- Beranda
- Stories from the Heart
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
...
TS
jurigciwidey
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
Quote:
Good news for me gan, kemaren ane dah ketemu dengan pihak PH, dan sepakat mereka mengangkat ide cerita tentang kolong mayit sebagai film yang akan mereka buat...
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
SAMPURASUN
Setelah beberapa tahun menghilang, karena cerita-cerita sebelumnya di tarik oleh salah satu platform, akhirnya kini ane kembali lagi gan. seperti pulang ke kampung halaman setelah merantau selama dua tahun lamanya
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
![RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)](https://s.kaskus.id/images/2023/05/30/1454678_20230530104622.png)
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
![RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)](https://s.kaskus.id/images/2023/05/30/1454678_20230530104622.png)
Quote:
Rara, begitulah namanya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
ARC 1 : AWAL MULA RARA
BAB 1 (DIBAWAH)
BAB 2 (HILANG)
BAB 3 (RAMAI)
BAB 4 (RUANGAN)
BAB 5 (PULANG)
BAB 6 (SUASANA)
BAB 7 (MELARIKAN DIRI)
BAB 8 TERSADARKAN
ARC 2 : EXPEDISI
BAB 9 SATU BULAN KEMUDIAN
BAB 10 PERTEMUAN
BAB 11
MBAH WALANG
BAB 12 KEBERANGKATAN
BAB 13 BERKUMPUL
BAB 14 MALAM PERTAMA
BAB 15 KELUAR
BAB 16 DARAH
BAB 17 MEMULAI PERJALANAN
BAB 18 LEUWEUNG KUNTI
BAB 19 PERDEBATAN
BAB 20 MEREKA
BAB 21 DILUAR RENCANA
BAB 22 KEPANIKAN
BAB 23 MENGIKUTI
BAB 24 BERPENCAR
BAB 25 MIMPI
BAB 26 KETAKUTAN
BAB 27 SAMPAI
BAB 28 DESA
BAB 29 DIMALAM PERTAMA
BAB 30 KERAMAT
BAB 31 TERSENYUM
BAB 32 TIDAK TERDUGA
BAB 33 KEPANIKAN
BAB 34 MENGUNGSI
BAB 35 KETIDAKTAHUAN
BAB 36 KENYATAAN
BAB 37 TERROR
BAB 38 KETAKUTAN
BAB 39 MELARIKAN DIRI
BAB 40 DIA
BAB 41 DIBALIK ITU SEMUA
BAB 42 PENYESALAN
BAB 43 BANTUAN
BAB 44 MENGHILANG KEMBALI
BAB 45 TERNYATA DIA
BAB 46 KEMBALI
BAB 47 DATANG
BAB 48 BEBERAPA WAKTU YANG LALU (TAMAT)
Quote:
“Bener kita harus lakuin ini Wi?”
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Diubah oleh jurigciwidey 25-08-2023 14:07
iwakcetol dan 49 lainnya memberi reputasi
48
35.6K
Kutip
433
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
TS
jurigciwidey
#160
BAB 45 - TERNYATA DIA
Quote:
Apa yang akan kalian lakukan, ketika apa yang kalian lihat di depan mata kalian adalah mayat-mayat yang sedang berjalan, keluar dari tempat tinggal terakhirnya dan meneror kalian sepanjang malam.
Mayat-mayat yang masih dibalut oleh kain kafan yang kotor oleh tanah pemakaman yang sudah menutupinya selama puluhan bahkan ratusan tahun.
Ada yang masih utuh, ada pula yang sudah tanpa daging, hanya tersisa oleh tulang-tulang dan belatung yang menggerogoti sisa-sisa daging yang masih menempel di dalam mulutnya.
Ada yang masih mempunyai mata yang utuh, serta wajah yang jelas dengan mata yang terbuka lebar. Namun, ada juga yang bola matanya hilang entah kemana, bahkan setengah wajahnya sudah mulai membusuk dengan bau yang benar-benar menyengat.
Ketika hal itu menimpa kalian, apa yang akan lakukan.
Apakah kalian akan bertahan, dan membiarkan tubuh kalian di gigit oleh saudara, suami dan leluhur kalian yang mayatnya bangkit disana.
Atau lari dan menyelamatkan diri seperti yang dialami oleh tim rarasukma.
Atau mungkin, kalian akan terdiam. karena sebenarnya, yang membuat semua ini terjadi lebih cepat dari yang sudah diperkirakan adalah kalian.
Kalianlah yang menyebabkan ini semua.
Seperti orang ini.
Orang yang duduk di depan rumah Pak Cece, dia hanya bersila dan melihat mayat-mayat itu berjalan kesana kemari tak tentu arah.
Tangannya sengaja dia angkat, bahkan beberapa kali dia menjentikan tangannya dengan mulut yang bergumam seperti membacakan sesuatu.
“Rupanya, mantra yang aku dapat sepertinya berhasil untuk membuat mereka tidak keluar desa.”
“Aku tidak akan mengorbankan para warga desa yang kini sedang melarikan diri. aku mungkin akan meminta maaf kepada mereka apabila aku selamat pada malam ini”
Seperti tidak ada rasa takut terhadap mayat-mayat yang ada di luaran sana. tubuhnya seperti menghilang dan tidak terlihat oleh mayat-mayat yang tak jauh dari tempatnya.
Tak lama, dia pun menurunkan tangannya, lalu dia mengambil rokok yang dia simpan tepat di sebelahnya, menyalakannya lalu menghisapnya secara perlahan sambil memandangi langit malam yang nampak menghitam.
Dia sendirian, hanya ditemani oleh satu lampu tempel yang menyala dan menerangi dirinya sendirian disana.
sambil menghisap rokok beberapa kali, dia masih terlihat duduk dan tidak bergerak dari tempatnya.
Seperti sedang menunggu seseorang, seseorang yang datang kepadanya di antara mayat-mayat itu.
Benar saja.
Beberapa waktu berselang. dia melihat seseorang yang berjalan mendekatinya.
Tatapannya kosong, dia berjalan di antara mayat-mayat yang mengelilinginya pada malam itu.
Mayat-mayat itu berubah menjadi beringas ketika orang itu berjalan, matanya yang merah, kukunya yang tajam, serta giginya yang terbuka dengan lebar, seperti ingin menerkam orang itu dari dekat.
Namun, mereka seperti tertahan oleh sesuatu yang tidak terlihat. Dan itu membuat mereka hanya bisa menjaga jarak dan tidak bisa berbuat apa-apa ketika orang itu berjalan melewatinya.
“Akhirnya, kamu datang juga Ra.” Kata orang tersebut.
Dia langsung berdiri, seperti menyambut Rara yang masih dirasuki oleh sesuatu dan berjalan mendekat kesana.
Orang tersebut hanya mengangguk pelan ketika Rara sampai di hadapannya, dia naik ke rumah panggung tempat orang tersebut berada.
Lalu, tiba-tiba.
Brugg
Tubuhnya ambruk, sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya sepertinya terlepas sehingga tubuhnya langsung terjatuh begitu saja disana.
“Nuhun ma. (terima kasih ma.)”
“Atos nganteurkeun budak ieu, budak anu bakal jadi tumbal ti si Brata. (sudah mengantarkan anak ini, anak yang bakal menjadi tumbal si Brata.)”
“Hapunten lamun abdi ngalakukeun ieu, soalna ngan ieu hiji-hijina cara, ngan ema, bapak, sareng pun rayi sareng raka tiasa tenang. (Maaf kalau aku yang melakukan ini, soalnya ini adalah cara satu-satunya, agar ibu, bapak, serta adik dan kakak tiasa tenang.)”
“Abdi hapunten lamun abdi ngalarang bahkan abi ngahaja ngajauhkeun ema ti budak ieu, abdi ngahaja nyieun ema teu ikut campur, bahkan nutup hasutan ema sangkan ieu budak teu ngilu ka tempat ieu (Aku meminta maaf kalau aku melarang, bahkan aku sengaja menjauhkan ibu dari anak ini, aku bahkan menutup hasutan dari ibu ketika ibu melarang dia ikut ke tempat ini.)”
“Lamun ema masih hirup, meureun abdi moal di aku anak deui, da gara-gara abdi egois, geus aya dua korban ti barudak ieu jang kalancaran anu abdi jalankeun ayeuna. (kalau ibu masih hidup, mungkin aku tidak akan di aku anak lagi, soalnya gara-gara keegoisanku, sudah ada dua korban dari anak-anak ini untuk kelancaranku menjalankan hal ini sekarang.)”
Entah mengapa, matanya tiba-tiba meneteskan air mata, telapak tangannya terkepal seperti ada kemarahan dan kesedihan yang tercampur dalam dirinya pada saat itu.
Tak lama kemudian, beberapa bayangan berbentuk tangan terlihat muncul dan menempel pundak orang itu.
Di tengah-tengah kesedihan yang dia rasakan, dia langsung mengangkat tangannya, dan mencoba meraih bayangan-bayangan itu meskipun akhirnya, dia tidak dapat meraihnya karena bayangan itu menghilang ketika tangan itu menyentuhnya.
Dia terlihat seperti berat melakukan hal ini, ada rasa ragu yang begitu kuat dari dalam dirinya atas apa yang akan dia lakukan pada saat ini, dan di saat yang bersamaan.
Tiba-tiba
Wushhh
Dia langsung mengambil sesuatu dari sebuah kresek kecil yang disimpan di sakunya.
Sebuah kresek yang sedikit terbuka yang isinya diambil lalu melemparkannya ke arah Rara.
Bentuknya seperti pasir, namun ketika benda itu menyentuh tubuh Rara, tiba-tiba muncul sebuah asap putih yang keluar dan terbang ke atas.
Tak lama kemudian, mata Rara tiba-tiba terbuka secara perlahan.
Dia yang secara samar-samar melihat wajah tampak asing yang ada di depannya, secara mendadak langsung terbangun dan terlihat seperti ingin melarikan diri dari tempat itu.
Meskipun.
Dia langsung menghentikan tubuhnya, tepat ketika dia melihat ada banyak sekali mayat-mayat yang masih berkeliaran di sekitar desa, sehingga dia berbalik dan bertanya kepada orang yang duduk dengan sisa-sisa air mata yang masih ada di wajahnya.
“Si, siapa kamu, kenapa mayat-mayat itu tidak mengincarmu.” Katanya dengan nada yang panik.
Orang tersebut hanya terdiam sebentar, dia sedikit tersenyum pelan kepada Rara pada saat itu.
“Aku adalah orang yang mengawali ini semua, aku adalah orang yang memperingati kalian di acara live itu, tepat ketika Pak Brata mengirimkan gift yang banyak dan menandai kalian dengan bayangan-bayangan dari Mbah Walang untuk menjadi target tumbal selanjutnya.”
“Mungkin kamu belum pernah bertemu denganku, namun teman-temanmu rasanya sudah tau ketika aku membawamu ke rumah sakit pada waktu itu.”
“Karena, apabila kamu kamu, apa yang kamu lakukan di rumah itu dan apa yang terjadi di tempat ini. semuanya saling berhubungan satu sama lain.”
Mayat-mayat yang masih dibalut oleh kain kafan yang kotor oleh tanah pemakaman yang sudah menutupinya selama puluhan bahkan ratusan tahun.
Ada yang masih utuh, ada pula yang sudah tanpa daging, hanya tersisa oleh tulang-tulang dan belatung yang menggerogoti sisa-sisa daging yang masih menempel di dalam mulutnya.
Ada yang masih mempunyai mata yang utuh, serta wajah yang jelas dengan mata yang terbuka lebar. Namun, ada juga yang bola matanya hilang entah kemana, bahkan setengah wajahnya sudah mulai membusuk dengan bau yang benar-benar menyengat.
Ketika hal itu menimpa kalian, apa yang akan lakukan.
Apakah kalian akan bertahan, dan membiarkan tubuh kalian di gigit oleh saudara, suami dan leluhur kalian yang mayatnya bangkit disana.
Atau lari dan menyelamatkan diri seperti yang dialami oleh tim rarasukma.
Atau mungkin, kalian akan terdiam. karena sebenarnya, yang membuat semua ini terjadi lebih cepat dari yang sudah diperkirakan adalah kalian.
Kalianlah yang menyebabkan ini semua.
Seperti orang ini.
Orang yang duduk di depan rumah Pak Cece, dia hanya bersila dan melihat mayat-mayat itu berjalan kesana kemari tak tentu arah.
Tangannya sengaja dia angkat, bahkan beberapa kali dia menjentikan tangannya dengan mulut yang bergumam seperti membacakan sesuatu.
“Rupanya, mantra yang aku dapat sepertinya berhasil untuk membuat mereka tidak keluar desa.”
“Aku tidak akan mengorbankan para warga desa yang kini sedang melarikan diri. aku mungkin akan meminta maaf kepada mereka apabila aku selamat pada malam ini”
Seperti tidak ada rasa takut terhadap mayat-mayat yang ada di luaran sana. tubuhnya seperti menghilang dan tidak terlihat oleh mayat-mayat yang tak jauh dari tempatnya.
Tak lama, dia pun menurunkan tangannya, lalu dia mengambil rokok yang dia simpan tepat di sebelahnya, menyalakannya lalu menghisapnya secara perlahan sambil memandangi langit malam yang nampak menghitam.
Dia sendirian, hanya ditemani oleh satu lampu tempel yang menyala dan menerangi dirinya sendirian disana.
sambil menghisap rokok beberapa kali, dia masih terlihat duduk dan tidak bergerak dari tempatnya.
Seperti sedang menunggu seseorang, seseorang yang datang kepadanya di antara mayat-mayat itu.
Benar saja.
Beberapa waktu berselang. dia melihat seseorang yang berjalan mendekatinya.
Tatapannya kosong, dia berjalan di antara mayat-mayat yang mengelilinginya pada malam itu.
Mayat-mayat itu berubah menjadi beringas ketika orang itu berjalan, matanya yang merah, kukunya yang tajam, serta giginya yang terbuka dengan lebar, seperti ingin menerkam orang itu dari dekat.
Namun, mereka seperti tertahan oleh sesuatu yang tidak terlihat. Dan itu membuat mereka hanya bisa menjaga jarak dan tidak bisa berbuat apa-apa ketika orang itu berjalan melewatinya.
“Akhirnya, kamu datang juga Ra.” Kata orang tersebut.
Dia langsung berdiri, seperti menyambut Rara yang masih dirasuki oleh sesuatu dan berjalan mendekat kesana.
Orang tersebut hanya mengangguk pelan ketika Rara sampai di hadapannya, dia naik ke rumah panggung tempat orang tersebut berada.
Lalu, tiba-tiba.
Brugg
Tubuhnya ambruk, sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya sepertinya terlepas sehingga tubuhnya langsung terjatuh begitu saja disana.
“Nuhun ma. (terima kasih ma.)”
“Atos nganteurkeun budak ieu, budak anu bakal jadi tumbal ti si Brata. (sudah mengantarkan anak ini, anak yang bakal menjadi tumbal si Brata.)”
“Hapunten lamun abdi ngalakukeun ieu, soalna ngan ieu hiji-hijina cara, ngan ema, bapak, sareng pun rayi sareng raka tiasa tenang. (Maaf kalau aku yang melakukan ini, soalnya ini adalah cara satu-satunya, agar ibu, bapak, serta adik dan kakak tiasa tenang.)”
“Abdi hapunten lamun abdi ngalarang bahkan abi ngahaja ngajauhkeun ema ti budak ieu, abdi ngahaja nyieun ema teu ikut campur, bahkan nutup hasutan ema sangkan ieu budak teu ngilu ka tempat ieu (Aku meminta maaf kalau aku melarang, bahkan aku sengaja menjauhkan ibu dari anak ini, aku bahkan menutup hasutan dari ibu ketika ibu melarang dia ikut ke tempat ini.)”
“Lamun ema masih hirup, meureun abdi moal di aku anak deui, da gara-gara abdi egois, geus aya dua korban ti barudak ieu jang kalancaran anu abdi jalankeun ayeuna. (kalau ibu masih hidup, mungkin aku tidak akan di aku anak lagi, soalnya gara-gara keegoisanku, sudah ada dua korban dari anak-anak ini untuk kelancaranku menjalankan hal ini sekarang.)”
Entah mengapa, matanya tiba-tiba meneteskan air mata, telapak tangannya terkepal seperti ada kemarahan dan kesedihan yang tercampur dalam dirinya pada saat itu.
Tak lama kemudian, beberapa bayangan berbentuk tangan terlihat muncul dan menempel pundak orang itu.
Di tengah-tengah kesedihan yang dia rasakan, dia langsung mengangkat tangannya, dan mencoba meraih bayangan-bayangan itu meskipun akhirnya, dia tidak dapat meraihnya karena bayangan itu menghilang ketika tangan itu menyentuhnya.
Dia terlihat seperti berat melakukan hal ini, ada rasa ragu yang begitu kuat dari dalam dirinya atas apa yang akan dia lakukan pada saat ini, dan di saat yang bersamaan.
Tiba-tiba
Wushhh
Dia langsung mengambil sesuatu dari sebuah kresek kecil yang disimpan di sakunya.
Sebuah kresek yang sedikit terbuka yang isinya diambil lalu melemparkannya ke arah Rara.
Bentuknya seperti pasir, namun ketika benda itu menyentuh tubuh Rara, tiba-tiba muncul sebuah asap putih yang keluar dan terbang ke atas.
Tak lama kemudian, mata Rara tiba-tiba terbuka secara perlahan.
Dia yang secara samar-samar melihat wajah tampak asing yang ada di depannya, secara mendadak langsung terbangun dan terlihat seperti ingin melarikan diri dari tempat itu.
Meskipun.
Dia langsung menghentikan tubuhnya, tepat ketika dia melihat ada banyak sekali mayat-mayat yang masih berkeliaran di sekitar desa, sehingga dia berbalik dan bertanya kepada orang yang duduk dengan sisa-sisa air mata yang masih ada di wajahnya.
“Si, siapa kamu, kenapa mayat-mayat itu tidak mengincarmu.” Katanya dengan nada yang panik.
Orang tersebut hanya terdiam sebentar, dia sedikit tersenyum pelan kepada Rara pada saat itu.
“Aku adalah orang yang mengawali ini semua, aku adalah orang yang memperingati kalian di acara live itu, tepat ketika Pak Brata mengirimkan gift yang banyak dan menandai kalian dengan bayangan-bayangan dari Mbah Walang untuk menjadi target tumbal selanjutnya.”
“Mungkin kamu belum pernah bertemu denganku, namun teman-temanmu rasanya sudah tau ketika aku membawamu ke rumah sakit pada waktu itu.”
“Karena, apabila kamu kamu, apa yang kamu lakukan di rumah itu dan apa yang terjadi di tempat ini. semuanya saling berhubungan satu sama lain.”
Diubah oleh jurigciwidey 21-08-2023 05:03
itkgid dan 19 lainnya memberi reputasi
20
Kutip
Balas
Tutup