Chapter 181
Quote:
Cahaya keluar bersinar dari retakan tubuh Troy, semakin dekat kilaunya semakin menyilaukan mata. Gareth membuat visor kacamatanya menjadi berwarna gelap agar dapat melihat di situasi menyulitkan seperti itu. Kedua tangannya siap untuk membelah tubuh Troy, berharap pertarungan akan berakhir.
“Eh?” Gareth terkejut bukan main ketika melihat perubahan bentuk tubuh Troy.
“itu kan…,” baju zirah Troy hancur melemparkan kepingan-kepingan ke segala arah.
Troy melesat ke arah Gareth, mencekik lehernya dengan sangat kuat. Bentuknya kali ini seperti monster sungguhan, dikalangan monster Beaters bentuk ini dikenal dengan bentuk natural. Gigi-gigi tajam keluar ketika mereka menyeringai, belum lagi kuku-kuku panjang di jemari tangan dan kaki. Bentuk monster yang setiap harinya dibasmi oleh kelompok BASS.
“GARETH!” Leah menembakan petir dari pistolnya, dengan cerdik Troy menjadikan tubuh Gareth sebagai perisai pelindung.
“Aku tidak apa-apa!” ucap Gareth setelah asap keluar dari belakang badannya.
“hei, bukankah bentuk ini malah memudahkanku untuk memotong---,” Troy melempar jauh tubuh Gareth ke udara. “kenapa tenaganya menjadi jauh lebih besar dari sebelumnya!” Gareth sulit mengendalikan tubuhnya yang terombang-ambing itu.
“Aku sangat membenci bentuk ini! Jelek dan menjijikan! Tapi…,” Troy melihat tegas ke arah kapten Vela dan Nakata yang berada disampingnya. “tapi aku bisa mengeluarkan ini!” Troy mengeluarkan cakar besar yang terbentuk dari cahaya.
Cakar besar bercahaya itu menembus gedung yang dilewatinya, kapten Vela yang memiliki senjata dalam bentuk besar pun sedikit kesulitan untuk mengarahkan dan juga bergerak. Maka dari itu sejak awal pertempuran kapten Vela menjaga jaraknya, kelemahan besar modifikasinya itu adalah pertarungan jarak dekat. Meskipun berada di antara satu gedung dan gedung lainnya, jika serangan meluncur cepat seperti yang Troy lakukan, setidaknya butuh beberapa detik untuk menghindar.
“Hm,” Nakata dengan sigap menangkap kapten Vela, lalu meluncur menghindari serangan dari Troy. Dari bekas cakaran yang menembus bahan bangunan itu, muncul api yang cukup besar, membara membakar atap gedung.
“Kerja bagus Nakata! Sekarang pertahankan posisimu!” kapten Vela menembakan ratusan peluru dari senjata otomatis yang terpasang di kedua tangannya.
Troy dengan gesit menghindari setiap peluru yang diarahkan padanya, bentuk natural malah membuat tubuhnya dapat bergerak lebih leluasa padahal dari segi ukuran bentuk ini lebih besar dibanding bentuk baju zirah. Lalu Troy melompat dari atas gedung, melebarkan sayapnya bergerak menuju arah Leah.
“Wanita itu sangat menganggu, kuhabisi duluan!” ucap Troy.
“Leah! monster itu datang kearahmu, bersiap!” ucap kapten Vela yang melihat pergerakan Troy tadi.
Troy meliuk-liuk di antara gedung-gedung bertingkat, menggunakan kepintarannya agar keberadaannya sulit ditemukan, meskipun dalam sensor masih dapat dilihat, tetap saja bentuk fisiknya lebih akurat. Leah masih menatap ke depan, sambil sesekali mengamati sekelilinginya. Begitu pun dengan Gareth yang meluncur.
“Amati pergerakan melalui sensor di dalam visor kalian!” ucap kapten Vela kepada dua anggotanya itu.
“Ya!” sahut Leah, “sudah dekat!” Leah mengacungkan senjatanya.
Sosok Troy muncul tepat dihadapannya, dengan mulutnya yang terbuka lebar memamerkan gigi-gigi tajamnya. Leah tidak membuang waktu, peluru petirnya ditembakan, tepat mengenai tubuh Troy. Yang anehnya ketika petir itu menembus tubuhnya, Troy hanya tersenyum, lalu seketika tubuhnya pecah menjadi sebuah cahaya yang terberai-berai.
Cahaya-cahaya itu berbentuk sebuah bola lonjong, yang geraknya tidak karuan. Leah sempat menembak salah satunya, ketika pecah tidak menimbulkan efek apa-apa, malah hasil pecahannya membuat sebuah bola cahaya yang ukurannya lebih kecil lagi. Lalu beberapa bola cahaya yang lonjong itu berputar-putar di dekat Leah.
“Sial, sensornya menjadi kacau. Banyak yang terdeteksi padahal bola-bola cahaya ini masih berasal dari satu monster yang sama!” ucap Leah yang masih mencoba membuat bola-bola cahaya itu menjauh.
“AWAS!” ucap Gareth kepada Leah.
Sebuah cakar besar tiba-tiba muncul dari salah satu bola cahaya yang mengelilingi Leah. Belati panas milik Gareth meluncur deras setelah dilempar dari jarak yang tidak begitu jauh, dengan maksud agar dapat menahan serangan dari cakar itu.
Leah menoleh kebelakang, cakar itu dengan cepat menyerang punggung Leah. Baju tempur yang digunakannya pun cukup berhasil menahannya, tidak sampai mengenai kulit tubuhnya. Belati panas milik Gareth pun gagal tuk melindungi rekannya, tetapi kini dirinya sudah berada di dekat Leah.
“Apa kau tidak apa-apa?” tanya Gareth.
“Ya, aku tidak apa-apa. Meskipun cakarnya besar, tetapi ayunannya kurang kuat. Baju tempur ini berhasil melindungiku,” ucap Leah. Sel buatan pun dengan cepat menutup lukanya.
“Cih, bola-bola cahaya ini adalah perwujudan tubuhnya. Bagaimana bisa menyerang ke bagian vitalnya jika petirmu saja hanya mampu membuat jumlahnya semakin banyak,” keluh Gareth.
“Kapten pasti bisa,” ucap Leah. “menurut laporan senjata yang mengeluarkan cahaya pasti bisa melawannya,” tambahnya.
“Maksudmu?” sebuah perintah masuk dari kapten Vela melalui jalur komunikasi, yang meminta keduanya untuk menahan bola-bola cahaya itu agar berada ditempatnya sekarang. “senjata gila apa lagi yang ingin dikeluarkan oleh kapten?” Gareth kembali menyerang bola cahaya itu memakai belati panasnya, sambil terus mengawasi jika sewaktu cakar-cakar itu kembali muncul.
Di tempat lain, kapten Vela sudah membuat sebuah meriam besar dengan modifikasi baju tempurnya. Menggabungkan kedua tangannya sehingga membentuk sebuah lajur meriam yang memiliki lobang yang besar. Perlahan namun pasti meriam besar itu menyerap energi dari sekitarnya, membuat lubang itu menjadi bercahaya.
“Tahan tubuhku, senjata yang ini lebih besar dari yang sebelumnya,” ucap kapten Vela kepada Nakata yang dijawabnya dengan anggukan.
Kapten Vela memberitahukan bahwa senjatanya sedang mengisi daya, yang nantinya akan mengeluarkan serangan laser yang begitu besar. Dari jarak mereka diperkirakan daya tempuh laser ini memakan waktu selama 5 detik. Maka dari itu tugas Leah dan Gareth adalah tetap menjaga bola-bola cahaya itu sampai setidaknya waktu menyisakan 1 detik sebelum lasernya mendarat.
“Eh?” Gareth terkejut, keringat dingin menetes. “apa bisa?” menatap Leah.
“Kita coba,” obrolan mereka terhenti karena cakarnya kini kembali muncul, dalam pergerakan yang intens. Gareth mencoba untuk menebas semuanya.