kamu kapan datang, Ka? " pertanyaan Eva tiba-tiba terdengar lembut banget di telingaku. Aku segera ngeliat wajahnya.
Pertama-tama yang harus aku pastikan adalah pandangan matanya, apakah ini mata seseorang yang dulu pernah menyayangi aku?

" Alhamdulillah Eva...ternyata kamu udah sadar nak. " teriak ibunya dari belakangku. Eva spontan langsung ngelepas pelukannya di badanku. Padahal aku pas butuh-butuhnyaemoticon-Mad

Ibunya Eva langsung nelpon seseorang yang jelas aku yakin itu adalah neneknya Eva. Dan kesempatan ini aku pake buat nanyain Eva.

" Kemarin Minggu kamu ga inget? "
" Aku kesini loh, Va. " ucapku.

" Aku inget. "
" Ga tau, waktu kamu bilang datang ama temenmu cewek rasanya ada sesuatu yang langsung bikin aku lupa ama kamu, Ka. "
" Walaupun itu juga karena aku cemburu. "
. " jawab Eva.
" Trus waktu liat kamu kesini, rasanya aku kek jengkel banget, Ka. "

" Sebenarnya itu juga salah kamu sendiri, Va. "
" Kamu ngapain pake mau ngelintrik aku segala? "
" Wong kamu tau sendiri aku juga sayang banget ama kamuz Va
. "

" Kalo itu..." Eva langsung nutup wajahnya, dia menangis.
" Apa aku salah kalo pingin miliki kamu? " Eva sukses mewek di pelukanku.

" Kecemburuan dan kepicikan cara kamu berpikir itu akhirnya dimanfaatkan "sesuatu" yang berniat jahat untuk nguasain kamu, Va. "
" Kalo kamu ga percaya, dan mau tau kek apa wujud mahluk burik yang saat ini sedang ngerjain kamu. "
" Sekarang juga telpon teman laki-lakimu suruh dia datang kenalan ama aku, Va
. " perintahku.

Eva nurut ama aku, dia langsung nelpon dan nyuruh temannya itu mampir sekarang juga di rumahnya. Disaat nunggu itulah aku bicara sesuatu hal yang bikin Eva sadar,

" Maaf kalo aku lancang, Va. "
" Apakah kamu udah sempat diajak dia enak-enak?
" aku bertanya dengan hati-hati mengingat Eva sensitif banget kalo nyinggung hal itu.

" Aku berani sumpah, aku masih inget banget sama apapun yang aku lakukan walaupun dia sekarang sedang mengguna-gunai aku dan keluargaku, Ka. " jawab Eva dengan pandangan mata yang artikan kejujuran keluar dari mulutnya.

Ga berapa lama laki-laki itu datang menemui Eva yang pura-pura ramah menyambutnya di teras.

" Sayang, sini dong ke depan! kenalin ini temanku sekolah dulu. "
" Namanya Momo"
" Kemarin pas kamu kesini kan belum sempat aku kenalin
. " ucap Eva kenes melambaikan tanganya ke arahku. Aku bergegas jalan menghampiri mereka dan menjabat erat tangan pria yang tersenyum ramah kepadaku.

" Eh, kermit..!!
" Tampang aslimu itu loh udah kebuka wujudnya
. " batinku tertawa saat ngeliat ke wajahnya yang...asu.....dahlahemoticon-linux2

Ternyata pria itu adalah salah satu dari sekian banyak spesies seekor katak dalam tempurung lainnya...

.
Quote:



Loh?Loh? Ga bahaya ta, Jum ?emoticon-Ngakak

(Capeknyoooo beneran dongs)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 29-09-2023 09:16
simounlebon
pussyabigore
grogoroth
grogoroth dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.