akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang

Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
38.6K
1.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread•42.2KAnggota
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#203
Spoiler for Return To Serenity:

CHAPTER 55 - TACKLING (Part 2)

" Heh .!! Kamu mau tau kenapa aku pingin dia celaka? "
" Sampai aku ngajak 2 orang temanku hanya untuk kasih pelajaran berharga buat b*nci kaleng itu? "
" Dia udah kurang ajar dengan mempermainkan adik cewekku ! "
" Seenaknya ditiduri, dipake dan dicampakkan gitu aja. "
" Aku tau dia anak orang kaya, dia bisa ngebeli siapa aja buat belain dan jadi centeng dia ! "
" Kalo kamu sekarang masih ngotot belain juragan kamu. "
" Ayo sekarang juga..! kita bertarung sampai titik darah penghabisan. "
" Kamu belain b@jing@n b*nci ini dan aku akan bela kehormatan keluargaku. !
" ucapnya dengan suara tegas, pandangan matanya penuh amarah memelototiku.

Aku langsung terdiam saat ucapan tentang
" kehormatan keluarga" jelas & lantang terdengar di telingaku. Kata-kata itu langsung menohok dan memukul kesadaranku dengan telak. Aku sadar kalo sekarang aku masih juga ngotot ngelakoni kerjaanku untuk belain Arthur. Ga ada bedanya dan sama aja aku adalah seorang laki-laki sampah bagi orang lain.


" F*ck !! "
" Hanya karena ambisi ngejar dan ngumpulin uang kenapa aku harus jadi pembela seseorang yang udah ngrendahin dan menginjak-injak "kehormatan" keluarga orang lain. "
" Ternyata aku sama b@ngs@tnya ama Arthur karena udah ngerusak kehormatan pacarku. "
" Aku kudu balikan ama Siska sebagai bentuk tanggung jawabku ama dia ! "
aku mengumpat dan merutuki apa yang udah aku lakukan ke Siska.

Bagaimanapun juga aku harus bantu orang ini buat dapat keadilan untuk adik ceweknya.

Aku deketin pria yang tadi bicara dan sempat aku tendang.

" Maaf, bang.."
" Kalo abang berkenan ngijinin. "
" Aku mau coba sedikit bantu masalahnya. "
" Dengan nganterin ke rumah orangtuanya dia, bang. "
" Coba abang nanti bicara ama orangtuanya dan selesaikan secara baik-baik.
"

Pria itu diam sejenak dan rada berpikir lama. Sebelum akhirnya setuju dengan saranku.

Aku menghampiri Arthur yang nampak duduk dikerubung 4 orang temannya. Sedari tadi dia cuma memegangi wajahnya, dia dibantu atau lebih tepatnya dilindungi teman-temannya. Lehernya memar merah bekas cengkeraman pria yang sempat aku tendang punggungnya, sedang pipinya sempat dapat tonjokan mesra. Kulit wajahnya yang terlihat halus mulus terawat, sekarang langsung memerah kena bogem nyasar cewek yang marah dengan kelakuan pengecutnya. Jelas dan pasti makeup nya luntur.emoticon-Malu (S)


" Heh, mbut...!!
" Jangan lari dari tanggungjawab !"
" Kamu harus bersikap satria dan jantan ! "emoticon-Betty (S)
" Kalo kamu ga mau dibilang banci pengecut! "
ucapanku ini sekaligus adalah kesempatan buat melampiaskan kejengkelan dan kegemesanku sedari tadi. Aku ngeremes muka Arthur yang licin dan terawat, muka-muka seseorang yang khas rajin perawatan & facial di salon, cyin..emoticon-Betty (S)emoticon-DP


Arthur meringis kesakitan karena rahangnya aku remas agak keras. 2 orang temannya yang sedari tadi bantuin dia, sekarang nyoba misahin tanganku dari wajah Arthur. Sekalian aja aku kasih sepakan tackle kapten Tsubasa di betis mereka, merekapun jiper untuk ngelarang aku ngerjain muka Arthur.

" Buat apa aku bayar kamu kalo ternyata kamu ga bisa ngelindungi aku, hah? ! "
" Sekarang kamu malah mau bantu mereka
! " bentaknya. Aku balik ke arahnya setelah tadi sempat berjalan menjauhinya.

" Apa kamu bilang? "
" Aku ogah ngelindungi banci pengecut yang berlindung ama duit bapaknya ! "
" Walaupun aku kere dan miskin, aku ga keberatan buat bayarin kamu digebuki temannya abang itu. "
" Ini peringatan keras..! Sampai aku tau kamu masih berani datang ke rumah Siska lagi ..aku ga akan segan buat mutilasi batang bonsaimu ..!! "
" Untuk yang itu, kamu ga perlu bayar jasaku. "
" Aku akan dengan senang hati kasih jasa itu, gratis... "
" Aku yakin banget, kamu setua ini pasti belum sunat. "
" Nih...f*ck you very much. !! "
kunci mobil Arthur aku lempar ke mukanya. Aku udah ga peduli lagi ama komitmen profesionalitas kerja. Kalo nanti sekiranya bosku koh Rudy ga berkenan dengan tindakanku sekarang, aku udah ga peduli kalo sampe dipecat sekalipun.
Dengan ninggalin Arthur yang masih kesakitan di parkiran gedung. Aku numpang di mobil 4 orang itu. Aku jadi penunjuk jalan ke arah rumah orangtua Arthur.


Sebelum aku nganterin mereka ke rumah orangtua Arthur. Siska tadi udah aku suruh langsung pulang ke rumahnya naik taksi. Pesan yang aku wanti-wanti ke dia supaya ga usah lagi nerima telepon ataupun kedatangan Arthur ke rumahnya. Papanya Siskapun udah aku kasih tau juga kalo hari ini dia kudu jagain anaknya supaya tetap ada di rumah. Selagi aku masih bantu nganterin cewek yang aku ga tau namanya nyelesein urusannya di rumah orang tua Arthur.

Bukannya aku sekarang mau berlagak jadi pahlawan kesiangan. Hal ini semata-mata aku lakukan karena inilah kesempatan untuk melampiaskan dan membalas kejengkelanku selama ini ama Arthur. Walaupun nanti pastinya akan ada resiko dan akibat yang harus aku terima. Karena aku sadar sekarang aku sedang berhadapan dan nyari masalah ama siapa. Aku udah ga mikir dan ga peduli lagi dengan semuanya itu. Persetan...!!

" Dipikir karo salto, Jum." emoticon-Spanyol


XXXXX



Hari Minggu siangnya aku datang ke rumah Siska untuk ngambil motorku. Sedari kemarin motor tua butut ini nangkring di halaman rumah ini. Disana aku hanya bertemu dengan kedua orangtua dan adiknya. Kata mamanya, Siska sekarang malahan sedang mampir di rumahku sepulang tadi dia ibadah dari gereja. Di rumahku keknya cuma ada kakak tertuaku, mbak Inna. Aku emang ga tau kalo Siska berencana mau datang ke rumahku, kami emang ga janjian. Hari Minggu di rumahku selalu sepi, ga ada orang. Ibuku kalo hari Sabtu dan Minggu, sering nginep ke rumah kakak keduaku mbak Anna. Tau gitu, kalo emang dia ada niatan mampir ke rumahku di hari Minggu, aku kan bisa nyiapin fisik dulu sebelumnya. Siapa tau sedikit latihan bersama bisa jadi acara yang menghibur di hari Minggu yang syahdu dan mengharu biru.emoticon-Genit
Skip ngelanturnya...

Aku diminta bercerita secara detil ama kedua orangtua Siska tentang kejadian kemarin. Mereka penasaran banget karena mereka hanya dapat cerita sepotong-sepotong dari puzzle-puzzle kejadian yang Siska ceritakan. Dari apa yang aku ceritakan, semua hal dan fakta tentang siapa Arthur mulai dari semua kelakuan b@ngs@tnya, dan latar belakang siapa orang tuanya bisa secara gamblang mereka pahami. Ga ada satupun yang aku tambahi apalagi sampai dikurangi faktanya. Mamanya Siska sampai geleng-geleng kepala setelah tau fakta yang sebenarnya tentang reputasi Arthur di kampusnya yang aku dapatkan dari teman-teman maupun cewek yang dicampakkannya.

" Om, rasanya pernah denger nama orangtuanya, Ka. " potong om Thomas. Sedari tadi papanya Siska menyimak ceritaku dengan macam-macam ekspresi wajahnya. Mengernyitkan dahi, manggut-manggut dan sedikit mengeraskan rahangnya waktu tau siapa sesungguhnya Arthur dan kelakuannya. Bukan aku mau menjelek-jelekkan sesuatu yang kenyataannya emang udah busuk. Walaupun perilakuku kurang lebih mirip Arthur, tapi aku masih bisa sedikit ngebela diriku sendiri untuk kompromi sama apa yang udah aku lakukan. Harus aku akuin kalo aku dulu emang sering dapat godaan mulai dari diajak, ditawari maupun dipaksa untuk ML ama cewek-cewek yang aku kenal baik hanya sekedar nyari having fun" one night stand " , FWB-an ( Friend With Benefit ) ataupun HTSan. Terus terang dulu aku hanya mau diajak tanding ama cewek yang punya kisah dan hubungan spesial ama aku. Jadi bukan aku yang gragas dan aktif nyari mangsa buat aku ajak kelon siapapun itu ceweknya. Walaupun sikapku itu ga bisa sama sekali dibenarkan juga untuk jadi contoh. Percayalah..ga ada sesuatu yang bisa dijadikan kebanggaan, karena nanti akan ada harga (karma) yang harus dibayar dari setiap perbuatan, terutama perbuatan ga baik. Aku sepenuhnya sadar banget akan hal itu. Dan niatku membagi cerita hidupku adalah aku ingin cerita dari perspektifku buat jadi pembelajaran sikap untuk menjalani hidup yang jelas-jelas tiap orang berbeda ngejalaninnya. Aku ngerasain sendiri karma yang harus aku bayar nanti di kehidupanku selanjutnya di masa mendatang. Hal itu nanti akan ada bagiannya sendiri ya gaes...emoticon-Stick Out Tongue
Skip ceramahnya...emoticon-Cape deeehh

Aku yakin seyakin-yakinnya kalo aku bakalan dipecat ama bosku, koh Rudy. Karena pak Wijoyo sebagai rekan bisnisnya pasti kecewa dengan kinerjaku. Feelingku hal itu akan berimbas dan berujung ke nasib kerjaanku. Semalam aku sempat mikir, aku ngerasa ga ada masalah kalo ternyata urusan kerjaan di tempat koh Rudy harus berakhir karena gara-gara masalah ini. Aku sepenuhnya bisa memahami kalo koh Rudy akhirnya memecatku karena perintah pesanan dari kliennya yang kecewa. Sedikit banyak hal itu jelas terkait menyangkut ama kerjasama dan keberlangsungan usaha perusahaan milik koh Rudy. Perusahaan angkutan transportasi laut domestik yang dirintis koh Rudy sangat bergantung dari order rutin dari perusahaan pak Wijoyo, yang berskala internasional. Makanya aku paham kalo masalah yang aku timbulkan bisa menimbulkan kerugian di perusahaan koh Rudy.


" Saya ga tau gimana akhirnya kelanjutan dari masalah yang dihadapi Arthur dengan cewek yang datang ama kakaknya ke rumah Arthur, om. "
" Saya kemarin hanya nganterin mereka ketemu orangtua Arthur.
" aku sebenarnya ingin bercerita imbas masalah ini dengan kerjaanku. Tapi aku ngerasa ga perlu, aku ga butuh simpati dan perhatian orang lain karena sepak terjangku.

" Om sebenarnya awalnya udah rada punya perasaan ga sreg ama dia, Ka. "
" Apalagi ngeliat style penampilan dia yang dandynya model gitu. "
" Emang trend casual pria sekarang harus model metrosexual gitu apa ya? "
" Om, ga bisa bayangin kalo kamu sampai ngikut trend kek gitu..trus kamu rajin juga perawatan ke salon. "
" Bisa-bisa nanti Siska kalah cantik ama kamu, Ka
. " ucap Om Thomas bercanda ngeledek, dia tersenyum lebar tak bersuara menahan tawanya.

Aku hanya tersenyum malu.
" Ah, mesti dimana-mana orang selalu ngeledek aku gini. "
" Becandanya jelek banget deh. "
batinku tersipu, aku emang sedari dulu selalu malu dan ngerasa rendah diri kalo udah diledek soal cowok cantik.

" Om becanda loh, Ka. "
" Hehehe...
" baru kali ini selama aku mengenal keluarga ini, mereka ikutan ngeledek aku masalah " kecantikan " yang selalu jadi masalahku. Biasanya cuma Siska yang paling sering ngeledek aku gitu. emoticon-Mad


XXXXX



Suasana di sekolah negeri ini sekarang begitu ramai. Sekarang ini aku datang bersama 10 orang rombongan adik kelasku untuk beruji coba pertandingan eksebisi antar dojang sekolah. Dojang sekolahku akan jadi tamu di sparing partner dengan sekolahnya Wisnu teman pasangan bereguku di Kejurda. Aku dan Mala sebagai mentor, sebenarnya ga ada rencana akan ikut turun bertanding. Tapi karena permintaan salah seorang pembina sekolah Wisnu yang tau kalo aku adalah juara 1 kategori pertarungan di Kejurda. Beliau meminta aku buat sedikit berpartisipasi bertanding ngelawan jagoan sekolah ini yang ga lain dan ga bukan adalah mantan teman setimku di Kejurda. Wisnu.

" Kamu siap tanding ama aku, mas? " ledek Wisnu cengengesan.
" Ya siaplah, Wis. "
" Kata Siska kamu udah jarang berlatih gitu, malah kamu sekarang katanya lebih sreg buat jadi pemabuk. "
" Beneran mas? Hehehe
.. " goda Wisnu.
Aku sedikit banyak membenarkan apa yang udah Siska ceritakan ke Wisnu. Aku emang udah rada jarang berlatih di dojang tempat berlatihku dari aku remaja, karena kesibukan kerjalah yang bikin aku ga bisa ketemu waktu buat berlatih disana. Otomatis aku hanya melatih ototku di sekolah waktu jadi mentor buat adik-adik kelas. Itupun lawannya selalu Mala yang tingkatan sabuknya masih jauh di bawahku.

" Mas, kamu kenal ama Rara? "bisik Wisnu.
" Kenal dong...dia temen kamu, Wis? "" jawabku tersenyum. Aku langsung celingukan ngeliat ke arah depan aula sekolah ini yang udah rame banget. Aku masih nyari keberadaan Rara diantara ratusan siswi SMA negeri iniemoticon-Wowcantik

" Iya, dia sekelas ama aku. "
" Dia murid akselerasi. "
" Kapan hari dia nanya-nanya soal kamu, hehehe
... " ucap Wisnu mulai ngeledek.

" Ka, ini dobok kamu." Mala tanpa ragu-ragu ganggu obrolan aku dan Wisnu. Dia tanpa sungkan langsung duduk diantara aku dan Wisnu.
" Loh, mas ? " potong Wisnu dengan gestur matanya mengarah ke Mala.
" Kenapa, Wis? "
" Siapa ini, mas? Kok wajahnya mirip ama Rara
. " ucapan Wisnu sedikit banyak bikin Mala penasaran ama obrolan aku dan Wisnu.

" Mal, kenalin ini temanku Wisnu di dojang yang berpasangan Poom Sae ama aku di kejurda. "

Mala hanya tersenyum tipis dan bersalaman basa basi dengan Wisnu sebelum menarik tanganku buat diajaknya ke tempat official tim kami berkumpul. Mala emang orang yang agak somse kalo dia lagi ga mood.

" Rara itu siapa, Ka? Kok katanya temanmu tadi mirip ama aku. "
" Anak sekolah sini, emang kalo aku inget rada mirip kamu sih, Mal
. " aku nyoba ngechat Rara siapa tau sekarang dia ada waktu senggang buat nyamperin aku.

Quote:


Ponselku langsung bunyi panggilan. Rara nelpon dan dia sekarang lagi ngumpul dengan geng-nya di depan aula. Dia melambaikan tangannya ke arahku.

" Pantesan aku ga bisa nemuin dan ngeliat dia. "
" Wong kumpulan teman-temannya cantik-cantik semuanya
. " batinku tersenyum senang.emoticon-Genit

Aku berbisik ke arah Mala waktu Rara berjalan nyamperin aku.

" Dia namanya Rara. " bisikku.
Mala sedikit cemberut menatap tajam ke arahku. Keknya Mala insekyure ama kehadiran Rara yang kenyataannya emang mirip banget ama dia. Mala adalah orang yang moody, dia ga bisa langsung cepat akrab ama teman yang baru dikenal. Mala anti banget basa-basi dan SKSD. Makanya teman Mala di sekolah dikit banget, teman akrab yang dimilikinya cuma aku.

Aku dan Wisnu awalnya mendemonstrasikan kemampuan dan kekompakan gerakan kami berpasangan di kategori Poom Sae. Dan berlanjut ke pertarungan. Padahal secara kelas harusnya, Wisnu berada di kelas di bawahku karena berkaitan ama BB. Wisnu hanya berbobot 60 kg sedangkan aku setelah lulus SMA, BBku naik jadi 73 kg.

Setelah bertanding 3 babak, aku dan Wisnu emang punya kemampuan yang sama dan ga jauh berbeda. Karena emang di dojang aku lebih senior sedikit dari Wisnu. Sedari dulu spesialisasiku emang di pertarungan, jadi Wisnu jelas kalah setiap kali bertarung denganku. Wisnu sendiri emang lebih menekuni di kategori Poom Sae. Dia sangat telaten menampilkan gerakan-gerakan kaki yang indah dan sempurna. Sedangkan aku lebih nyaman untuk selalu agresif menyerang lawan.

" Kata Rira, Siska sekarang berubah, mas. " ucap Wisnu disela waktu kami rehat.
" Lain gimana maksudnya, Wis? "
" Udah beberapa hari ini disekolah Siska jadi pendiam, waktu istirahat dia ga pernah keluar kelas, pulang sekolah juga langsung pulang. "
" Pokoknya beda banget ama kebiasaan Siska
. " terang Wisnu.
Aku mikir perubahan sikap itu apa ada kaitannya ama peristiwa Arthur beberapa hari yang lalu. Aku punya sebuah pemikiran naif yang akhirnya aku coba sangkal sendiri.

" Apa Siska udah sempet " having fun " ama Arthur? " itulah pemikiran liarku yang ngaco.

" Ka? "
" Aku boleh minta tolong
? " kehadiran Rara sampe ga aku ketahui, dia udah nongol aja dan duduk di sampingku.
" Eh..kamu mau minta tolong apa, Ra?" jawabku rada gelagapan karena ketahuan ngelamun.
" Nanti pulangnya aku numpang kamu pulang dong, Ka. "
" Lah? Kamu gapapa, Ra? "
" Rumah kamu arahnya dimana? rumahku arahnya dimana
? " jawabku sewot.

" Hehehe.. "
" Anterin aku pulang ya, Ka. Please..?
" sahut Rara cengengesan.

" Bentar, aku nanya ke temenku dulu. "
" Tadi kesini boncengan ama aku. "

" Siapa? Cewek tomboi itu? "
" Cewek kamu ya, Ka
? " tanya Rara dengan ekspresi judes yang dibuat-buat.

" Mal, kamu jadi nanti pulang dijemput papamu? "
Mala hanya mengangguk dengan wajah cemberut tanpa menghadap ke arahku. Aku tau sedari tadi dia mau duduk di sampingku. Tapi keknya dia ga nyaman kalo aku ngobrol ama Wisnu dan Rara. Mala duduk ama teman-teman tapi pandangan matanya selalu mengarah terus-terusan ke arahku. Mala ada apa ya?


XXXXX



" Kamu masih jengkel ama aku, Sak? " tanya Siska pelan, ekspresi wajahnya acuh saat sore ini aku mampir ke rumahnya.

Aku menghela nafas berat, seberat kenyataan yang kemarin sebenarnya hampir bikin aku ga bisa berpikir jernih.

" Buat apa aku jengkel ama kamu, Sis. " jawabku bohong, tapi kenapa aku masih inget banget ama peristiwa kemarin ya Keknya kejengkelanku belum hilang sama sekali. Baik ke Arthur maupun ke Siska. Rasanya sensasi emosionalnya masih kebawa sampe sekarang.
Kamipun kemudian saling terdiam, aku terus hanyut dalam pikiranku. Sampai akhirnya Siska buka suara.

" Sak, keknya dalam waktu dekat ini aku perlu waktu buat sendiri aja deh. "
" Aku pingin fokus sekolah dan ga mau mikirin soal relationship dulu. "
" Lebih baik sementara ini kita ga usah ketemu dulu. "
" Kamu tetep boleh kesini, buat ngajari Steve gitar... tapi aku ga mau nemuin kamu.
" ucap Siska dengan acuh, Siska berdiri dan masuk ke dalam rumahnya tanpa menoleh lagi ke arahku.

Aku rada kaget dengan perubahan sikap Siska yang tiba-tiba itu. Tapi aku segera cepat memahami pemikirannya. Padahal semalam aku udah merencanakan kalo hari ini aku mau nyoba memperbaiki dan menjalani hubungan lagi ama Siska. Supaya aku bisa tiap waktu jagain dia. Tapi apa yang udah terlanjur aku pikirkan seringkali ga sesuai ama rencana dan ekspektasiku.

" Baiklah kalo itu mau kamu. " batinku.

Dari rumah Siska aku langsung pergi ke rumah koh Rudy seperti yang diperintahkan dalam pesan SMS yang aku terima tadi pagi. Seperti dugaanku dari awal, koh Rudy emang akhirnya dengan berat hati memberhentikan aku kerja dari gudang pelabuhan. Semua itu karena permintaan dari pak Wijoyo yang kecewa ama kinerjaku yang ga sesuai ama ekspektasinya. Mungkin si Arthur emang ngadu ke papanya kalo aku hanyalah sopir dan pengawal yang ga becus kerja. Dan ga bisa ngelindungi dia dari ancaman teror.
Lepas semuanya itu awalnya muncul dari permasalahan rivalitas dan rasa ketidaksukaan yang sesungguhnya ada antara aku dan Arthur. Hal itu tetap aku rahasiakan dan ga aku ceritakan ke koh Rudy. Aku berpamitan secara baik-baik ama koh Rudy dan keluarganya yang selama setahun ini berbaik hati mau menerimaku kerja di tempatnya. Sebenarnya koh Rudy nawarin aku buat lanjut kerja di club menemani bang Rizal tapi secara tegas aku tolak. Bukannya aku sakit hati atau gondok karena dipecat dari gudang pelabuhan. Aku ngerasa kalo keberadaanku di tempat itu udah ga dikehendaki lagi buat apa juga aku masih ngotot ikut bosnya. Apapun kata peribahasa, nasi sudah berubah jadi nasi goreng. Aku udah ga mau lagi ambil pusing dan ga peduli dengan apapun juga. Aku harus terus berjalan melanjutkan hidupku walaupun sekarang aku resmi jadi pengangguran lagi. Semoga nanti akan ada dunia dan petualangan baru yang udah nunggu kehadiranku mampir disana..emoticon-Traveller

Aku kudu piye, Jum? emoticon-Wagelaseh

(Capek dongs.. lanjutannya kapan-kapan aja)emoticon-Kalah


Quote:


Diubah oleh akukiyut 23-09-2023 02:56
hitnaru714
aghora
pussyabigore
pussyabigore dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.