Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

LordFaries4.0Avatar border
TS
LordFaries4.0
Hitung-Hitung Untung Anies kalau Gandeng Cak Imin
Hitung-Hitung Untung Anies kalau Gandeng Cak Imin

Hitung-Hitung Untung Anies kalau Gandeng Cak Imin

Anies kabarnya telah menunjuk Cak Imin sebagai pendampingnya di Pemilu 2024. Kira-kira, seberapa kuat sosok Cak Imin untuk ikut mendulang suara bagi Anies?

tirto.id - Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (bacapres) dari Koalisi Perubahan kabarnya telah menunjuk Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar—alias Cak Imin—untuk mendampinginya dalam Pemilihan Umum (Pemilu) tahun depan.

Bila menilik berbagai survei yang beredar, Cak Imin memang kerap masuk dalam bursa bakal calon wakil presiden (cawapres). Meski begitu, dari pengamatan Tim Riset Tirto, elektabilitasnya tak bertengger di jajaran atas.

Dalam hasil survei Litbang Kompas yang berlangsung selama 27 Juli—7 Agustus 2023 misalnya, Cak imin berada di peringkat 13 di bursa bakal cawapres dengan elektabilitas 0,4 persen.

Angka tersebut merangkak naik dari laporan survei Litbang Kompas bulan Januari dan Mei 2023, di mana elektabilitas Cak Imin kala itu masing-masing sebesar 0,2 persen dan 0,3 persen.

Survei lain, laporan Indikator Politik Indonesia yang rilis pada 23 Juli 2023 menempatkan Cak Imin dalam daftar 22 nama yang dianggap responden paling pantas menjadi bakal cawapres. Namun, Cak Imin hanya mengantongi 0,8 persen suara responden.

Nama Cak Imin pun muncul dalam laporan Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dipublikasikan 11 Juli 2023, tetapi hanya dipilih oleh 1 persen responden.

Lantas, seberapa “kuat” kader Nahdlatul Ulama (NU) asal Jombang, Jawa Timur, ini bisa mendukung Anies?

Potensi “Kekuatan” Cak Imin
Hasil survei Tirto bersama Jakpat—yang melibatkan 1.500 responden—mengungkap kalau organisasi keagamaan punya pengaruh yang cukup signifikan terhadap keputusan masyarakat dalam memilih capres dan cawapres di Pemilu 2024.

Ketika responden yang bergabung dengan organisasi keagamaan di Indonesia ditanya seberapa penting afiliasi organisasi keagamaan dari capres maupun cawapres dalam mempengaruhi pilihan mereka di Pemilu 2024, sebanyak 33,17 persen responden menyebut bahwa aspek ini penting.

Sementara, 28,38 persen responden menganggap sangat penting dan 26,90 persen menganggap cukup penting. Artinya, secara umum, lebih dari 88 persen responden survei menganggap bahwa afiliasi organisasi keagamaan penting dalam memilih kandidat capres-cawapres.

Lebih lanjut, 44,55 persen responden mengaku mungkin akan memilih pasangan capres-cawapres yang cawapresnya berasal dari organisasi yang sama.

Sekitar 26,07 persen responden menyatakan ada kemungkinan untuk memilih cawapres yang berasal dari organisasi yang sama dengan dirinya. 29,37 responden mengaku netral atau tidak berpengaruh dengan pilihan capres-cawapres yang cawapresnya berasal dari organisasi yang sama dengan mereka.

Survei ini juga mengungkap, mayoritas responden (76,57 persen) mengaku pasangan capres-cawapres yang didukung oleh organisasi keagamaan mereka akan mempengaruhi pilihan mereka dalam Pemilu 2024.

Menerka Dampak Elektoral bila Anies Gandeng Cak Imin
Meski Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah menyatakan sikap untuk tidak terlibat langsung dalam politik praktis di 2024, beberapa pihak tetap menganggap NU tetap akan memegang peranan penting dalam pesta demokrasi.

Terlebih lagi, Litbang Kompas sempat memperkirakan, kalau jumlah warga NU di Indonesia mencapai 150 juta orang, sekitar 59,2 persen dari total penduduk muslim Indonesia.

Maka, tak heran bila Litbang Kompas dalam laporannya memberikan catatan bahwa siapa pun yang berkontestasi di pemilu—terutama di pemilihan presiden—suara pemilih NU akan jadi penentu.

Sementara itu, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mencatat Anies bisa mendapatkan 18 persen suara dari anggota NU aktif. Angka ini merupakan yang terkecil jika dibandingkan dengan kandidat bacapres lain, seperti Ganjar (yang dipilih sebanyak 47 persen responden), dan Prabowo (24 persen).

Menurut Saiful Mujani (pendiri SMRC), Anies—meskipun selama ini dekat dengan kelompok Islam— tidak didefinisikan sebagai warga NU. Saiful Mujani berpendapat, cukup masuk akal jika selama ini ada upaya dari partai pengusung Anies dalam “menarik” tokoh NU untuk dijadikan cawapres.

Senada dengan temuan SMRC, survei Litbang Kompas juga mengungkap Anies menjadi bacapres yang memiliki tingkat keterpilihan paling rendah di antara kelompok pemilih NU.

Tercatat, di kalangan pemilih NU, tingkat keterpilihan Anies relatif agak berjarak dibandingkan Prabowo dan Ganjar. Anies rata-rata hanya meraih elektabilitas kurang dari 15 persen dalam empat kali survei terakhir yang digelar Litbang Kompas.

Berkaca dari 2019
Bila melihat Pilpres 2019, salah satu cara untuk menarik suara NU adalah dengan memilih cawapres yang berasal dari kalangan NU.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanudin Muhtadi berpendapat, dipilihnya Rais Aam PBNU K.H. Ma’ruf Amin sebagai cawapres Jokowi pada Pilpres 2019 dinilai menjadi salah satu faktor utama meningkatnya dukungan warga NU terhadap Jokowi.

Temuan yang sama diungkap Noshahril Saat dan Aninda Dewayanti (2020) dalam artikel analisis berjudul Jokowi's Management of Nahdlatul Ulama (NU): A New Order Approach?. Disimpulkan, pemberian ‘tiket ke pilpres’ untuk Ma’ruf menjadi faktor penting kemenangan Jokowi.

“Meskipun tidak serta-merta basis suara Prabowo menurun, tetapi itu berhasil menaikkan suara Jokowi di sebagian daerah Jawa yang mayoritas adalah warga NU,” tulis Saat dan Aninda Dewayanti.

https://tirto.id/hitung-hitung-untun...-cak-imin-gPBk

Di waktu yang lalu Anies Baswedan seringkali mendapat tuduhan dekat dengan kelompok konservatif yang "intoleran".

Seringkali di media sosial didengungkan komentar miring tentang hal tersebut. Namun dengan dipilihnya calon wakil presiden dari kalangan Nahdiyin, secara otomatis tuduhan itu memudar.

Kemudian secara teknis, koalisi Partai pengusung minimal harus memiliki 20 persen kursi DPR RI yang saat ini berjumlah 580. Artinya, hanya butuh 116 kursi.

Partai NasDem dan PKB di DPR RI jika ditotal saat ini adalah berjumlah 117 kursi, ini sudah cukup sebagai syarat mengajukan pasangan Capres dan Cawapres.

Keuntungan lain ketika Nasdem dan PKB yang memiliki cukup kursi adalah koalisi tersebut tidak rentan tersandera olah partai-partai lain yang bergabung dalam koalisi mereka.

Kesimpulan dari opini TS: Hebat milih cawapresnya.... emoticon-Nyepi



Note: ini cuma opini dari awam, jadi gak usah baper






*Poling bisa memilih beberapa nama
Polling
0 suara
Pasangan Capres versi kaskuser yg dapat menandingi Anies-Muhaimin
janurhijau
.bindexee.
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 6 lainnya memberi reputasi
3
1.5K
48
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.8KThread41.5KAnggota
Tampilkan semua post
dragunov762mmAvatar border
dragunov762mm
#1
Kalangan elit PKB mungkin ya milih Cak Imin,
Tapi warga NU di akar rumput belum tentu mau ikutan.
Pertama, karena Anies itu dekat dgn PKS yg punya stigma intoleran,
Kedua, kepemimipinan cak Imin di PKB yg tak kunjung direstui keluarga gusdur.
antikhilafah
xneakerz
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.