Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang

Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
40.2K
1.2K
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.7KAnggota
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#206
Spoiler for Spheres Of Madness:

CHAPTER 56 - AKU DAN SEEKOR KURA-KURA DALAM PERAHU

Walaupun sekarang aku udah ga kerja, bukan berarti aku hanya selalu berdiam di rumah dan nunggu ditawari untuk kerja. Aku tetep kudu keluyuran ke tempat teman dan kenalan yang aku punya buat nyari info lowongan kerjaan. Aku sadar, apa yang bisa aku harapkan dari hanya modal ijazah SMA yang sekarang aku punya ? Jelas aku perlu informasi dan koneksi untuk mendukung usaha yang aku cari itu. Sedang untuk kerjaan yang tersedia jelas adalah kerjaan yang mengutamakan fisik.
Daripada aku di rumah dengerin omelan ibuku dan kakak-kakakku yang nyuruh aku kuliah di tempat yang udah mereka tentukan, lebih baik aku keliling dan kelayapan main ke tempat teman-teman sekolahku dulu. Teman-teman SD, SMP sampe SMA semua aku kunjungi terutama Kipli, sobat kentelku dari bocah. Dia masih setia dan sibuk dengan profesinya sebagai pengamen jalanan. Terkadang kalo aku lagi kangen ngamen, aku akan ikut Kipli beredar lagi ke tempat lama kita dulu nyari uang. Kiplilah satu-satunya teman yang selalu ada untukku di semua masa. Baik masa suka maupun sulit sekalipun. Akhirnya aku sadar kalo tiap orang disaat menuju ke fase pendewasaan, lingkup pertemanannya akan makin menyempit dan mengecil. Prioritas untuk urusan mengejar cita-cita adalah salah satu alasan utama tiap orang menjadi egois dan individualistis.
Saat aku mulai ikutan ngamen lagi, semua motivasi untuk mengejar cita-cita hidupku akan kembali berkobar, dan menyala. Walaupun setelahnya aku dan Kipli akan tetap tenang kembali larut menghabiskan malam panjang yang syahdu ditemani dengan petuah-petuah bijak " Orang Tua" .emoticon-Ngakak (S)

" Ka, kita jenguk Mamat di lapas yuk. "
" Udah lama kita ga kesana lagi. "
" Beno dalam waktu dekat masih ga bisa pulang, jadi kita kesananya berdua aja."
ucapan Kipli ngingetin lagi ama janji yang pernah kita buat di waktu bocah dulu. Kita berempat akan terus kompak dan rutin berkabar walaupun nantinya terpisah jarak.

" Eh iya, Pli. Sebenarnya waktu abis lulus sekolah kemarin aku pingin ngajak kamu buat jenguk Mamat. "

Mamat adalah temanku dari bocah bersama Kipli dan Beno. Kami berempat adalah 4 sekawan yang selalu kompak main kemana-mana berboncengan sepeda BMX. Sejak SD sampe awal SMA kami masih ngumpul main. Dan baru sibuk ama urusan hidup masing menginjak SMA kelas 2. Mamat dan Kipli yang emang ga mau nerusin sekolah sampe lulus SMA, mereka berdua disersi di kelas 2 SMA.emoticon-Shutup

Mamat masuk penjara setelah bunuh orang. Aslinya dia membunuh juga ga sengaja, karena membela diri. Jadi kasus Mamat ini menurutku terjadi karena dia berada di tempat dan waktu yang salah alias apes.
Mamat sedari kecil udah qatam belajar beladiri, dia diajar dan digembleng sendiri ama pamannya yang jadi guru pencak silat di kampung sebelah. Aku sempat ikut bersama Mamat untuk belajar pencak silat di usia kelas 5 SD. Tapi aku akhirnya berhenti karena sungkan ama pamannya Mamat. Dia ga ngebolehin aku bayar iurannya. Alesannya karena aku dan Mamat adalah murid beasiswa. WTHemoticon-Mad
Karena perasaan ga enak itulah, akhirnya aku keluar dan beralih memperdalam karate hingga aku dewasa. Skip..


Di hari yang naas itu, Mamat mampir dan main ke tempat sepupunya yang ngerintis usaha warung mie ayam. Tempatnya berada di trotoar jalan dekat ama sebuah taman yang rame banget di kotaku. Mamat ga tau kalo semua pedagang yang dagang di atas trotoar jalan itu, tiap harinya kudu bayar iuran harian ama beberapa orang yang mengatasnamakan "preman akamsi". Waktu Mamat mampir ke sana, kebetulan ada 2 orang preman yang menarik iuran berkeliling dari satu warung ke warung lainnya. Waktu itu mereka keknya sedang dalam posisi mabuk, dengan jalan yang sempoyongan mereka bikin takut para pengunjung warung. Mamat yang orangnya emang rada sengklek heran ama cara-cara 2 orang itu narik iuran ke para pedagang. Mereka otomatis bikin orang-orang yang pada makan di warung-warung itu ga nyaman dengan gerak gerik mereka.

Mamat yang waktu itu beneran polos dan selalu kepo ama urusan orang lain. Dia ga sengaja selalu ngeliat terus ke arah 2 preman mabuk itu karena rasa penasaran akutnya udah sampe di level dewa 19. Salah seorang dari preman itu ngerasa kalo pandangan mata Mamat sebagai sebuah tantangan. Emang apesnya Mamat yang emang dikaruniai mata lebar dan belo'. Kalo orang yang ga kenal dia dengan baik akan selalu nyangka kalo Mamat itu selalu nyolot dengan pandangan matanya yang nantangin orang. Padahal kan karena matanya aja yang bentuk aslinya gitu emoticon-Ngakak (S)

Singkat cerita, awalnya mereka cuma adu mulut. Waktu itu Mamat masih ga peduliin 2 orang untuk nantang buat duel gelut adu fisik. Entah karena emang udah suratan takdir, 2 orang ini balik lagi ke tempat saudara Mamat, mereka nyamperin dengan bawa clurit yang diacung-acungkan ke arah Mamat. Disini Mamat masih tetep ga mau ngeladeni, bukan karena dia takut. Dia masih mikir jernih kalo dia adalah tamu di daerah situ. Dan saudaranya numpang nyari makan disitu. Intinya Mamat masih ga mau ribut dengan masalah yang menurutnya sepele.


Dan benar karena garis takdir begitu atau emang pada dasarnya 2 orang ini dongo banget. Menurut para saksi mata peristiwa itu, dengan kondisi sempoyongan karena mabuk dan tanpa punya teknik ilmu beladiri mumpuni. Mereka akhirnya berlagak sok jagoan banget dengan nantang Mamat duel. Padahal untuk berdiri tegak aja, mereka seringkali doyong terombang-ambing kek tiang bendera dari bambu reot yang ketiup angin. Walaupun Mamat akhirnya dikeroyok 2 orang pake clurit dan pisau lipat, dia ga gentar sama sekali. Mamat yang emang jago dalam teknik beladiri berhasil melumpuhkan salah seorang yang terus-menerus membacokkan clurit ke arahnya. Bukannya malah takut waktu clurit berhasil direbut Mamat, salah seorang dari mereka mungkin saat itu lagi berhalusinasi jadi Jaka Sembung kali. Di sebuah kesempatan yang luang Mamat ga sengaja menyabetkan clurit yang dipegangnya mengarah ke arah perut orang yang memegang pisau lipat. Orang itu akhirnya sukses kena sabetan clurit Mamat di perutnya dan langsung mati seketika dengan usus terburai keluar.

Setelah duel yang berakhir dengan tragis, sesuatu hal yang ga diduga ama Mamat adalah berita yang akhirnya heboh tersebar di kampungku. Bahkan beritanya sempat jadi top news di berita kriminal koran lokal kotaku. Mamat sukses ngebunuh preman yang paling ditakuti di wilayah itu. Vonis pengadilan menjatuhkan Mamat harus ngejalani 12 tahun hukuman kurungan penjara. Hal itu sebenarnya bukanlah sebuah kesengajaan yang Mamat lakukan tapi putusan hakim udah final dan ga bisa diganggu gugat. Akhirnya Mamat harus ikhlas menghabiskan masa mudanya di balik terali besi.emoticon-Frown


" Mat, sekarang kamu beneran sangar deh . " Kipli terbelalak ama penampilan Mamat setelah hampir setahun menghuni penjara. Mamat sekarang punya casing baru di penampilannya. Sekujur tangannya sekarang penuh dengan tato. Padahal keluarga besar Mamat adalah keluarga yang religius banget, kakek dan neneknya Mamat adalah seorang modin spesialis pemakaman yang dihormati (orang yang bertugas mengurusi prosesi pemakaman) di kampungku. Eh.. Mamat secara ga sengaja akhirnya jadi orang yang mengirim seseorang untuk jadi penghuni pemakamannya..(prett banget kan? ).emoticon-Wink


" Gimana kabarmu, Ka? "
" Katanya kamu sekarang bandel banget ya pake minggat dari rumah segala. "
" Hahaha
.. " Mamat sedari dulu sering banget ngeledek aku, dia suka godain aku sebagai bocah cewek yang ga tau malu, karena mainnya ama bocah cowok. Awalnya Mamat suka ngeledek karena aku selalu ga paham ama bahasa Jawa suroboyoan dan logat ngomongku pake bahasa Jawa terdengar aneh buat anak-anak kampungku.

" Kamu pasti diceritain Kipli ya, Mat. " jawabku

" Eh, Ka. Bentar deh, aku punya kabar penting yang kamu kudu tau deh. "
" Untung kamu ga masuk disini."
" Muka-muka cantik kek kamu gini paling disukai ama penghuni disini yang h*mbreng lho. "
" Hahaha..
" Mamat ketawa ngakak sambil memiting kepalaku. Kami berempat kalo udah ngumpul dan ketemu lagi, rame banget suasananya. Ga ada sama sekali rasa canggung dan sungkan diantara kami, walaupun kami rada lama ga ketemu. Mungkin karena kami selalu ngerasa kalo kami tetaplah sama, hanya sekumpulan bocah iseng. Pemikiran itu yang selalu tertanam di benak kami berempat bahkan hingga kini.


" J*nc*k ndasmu, Mat ! " selalu kata misuh dan umpatan itu yang bisa aku bales ama ledekan Mamat. Aku selalu speechless dan mati kutu kalo ngelawan ledekan-ledekan Mamat. Dari kami berempat Mamat orang yang paling ngocol, dia selalu bisa bikin suasana rame. Sedari dulu Mamat ga ada bosennya selalu ngeledek aku. Tapi jujur Mamat ini baik banget ama aku dari pertama aku pindah ke rumah kakekku. Aku pernah ditolong dia gegara pernah dianggap anak Cina kaya dari komplek seberang kampungku. Mamat ini dengan berani banget ngusir anak-anak yang malak kami yang usianya lebih gede dari kami, dia mukul anak-anak itu make galah buat ngambil mangga. emoticon-Ngakak (S)


Mamat bercerita kalo di dalam lapas teman-teman baik dan gaulnya disitu adalah para residivis dan Bromocorah kelas kakap semuanya. Rata-rata mereka adalah para pembunuh dengan tingkat hukuman yang udah berat. Malah ada yang ga punya lagi kesempatan buat keluar di kehidupan bebas. Mamat cerita awal dia masuk kesitu, ga ada seorangpun yang berani ngerjain dan nyentuh dia buat disambut ala orientasi penghuni penjara. Penghuni disitu tau kalo Mamat yang membunuh seseorang dengan reputasi " tukang jagal " di kalangan preman dan Bromocorah di luaran sana. Secara ga langsung Mamat dapat gelar " killer of the killer " dan disegani para penghuni lapas WTF emoticon-Mad

" Kalian diluaran sana harus hati-hati , jangan sampai salah jalan kek aku, Lur. "
Pesan Mamat di akhir pertemuan kami dengannya. Kami bertiga akhirnya berpelukan layaknya Tingky Wingky, Dipsy, Lala. Terkecuali Beno yang ga hadir dan kebagian peran sebagai Poemoticon-Ngakak (S)

" Kalo kalian ada masalah diluaran. "
" Jangan ragu buat minta bantuanku disini. "
. " ucap Mamat.

" Heh dodol ! "
" Gimana kamu mau bantu wong kamu aja terkurung di dalam penjara
. " jawabku menoyor pipinya.

" Jangan salah, Ka. "
" Teman-temanku disini rata-rata adalah para pentolan gerombolan si berat. "
" Mereka masih berpengaruh kuat diluar."
" Anak buahnya rata-rata masih setia kok..mereka tiap Minggu selalu rutin dapat kunjungan dari kelompoknya masing-masing
. " jawab Mamat tersenyum, sebuah gestur penanda kalo nanti kami terlibat masalah, untuk ga usah kuatir lagi, dia akan bantu semaksimal mungkin walaupun dia sekarang di dalam penjara. Akhirnya Kipli dan aku paham maksud tersirat dari Mamat ini.emoticon-Big Grin


XXXXX



Aku masih tetap teguh megang janji komitmen yang aku buat untuk diriku sendiri. Untuk selalu ngawasi Siska dan jagain dia walaupun bukan pengawasan melekat yang bisa aku lakukan. Setiap waktu aku bakalan tau pergerakan dia mengarah kemana atau sedang dimana. (Jaman segitu aku masih belum kenal GPS buat ngelacak orang walaupun sebenarnya aku bisa dengan mengkondisikan pelacakan melalui ponsel Siska berdasarkan IMEI BBM, tapi itukan memerlukan piranti khusus yang aku ga punya)

Aku selalu nitip informasi yang selalu aku pantau tiap waktu buat mastiin keadaan Siska dimana. Info yang aku dapatkan dari orang-orang di sekitar Siska yang dia sendiri ga bakalan nyangka kalo orang-orang itu aku manfaatkan sebagai informanku. Kek sekarang aku dapat info, kalo Siska sedang jalan menuju ke sebuah tempat.

" Siska lagi ngapain disitu? " batinku.

Siska datang ke sebuah gedung perkantoran yang aku yakin seyakin-yakinnya kalo itu adalah kantornya Ajeng. Aku yakin semuanya cuma faktor kebetulan semata atau ketidaksengajaan. Siska ga tau sama sekali kalo ternyata Ajeng kerja disitu. Selama ini cuma Mala yang tau tempat Ajeng bekerja.

Quote:



Akhirnya aku punya ide, buat ngajak Mala untuk bantuin Ajeng ngambil barang-barangnya di kost-an. Hal itu aku rasa bisa sebagai tindakan antisipasi ampuh biar Ajeng ga minta yang macem-macem ama aku. Walaupun sikap Mala beberapa hari ini selalu gondok dan ketus kalo aku ajak ngomong. Mosok kalo ketemu aku Mala kudu PMS terus-terusanemoticon-Ngakak (S)

Sore itu setelah pulang ngajar ekstrakurikuler di sekolah, aku udah janji ke Ajeng buat langsung pergi ke kostannya. Aku sempet tanya ama penjaga kostan, apa selama ini Ajeng udah ga pulang ke kostannya disini?

" Mbak Ajeng cuma sekali pulang kesini, waktu itu dia cuma nemuin pemilik kost buat bayar kost, selama 3 bulan ke depan. "
" Setelah itu mbak Ajeng ga pernah kesini sama sekali, mas. "
" Saya tau banget, soalnya mbak Ajeng nitip kunci kamarnya ama saya."
" Barang-barangnya masih lengkap kok ga ada sama sekali yang diambil. "
" Beberapa hari yang lalu, mbak Ajeng telpon saya kalo dia mau ngambil semua barangnya, karena Minggu ini adalah tenggat waktu terakhir mbak Ajeng disini
. " ucap ibu penjaga kost.


" Lah terus dia ngapain bayar kost kalo ga ditempatin, Ka? "
" Apa cuma mau bayar buat nitip barang aja
? " tanya Mala masih dengan ekspresi ketus. Sedari tadi dia kek ga ada ramah-ramahnya kalo aku ajak ngomong. Apa karena dia gondok gegara aku batalin janji buat ngebolang ke kota sebelah ya?

" Meneketehe, Mal. "

" Yakin ? Kamu ga tau masalah itu ? "
cibir Mala ngeledek.

" Yakinlah..."
" Betewe... kamu cemburu ya, Mal ? "
" Hahaha
.. " tanpa ragu aku memiting kepala Mala, kuncian ala WWF ini kadang bikin Mala minta ampun. Gaya guyonan antara aku dan Mala emang kek gini adalah hal yang biasa kami lakukan.

" Ehemm... "
" Sori nih kalo aku ganggu acara mesranya
.." suara ketus Ajeng tiba-tiba nongol ngagetin aku yang miting Mala di depan kamar Ajeng.


Ajeng tadi datang bersama jasa pindahan yang dia sewa buat ngangkutin semua barangnya di truk box. Aku emang bantu inventarisir dari catatan yang Ajeng kasih. Disaat kami sibuk ngurusin mindahin barang ke depan. Tiba-tiba dari belakang leherku terasa dipiting erat oleh seseorang. Aku yang terbiasa berlatih dalam segala kondisi ancaman bisa dengan gampang melepaskan pitingan itu. Pergelangan tangannya aku genggam dengan erat dan langsung aku pelintir berbalik ke arah berlawanan dengan tubuh penyerangku.

" Kalo aku ngeladeni tantanganmu. "
" Percayalah.. kamu bukan lawanku, mas
. " ucapku, mendorong tangan mas Dodi yang rupanya memiting leherku. Dia nampak kesakitan karena pelintiran keras yang aku lakukan. Belum hilang rasa sakitnya, sebuah tendangan menyepak telak ke perutnya. Mas Dodi langsung jatuh tersungkur ke lantai. Dan pelakunya adalah Mala yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Ajeng, padahal dia tadi pamitan ke depan mau beli es di warung depan.

" Kamu apa-apaan sih, mas? "
" Pake nyerang Saka gitu. "
" Dia ga ada salah apa-apa ama kamu. "
" Kamu bukan lawan yang sepadan ama dia. "
" Kalo kamu ngotot ngajak dia berkelahi. "
" Kemampuan beladirinya ga main-main
. " bentak Ajeng dari luar, dia langsung berlari memelukku.

" Semua ini gara-gara dia kan, Jeng. "
" Kamu ninggalin kostan disini
. " ucap mas Dodi menudingku, wajahnya memerah entah nahan sakit, marah atau kebelet boker. Mas Dodi terbaring kesakitan megang perutnya yang mungkin mules atau mual karena tendangan Mala yang bersarang telak di perutnya.

" Emangnya Saka ada salah apa ama kamu, mas? "
" Aku emang minta tolong dia buat jagain aku. "
" Udah lama aku emang mau pindah dari sini, jauh sebelum kenal ama dia. "
" Aku udah beli rumah minimalis yang sekarang aku tempati
. " jawab Ajeng dengan ekspresi kesal.

" Apa kamu selama ini ga peka, Jeng? "
" Aku selalu nungguin kamu pulang ke kostan. "
" Tapi setelah kamu pulang ke kotamu diantar dia beberapa bulan yang lalu, kamu ga pernah lagi balik kesini
. " pria itu memandang Ajeng dengan sorot mata memelas.


" Apa kamu emang pura-pura ga tau, mas? "
" Dari dulu sebelum Saka main kesini, kamu udah sering terang-terangan aku tolak waktu bilang suka ama aku. "
" Kamu selalu nyari-nyari perhatianku. "
" Aku sampai takut ama kehadiranmu."
" Berapa puluh kali aku udah nolak kamu, baik secara halus maupun secara terang-terangan. "
" Aku masih jaga perasaan kamu biar kamu ga shock karena penolakan itu ! "
jawab Ajeng dengan ketus.

" Apa aku emang ga punya kesempatan buat ngisi hati kamu, Jeng? " mas Dodi tiba-tiba berlutut menghiba dengan ekspresi memelas, memohon belas kasihan Ajeng.

" Maaf mas. "
" Sedari dulu sebenarnya aku takut ama kamu. "
" Aku terpaksa pura-pura berani waktu kamu dekati, aslinya aku ngeri. "
" Hanya Saka laki-laki yang bisa buat hatiku mau terbuka lagi
. " Ajeng menoleh menatap ke arahku.

" Ayo, Mal..kita keluar . "
" Ini urusan orang dewasa. "
" Kamu masih gadis SMA, ga usah denger urusan orang dewasa.
" tangan Mala aku gandeng mengarah ke pintu keluar kamar. Tapi Ajeng malah narik bajuku.

" Saka..!! Mala..!! "
" Kalian tetap disini, jadi saksi omonganku !
"
Bentak Ajeng dengan wajah yang judes. Baru kali ini aku ngeliat kecantikan wajah Ajeng dinodai ama amarah.

" Mas Dodi.. "
" Aku mau cerita soal masalah hidupku yang selama ini kamu ga pernah tau. "
" Kapan hari waktu aku pulang ke kotaku dianterin ama Saka. Aku pingin ngenalin dia sebagai pacarku. "
" Aku berharap dengan kehadiran Saka yang aku akuin sebagai pacarku, orangtuaku batal jodohin aku dengan anak temannya. "
" Tapi apa yang aku temui disana ga sesuai ekspektasiku. "
" Lamaran mereka tetap berlangsung sesaat setelah Saka baru aja aku perkenalkan sebagai pacar. "
" Sebenarnya kalo aku tipe perempuan yang nrimo ama keinginan orangtua, lamaran pria itu harusnya aku terima jadi calon suamiku. "
" Selain karena masa depanku yang terjamin, wajah dan postur tubuhnya adalah tipe idealku. Keluarganya juga dekat ama keluargaku. "
" Tapi ..aku ga mau ngebohongi diriku sendiri dengan seseorang yang akan menemani hidupku dimana sifat dan kepribadiannya bukan yang aku kenal dan pilihanku sendiri..!! "
Ajeng langsung mewek setelah bicara penuh rasa emosional dan amarah yang meledak. Mala langsung menenangkan Ajeng dengan memeluknya. Aku hanya menatap nanar ke arah Ajeng yang sekarang berlinang airmata.

Dan pria itu masih terduduk lemas di lantai kamar Ajeng. Dia berusaha tetap tegar, lalu bangkit berdiri dan bergegas pergi tanpa ada sedikitpun reaksi yang diungkapkannya. Dia emang kura-kura dalam perahu. Dia punya kemampuan untuk menebalkan tempurung mukanya sebagai senjata penahan malu. Aku hanya bisa menatap takjub ke wajah pria yang tadi udah terang-terangan menyerangku.

" Jadinya gimana, mas? " ucapku saat mas Dodi dengan tetap acuh melangkah melewati kami bertiga.

Dia tetap melenggang dengan perlahan keluar kamar persis kek seekor kura-kura yang barusan terkurung di sebuah labirin perahu kebodohan.
Malu? I don't think so...
Ayam sorry emoticon-Maaf Agan


Enak'e piye, Jum? emoticon-Blue Guy Bata (L)
Quote:



(Capek juga ya..nextnya kapan-kapan dongs)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 02-10-2023 09:13
namakuve
hitnaru714
pussyabigore
pussyabigore dan 12 lainnya memberi reputasi
13
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.