Chapter 176
Quote:
Malam dini hari, setelah beberapa menit insiden di wilayah 11. Stasiun tv nasional langsung mengabarkan kejadian itu secara masif, hampir semua stasiun tv membahasnya. Dengan menampilkan tayangan yang begitu sadis dan tidak layak untuk dikonsumsi oleh khalayak luas. Yaitu ketika menampilkan kapten Kylian terbakar hebat terjun bebas dari gedung tinggi, meskipun akhirnya ada anggota timnya yang menyelamatkannya.
Sama seperti kondisi kapten Gavin di wilayah 10, kapten Kylian langsung dibawa ke unit gawat darurat. Dari laporan sementara kapten Kylian menderita luka bakar yang cukup serius. Baju tempur yang dikenakannya menyelamatkan hidupnya, jika menggunakan pakaian militer biasa, sudah dipastikan kapten Kylian akan terbakar habis.
Tayangan ini juga dilihat oleh anggota Silver Clan yang kebetulan sedang berkumpul, sambil melihat anggota muda mereka membereskan meja dan juga area bartender. Hari ini cukup banyak pelanggan yang datang, masakan Gonzalo masih jadi yang terbaik di wilayah 8 ini.
“Hm,” Solo menatap Djohan dengan tajam. Tangannya terlihat sedang mengelap meja, tetapi hanya berputar di situ saja tidak menyebar ke area lainnya. Belum lagi matanya yang malah fokus menonton tayangan berita. “hoi Gonzalo! Bisa kah kau matikan tayangannya? di sini ada karyawan yang malah asik menonton televisi,” pinta Solo, Gonzalo hanya tersenyum tipis saja ketika mendengarnya.
“Tidak! Tidak usah! Lihat aku bekerja dengan giat, hehe…,” Djohan mulai membersihkan dengan giat. Agar tayangannya tetap terjaga, bagaimana pun Djohan membutuhkan informasi, meski hanya sedikit.
“Aneh juga orang-orang di sana malah membiarkan bocah emas itu memporak-porandakan pasukannya. Bukankah orang-orang yang dulu menahan kita dimarkasnya itu merupakan pasukan-pasukan elit?” ucap Vivian yang bergabung dalam pembicaraan.
“Mereka mempunyai protokol yang sangat ketat, ku dengar dari polisi yang biasa memberikan kita daftar orang-orang jahat. Hanya ancaman besar yang mengarah pada inti ibu kota saja yang mampu membuat orang-orang elit itu turun tangan. Seperti penyerangan di markas BASS tempo hari,” jelas Sterling.
Djohan terdiam sejenak, lalu meletakan kain basah yang digunakannya barusan untuk membersihkan meja bekas pelanggan. Ia meminta izin kepada Solo untuk istirahat sejenak, tempat yang ditujunya adalah balkon atas yang sebetulnya jarang digunakan. Padahal pemandangan kota di malam hari begitu indah meskipun tidak terlalu luas pandangannya karena terhalang tinggi gedung yang tidak menjulang ke atas.
“Apa dia akan mencoba untuk kabur lalu bertingkah seperti pahlawan?” ucap Lio saat melihat Djohan menaiki tangga.
“Tidak mungkin Djohan seceroboh itu, setiap tindakannya sekarang akan sangat mempengaruhi status kita di kota ini,” sahut Sterling.
Udara dingin cukup mencubit kulit Djohan, seorang monster yang masih memiliki wujud manusia yang baik hati. Lampu kerlap-kerlip menghiasi kota memberikan hawa yang begitu damai, padahal masih banyak di luar sana monster yang haus akan darah sedang berjalan bebas. Setidaknya masyarakat di wilayah 8 cukup terlindungi dengan kehadiran Silver Clan di tengah-tengah mereka.
Djohan meletakan kedua tangannya pada tembok kecil yang dibuat sebagai pembatas, pandangannya jauh ke depan. Pikirannya berkecamuk, sel Beaters dalam tubuhnya berontak. Jiwa ksatrianya yang tinggi menolak untuk diam, hanya saja sebuah tembok besar menghalangi jalannya. Restu dari sang pimpinan yang akan membuat semua menjadi mudah.
Suara langkah kaki memecah keheningan Djohan yang larut dalam sepi. Kepalanya menoleh, sudah mengetahui siapa orang yang akan menyusulnya ke atas sini. Namun prediksinya itu salah, orang yang datang adalah pimpinan Silver Clan itu sendiri. Dengan pakaian model jaket panjang rapih dan juga kacamatanya yang khas, auranya begitu tenang.
“Tuan…Stam,” Djohan diam tidak tahu harus berkata apa karena terkejut dengan kedatangan pimpinannya itu.
“Boleh aku ikut bersantai di sini?” ucapnya pelan nan hangat.
“Ya…,” jawab Djohan dengan gugup.
Mereka kini berdua berdiri berdekatan, tuan Stam juga ikut memandangi wilayah mereka yang begitu tenang di kala langit masih gelap. Andai saja di wilayah lainnya dapat setenang ini, mungkin semua orang yang tinggal di kota Surban akan merasakan kebahagiaan. Djohan tidak tahu harus memulai obrolan yang seperti apa, jarang sekali ada momen seperti ini dengan tuan Stam.
“Apa kau masih memikirkannya?” tuan Stam memulai membuka percakapan.
“Um…itu…,” Djohan merasa tidak enak jika harus mengatakannya.
“Aku sudah melihat pemberitaannya, yang dilakukan oleh Troy tidak bisa dibiarkan lebih jauh lagi. Dengan kekuatannya yang seperti itu, dampak yang ditimbulkan nantinya akan jauh lebih besar dari yang sekarang,” ucap tuan Stam. “kota ini sudah menjadi rumah bagiku, banyak kenangan yang tercipta didalamnya,” lanjutnya.
“Walaupun aku belum terlalu lama tinggal di sini, tapi seperti apa yang dikatakan oleh tuan, aku juga merasakan hal yang sama. Kota ini sudah menjadi rumah, aku ingin sekali melindungi orang-orang yang tinggal di sini tanpa terkecuali,” setelah Djohan mengucapkan itu, tiba-tiba tuan Stam menepuk pundaknya, lalu membalikan badannya.
“Kau tahu apa yang harus dilakukan?” tanya tuan Stam kepada Djohan.
Tiba-tiba Sterling datang, raut wajahnya terlihat begitu puas. “Hei Djohan, kau harus berterima kasih padaku. Jika aku tidak berbicara pada beliau, hal ini tidak akan terjadi. Aku akan pergi bersamamu, untuk memastikan semuanya berjalan dengan lancar dan aman,” tuan Stam terlihat tersenyum tipis.
“Bisakah kalian berdua menuntaskannya?” tanya tuan Stam sekali lagi sebelum dua anggotanya itu berangkat.
Djohan melakukan peregangan, perjalanan yang akan dijalani lumayan jauh dari tempatnya berada. “Terima kasih tuan Stam, aku akan mengakhiri teror Troy sekarang!”