- Beranda
- Stories from the Heart
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
...
TS
jurigciwidey
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
Quote:
Good news for me gan, kemaren ane dah ketemu dengan pihak PH, dan sepakat mereka mengangkat ide cerita tentang kolong mayit sebagai film yang akan mereka buat...
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
SAMPURASUN
Setelah beberapa tahun menghilang, karena cerita-cerita sebelumnya di tarik oleh salah satu platform, akhirnya kini ane kembali lagi gan. seperti pulang ke kampung halaman setelah merantau selama dua tahun lamanya
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
Quote:
Rara, begitulah namanya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
ARC 1 : AWAL MULA RARA
BAB 1 (DIBAWAH)
BAB 2 (HILANG)
BAB 3 (RAMAI)
BAB 4 (RUANGAN)
BAB 5 (PULANG)
BAB 6 (SUASANA)
BAB 7 (MELARIKAN DIRI)
BAB 8 TERSADARKAN
ARC 2 : EXPEDISI
BAB 9 SATU BULAN KEMUDIAN
BAB 10 PERTEMUAN
BAB 11
MBAH WALANG
BAB 12 KEBERANGKATAN
BAB 13 BERKUMPUL
BAB 14 MALAM PERTAMA
BAB 15 KELUAR
BAB 16 DARAH
BAB 17 MEMULAI PERJALANAN
BAB 18 LEUWEUNG KUNTI
BAB 19 PERDEBATAN
BAB 20 MEREKA
BAB 21 DILUAR RENCANA
BAB 22 KEPANIKAN
BAB 23 MENGIKUTI
BAB 24 BERPENCAR
BAB 25 MIMPI
BAB 26 KETAKUTAN
BAB 27 SAMPAI
BAB 28 DESA
BAB 29 DIMALAM PERTAMA
BAB 30 KERAMAT
BAB 31 TERSENYUM
BAB 32 TIDAK TERDUGA
BAB 33 KEPANIKAN
BAB 34 MENGUNGSI
BAB 35 KETIDAKTAHUAN
BAB 36 KENYATAAN
BAB 37 TERROR
BAB 38 KETAKUTAN
BAB 39 MELARIKAN DIRI
BAB 40 DIA
BAB 41 DIBALIK ITU SEMUA
BAB 42 PENYESALAN
BAB 43 BANTUAN
BAB 44 MENGHILANG KEMBALI
BAB 45 TERNYATA DIA
BAB 46 KEMBALI
BAB 47 DATANG
BAB 48 BEBERAPA WAKTU YANG LALU (TAMAT)
Quote:
“Bener kita harus lakuin ini Wi?”
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Diubah oleh jurigciwidey 25-08-2023 07:07
littlesmith dan 46 lainnya memberi reputasi
45
30.3K
Kutip
433
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
jurigciwidey
#171
BAB 48 - BEBERAPA MINGGU YANG LALU.
Quote:
“Selamat malam Mbah.”
Sesosok orang nampak masuk ke sebuah ruangan yang kecil berukuran 3x3 meter, sambil sedikit mengangguk dia menunduk dan duduk di depan seseorang yang sedang fokus dengan dupa di depannya.
Ruangan itu penuh dengan ornamen-ornamen yang menyeramkan, pusaka-pusaka yang mengantung di dinding, juga bau dupa yang menyengat, serta bara api yang tepat berada di tengah-tengah.
“Apa yang kamu mau, apakah kamu ingin kaya, atau kamu ingin jabatan yang akan kamu capai.” Katanya dengan mata yang tertutup.
“Engga mbah, tapi, aku ingin menghabisi nyawa seseorang.” katanya sambil menunduk.
Perkataan itu langsung dibalas dengan suara tertawa kecil, dia lalu mengambil serbuk dan mengangkatnya ke atas bara api yang ada di atasnya sehingga asapnya semakin tebal.
“Mau kamu apakan orang itu, santet, teluh, atau mau apakan dia.”
Orang itu langsung terdiam.
Dia lalu membuka HP nya dan mengeluarkan sebuah foto dan cuplikan video yang dia rekam sebelumnya.
“Aku ingin menghabisi orang ini, orang yang sudah menumbalkan keluargaku, seseorang yang paling mbah kenal dalam hidup mbah, karena sepertinya di video ini dia sudah menargetkan orang lain atas bantuan mbah sekarang.”
“Benarkan mbah.” katanya sambil menyodorkan sebuah foto di HPnya.
Sontak, dia langsung membuka matanya, dan terlihat foto Pak Brata yang dimana dia sedang berfoto dengan keluarganya seperti saudara dekat.
“Mbah Walang jangan terkaget-kaget seperti itu, kalau Mbah Walang mengingat wajahku secara perlahan, Mbah Walang pasti tau aku siapa.”
“Aku Ragil, anak bungsu dari keluarga yang kalian tumbalkan.”
“Tepatnya oleh Pak Brata yang dibantu olehmu mbah.”
“Aku tidak akan menuntut mu, tidak akan membunuhmu di sini dengan pusaka-pusaka yang ada di sekeliling ruangan ini.”
“Namun, aku hanya meminta bantuanmu, meminta bantuan untuk membalas dendam, dengan ikut ke ritualmu yang selanjutnya.”
“Bersama dengan anak-anak yang tidak berdosa yang mungkin akan terseret dengan hal ini.”
“Mbah Walang tinggal memilih, mengabulkan ke inginanku, atau akan terjadi pertumpahan darah di ruangan ini.”
“Kalau perlu, kita bisa melakukan perjanjian darah selama di perjalanan, agar Mbah Walang yakin bahwa hanya dirinya yang akan menjadi targetnya,”
***
Semua yang terjadi ternyata berhubungan, Pak Ragil rupanya sudah mengawasi Rara, bahkan ketika kejadian kecelakaan itu. Pak Ragil sedang ada di sekitar kost Rara sehingga dia bisa mengantarkan ke rumah sakit dan bertemu dengan tim Rarasukma untuk pertamakalinya.
Ketika mereka akan berangkat ke Desa Kolong Mayit pun, Pak Ragil sudah datang terlebih dahulu, dan ikut menginap di rumah Adang.
Bahkan, Adang dan Enthis sepertinya tau tentang Pak Ragil dan apa yang akan dilakukannya di Desa Kolong Mayit.
Pak Ragil jugalah orang yang melakukan perjanjian Darah di rumah itu, tubuhnya di samarkan oleh Mbah Walang menjadi Danang agar tidak dicurigai oleh Ardi.
Bahkan, dia jugalah yang di tabrak oleh Ardi hingga pingsan, dan memindahkan Ardi ke rumah singgah pada waktu itu.
Ketika di Leuweung Kunti pun, Pak Ragil sudah mengamati mereka dari kejauhan. Dia sendirian berjalan ke Desa Kolong Mayit dengan penuh gangguan dari para mahluk yang ada disana.
Namun, keinginan untuk membalas dendam, lebih kuat daripada rasa takut yang dia rasakan.
Sehingga, dia paling awal sampai ke Desa.
Dia yang bertemu dengan Pak Cece dan menjelaskan semuanya sehingga Pak Cece tau ada dua orang yang mempunyai kepentingan berbeda dengan Mbah Walang yang menjadi mediatornya.
Begitu pun dengan kejadian malam ini, mayat-mayat yang muncul lebih awal adalah keinginan Pak Ragil.
Dia tak bisa menahan dirinya lagi ketika melihat Pak Brata dan dua pengawalnya dari kejauhan.
Sehingga dia mempercepat ritualnya pada saat itu, meskipun. Dimas dan Ardi mau tidak mau jadi korban, dan itu adalah harga yang harus mereka bayar.
***
Dewi, dan Rara hanya bisa terdiam. dia mendengarkan hal itu dari mulut Danang ketika dia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
“Dimas dan Ardi tidak bisa di selamatkan, dua orang dari kita harus jadi korban sekarang.”
Dewi yang sudah tidak punya tenaga lagi ga bisa mengeluarkan amarahnya, mau itu Pak Brata atau Pak Ragil, semuanya sama saja.
Mengorbankan dua orang yang tidak punya kepentingan dengan mereka untuk ke egoisan mereka.
“Sekali lagi aku akan meminta maaf kepada kalian.”
Pak Ragil tiba-tiba berjalan mendekati mereka, dia benar-benar meminta maaf bahkan membungkukan badannya pada saat itu.
Namun, aku akan menebusnya, mungkin apa yang akan aku lakukan bisa sebanding dengan dua nyawa mereka.
“AYO MANUSIA, MARANAH HAYANG NAON, SOK GEURA MENTA KA URANG,”
Sosok hitam yang disebut aki kembali berkata kepada kita semua. dia tersenyum bahkan tertawa melihat sebuah drama yang terjadi di depan dirinya.
Seketika, Pak Ragil langsung berjalan mendekat kepadanya.
Tak lama kemudian, dia berdiri di antara mayat Aji dan Eko yang tergeletak begitu saja dibawah batu besar yang ada di depannya.
“Aku ingin, semua bisnis Pak Brata hancur lebur dan tidak bersisa, serta aku ingin tiga orang itu bisa keluar dengan selamat.” Katanya dengan nada yang pelan.
Mahluk itu hanya tersenyum kecil, dia sepertinya gampang untuk mengabulkan permintaan tersebut.
Namun, tiba-tiba Pak Ragil berkata kembali.
“Aku juga ingin Desa Kolong Mayit lenyap, tidak ada manusia lagi yang harus mengorbankan lima manusia untuk keserakahannya.”
Hal itu tentu saja membuat mahluk itu terdiam, matanya tiba-tiba memerah, bahkan tubuhnya yang berbentuk bayangan besar langsung mendekati Pak Ragil yang bediri di depannya dengan tatapan yang tajam.
“Hey!!, hal itu tidak masuk dalam hitungan permintaan kalian.” katanya dengan nada yang sedikit angkuh.
Namun, Pak Ragil tersenyum, dia menengok ke arah Mbah Walang dan mengangguk seperti sudah menyepakati sesuatu.
“Tidak ada negosiasi, karena aku akan memberikan sebuah syarat yang tidak akan kamu tolak, namun yang pasti ketika semuanya selesai tolong balikan mereka dan lupakan yang sudah terjadi.” Katanya.
Pak Ragil seketika mengangkat pisau yang dia ambil dari Dewi ketika dia mendekat tadi, begitu pun juga Mbah Walang.
Mereka berdua tersenyum, bahkan mereka tersenyum dengan ikhlas atas apa yang terjadi disana.
Seketika
Cratttt
Mereka menusukan pisaunya ke arah jantung, sehingga darahnya kembali mengucur ke pisau yang sedang mereka pegang.
Mereka berdua kesakitan, wajahnya meringis. Namun mereka memaksakan dirinya untuk menancapkan pisau itu lebih dalam ke tubuhnya.
Sungguh pemandangan yang menyeramkan untuk dilihat.
Pak Ragil yang ada di depan, sempat menengok ke arah Rara, Dewi dan Danang. dia berkata bahwa ini adalah tebusan bagi Dimas dan Ardi yang sudah menjadi Korban.
Bayangan besar itu kemudian tertawa, begitu pula mayat-mayat yang ada di sekeliling mereka.
Mereka seperti melihat pemandangan yang menyenangkan untuk mereka lihat.
Tak lama kemudian.
Bayangan itu tiba-tiba membesar, dan menutupi seluruh tempat itu sekaligus menutup mereka bertiga.
Hingga, tiba-tiba.
Brug.
Mereka tiba-tiba terlempar di suatu tempat, tepatnya di rumah singgah yang sempat mereka datangi beberapa malam sebelumnya.
Dewi, Rara dan Danang saling bertatapan satu sama lain, mereka seakan-akan tidak percaya atas apa yang terjadi kepada mereka semua.
Sedangkan para warga desa….
***
“Pak Cece, kenapa Desa kita menjadi tanah kosong, bahkan tidak ada jejaknya sama sekali, hanya tersisa jalan batu yang tertutup oleh reruntuhan hutan.” Kata salah satu warga yang kini melihat pemandangan yang berbeda ketika mereka kembali.
Para warga seakan tidak percaya atas apa yang mereka lihat, bahkan adang yang awalnya akan menjemput orang-orang yang tersisa di pagi itu menyaksikan hal yang sama.
“Kabeh di tumbalkeun kitu ka si aki. (Semuanya di tumbalkan gitu ke si aki.)”
Semuanya benar-benar keheranan, bahkan ketua desa pun hanya bisa memandangi tanah kosong itu yang awalnya adalah desa mereka.
“Sepertinya, sudah waktunya kita keluar dari hutan, tugas kita untuk menjaga mayat-mayat itu dibawah rumah sudah selesai.”
“Karena baru kali ini ada manusia yang mungkin meminta hal tersebut, tidak meminta kekayaan dan meminta kejayaan seperti manusia-manusia lainnya yang datang ke desa ini.” Kata Pak Cece dengan sedikit menunduk di depan para warga.
TAMAT
Sesosok orang nampak masuk ke sebuah ruangan yang kecil berukuran 3x3 meter, sambil sedikit mengangguk dia menunduk dan duduk di depan seseorang yang sedang fokus dengan dupa di depannya.
Ruangan itu penuh dengan ornamen-ornamen yang menyeramkan, pusaka-pusaka yang mengantung di dinding, juga bau dupa yang menyengat, serta bara api yang tepat berada di tengah-tengah.
“Apa yang kamu mau, apakah kamu ingin kaya, atau kamu ingin jabatan yang akan kamu capai.” Katanya dengan mata yang tertutup.
“Engga mbah, tapi, aku ingin menghabisi nyawa seseorang.” katanya sambil menunduk.
Perkataan itu langsung dibalas dengan suara tertawa kecil, dia lalu mengambil serbuk dan mengangkatnya ke atas bara api yang ada di atasnya sehingga asapnya semakin tebal.
“Mau kamu apakan orang itu, santet, teluh, atau mau apakan dia.”
Orang itu langsung terdiam.
Dia lalu membuka HP nya dan mengeluarkan sebuah foto dan cuplikan video yang dia rekam sebelumnya.
“Aku ingin menghabisi orang ini, orang yang sudah menumbalkan keluargaku, seseorang yang paling mbah kenal dalam hidup mbah, karena sepertinya di video ini dia sudah menargetkan orang lain atas bantuan mbah sekarang.”
“Benarkan mbah.” katanya sambil menyodorkan sebuah foto di HPnya.
Sontak, dia langsung membuka matanya, dan terlihat foto Pak Brata yang dimana dia sedang berfoto dengan keluarganya seperti saudara dekat.
“Mbah Walang jangan terkaget-kaget seperti itu, kalau Mbah Walang mengingat wajahku secara perlahan, Mbah Walang pasti tau aku siapa.”
“Aku Ragil, anak bungsu dari keluarga yang kalian tumbalkan.”
“Tepatnya oleh Pak Brata yang dibantu olehmu mbah.”
“Aku tidak akan menuntut mu, tidak akan membunuhmu di sini dengan pusaka-pusaka yang ada di sekeliling ruangan ini.”
“Namun, aku hanya meminta bantuanmu, meminta bantuan untuk membalas dendam, dengan ikut ke ritualmu yang selanjutnya.”
“Bersama dengan anak-anak yang tidak berdosa yang mungkin akan terseret dengan hal ini.”
“Mbah Walang tinggal memilih, mengabulkan ke inginanku, atau akan terjadi pertumpahan darah di ruangan ini.”
“Kalau perlu, kita bisa melakukan perjanjian darah selama di perjalanan, agar Mbah Walang yakin bahwa hanya dirinya yang akan menjadi targetnya,”
***
Semua yang terjadi ternyata berhubungan, Pak Ragil rupanya sudah mengawasi Rara, bahkan ketika kejadian kecelakaan itu. Pak Ragil sedang ada di sekitar kost Rara sehingga dia bisa mengantarkan ke rumah sakit dan bertemu dengan tim Rarasukma untuk pertamakalinya.
Ketika mereka akan berangkat ke Desa Kolong Mayit pun, Pak Ragil sudah datang terlebih dahulu, dan ikut menginap di rumah Adang.
Bahkan, Adang dan Enthis sepertinya tau tentang Pak Ragil dan apa yang akan dilakukannya di Desa Kolong Mayit.
Pak Ragil jugalah orang yang melakukan perjanjian Darah di rumah itu, tubuhnya di samarkan oleh Mbah Walang menjadi Danang agar tidak dicurigai oleh Ardi.
Bahkan, dia jugalah yang di tabrak oleh Ardi hingga pingsan, dan memindahkan Ardi ke rumah singgah pada waktu itu.
Ketika di Leuweung Kunti pun, Pak Ragil sudah mengamati mereka dari kejauhan. Dia sendirian berjalan ke Desa Kolong Mayit dengan penuh gangguan dari para mahluk yang ada disana.
Namun, keinginan untuk membalas dendam, lebih kuat daripada rasa takut yang dia rasakan.
Sehingga, dia paling awal sampai ke Desa.
Dia yang bertemu dengan Pak Cece dan menjelaskan semuanya sehingga Pak Cece tau ada dua orang yang mempunyai kepentingan berbeda dengan Mbah Walang yang menjadi mediatornya.
Begitu pun dengan kejadian malam ini, mayat-mayat yang muncul lebih awal adalah keinginan Pak Ragil.
Dia tak bisa menahan dirinya lagi ketika melihat Pak Brata dan dua pengawalnya dari kejauhan.
Sehingga dia mempercepat ritualnya pada saat itu, meskipun. Dimas dan Ardi mau tidak mau jadi korban, dan itu adalah harga yang harus mereka bayar.
***
Dewi, dan Rara hanya bisa terdiam. dia mendengarkan hal itu dari mulut Danang ketika dia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
“Dimas dan Ardi tidak bisa di selamatkan, dua orang dari kita harus jadi korban sekarang.”
Dewi yang sudah tidak punya tenaga lagi ga bisa mengeluarkan amarahnya, mau itu Pak Brata atau Pak Ragil, semuanya sama saja.
Mengorbankan dua orang yang tidak punya kepentingan dengan mereka untuk ke egoisan mereka.
“Sekali lagi aku akan meminta maaf kepada kalian.”
Pak Ragil tiba-tiba berjalan mendekati mereka, dia benar-benar meminta maaf bahkan membungkukan badannya pada saat itu.
Namun, aku akan menebusnya, mungkin apa yang akan aku lakukan bisa sebanding dengan dua nyawa mereka.
“AYO MANUSIA, MARANAH HAYANG NAON, SOK GEURA MENTA KA URANG,”
Sosok hitam yang disebut aki kembali berkata kepada kita semua. dia tersenyum bahkan tertawa melihat sebuah drama yang terjadi di depan dirinya.
Seketika, Pak Ragil langsung berjalan mendekat kepadanya.
Tak lama kemudian, dia berdiri di antara mayat Aji dan Eko yang tergeletak begitu saja dibawah batu besar yang ada di depannya.
“Aku ingin, semua bisnis Pak Brata hancur lebur dan tidak bersisa, serta aku ingin tiga orang itu bisa keluar dengan selamat.” Katanya dengan nada yang pelan.
Mahluk itu hanya tersenyum kecil, dia sepertinya gampang untuk mengabulkan permintaan tersebut.
Namun, tiba-tiba Pak Ragil berkata kembali.
“Aku juga ingin Desa Kolong Mayit lenyap, tidak ada manusia lagi yang harus mengorbankan lima manusia untuk keserakahannya.”
Hal itu tentu saja membuat mahluk itu terdiam, matanya tiba-tiba memerah, bahkan tubuhnya yang berbentuk bayangan besar langsung mendekati Pak Ragil yang bediri di depannya dengan tatapan yang tajam.
“Hey!!, hal itu tidak masuk dalam hitungan permintaan kalian.” katanya dengan nada yang sedikit angkuh.
Namun, Pak Ragil tersenyum, dia menengok ke arah Mbah Walang dan mengangguk seperti sudah menyepakati sesuatu.
“Tidak ada negosiasi, karena aku akan memberikan sebuah syarat yang tidak akan kamu tolak, namun yang pasti ketika semuanya selesai tolong balikan mereka dan lupakan yang sudah terjadi.” Katanya.
Pak Ragil seketika mengangkat pisau yang dia ambil dari Dewi ketika dia mendekat tadi, begitu pun juga Mbah Walang.
Mereka berdua tersenyum, bahkan mereka tersenyum dengan ikhlas atas apa yang terjadi disana.
Seketika
Cratttt
Mereka menusukan pisaunya ke arah jantung, sehingga darahnya kembali mengucur ke pisau yang sedang mereka pegang.
Mereka berdua kesakitan, wajahnya meringis. Namun mereka memaksakan dirinya untuk menancapkan pisau itu lebih dalam ke tubuhnya.
Sungguh pemandangan yang menyeramkan untuk dilihat.
Pak Ragil yang ada di depan, sempat menengok ke arah Rara, Dewi dan Danang. dia berkata bahwa ini adalah tebusan bagi Dimas dan Ardi yang sudah menjadi Korban.
Bayangan besar itu kemudian tertawa, begitu pula mayat-mayat yang ada di sekeliling mereka.
Mereka seperti melihat pemandangan yang menyenangkan untuk mereka lihat.
Tak lama kemudian.
Bayangan itu tiba-tiba membesar, dan menutupi seluruh tempat itu sekaligus menutup mereka bertiga.
Hingga, tiba-tiba.
Brug.
Mereka tiba-tiba terlempar di suatu tempat, tepatnya di rumah singgah yang sempat mereka datangi beberapa malam sebelumnya.
Dewi, Rara dan Danang saling bertatapan satu sama lain, mereka seakan-akan tidak percaya atas apa yang terjadi kepada mereka semua.
Sedangkan para warga desa….
***
“Pak Cece, kenapa Desa kita menjadi tanah kosong, bahkan tidak ada jejaknya sama sekali, hanya tersisa jalan batu yang tertutup oleh reruntuhan hutan.” Kata salah satu warga yang kini melihat pemandangan yang berbeda ketika mereka kembali.
Para warga seakan tidak percaya atas apa yang mereka lihat, bahkan adang yang awalnya akan menjemput orang-orang yang tersisa di pagi itu menyaksikan hal yang sama.
“Kabeh di tumbalkeun kitu ka si aki. (Semuanya di tumbalkan gitu ke si aki.)”
Semuanya benar-benar keheranan, bahkan ketua desa pun hanya bisa memandangi tanah kosong itu yang awalnya adalah desa mereka.
“Sepertinya, sudah waktunya kita keluar dari hutan, tugas kita untuk menjaga mayat-mayat itu dibawah rumah sudah selesai.”
“Karena baru kali ini ada manusia yang mungkin meminta hal tersebut, tidak meminta kekayaan dan meminta kejayaan seperti manusia-manusia lainnya yang datang ke desa ini.” Kata Pak Cece dengan sedikit menunduk di depan para warga.
TAMAT
Terima kasih sudah membaca ceritaku sampai tamat, semoga bisa membuat kalian terhibur dengan apa yang saya ceritakan.
Mohon support dan dukungannya ketika Desa Kolong Mayit ini naik ke layar lebar, meskipun ceritanya mungkin sedikit berbeda dengan cerita Rarasukma yang ane ceritakan. tapi secara kondisi Desa dan hal yang lainnya dan terror tentang mayat-mayat itu kurang lebih sama.
Jangan lupa follow medsos kita hanzociwidey, tanyademit, juga twitter kita di tanyademit
Diubah oleh jurigciwidey 24-08-2023 10:43
jenggalasunyi dan 21 lainnya memberi reputasi
22
Kutip
Balas
Tutup