Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang
Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
40.2K
1.2K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#187
Spoiler for lenny kravitz:

CHAPTER 51 - I'M STILL A JERK

" Sekarang juga anterin aku pulang ke rumah, Sak ! "
" Ntar kamu bawa aja dulu mobilku buat aktifitas kamu
. " Tiba-tiba Siska merajuk dengan wajah yang dibuat super duper cemberut, dia bersikeras sekarang juga ngajak pulang, setelah chat BBM dari Ajeng, ga sengaja kebuka ama Siska yang kepo kenapa ponselku dari tadi bergetar terus-menerus di atas meja warung lesehan. Padahal saat itu kami udah mulai balik lagi ke suasana penuh canda, setelah beberapa waktu yang lalu kami terjebak dalam kekakuan kondisi suasana yang kami ciptakan sendiri.

Quote:


Siska langsung ngelempar ponselku yang dipegangnya ke arahku. Dia sekarang bener-bener dalam kondisi senggol bacok dan kelihatan marah banget. Daripada nanti ada hal-hal kejadian yang ga diinginkan kalo kami masih tetap ada di warung lesehan situ, aku buru-buru langsung menggandeng tangan Siska buat ngajak dia pulang. Di sepanjang perjalanan ke arah rumahnya, Siska sama sekali ga mau menghadap ke arahku pas aku ajak ngomong. Dia ngambek make mode banteng yang siap ngamuk dan nyerudukemoticon-Mad

" Kamu kenapa sih, Sis? "
" Kamu masih cemburu kalo ada cewek yang terang-terangan nge-chat aku ? "
" Harusnya aku juga berhak cemburu dong ama kamu."
" Karena sekarang kamu sedang dideketin ama cowok !
"
Siska diem aja, ga bersuara dan ga menjawab omonganku sama sekali, matanya terus fokus memandang hiruk pikuk ramainya jalanan di sisi kirinya. Aku cuma ngelirik sikapnya yang balik lagi ke sifatnya yang menurutku masih kekanak-kanakan. Akhirnya kami kembali larut dalam situasi hening, dan senyap. Sayup-sayup hanya terdengar suara musik yang aku putar secara perlahan di stereo set mobil Siska.

Sampai di rumahnya, Siska tanpa ngomong apapun lagi langsung berlari masuk ke dalam rumahnya. Keknya dia emang ngambek. Daripada ntar aku makin repot ngadepin drama Siska di hadapan orangtuanya, aku pikir sekarang lebih baik langsung pulang dulu sebelum ketemu kedua orangtuanya. Steve berbaik hati mau mengantarkan aku sampai di jalan raya depan kompleks rumahnya. Aku kudu ke rumah Mala ngambil motorku.


XXXXX



Mungkin sekarang ini kehidupanku akan berjalan dalam ritme yang sedikit lebih cepat daripada kehidupanku kemarin di masa sekolah. Kesibukan jam kerja di pelabuhan sedikit banyak ngebuat aku sedikit bisa lupa dan larut dalam kesumpekan segala masalah yang kadang ngebuat aku pingin menghilang sementara dari peredaran. Kadang sampai seharian aku ga sempet hanya untuk sekedar ngebales chat BBM yang masuk di ponselku. Sekarang di waktu istirahat siang hari seringkali aku gunakan untuk tidur sebentar selama 1 jam, staminaku benar-benar terkuras di gudang bongkar muat. Tiap hari aku harus naik turun hingga sampai ke buritan dan geladak kapal buat ngecek angkutan yang akan diturunkan.


Walaupun aku hanya bertugas sebagai pencatat data untuk bongkar muat angkutan, semua tugas harus benar-benar diperhatikan dengan detil dan teliti. Makanya aku harus naik turun ke atas lambung kapal untuk menghitungnya secara langsung, sebelum crane yang bertugas menurunkannya. Di gudang tempatku kerja emang ga ada sama sekali menggunakan tenaga angkut orang buat mengangkut barang seperti di bongkar muat pelabuhan konvensional. Semuanya menggunakan crane dan forklift untuk menurunkan dan memindahkan angkutan ke truk-truk yang udah mengantri di gudang.
Di beberapa kesempatan aku sering main di dek kapal dan bergaul dengan para awak kapal dan tentu aja ama kapten kapalnya. Mereka selalu berbaik hati memberikan aku beberapa oleh-oleh yang mereka bawa dari rute pelayaran mereka dari luar negeri. Biasanya rokok yang sering aku dapatkan secara gratis dari H*ngk*** kek merk M**lb***, C*m*l, dan D*nh*** adalah rokok yang biasa aku dapatkan secara cuma-cuma termasuk juga beberapa minuman beralkohol merk luar yang mereka berikan, hal itu selalu dapat memenuhi rasa dahaga dan kebutuhan jamu untuk kebugaran tubuhku bekerja di dinginnya suasana malam pelabuhan.
Skip...


Beberapa hari ini Ajeng sering banget ngehubungi aku melalui chat BBM ataupun langsung nelpon ke nomor ponselku tapi selama itu juga, aku udah ngambil keputusan ga pernah bales chat BBMnya dan menjawab teleponnya. Aku emang sekarang sedang nyoba buat belajar menghargai komitmen keputusan apa yang udah aku ambil. Lepas dari semuanya itu harus berhadapan dengan apapun konsekuensi yang harus aku terima setelahnya, entah itu benar atau salah. Aku ga pernah peduli. Di malam terakhir kalinya aku nyamperin Ajeng, di kantornya aku udah ngomong secara terang ama dia kalo aku akan pergi dari hidupnya. Lepas sekarang dia berbalik untuk nyariin aku, rasanya tekadku sekarang udah bulat untuk menjauhinya.

" Besok malam tolong anterin kakak ke rumah Siska. "
" Kamu harus bisa! "
" Dan ga usah ngeles pake alesan ga bisa segala ! "
Hanya itu suara telepon dari kakak keduaku mbak Anna, tanpa sempat aku jawab, langsung aja dimatikan tanpa ngasih kesempatan aku buat bales omongannya. emoticon-Cape d... (S)
Aku berpikir emangnya ada keperluan apa sampai kakakku minta anterin ke rumah Siska, biasanya dia kalo kesana selalu dianterin suaminya.

" Waduh, mosok Siska ngadu ke kakakku ya kalo kami udah sukses ngadain tanding gulat Jepang . " Batinku berasumsi dengan pikiranku yang selalu hobi bermonolog.
Sepertinya besok aku harus pulang kerja lebih cepat, mengantisipasi kakakku yang kalo ngomel bisa panjang, kalo aku telat buat nganterin dia

Quote:


Chat BBM dari Mala yang ngabarin kalo Ajeng nyariin aku di sekolah, emang sengaja ga aku bales. Aku masih bingung dan paranoid dengan pemikiran kenapa kakakku sampai minta anterin aku ke rumah Siska segala. Segala pemikiran terburuk dan terjelek selalu terlintas di pikiranku, sampai-sampai konsentrasi kerjaku hari ini agak terganggu. Di waktu istirahat siang, aku main di kantor atas, numpang online. Ngeliat status FB teman-temanku yang pada heboh persiapan buat kuliah mereka. Termasuk sohibku Rio dan pacarnya Fanny. Aku emang lama ga ngumpul bersama mereka. Karena sekarang mereka lebih akrab dengan Siska daripada denganku. Aku cukup tau diri, dan nyadar kalo aku selalu jadi bahan pembicaraan diantara mereka. Makanya aku lebih baik ngehindari buat bergabung nongkrong disitu. Ada beberapa status dari temanku yang menarik perhatianku, termasuk status dari Clara.

" Farewell to my beloved city "

Disitu teman-temanku ramai-ramai berkomentar ngucapin perpisahan ke Clara, tanpa terkecuali Rio dan Fanny. Mereka mengingat momen dimana mereka datang ke ultah teman les bimbel mereka, si Melinda. Komentar heboh diantara mereka bertiga yang men-tag namaku. Tapi aku tetap diam dan menahan untuk tetap ga berkomentar. Sampai sebuah komentar yang muncul dari seseorang yang dulu datang juga, dan sempat bikin tuan rumah kaget dengan sedikit ulah nekadnya. Ya disitu Siska berkomentar,
" Aku sempat ngira dulu kamu beneran pacarnya Saka, Clara. "
Clara membalas, " Sebenarnya waktu itu kalo aja Saka ga tau aku punya tunangan yang dipaksa orang tuaku. Mungkin dia mau aku ajak pacaran. "
Komentar Clara membuatku sedikit tersenyum. Emang benar, andai dulu Clara ga berstatus pacar orang. Aku ga keberatan berpacaran dengannya. Saat itu aku emang naksir ama Clara, apalagi wajah Clara saat itu adalah tipe wajah yang aku suka. Skip..


XXXXX



Aku ga tau kakakku mbak Anna ada perlu apa, sampe dia maksa aku buat nganterin ke rumahnya Siska segala. Hari ini terpaksa aku ijin untuk pulang lebih cepat, jam 4 sore aku udah pulang. Kakakku udah nungguin di rumah.

" Emangnya ada apaan sih, sampe kakak ada perlu ke rumah Siska segala ? " Dengan ragu-ragu aku bertanya ke mbak Anna yang keknya lagi ngobrol serius dengan ibuku. Aku jadi punya pemikiran dan asumsi liar kalo perbuatanku dan Siska udah diketahui ama keluarga kami. Sampai ibuku menyuruh mbak Anna buat menemui orang tua Siska.
" Udah..sana.. kamu mandi dulu, pake baju yang rapi ! "
" Tuh rambut gondrongmu disisir yang rapi !
" Jawab mbak Anna dengan gestur andalannya, mata beloknya mendelik. Daripada kena omelan kakak dan ibuku yang kalo udah merepet, bakalan puanjaangg.. mending aku melipir mandiemoticon-Cape d... (S)


" Selamat sore, om dan tante.. " sapa mbak Anna saat kami sampai dan ngeliat kedua orangtua Siska sedang duduk-duduk santai di teras depan rumahnya. Om Thomas dan tante Monica tersenyum ramah menyambut kedatangan kakakku dan aku. Aku masih menerka-nerka setelah ini bakalan ada kejadian apa ya?emoticon-Roll Eyes (Sarcastic)

" Ayo..masuk di dalam aja, mbak..! " ucap om Thomas mempersilahkan aku dan mbak Anna masuk.
" Kak.. " tiba-tiba aja suara Siska terdengar lantang. Dia berlari menghampiri mbak Anna dan memeluknya.
" Ya elah.."
" Emangnya ada drama apa sih ini
? " batinku, aku ngelirik Siska yang tersenyum senang memeluk kakakku.
Ternyata mbak Anna ngajak bicara orang tua Siska untuk minta ijin buat Siska jadi pager ayu di pernikahan anaknya pakdeku. Siska akan jadi bagian dari keluarga besarku. Makanya mbak Anna disitu ngasih tau kalo Siska besok harus datang ke rumah, ngikut ngukur buat kebaya yang akan dijahit sama penjahit dari butik langganan kakakku. Rupanya dari tadi pemikiranku emang agak berlebihan dengan ketakutan-ketakutan akan disidangnya aku karena udah lancang bertanding ujicoba dengan Siska.Mbak Anna ijin ke orang tuanya Siska buat ngajak dia jadi pager ayu di pernikahan anaknya pakdeku. Keluargaku emang ditugaskan keluarga besar untuk mengurusi masalah urusan pendamping pengantin dan penerima tamu.


" Berarti nanti Saka juga ikut ya mbak? Di acara nanti dia akan berpasangan ama Siska? " Celetuk tante Monica tersenyum melirik aku yang duduk bersebelahan dengan Siska.
" Ya harus mau ikut dong Tante. "
" Walaupun dia bilang awalnya ga mau ikut karena harus pake baju Jawa
. " Jawab mbak Anna melirikku ketus.
" What??"
" Perasaan kemarin ga ada omongan ini di keluargaku yang ngebahas kalo aku nanti di acara nikahan kudu berpasangan ama Siska sebagai pagar ayu dan pagar bagus
." Gerutuan dalam batinku yang aku pikirkan setelah dengar ucapan kakakku barusan.

" Saya terpaksa ikut, tant. "
" Soalnya di keluarga besar ayah saya, saya adalah satu-satunya cucu laki-lakinya. "
" Padahal kan saya rada malu, wong rambut saya sekarang kan mulai panjang, susah buat dirapiin
. " Jawabku dengan melirik Siska yang sedang memainkan bola matanya seolah dia sedang bereaksi dengan semua omonganku lewat gestur bola matanya yang dimainkannya buat ngeledek aku

Tante Monica tersenyum setelah mendengar omonganku barusan
" Coba nanti kamu balik lagi tampil rapi kek dulu, Ka. "
" Perasaan kok selama ini Tante liat kamu kek alergi buat sedikit dandan buat penampilan kamu deh."
" Ntar rambutnya diikat aja, Ka. "
" Biar keliatan enak diliat
. " Ucap mamanya Siska dengan senyuman yang sumringah.
Siska hanya melengoskan pandangannya saat tau sekarang orang tuanya membahas masalah penampilanku. Rasanya aku perlu buat ijin keluar ke taman samping buat sekedar menghisap rokok. Pikiranku makin sumpek dengan situasi yang terlihat menyudutkan posisiku di mata keluarga Siska.

" Kamu takut ya ketahuan ama mbak Anna? " Siska tersenyum menyeringai menghampiriku yang lagi ngerokok di taman samping rumahnya.
" Maksudmu? " Dengan ragu aku menjawab pertanyaan Siska.
" Halah.. bilang aja kamu takut. "
" Aku tau kok.. mbak Anna adalah salah satu orang di keluargamu yang paling kamu takuti selain ibu kan
? " Siska dengan gaya songongnya menoyor pipiku. Aku masih agak bingung dengan maksud omongannya.
" Aku bukan takut ama kakakku, Sis. "
" Aku ngehargain dia karena dia adalah saudara tertuaku
. " Jawabku menerawang jauh memandang bunga-bunga di taman yang sekarang ini berubah kek sekumpulan tawon.
" Halah..ama mbak Inna sebagai kakak paling tua, kamu sering ngebantah. Tapi kalo ama mbak Anna kamu langsung kicep kalo dipelototi. " Sebuah kata-kata yang tepat banget menohok. Karena emang kenyataannya kek gitu. Berarti Siska udah tau kondisi di keluargaku.

" Waduh.. bahaya ini. "
" Siska punya senjata pamungkas kalo-kalo aku macem-macem ama dia. "
" Dia bisa aja ngadu ke mbak Anna
. " Batinku, aku ngelirik Siska yang sedang tersenyum memperhatikanku dari samping.
" Awas aja.. ! "
" Kalo kamu bandel dan selalu nyakitin aku! "
" Aku bakalan ngadu ke mbak Anna kalo aku udah kamu perawani, Saka..!
" bisik Siska pelan di telingaku tapi terdengar lantang banget seperti suara pengumuman di stasiun kereta.
Jelas aja aku takut banget dengan ancaman Siska. Aku hanya bisa bengong dan menghela nafasku yang terasa berat banget, memikirkan segala kemungkinan kalo sampai hal itu diketahui semua keluarga kami. Siska tersenyum menyeringai menunjukkan sedikit kemenangannya meninggalkan aku yang duduk sendiri di kursi taman dalam kondisi kebingungan.


Beberapa hari setelah aku berkunjung dengan kakakku ke rumah Siska, ada momen dimana aku ngerasa kalo di hari itulah rasanya titik awal kehidupanku di fase dewasa yang aku jalani benar-benar dimulai. Siang itu menjelang istirahat waktu kerjaku. Aku dapat tugas dari koh Rudy buat nganter barang ke rumah saudaranya yang tempatnya jauh banget dari gudang pelabuhan. Karena emang tempatnya yang jauh orang di kantor akhirnya ngijinin kalo aku nanti ga perlu balik lagi ke pelabuhan setelah nganterin barang di rumah saudaranya koh Rudy.

" Yes .! " batinku saat mulai menyusuri jalanan ke arah kawasan timur di kotaku. Sebuah kawasan dimana banyak kampus yang bertebaran disini. Di wilayah timur kotaku emang identik dengan kawasan pendidikan terutama kampus perguruan tinggi negeri dan swasta. Disaat ngelewatin sebuah kampus swasta berbasis teknologi finansial, aku memutuskan buat berhenti sebentar untuk ngeliat di bangunan megah bertingkat itu. Sedikit kenangan dengan Eva akhirnya balik muncul lagi. Eva tadinya emang sempat berkuliah disini sebelum kejadian yang menghentikan sementara masa depannya membuatnya untuk kembali ke kota asalnya.

" Kamu apa kabar, Va? "
" Beberapa Minggu ini kamu udah jarang ngechat aku lagi. "
" Apa kamu udah ngelupain aku? "
" Emang kamu udah mulai move on di kampusmu yang baru ya? "
" Kamu udah nemuin seseorang yang bisa mendampingi langkah barumu, Va?
. " batinku sedikit tersenyum saat mengingat Eva yang sedang tersenyum dengan segala gaya absurdnya yang selalu bisa ngebuat aku ketawa.

" Ah..aku ga boleh egois, dengan menghambat langkah Eva. "
" Aku harus ikut senang kalo dia mulai menemukan seseorang yang bisa mendampingi dan menjaganya buat meraih cita-citanya
. " Aku segera bergegas melajukan lagi motor bututku menuju ke sebuah perumahan di belakang kampus ini. Rumah saudara koh Rudy berada di kawasan perumahan yang terbilang rada lawas. Sebuah kawasan dimana penataan bloknya terlihat sedikit semrawut dan membagongkan bagiku. Di pos security-nya terlihat 2 orang security yang ga seberapa peduli dengan orang yang keluar masuk ke area perumahan. Sebenarnya aku mau nanya ke petugas security tadi tapi aku ngerasa hal itu ga perlu.

" Ah..paling kawasannya ga seberapa gede, lebih baik aku keliling aja, ngitari blok. "
" Siapa tau nanti ada cewek cakep
.. " batinku.emoticon-Ngakak (S)

Sampai beberapa waktu aku keliling kawasan perumahan yang rasanya tata letak antar bloknya ga sesuai ama lazimnya urutan huruf alfabet. Akhirnya aku nyerah, aku nanya ke seorang security yang kebetulan berpatroli dimana alamat rumah saudara koh Rudy yang ternyata sedari tadi udah beberapa kali aku lewati. Di perumahan ini suasananya emang enak banget, terasa adem karena masih banyak pohon rindang di sepanjang jalan utama maupun di dalam blok, terlihat juga suasana perumahan disini masih ga terlalu individualistis diantara para penghuninya. Itu terlihat dari para penghuninya yang masih kelihatan berkumpul ngobrol dan nongkrong di depan pagar rumahnya untuk bergunjing. Jadi bisa dikatakan masih ada kehidupan bertetangga.emoticon-Ngakak (S)

" Loh? Kamu ngapain disini, kak? " tiba-tiba suara cewek terdengar di belakangku. Otomatis aku menoleh untuk mencari sumber suara itu. Aku memutuskan berhenti dan berteduh di sebuah pohon yang rindang. Aku perlu ritual sebat ganteng dulu, buat mengembalikan moodku yang berantakan karena nyari alamat yang membagongkan ini.

" Loh? Kok ada anak kecil pake baju seragam SMA ? "batinku saat ngeliat siapa cewek yang menyapaku. Rupanya dia adalah cewek yang selama aku kenal dengannya selalu aku anggap seperti anak kecil. Ya dialah Ratu a.k.a Rara. Aku masih sedikit heran kenapa juga ketemu dia di kawasan perumahan ini. Apakah rumahnya di sekitar sini, atau sekarang ini dia lagi main di rumah temannya?

" Kamu lagi ngapain ada disini, Ra? " tanyaku sedikit nyuri pandangan, ternyata Rara ga seperti anak kecil seperti dugaan awal aku kenalan dengannya. Kini dia sedikit berubah jadi seorang gadis SMA beneran dari pertama kali aku ketemu dengan dia.
" Ya rumahku emang disini, Ka... " Jawabnya dengan gesturnya memanyunkan bibir mungilnya. Bagiku ekspresi dia itu sedikit banyak bisa ngehibur aku, jujur waktu itu aku bete. Aku sendiri waktu itu jujur ngakuin kalo pertemuanku yang secara ga sengaja dengan Rara bisa merefresh lagi mood kerjaku yang ambyar karena capek, suntuk dan kepanasan.

Aku spontan celingukan mengamati rumah-rumah yang ada di sekelilingku.
" Runah kamu yang mana, Ra? "
" Yuk, mampir ke rumahku, Ka ! "
" Kamu kelihatannya haus kan?
" ajak Rara dengan senyum manisnya yang bagiku sekarang kek seperti segelas es teh manis di siang hari yang panas.

Aku mengekor ngikutin Rara berjalan ke sebuah rumah yang rupanya hanya beberapa langkah aja dari tempatku tadi berhenti.
Aku ga tau perasaan apa yang sedang menyelimuti hatiku saat itu, rasanya begitu aku masuk ke teras depan rumah Rara. Saat itu juga aku ngerasa seperti ada di rumahku sendiri. Perasaanku begitu nyaman saat duduk di teras rumah yang terlihat asri dengan banyak tanaman di taman mungil di depanku.

" Apa karena sekarang ini aku emang lagi pingin pulang ke rumah ya?" lagi-lagi aku bertanya dalam hati.
" Kamu mau minum apa, Ka? "
" Es teh manis apa kopi
? " Suara Rara kembali menyadarkan pikiranku yang sibuk menganalisa sesuatu yang baru aku temui.
" Eh.. emang bisa ya pesan minuman gitu? "
" Biasanya kalo bertamu ke rumah orang, tamu kan mau ga mau hanya minum dari minuman yang udah disuguhkan tuan rumahnya ya
? " kali ini aku berniat ngajak Rara buat sedikit bercanda.
" Biasanya sih gitu. " jawab Rara kembali mengumbar senyum di bibirnya yang kali ini dengan tambahan bonus lesung pipinya muncul di pipinya yang sedikit chubby dan bersemu merah.

Saat Rara masuk ke dalam rumah, aku yang duduk sendirian di teras sedikit surprise dengan kedatangan suara mobil yang berhenti di depan rumah dan datangnya seorang pria yang keluar dari mobil itu dan buru-buru masuk ke dalam rumah. Pandangan mata yang tajam mengintimidasiku dari seorang pria yang kini sedang berdiri gagah di depanku.

" Kamu lagi nunggu siapa, mas? "
" Eh..anu..om.."emoticon-Bingung (S)

Aku kudu piye, Jum?emoticon-Bukan IGO
Quote:



(Capek dongs..lanjut nanti aja nyambungnya)emoticon-Kalah
.
Diubah oleh akukiyut 25-08-2023 05:48
hitnaru714
aghora
simounlebon
simounlebon dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.