Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang

Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
39.9K
1.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#194
Spoiler for soul to squeeze:

CHAPTER 53 - SURPRISED YOU & SHOCKING ME

" Ka, sekarang kamu dipanggil koh Rudy ke kantornya ! "
" Dia ada perlu penting ama kamu. "

Mbak Fika administrasi gudang nyamperin aku yang lagi leyeh-leyeh ganteng di atas forklift.

":Ada apa ya ? "
" Kok sampai koh Rudy manggil aku segala
? " Rada males aku jalan menuju ke kantor atas, sebenarnya enak kalo ke ruangan koh Rudy. Aku jadi bisa ngadem sebentar, AC-nya dingin banget. Koh Rudy orang yang alergi ama udara panas. Kulitnya bisa bentol-bentol kena keringatnya sendiri. emoticon-Hammer (S)

" Sini masuk, Ka! "Koh Rudy melambaikan tangannya nyuruh aku masuk ke ruangannya.

" Ada apa ya, Koh? "
Koh Rudy ga jawab pertanyaanku, dia hanya ngeliat aku yang masih berdiri di pintu masuk kantornya, pandangan matanya menelisik penampilanku dari bawah sampe ke atas, jarang-jarang aku ngeliat koh Rudy berperilaku ganjil sampe merhatiin penampilanku kek gini. Tiap hari kerja aku emang terbiasa berpenampilan dengan mengalungkan handuk kecil sebagai penyeka keringat, biasanya juga handuk itu aku gunakan sebagai penutup kepalaku dari panasnya sengatan matahari. Dan sekarang aku rada risih diperhatiin koh Rudy kek gini, maklum badanku kan rada berkeringat, dan jelas bau matahari karena kerjaanku emang di outdoor. Tapi rasanya aku ga ngerasa berbuat salah di tempat kerjaan sampe koh Rudy merhatiin secara detill tampilanku hari ini.

" Ka, kamu sekarang ganti baju. "
" Langsung ikut kokoh ke kantornya teman di Basra
. " perintah koh Rudy yang tentu aja ga bisa aku bantah. Aku bergegas mandi dan berganti dengan pakaian bersih. Aku terbiasa setelah selesai jam kerja sebelum pulang selalu langsung mandi dan berganti dengan pakaian bersih yang selalu ada di tas ranselku.

" Nih, kuncinya ! "
" Kamu nyetir dan jalan ke alamat ini.
! " ucap koh Rudy ngasih aku kunci kontak mobilnya. Koh Rudy sedari keluar dari kantor sibuk dengan ponselnya. Entah itu untuk menjawab telepon ataupun membalas pesan. Aku juga masih enggan buat ngajak bicara.

Mobil koh Rudy aku arahkan ke sebuah gedung perkantoran di dekat kantornya Ajeng. Rupanya kantor temannya koh Rudy ada di pusat perkantoran di daerah bisnis. Bangunan kantornya lumayan besar, terlihat bangunan perusahaan ini berdiri sendiri, ga bercampur dengan perusahaan lain. Saat masuk ke gedung ini, aku ngerasa kalo perusahaan ini mungkin perusahaan bonafit. Para karyawan disini rata-rata orang chinese ori bukan chindo (cina Indonesia). Mereka rata-rata berkomunikasi dan berbicara dalam bahasa Mandarin. Ada beberapa karyawan bule juga. Rupanya kantor ini adalah perusahaan trading multi nasional dengan angkutan logistik internasional sebagai induk utama usahanya.

" Hmm.. berapa ya gajinya kerja di perusahaan kek gini ? "
" Pasti gajinya gede
. " batinku. (Buatku di masa itu, impian untuk kerja di sebuah perusahaan bonafit dengan kantor yang terlihat mentereng adalah sebuah kebanggaan mengingat aku waktu itu hanya lulusan SMA dan bekerja di gudang pelabuhan yang panas dan penuh debu).

Koh Rudy nyuruh aku nunggu dulu di depan sebuah ruangan yang kelihatannya adalah ruangan direkturnya . Di depan meja ada mbak cantik yang kelihatannya bertugas sebagai asistennya.emoticon-Genit

Setelah nunggu sekitar 10 menitan akhirnya aku dipersilahkan masuk ama mbak yang duduk di depanku.
" Mas, silahkan masuk ! "
" Bapak udah nyuruh masuk ke dalam
. "

Sebenarnya mbak ini cantik banget tapi terlalu irit langsingnya alias kurusemoticon-Hammer (S)

" Nah ini namanya Saka. "
" Dia biasa aku ajak ama keluargaku sekalian ngawal, kalo pas kami jalan kemana gitu
. " ucap koh Rudy kepada temannya. Seorang pria yang terlihat udah berumur, mungkin seusia ibuku.

" Kok namanya Saka? " pria itu kelihatan ragu-ragu dan keheranan dengan pandangan penuh tanya kepada koh Rudy.

" Hahaha..."
" Heran ya ? Ada orang Cina namanya Saka? "
" Ga pernah dengar kan
? " koh Rudy tertawa ngakak dan menepuk-nepuk bahuku. Orang yang diajak bicara koh Rudy itu hanya mengangguk menjawab pertanyaan koh Rudy.

" Dia emang separuh Cina, campuran Jawa dan Arab. "
" Aku kenal baik dengan keluarganya. "
" Dan tau latar belakang keluarganya. "
" Dia dapat tampang cungkwok dari akungnya yang asli kek kita, hahaha... "
" Tapi dia ga mau ngaku Cina padahal liat sendiri tuh mukanya .. hahahaha...
" koh Rudy malah ngeledek aku abis-abisan di depan temannya yang hanya tersenyum simpul.

" Saya pak Wijoyo... ayo Saka silahkan duduk..! " ucap orang di depanku dengan ramah mempersilahkan aku untuk duduk di kursi samping koh Rudy. Aku menghampiri dan mengulurkan tangan dan menjabat erat tangan Pak Wijoyo.

" Tadi bos kamu udah bicara dan cerita soal kamu. "
" Kebetulan saya lagi nyari orang buat ngawal anak saya. "
" Beberapa minggu ini anak saya yang masih berkuliah dapat sebuah kejadian yang ga mengenakkan buat dia beraktivitas sehari-hari. '
" Dia dapat ancaman dari seseorang yang ga menyukai dan berniat ingin mencelakainya. "
" Anak saya ga mau dikawal secara berlebihan, dia malu dengan teman-temannya di kampus kalo sampai tau dikawal seperti anak kecil. "
" Sekarang setelah saya ngeliat sendiri ama tawaran Rudy, saya yakin nanti anak saya pasti mau dikawal karena kamu ternyata lebih muda dari dia. "
" Rudy bilang kamu pernah dapat trofi di kejuaraan beladiri dan sekarang ngelatih di tempat kamu ya
? " Pak Wijoyo manggut-manggut dengan terus memandangku. Aku hanya menjawab dengan mengangguk, karena aku masih enggan bersuara kalo ternyata dia belum bertanya denganku.

" Ya udah, besok pagi kamu standby disini nanti saya akan suruh anak buah saya buat nganter kamu ke rumah. " hanya itu pesan terakhir yang aku bisa iyakan untuk menyanggupi esok hari datang ke rumah pak Wijoyo. Rencananya dia akan memakai jasaku hanya seminggu, sesuai kesepakatannya meminjam aku dari koh Rudyemoticon-Mad


XXXXX



Aku masih belum mengiyakan ajakan Siska untuk balik lagi ke status kami buat berpacaran lagi. Walaupun sekarang ini kondisi kami berdua udah kembali dekat dan mesra seperti awal sebelum kami berpacaran. Kemarin di sela acara pernikahan sepupuku, aku dan Siska ga sengaja udah ngelakuin pertandingan dadakan untuk kedua kalinya di rumahku, dan beberapa hari kemudian kami mengulanginya lagi di tempat yang sebenarnya ga sengaja kami datangi. Sebuah kamar di sebuah resort home stay bertarif sesuai uang yang aku punya, tempat rujukan yang biasa dipake rombongan pelajar dari kota lain untuk nginap waktu study banding di kotaku. Aku dapat info dari temanku pengurus OSIS yang pernah membantu sekolah lain study banding di sekolahku.
Rivalitas di antara aku dan Siska sekarang bukan lagi hanya sekedar pertandingan memakai sistem home and away. Sepertinya kami berdua akan rutin bertanding secara reguler mengarungi kompetisi entah itu bertempat di stadion mana, kami belum sempat memikirkannya. Aku dan Siska sama-sama udah mencapai kesepahaman dengan kesepakatan yang walaupun ga pernah terucapkan, tapi kami berdua rasanya terhubung secara batin. emoticon-Wink
Sekarang rasanya kami berdua udah memasuki fase ketagihan dan kecanduan dengan permainan baru ini, seperti yang Siska ucapkan kepadaku tanpa basa-basi,

" Sak, akhirnya aku ngerti sekarang, kenapa orang-orang pada ngebet pingin cepet nikah. "
" Ternyata emang rasanya nikmat banget ya "
" Apalagi kalo ngelakuinnya ama orang yang kita sayang dan cintai
.. "
Siska memeluk erat badanku, disatukannya dengan badannya, seperti ada upaya dia untuk ga melepaskan ikatan diantara kami berdua. Pertandingan yang kami lakukan tadi, baru aja selesai dengan hasil yang memuaskan banget. Walaupun berjalan sedikit alot dan panas, semuanya mengantarkan kami untuk belajar lebih memahami karakteristik permainan kami masing-masing. Sedikit tempo rada keras menjurus ke arah permainan nakal akhirnya pertandingan tadi harus ditambah ke waktu extra time dan berlanjut ke adu penalti. Aku ngerasa permainan Siska sekarang udah lumayan. Dia udah menemukan performa yang pas buat menghadapi gempuran serangan total football yang aku lakukan. Siska menggunakan formasi 4-3-3, dengan strategi yang diandalkannya adalah counter attack, semuanya Siska pelajari secara otodidak dalam waktu yang relatif cepat.

Aku setuju dengan apa yang Siska ucapkan, aku emang ngerasain gimana bedanya antara pertandingan yang pernah aku lakukan dengan Siska maupun dengan Eva. Aku menyayangi Eva tapi aku belum menemukan adanya perasaan cinta yang mendalam dan klik kek aku dan Siska. Kalo ditanya gimana sejujurnya perasaanku ama Siska? Aku sayang banget ama dia, rasa cintaku kepadanya besar banget. Sampai susah rasanya tanpa sedetikpun aku ga membayangkan wajah dan senyumnya di pelupuk mataku. Disaat aku mau enak-enak dengan 2 cewek yang sempat ngajak sparing di ranjang, aku selalu teringat akan Siska. Sedangkan pas aku bertanding ama Siska ga sedikitpun aku ingat ama Eva maupun Ajeng. Apalagi Eva beberapa minggu ini jarang banget menghubungi aku lagi.

" Mungkin Eva sibuk di kampusnya yang baru. "
" Mungkin dia udah nemuin laki-laki yang selalu ada waktunya dan ngehibur dia
. "

Ya semoga... Aku berharap Eva segera bangkit dan meneruskan kembali cita-citanya. Kembali ke kehidupannya yang ceria. Aku emang pernah sayang banget ama Eva, tapi aku ga mau kalo balik lagi menjalin hubungan disaat kita LDR. Usia kami sama-sama masih muda, dan tingkat emosional kami tetap masih labil. Hubungan jarak jauh hanya akan selalu menimbulkan pikiran dan prasangka yang negatif. Apalagi Eva adalah pribadi yang ramah dan mudah bergaul, aku ga mau kalo selalu dirasuki perasaan cemburu dan dicemburui kalo menjalani lagi hubungan dengannya. Eva sangat posesif di saat dulu aku dekat dengannya. Sifat pencemburu Eva yang membabi buta itulah akhirnya sering mengalahkan akal sehatnya.


XXXXX



Emang bener kata orang-orang kalo ternyata kesibukan kerja bisa bikin orang lupa dengan aktivitas dan rutinitas buat kesenangan sendiri. Hal ini terjadi selama aku sibuk di pagi hari berangkat kerja, lembur, pulang malam, dan hanya menjalani selingan kegiatan dengan ngasih asupan "jamu" buat badanku yang terforsir terus-menerus. Beberapa hari menjelang aku ijin rehat dari kerja di gudang, aku didatangi bang Rizal. Udah agak lama aku ga ketemu langsung ama abang angkatku. Dia sekarang hanya fokus bertanggung jawab di club malam, karena perintah koh Rudy.

" Abang sebenarnya mau minta tolong ke kamu buat nyari orang yang mau kerja di club. "
" Kalo laki-laki mungkin aku ada teman yang mau, bang
. " Kenapa tiba-tiba di club sampe kekurangan karyawan?

" Buat cewek, Ka... untuk jadi waiters. "
" Buat gantiin Helen. "
" Dia udah resign dari beberapa hari yang lalu
. " jawab bang Rizal menghembuskan asap rokoknya kuat-kuat ke udara.
" Emangnya kenapa Helen keluar, bang? "
" Bukannya dia betah dan seneng banget kerja disitu
. " aku sedikit kaget kenapa Helen yang baik banget ama aku kudu keluar dari kerjaannya di club. Helen tergolong karyawan senior dan udah lama bekerja di club.

" Helen resign karena mau nikah, dan ga dapat ijin dari calon suaminya buat ngelanjutin kerja di club. " ucap bang Rizal.
" Yah..siapa nanti yang ngasih aku minuman gratisan dong? " emoticon-Cape d... (S)

" Heh..!!! "
" Pikiranmu malah kesitu !
"

" Berarti Helen balik ke kampung halamannya, bang? "
" Helen disini kok
. " jawab bang Rizal santai.
" Loh, emang suaminya kerja disini juga? " aku makin penasaran dengan suami Helen, soalnya selama aku kenal dengan dia, aku ga pernah sama sekali ngeliat pacarnya, Helen malah sering ngegodain aku buat diajak jalan pas dia off kerja.
" Kamu tau dan kenal kok ama calon suaminya Helen. " bang Rizal tersenyum jahil.
" Yaelah bang.. selama ini aku ga pernah ngeliat Helen ama pacarnya. " jawabku cepat.
" Ya berarti pengamatan kamu kurang detil, Ka. "
" Harusnya kamu yang biasa kerja mengamati perilaku orang, tau ama hal kek gitu
. " Bang Rizal ngeledek aku dengan mengacak-acak rambut gondrongku.

" Beneran aku ga tau, bang. "
" Siapa sih calon suami Helen? "

Bang Rizal cuma menjawabnya dengan tersenyum terus menerus, hingga akhirnya dia ketawa ngakak keras banget.

" Huahahaha... " tawa bang Rizal bikin beberapa orang di sekitar gudang ngeliat ke arahnya.
" Alex..." Ucap bang rizal di akhir tawanya.

" Hah? Alex? "
" Dia jadi suami Helen? "
" Ya gapapa juga sih, wong Alex sekarang juga duda
. " batinku.
Aku jadi berpikir mungkin karena kebetulan mereka adalah sahabat yang bertemu di kota ini, berasal dari kampung halaman yamg sama, hingga akhirnya persahabatan mereka berlanjut ke hubungan pernikahan setelah peristiwa skandal hubungan terlarang mantan istri Alex.



Pagi ini aku berangkat kerja rada santai, aku ga mengarah ke gudang pelabuhan. Jam 08.00 aku udah standby nunggu di depan lobby kantor, nunggu karyawan yang disuruh untuk nganterin aku ke rumah pak Wijoyo. Sedari tadi aku hanya duduk ngeliat kesibukan para karyawan berlalu lalang menjalani aktivitas kerjaan mereka yang terlihat santai di ruangannya.

" Kamu mana ngerti kerjaan kek gini, Ka.
" logikaku berbicara.
" Kamu kan cuma lulusan SMA .. itupun untung-untungan bisa lulus, mana ada perusahaan kek gini mau nerima karyawan yang pas sekolah jadi juara bolos. " Nalarku ikut-ikutan berucap
" Kamu lebih cocok ngejalani kerjaan yang ngandelin fisik, kalo ngandelin otak rasanya percuma buat kamu. "
" Otak kamu keseringan ngaco kebanyakan mabuk alkohol
. "
Batinku bermonolog.
" Percayalah suatu saat kamu nanti pasti bisa, Ka..wujudin semua cita-cita dan impian kamu buat kerja di kantor besar. " nuraniku selalu bisa ngasih kenyamanan untuk semua kegelisahan pemikiranku di waktu itu.

Akhirnya aku beriringan diantar seorang pegawai di kantor ini menuju ke rumah pak Wijoyo. Aku emang sengaja ga mau diantar kesana menggunakan mobil kantornya, nanti pulang dari sana aku bisa langsung cuss ke rumah.
Rumah pak Wijoyo ada di kawasan ruas jalan protokol di daerah timur kotaku. Kawasan yang dikelilingi daerah kampus dan perumahan elit. Sebuah rumah yang berdiri megah kek istana raja, dengan dikelilingi pagar tembok besar. Arsitektur rumah ini mirip bangunan istana kekaisaran Romawi yang dipenuhi dengan hiasan patung-patung serdadu Romawi di sekelilingnya. Dalam hati aku berdecak kagum untuk mengagumi desain arsitektur rumah ini.
Aku ngerasa sebutan sultan yang sebenernya, layak banget disematkan buat pak Wijoyo.


" Ini sih bukan rumah tinggal biasa. "
" Lebih cocok ini disebut istana raja
. " batinku, sedari tadi ga ada henti-hentinya aku terpesona dengan desain arsitekturnya.
Aku langsung diajak masuk ke dalam bangunan rumah untuk nemuin pak Wijoyo yang sedang duduk di teras depan. Di teras itu pak Wijoyo sedang menikmati suasana rumah megahnya ditemani berkas pekerjaan kantor yang sedang dibacanya.

" Sekarang anak saya masih kuliah, mungkin nanti siang dia pulang. "
" Sementara kita nunggu dia pulang, sambil saya jelaskan apa saja yang harus kamu lakukan nanti ."
" Kebetulan hari ini saya ga ada acara di kantor, jadi saya akan ada di rumah aja
. " ucap pak Wijoyo dengan ramah.


Pak Wijoyo menceritakan bagaimana awal mula anaknya mendapatkan ancaman dari seseorang yang mungkin ga suka ama kelakuan anaknya. Selama pak Wijoyo berbicara panjang kali lebar tentang anaknya aku mencoba memahami dan mempelajari kek apa situasi yang dihadapi anak pak Wijoyo ini. Rasanya orang yang mengancam melalui teror telpon adalah orang suruhan, ga mungkin rasanya orang yang punya masalah ngelakuin sendiri. Dari yang aku tangkap dari cerita pak Wijoyo, aku sedikit banyak tau kalo anaknya mempunyai pergaulan yang luas ditambah ada analisa dugaanku kalo ngeliat latar belakang orang tuanya yang punya segalanya. Dugaan sementara yang bisa aku simpulkan, orang yang mengancam anak pak Wijoyo motifnya adalah sakit hati. Awalnya ada beberapa ancaman berupa SMS yang serius dilakukan. Seperti penggembosan ban mobil dan penyerangan kaca di samping sisi pengemudi. Kacanya dipecahkan seperti bekas dihantam benda keras. Sedangkan alasan kenapa pak Wijoyo ga ngelaporin ke polisi karena anaknya sendiri yang bersikeras untuk ga terlalu menanggapi ancaman itu secara serius. WTF? emoticon-Mad


Semalam...

" Sak, aku mau ngomong tapi kamu nanti jangan marah ya? " Siska nelpon waktu aku baru mau merebahkan badan.
" Marah kenapa? "
" Ehm.. gimana ya ngomongnya
? "
Nada suara Siska seperti ragu buat meneruskan apa yang mau diomongin.
" Buruan, aku udah ngantuk, Sis. "
" Hari Sabtu besok...aku diajak Arthur. "
" Datang ke acara pertunangan teman kampusnya.
" ucap Siska terbata.
" Oh itu. " selaku.
" Kamu marah, Sak ? "
" Kenapa aku kudu marah
? " jawabku setenang mungkin, padahal jelas aku rada cemburu. Tapi, untuk ngelarang Siska buat pergi, aku ga punya hak apa-apa. Kami ga sedang berpacaran.
" Ya..kirain kamu bakal marah. "
" Soalnya kita kan
...." ragu-ragu Siska ga nerusin omongannya.

" Oke. " jawabku cepat.
" Sak..!!! " bentak Siska dengan suara keras, terasa penging di kupingku.
" Iya...iya.. aku ga marah. "
" Bukan itu yang pingin aku bicarakan
. " ucapan Siska kembali ke intonasi normal.
" Kamu mau ngomong apa, Sis? "
" Status kita
..? " tanya Siska ragu-ragu.
" Ya...kita masih mantan. "
" Aku ga mau balikan kalo kamu masih dekat dengan cowok. "
" Apalagi sampai aku tau kamu "having fun" dengan dia. "
" Aku ga bakalan mau balik karena
... " jawabku panjang lebar.

" Karena apa, Sak? " potong Siska dengan nada ga sabar.
" Karena aku ga mau orang yang aku sayangi sudah dipake dan "bekas" orang lain. " jawabku to the point, sekaligus menjawab keraguanku selama ini untuk menumpahkan ganjalan perasaan ke Siska.

Hari itu aku ga bertemu langsung dengan anak pak Wijoyo yang aku tunggu dari pagi sampai menjelang Maghrib ga juga pulang ke rumah. Terpaksa aku ijin untuk pulang ke rumah mengingat aku hanya bekerja sesuai jam operasional kantor. Lepas dari pemberitahuan ayahnya di hari esok untuk mengawal dan menemani dia di sebuah acara.
Menjelang malam ada SMS dari sebuah nomor asing, dia bilang adalah anaknya pak Wijoyo.

Quote:


Aku mengiyakan kesanggupanku untuk membalas pesan singkatnya. Sambil membatin " Hmm..."


" Loh, mas Saka kok datang sekarang ?"
" Kan aku belajar gitarnya hari Minggu sih
. " kedatanganku di rumah ini berbarengan dengan Steve yang juga baru pulang sekolah. Dia dijemput ama mamanya yang kaget waktu keluar dari mobilnya.
" Kamu ga kerja, Ka? " tanya tante Monica keheranan.
" Ini sekarang saya lagi kerja,tant. " aku tersenyum, ngelirik ke arah dalam rumah. Rupanya Siska udah pulang dari sekolah dan ada di dalam rumah.
" Mas Saka kok tumben kesini rapi banget? "
" Mau kemana hayo?
" Canda Steve menowel lenganku.
Aku menjawab dengan tersenyum saat ngelirik ke sebuah mobil mewah yang sedari aku datang udah terparkir disini.

Quote:
SMS yang aku kirimkan ke sebuah nomor yang langsung dibalas dengan kemunculan orang yang bersangkutan dari dalam rumah Siska.

Arthur berdiri di depan pintu, Siska muncul dari belakangnya.
" Nih kuncinya !"


Aku kudu piye, Jum?emoticon-Blue Guy Bata (L)

(Beneran capek dongs.. lanjutnya ntaran aja) emoticon-Kalah


Diubah oleh akukiyut 07-10-2023 02:00
hitnaru714
aghora
simounlebon
simounlebon dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.