akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang

Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
39.1K
1.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread•42.3KAnggota
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#196
Spoiler for WASP:

CHAPTER 54 - TACKLING (Part 1)

Quote:


Apakah aku terkejut dengan kenyataan di situasi yang sekarang harus aku hadapi? Jelaslah..!! aku ngerasa surprise banget dan ga nyangka sama sekali. Sekarang aku harus kerja untuk mengawal plus jadi sopir dari seseorang yang jelas-jelas sedang ngedeketin mantan pacarku. Hal itu sama sekali ga pernah terpikir dan terlintas sedikitpun di otakku. Kalo aku tau nomor telepon yang semalam ngirim SMS dan ngasih order kerjaan itu adalah Arthur. Aku pasti dengan tegas akan langsung nolak kerjaan itu. Selama ini aku emang ga mengetahui detail alamat rumah Siska, dan aku baru mengetahui alamat itu dari SMS yang aku terima dari nomor telepon yang kuterima tadi malam. Aku pertama kali datang ke rumah ini karena Siska sendiri waktu itu ngajak aku ke rumahnya. Aku hanya tau nama perumahannya, tanpa hapal detil blok dan nomor rumahnya. Rumah Siska tergolong mudah banget untuk dicari, karena letak aksesnya dari gerbang pintu utama perumahan, dari depan pos security, ada belokan pertama, langsung lurus sampai mentok di ujung blok. Rumah yang terlihat punya halaman paling luas di blok ini. Mengapa rumah Siska terlihat paling gede di bloknya? Itu karena rumah Siska adalah 2 rumah yang dijadikan 1. Makanya halaman rumahnya luas banget dan ada sisa tanah di belakang untuk memelihara burung di kandang besar. Papanya Siska pernah cerita ke aku gitu.


" Kamu diajak Siska juga, Ka? " bisik tante Monica keheranan, rupanya mamanya Siska masih bingung ama kehadiranku sekarang di rumahnya.
Aku tersenyum menggeleng ke Tante Monica, tiba-tiba pandangan matanya berubah menatapku iba. Di teras depan rumah, aku nunggu Arthur dan Siska ditemani tante Monica yang nyangka kalo aku datang kesini karena ajakan Siska. Siska sendiri setelah tau aku ada di depan rumahnya, langsung masuk ke dalam rumahnya diikuti Arthur. Mereka nunggu di ruang tamu. Entah apa yang mereka obrolin, aku ga mau tau.

" Engga, tant. "
" Saya hari ini kerja buat jadi sopir dan pengawalnya Arthur, tant. "
" Orangtuanya nyewa jasa saya.
"
Tante Monica langsung menggandeng tanganku buat diajaknya ke taman depan rumahnya.

" Saka, tante belum ngerti ama omongan kamu, nak? "

" Saya sering ngelakuin kerja sampingan diluar jam kerja saya di gudang. "
" Biasanya saya ikut jadi pengawalan VVIP dan sekalian jadi sopirnya, tant. "
" Kebetulan bos saya merekomendasikan buat kliennya yaitu orang tua Arthur. "
" Saya sama sekali ga nyangka kalo anaknya klien bos saya itu adalah Arthur. "
" Saya juga baru tau, sewaktu tadi mencocokkan alamat rumah ini dengan SMS yang dikirimkan nomor yang ternyata adalah nomornya Arthur.
" jawabku tersenyum getir.

Mamanya Siska akhirnya paham ama cerita yang ga seperti yang disangkanya
Dia hanya menghela nafas dan menyunggingkan senyum yang terlihat dipaksakan.

" Tante ga bisa ngelarang Siska pergi diajak ama si Arthur. "
" Walaupun tante ga suka dan kurang sreg ama si Arthur itu."
Tante Monica menerawang ke arah rumahnya. Keknya ada sesuatu yang ingin disampaikannya ke aku, tapi dia masih terlihat ragu-ragu buat bicara.

Aku sebenarnya beruntung banget mengenal keluarga Siska. Mereka dengan tangan terbuka mau menjalin persaudaraan dan tali silaturahmi dengan keluargaku. Mereka tanpa ragu selalu memperlakukan aku kek anak mereka sendiri. Padahal aku ga layak buat dijadikan anak mereka, aku udah kurang ajar dan lancang merawani anak mereka. Walaupun kami dengan sukarela ngelakuinya karena cinta kami berdua.emoticon-Stick Out Tongue


" Kalo tau dari awal saya kudu ngawal Arthur, saya ga akan mau, tant. "
" Terus terang saya ga akan pernah rela, ngeliat mantan saya jalan dengan cowok lain di depan mata saya. "
." Ucapku dengan tangan terkepal.


Aku tau sekarang Siska sedang ngeliat dan merhatiin aku dan mamanya dari dalam rumahnya dengan pandangan nanar. Aku tau dia juga ga nyangka dengan situasi kek gini.
Aku ketikkan balasan chat BBM yang sedari tadi selalu masuk ke ponselku. Aku tau itu chat dari Siska.

Quote:


Hanya chat BBM itu yang aku balas buat jawab semua chat Siska .
Siska terlihat membaca chat yang aku kirimkan. Pandangannya dari balik tirai transparan jendela rumahnya bisa aku liat dengan jelas, dia terlihat nanar. Aku langsung acuh dan buang muka. Sedari tadi aku datang, dia sama sekali ga menyapa dan ga berani langsung nemuin aku. Dia masih sibuk menemani Arthur di ruang tamu. Sedangkan aku " sang sopir" , sekarang cukup duduk sambil nyebat suntuk, nungguin mereka siap berangkat di bangku taman depan.

" Kamu yang sabar ya, nak. ! " hanya itu pesan yang diucapkan mamanya Siska saat aku berpamitan berangkat. Mamanya Siska terlihat kembali menenangkan aku dengan mengelus punggungku. Aku membalas dengan anggukan lemah dan senyum kecut yang aku paksakan.

" Sh*t..gini amat rasanya kena karma. "
" Mungkin Siska sekarang sedang ngebales semua sikapku yang ga bisa setia dengannya
. "

Aku sedikit ngelirik ke arah Siska yang hanya tertunduk waktu masuk ke bagian belakang tempat duduk penumpang, dia sama sekali ga berani memandang ke arahku. Di depan Arthur, aku menyetel wajahku datar dan serius, tanpa senyum sedikitpun.

Sebelum mobil aku jalankan, aku sengaja memakai headphones untuk mendengarkan musik di ponselku. Padahal aku sama sekali ga mau bicara dengan mereka berdua apalagi sampai denger semua obrolan mereka yang bagiku adalah bullshit banget bagiku. Untuk menuju ke tempat tujuan resepsinya, aku udah tau dari pemberitahuan SMS Arthur semalam. Jadi aku sengaja ga bakalan ada basa-basi tentang kepentingan acara. Bagiku sekarang yang terpenting adalah bagaimana bersikap seprofesional mungkin dengan kerjaan yang sekarang harus aku jalani. Sedikit banyak aku juga ingat, kalo aku juga sedang menjaga nama baik bosku yang sudah merekomendasikanku ke relasi bisnisnya.
Walaupun sebenarnya jujur harus aku akuin, sekarang aku bernafsu banget pingin mancal muka si Arthur dan ngasih bogem telak ke mukanya. Aku sepertinya sebelnya dobel kuadrat ama dia. Entahlah... ngeliat penampilannya bikin semua iblis di badanku kepingin memutilasi dia jadi beberapa bagian.
Dia emang berpenampilan modis trendy (waktu itu) ala trend pria-pria metrosexual. Sedangkan aku benci banget dengan modelan pria-pria yang menurutku setengah matang kek gitu. (Sori ya buat kalian yang berpenampilan kek gitu, sebenarnya aku ga bermaksud kek gitu, tapi gegara kejadian ini akhirnya aku berpikiran buat menggeneralisasi ras kalian adalah mahluk bertulang lunak alias setengah matang) emoticon-Betty (S)
Aku sendiri waktu itu heran, kenapa Siska sampai tertarik dengan cowok kek gini. Menurutku letak machonya dimana coba? Apa dia sekarang seleranya udah ancur dan mengalami kemunduran yang jauh banget setelah putus ama aku?emoticon-Mad
Walaupun aku dulu sering diledek dan dibully kek cewek, karena wajahku yang katanya orang-orang cantik (dulu) tapi aku normal 100% straight, ga mungkin juga bakalan ngondek, cyin..emoticon-Betty (S)


" Kamu akan baik-baik aja, Ka. " batinku menenangkanku.
" Kamu ga cemburu mantan pacar kamu duduknya berdampingan di kursi belakang? " logikaku mulai sedikit kasih pertanyaan provokasi.
" Sekarang kamu cowok yang ga ada artinya di mata rivalmu, Ka. " Nalarku mulai ikutan ngasih pendapat.
"Baru terasa kan sakitnya gimana diduakan? Itu yang Siska dulu alami waktu kamu jalan ama Eva di depan dia. " nuraniku berucap telak ngasih pukulan yang rasanya jleb banget terasa di ulu hatiku. emoticon-Malu (S)


XXXXX



Acara pertunangan ini berlangsung di sebuah gedung besar, berlokasi ditepi jalan. Gedung ini biasa disewa oleh orang-orang golongan Chinese di kotaku untuk acara pernikahan ataupun ulang tahun. Gedung ini sangat ikonik dengan bangunan arsitekturnya yang kek bangunan-bangunan di Eropa. Aku udah pernah kesini, sewaktu nganter koh Rudy datang ke pernikahan saudara keponakan istrinya.

" Kamu nanti standby aja di dekat meja resepsionis. " ucapan Arthur itu aku diamkan, tanpa aku jawab ataupun ada niatan aku berinteraksi dengan omongannya. Dia sendiri harusnya udah tau dengan sikapku. Karena dia tau, cewek yang diajaknya sekarang itu adalah mantanku.
Siska masih menunduk, waktu aku sekilas menatapnya tajam. Aku hanya mengekor dari jarak agak jauh waktu kami berjalan dari tempat parkir ke tempat acara resepsi berlangsung. Siska terlihat ngomong sesuatu dengan Arthur sampai Siska sedikit bersitegang. Aku ga tau, aku ga bisa dengar dari tempatku mengikutinya sekarang. Siska menghampiri aku yang berjalan di belakangnya.

" Sak, jangan pernah kamu punya pikiran aku bakalan macem-macem dan ngapa-ngapain ama dia. "
" Aku udah bilang ke dia kalo aku sekarang hanya mau sekedar menemani dia datang ke acara temannya.
" ucap Siska.

" Oh ya? " aku tersenyum sinis, sembari sengaja menyulut sebatang rokok untuk membuat Siska jengkel, dia paling ga suka dekat ama aku pas ngerokok.

" Terserah kamu mau menilai aku apa.. " jawabnya ketus, Siska bersedekap membelakangiku.

Aku mendekat ke arah Siska berdiri. Aku ngeliat sekeliling dan berucap pelan di dekat telinganya.

" Aku bukannya ngelarang kalo kamu sekarang harus nemani dia, Sis . "
" Walaupun sebenarnya aku ngijinin itu dengan berat hati. "
" Hal itu aku lakukan, karena aku masih sayang dan peduli banget ama kamu. "
" Sekarang ini...aku saranin buat kamu jangan terlalu dekat banget mepet-mepet ama dia, selain karena aku cemburu... yang terutama demi kebaikan kamu juga. "
" Kamu harus inget, dia itu sekarang sedang ada masalah serius. "
" Makanya orangtuanya make jasa pengawalanku karena kemarin-kemarin dia dapat teror serius. "
" Aku nanti ga bisa dapat akses masuk ke dalam acara buat ngelindungi kamu.
" Aku punya feeling dan yakin banget kalo hari ini pasti ada kejadian ama Arthur. "
" Dan inget! pokoknya aku ga akan mau balikan ama " bekas" dari orang lain
" jawabku menghembuskan asap rokok jauh dari arah Siska. Langkah kakiku makin menjauhi Siska, mengarah ke gedung acara. Sesekali aku menoleh ke arah Siska yang berjalan pelan menyusul di belakangku.


Di depan resepsionis desk, udah nampak banyak antrian tamu undangan, mereka bergiliran mendaftarkan nomor undangan di meja penerima tamu. Registrasi itu sedikit banyak membuat acara rada berjalan makin lama. Berasa udah kek ke istana negara aja, pengamanannya super ketat. Perasaanku semakin lama ikut nunggu antri kek gini jadi bikin aku tambah bete.emoticon-Mad

Ada banyak tenaga pengamanan VVIP berpotongan cepak dengan memakai baju safari hitam dan bawa HT berjaga di acara ini. Aku hanya mengenakan kemeja hitam sporty berlengan panjang yang biasa aku gunakan pas naik gunung, dan paduan celana jeans slim fit hitam. Rambutku yang panjang, aku ikat secara rapi dan aku masukkan ke dalam kerah belakang kemeja.
Ada yang sedikit menarik perhatianku pas aku jelalatan memantau situasi. Ada sepasang pria wanita yang sedari tadi pandangan matanya mengarah ke arah Arthur dan Siska. Pandangan mereka adalah pandangan ketidaksukaan dan kebencian. Aku kudu menghapal wajah mereka.

" Fix...keknya mereka berdua emang ada kecenderungan punya gelagat ga baik. " batinku menganalisis gerak gerik mereka.

Dan rupanya insting kecurigaanku mengarah ke arah yang benar adanya, cowok itu lalu ngasih kode ke 2 orang laki-laki yang duduknya ga seberapa jauh denganku. Sekilas aku perhatikan penampilan 2 orang lelaki ini, mereka ga tau dan ga menyadari kalo gelagat mereka sekarang ini sedang aku perhatikan. Yang harus aku perhatikan dengan seksama adalah, gerak gerik mereka sekarang, apakah mengindikasikan kalo mereka sekarang bawa senjata tajam? emoticon-Bingung (S)

" Bagaimanapun yang terutama harus aku prioritaskan adalah keselamatan Siska . "
" Persetan dengan keselamatan Arthur b*ngsat itu ! "
" Masa bodo kalo dia sekarang ditembak, dibacok atau ditusuk orang sekalipun. "
" Yang penting jangan sampe Siska ada lecet sedikit karena mereka ! "
" Bakal aku hajar tanpa ampun siapapun yang berani menyakiti Siska biarpun nanti aku harus dikeroyok 3 orang
. " batinku bertekad. Aku langsung bergegas mencari tempat yang agak sepi. Aku harus melakukan pelemasan otot kakiku sebelum beraksi. Aku yakin kalo hari ini jelas bakalan ribut. Mentalku harus aku persiapkan.

Pelemasan yang lumrah aku lakukan ama kakiku sebagai senjata andalanku dalam bertarung adalah dengan melakukan split. Sedari awal SMP aku terbiasa melenturkan kakiku dengan selalu berlatih gerakan split (mengangkang dan melebarkan lebar-lebar kaki, sampai pantat menyentuh lantai), dan kelenturan kakiku boleh diadu dengan seorang Balerina sekalipun. emoticon-Betty (S)
Aku bisa menendang lurus ke kepala pria dewasa walaupun dia bertinggi badan melebihi tinggi badanku.

2 pria yang duduk di depan meja resepsionis, sedari yang aku perhatikan dan amati gerak-geriknya. Keknya mereka ga membawa senjata tajam, tapi ga tau juga kalo ternyata dia membawa pisau yang ditaruh di balik betis mereka. Seperti yang pernah aku hadapi sewaktu mengawal koh Rudy beberapa waktu lalu. Penyerangnya membawa pisau komando yang ditaruh di betisnya untuk mengelabuhi pemerikasaan security. Beruntung aku menemukan sapu lantai yang tongkat kayunya lumayan berkualitas bagus, waktu itu bisa aku gunakan untuk menangkis tusukannya ke arahku

Quote:


Hanya itu chat BBM yang aku kirimkan ke Siska. Aku sengaja ga ngasih tau Arthur kalo keselamatannya terancam. Aku udah ga mikir lagi profesionalitasku sebagai pengawal. Aku ga peduli kalopun sekarang 4 orang yang mengincar Arthur menghabisi dan ngeroyok asalkan Siska bisa aku selamatkan dulu dari masalah ini.

Quote:


Aku tersenyum baca balasan chat dari Siska.

" Akan kita liat nanti seberapa macho cowok pilihan kamu, Sis. " batinku tersenyum jumawa. Mentertawakan bagaimana aku udah bayangin Arthur akan ngompol kalo sampai kejadian dia dikeroyok 3 orang yang muka-mukanya seperti orang yang bukan berasal dari Jawa.

" Maaf pak.. saya cuma minta ijin buat masuk sebentar dan berdiri di pintu masuk aja. "
" Saya cuma ingin ngeliat dan mastiin adik cewek saya di dalam baik-baik aja
. " ucapku ke salah seorang security yang berjaga di pintu masuk. Dia mengangguk mengijinkan. Aku harus mastiin kalo Siska nanti aku suruh menghindari pintu keluar disini.

Quote:


Aku masih menebak masalah Arthur ini pasti ada kaitannya dengan dia ataupun sangkut pautnya dengan posisi orangtuanya. Entahlah.. Aku sedari tadi masih terus menerka-nerka. Kedua orang yang masih nunggu di depan, mengawasi di pintu resepsionis ini terlihat selalu siaga nunggu sasaran target yaitu Arthur. Keknya mereka juga orang bayaran. Sudah hampir setengah jam aku mencuri pandang, mengamati secara terperinci gerak gerik mereka tanpa mereka sadari. 1 orang keknya bertugas menerima perintah yang bisa aku simpulkan sedari tadi dia sibuk banget berchatting ria dengan ponsel BBM-nya dengan seseorang yang ada di dalam gedung.


XXXXX



Acara udah selesai, aku bergegas berdiri nyari tempat yang pas buat ngawasi 4 orang ini. Dari kejauhan Arthur terlihat ketawa-ketawi keluar bersama 5 orang temannya. ( harusnya ber 6 kalo tadi Siska ga aku peringatkan, keknya mereka semua datangnya couple'an ). 2 orang yang nunggu keknya udah tau sasarannya, dan mereka rasanya enggan untuk bikin ribut di area depan resepsionis. Mereka keknya rada jiper dengan para security VVIP yang badannya rata-rata segede sofa dengan tampilan wajah yang disetel kek buto penjaga pintu gerbang candi.emoticon-Ngakak (S)

Arthur tau keberadaanku, aku berdiri di dekat parkiran, aku sengaja mancing supaya Arthur jalan kesini ama teman-temannya. Dan otomatis nanti 4 orang itu aku yakin akan mengikuti dan nyerang si Arthur disini. Di tempat parkiran yang minim pengawasan securty VVIP. Mungkin cuma security dan petugas parkir.

" Kamu mau lari sembunyi kemana lagi, b*nci! "
Cowok yang datang bersama cewek itu tiba-tiba menarik paksa Arthur dari rombongan teman-temannya. Dia mencengkeram leher Arthur untuk dipiting. Sedangkan 2 orang pria yang semula berada jauh di belakangnya, berlari mendekat. Aku refleks menendang punggung pria yang memiting Arthur. Mereka jatuh bersamaan.

" Heh..!! Kamu siapa ? "
" Jangan ikut-ikut urusan orang
..! "
Bentak laki-laki itu. Cengkeraman tangannya di leher Arthur terlepas setelah punggungnya aku tendang dan dia jatuh terjerembab, dia ga sengaja berpelukan dengan Arthur emoticon-Betty (S)

" Oh kamu pengawalnya dia. "
" Kamu centeng dia?
"

Aku berdiri bersiaga dengan posisi kuda-kuda menunggu 2 orang itu menyerang. Arthur berdiri dibantu ama teman-temannya.

" Kamu ga tau masalahnya kan? "
" Kalo kamu tau masalahnya. "
" Kamu ga bakalan mau dibayar sama b@jing@n b*nci ini
. " hardik seseorang yang langsung melayangkan pukulannya ke arah wajahku. Dengan sedikit memiringkan badan aku cuma menghindari dan menangkis pukulannya.

" B@ngs@t !!! " teriak pria yang satunya, dia langsung mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya.
" Pisau bayonet " batinku.

Aku dari kecil udah belajar beladiri dan yang aku tekuni adalah 2 ilmu beladiri, yaitu karate dan taekwondo. Di karate aku sering berlatih simulasi pertarungan menghadapi senjata tajam. Ya, sekarang aku harus menghadapi serangan pisau bayonet yang ditusukkan dan ditebaskan berkali-kali ke arahku. Aku segera mencopot sabuk kulit alias gesper yang selalu melingkar di celanaku. Sabuk itulah yang selalu aku pake sebagai senjata ngelawan pisau (beruntungnya ga pernah ada kejadian celanaku sampai melorot waktu aku ngelepas sabuk dari celanaku, karena aku selalu make celana yang ukuran di perut dan pinggang selalu pas)emoticon-Ngakak (S)

Kini aku harus menghadapi 2 orang yang bergantian menyerangku secara sporadis. Sedangkan aku sedari tadi hanya bertahan untuk melindungi diriku dengan memutar-mutarkan dan menyabetkan kepala pengait gesper yang berbahan besi berat ke segala arah.

" Kamu ga tau bagaimana kalo adik cewek kamu ditiduri trus ditinggalkan dan dicampakkan gitu aja. !" bentakan keras dari orang yang aku tendang punggungnya pas dia mencengkeram leher si Arthur. Dia udah berdiri di tengah-tengah. Rupanya dia berinisiatif misahin perkelahian antara aku dan 2 temannya.

" Hah. ?? "
" Stop...!! Stoppp..!!! "
teriakku, tanganku terangkat ke atas sebagai tanda untuk menghentikan perkelahian dengan 2 orang yang masih keukeuh nyoba terus-terusan mukul dan menusukan pisau bayonetnya ke arahku.
Sepersekian detik otakku langsung blank waktu denger ucapan pria itu. Semua bayangan akan kakak-kakak perempuanku langsung terlintas di pikiranku....




Yok opo iki, Jum? emoticon-Gregetan

(Beneran capek dongs... kapan-kapan aja lanjutannya)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 15-10-2023 15:20
hitnaru714
aghora
simounlebon
simounlebon dan 14 lainnya memberi reputasi
15
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.