IDN Times, Yogyakarta - Di era digital, media sosial, termasuk platform X atau yang dulu dahulu bernama Twitter, menjadi wadah utama bagi masyarakat untuk berbagi pandangan politik, informasi terkait pemilihan umum (Pemilu), dan berdebat mengenai calon-calon yang akan bersaing dalam Pemilu tahun 2024. Sayangnya, percakapan di X masih disesaki 'pasukan siber' (cyber troops) untuk mengamplifikasi salah satu bacapres maupun menyudutkan yang lainnya.

Temuan tersebut disampaikan oleh Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam pemaparan penelitian yang membahas "Tren Bacapres pada Platform X: Perang Opini, Cyber Troop, hingga Cawe-Cawe Jokowi" di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM, Rabu (27/09/2023).

Dalam penelitian ini, pasukan siber bisa meliputi buzzer politik, koordinator buzzer, dan influencer media sosial.

1. X, dahulunya Twitter, masih menjadi platform yang relevan dalam diskursus politik


Menarik data dari media sosial X selama bulan Juli hingga Agustus 2023, beragam postingan baik itu cuitan, komentar, maupun interaksi yang berkaitan dengan Pemilu Presiden 2024, calon presiden, dan isu politik terkini dikumpulkan lalu dianalisis.

Media sosial X dipandang masih relevan dengan wacana sosial-politik berbeda dengan Instagram dan TikTok yang lebih mengandalkan hiburan dan visual. "Masih ada potensi yang besar di platform X karena memang tempatnya diskursus topik-topik itu ada di platform ini," kata Agung soal pemilihan X sebagai sumber datanya.

Dari data yang terkumpul, terdapat indikasi pergerakan 'pasukan siber' atau cyber troop yang terlibat dalam mendukung semua bacapres yang diamati dalam penelitian ini. Temuan ini mencerminkan persamaan pendekatan yang diambil oleh ketiga bacapres dalam menjalankan kampanye di media sosial.

Indikasi paling jelas adalah banyaknya jumlah postingan duplikat dari satu akun pengguna X. "Kami berhasil menghimpun 59.155 posting dengan menggunakan beberapa kata kunci terkait Pemilu 2024, capres, dan partai politik. Setelah menghapus posting yang duplikatif, tersisa 50.503 postingan," ujar Agung Tri Nugraha, Manajer Riset CfDS UGM.

2. Presiden Jokowi mendapat sentimen negatif dalam percakapan netizen X


Analisis juga menunjukkan adanya tingkat sentimen negatif yang signifikan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam percakapan daring.

Agung menjelaskan, ketika menganalisa posting dengan sentimen negatif, kata 'Jokowi' muncul sebagai salah satu kata yang paling dominan. "Lebih jauh, dalam analisis kata-kata terkait 'Jokowi', kami menemukan 10 trigram teratas yang mendominasi, di antaranya adalah 'cawe-cawe jokowi,' 'cawe-cawe capres,' 'capres didukung jokowi,' dan 'jokowi dukung Ganjar," tambahnya.

3. Ada sebuah akun yang reposting soal Prabowo hingga 101 kali


Berkaitan dengan interaksi warganet di platform X terhadap figur politik di Indonesia, para bacapres yang akan bersaing dalam Pemilu 2024 juga menjadi perhatian utama.

Prabowo Subianto, bacapres dari Gerindra, muncul sebagai sosok yang paling banyak disebut dalam cuitan dan komentar netizen X.

Bahkan salah satu akun X membuat 101 cuitan yang sama soal Prabowo dengan lampiran foto yang berbeda. Menariknya, postingan-postingan tersebut bukan bernada mendukung namun malah menyudutkan Prabowo.

"Setelah penelusuran lebih lanjut, kami menemukan satu akun yang telah mengulang posting tentang Prabowo sebanyak 101 kali. Pola ini berbeda dengan posting positif yang biasanya diduplikasi oleh lebih dari lima akun," tambah Agung.

4. Ganjar paling sering di-mention dan di-reply


Sementara itu, Ganjar Pranowo, bacapres dari PDIP, mendapatkan jumlah mention dan reply paling banyak dalam jaringan sosial, diikuti oleh Anies.

"Ganjar adalah bacapres yang paling sering disebut dan di-reply. Sementara posting yang berhubungan dengan Ganjar didominasi oleh kata kunci dan tagar 'ganjarcapres' yang diposting oleh lima akun. Sedangkan posting dengan sentimen negatif melibatkan lebih dari tujuh akun per posting, berbeda dengan Prabowo."

5. Klaster audiens Anies paling aktif berinteraksi
Tidak kalah pentingnya, klaster audiens Anies Baswedan juga menunjukkan tingkat interaksi tertinggi dalam postingan dan komentar di media sosial X jika dibandingkan dengan klaster audiens bacapres lainnya.

Agung menjelaskan, "Dalam analisis top modularity classes, kluster audiens Anies yang didominasi oleh akun @aniesbaswedan, @pdemokrat, dan @bachrumachmadi, menciptakan kluster dengan interaksi paling aktif dengan persentase 12,28 persen."

6. Masyarakat harus ekstra kritis
Berdasarkan temuan-temuan ini, CfDS meyakini media sosial, terutama platform X, akan memainkan peran yang sangat penting dalam Pemilu 2024. Sayangnya, narasi yang dibangun tidak hanya dengan mengamplifikasi dukungan terhadap bacapres tertentu, namun juga dengan menyebarkan kampanye negatif terhadap bacapres lainnya.

Untuk mengurangi efek buruknya, pusat kajian ini merekomendasikan peningkatan literasi digital, pemantauan aktif, serta komunikasi yang efektif bagi pemangku kepentingan politik.

"Kami berharap pemerintah dan platform media sosial secara lebih proaktif menindak konten-konten yang bersifat disinformasi karena di Pemilu sebelumnya menyebabkan polarisasi di masyarakat. Dan yang terakhir kami imbau masyarakat untuk bersifat lebih kritis dan skeptis terhadap isu-isu atau tren yang biasanya muncul secara tiba-tiba dan terstruktur. Karena itu adalah salah satu indikasi penggunaan cyber troops," tutup Agung.

https://jogja.idntimes.com/news/jogj...lu-2024#page-2