- Beranda
- Stories from the Heart
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
...
TS
jurigciwidey
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
Quote:
Good news for me gan, kemaren ane dah ketemu dengan pihak PH, dan sepakat mereka mengangkat ide cerita tentang kolong mayit sebagai film yang akan mereka buat...
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
SAMPURASUN
Setelah beberapa tahun menghilang, karena cerita-cerita sebelumnya di tarik oleh salah satu platform, akhirnya kini ane kembali lagi gan. seperti pulang ke kampung halaman setelah merantau selama dua tahun lamanya
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
![RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)](https://s.kaskus.id/images/2023/05/30/1454678_20230530104622.png)
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
![RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)](https://s.kaskus.id/images/2023/05/30/1454678_20230530104622.png)
Quote:
Rara, begitulah namanya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
ARC 1 : AWAL MULA RARA
BAB 1 (DIBAWAH)
BAB 2 (HILANG)
BAB 3 (RAMAI)
BAB 4 (RUANGAN)
BAB 5 (PULANG)
BAB 6 (SUASANA)
BAB 7 (MELARIKAN DIRI)
BAB 8 TERSADARKAN
ARC 2 : EXPEDISI
BAB 9 SATU BULAN KEMUDIAN
BAB 10 PERTEMUAN
BAB 11
MBAH WALANG
BAB 12 KEBERANGKATAN
BAB 13 BERKUMPUL
BAB 14 MALAM PERTAMA
BAB 15 KELUAR
BAB 16 DARAH
BAB 17 MEMULAI PERJALANAN
BAB 18 LEUWEUNG KUNTI
BAB 19 PERDEBATAN
BAB 20 MEREKA
BAB 21 DILUAR RENCANA
BAB 22 KEPANIKAN
BAB 23 MENGIKUTI
BAB 24 BERPENCAR
BAB 25 MIMPI
BAB 26 KETAKUTAN
BAB 27 SAMPAI
BAB 28 DESA
BAB 29 DIMALAM PERTAMA
BAB 30 KERAMAT
BAB 31 TERSENYUM
BAB 32 TIDAK TERDUGA
BAB 33 KEPANIKAN
BAB 34 MENGUNGSI
BAB 35 KETIDAKTAHUAN
BAB 36 KENYATAAN
BAB 37 TERROR
BAB 38 KETAKUTAN
BAB 39 MELARIKAN DIRI
BAB 40 DIA
BAB 41 DIBALIK ITU SEMUA
BAB 42 PENYESALAN
BAB 43 BANTUAN
BAB 44 MENGHILANG KEMBALI
BAB 45 TERNYATA DIA
BAB 46 KEMBALI
BAB 47 DATANG
BAB 48 BEBERAPA WAKTU YANG LALU (TAMAT)
Quote:
“Bener kita harus lakuin ini Wi?”
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Diubah oleh jurigciwidey 25-08-2023 14:07
iwakcetol dan 49 lainnya memberi reputasi
48
35.5K
Kutip
433
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
jurigciwidey
#121
BAB 35 - KETIDAKTAHUAN
Quote:
Situasi Desa Kolong Mayit kini benar-benar kacau, para ibu-ibu dan anak-anak mereka yang masih kecil kini mengungsi keluar desa di tengah kegelapan. mereka berbondong-bondong membawa bekal seadanya.
Tangisan anak-anak menambah kengerian di tempat itu, anak-anak yang seharusnya tidak mengalami hal seperti ini kini dipaksa untuk menerima kenyataan bahwa desa mereka berbahaya apabila mayat dari saudara dan leluhur mereka yang terkubur dibawah rumah terbangun dan mengincar mereka.
Mereka nampak panik, beberapa malah terlihat sedang menggendong ibunya yang sudah tua dan renta. dan hanya ditemani oleh beberapa buah obor untuk penerangan mereka selama berada di hutan.
Sedangkan para laki-lakinya.
Duaggg
Pak Cece dengan terpaksa harus menendang mereka, para mayat-mayat yang masih merupakan ayah, ibu, kakek, nenek serta saudara-saudaranya yang sudah meninggal untuk kembali masuk ke dalam rumah.
Apa yang dia lakukan kini nampak tidak berhasil. mayat-mayat yang biasanya hanya gaduh dari kolong rumah dan menghilang begitu saja di hutan kini berubah menjadi semakin menakutkan.
Mereka seperti lebih agresif dari sebelumnya, bahkan mereka seperti ingin menyerang manusia yang masih hidup di desa pada malam ini.
Di saat kepanikan itu, Pak Cece masih sempat melirik ke arah Mbah Walang. Namun, kali ini, dia tidak menemukan Mbah Walang di dalam rumahnya.
Sepertinya Mbah Walang sudah pergi meninggalkan rumahnya dan menghilang entah kemana melalui jalan belakang.
Argggghhh
Duaggg
Pak Cece menendang kembali mayat yang dibalut oleh kain kafan yang sudah lapuk itu kembali ke dalam rumah. dia tidak merasakan takut, namun dia malah marah atas apa yang dilakukan Mbah Walang sehingga kini desanya dilanda ketakutan.
Pak Cece pun berlari, mencoba menolong para warga yang kini masih bertahan di dekat rumahnya untuk mengunci kembali mayat-mayat itu di kolong rumahnya.
Dia menemukan beberapa rumah sudah kosong, bersama mayat yang sudah menghilang disana. beberapa terlihat masih berusaha memasang papan yang menjadi penutup kolong rumah dengan rasa takut yang mendalam karena terlihat jelas tangan-tangan yang berbau busuk muncul dari sela-sela kayu seperti berusaha untuk menggapai orang tersebut.
“Jang, jang, antep maranehna sina kaluar, mendingan urang kaluar heula ti desa kajeun isuk pas ritualna geus beres urang balik deui neangan mayit anu ngaleungit, (Jang, jang, biarkan mereka keluar, mendingan kita keluar dari desa sehingga besok pas ritualnya selesai kita pulang kembali untuk mencari mayat yang menghilang,)” Kata Pak Cece dengan sedikit berteriak kepada seorang laki-laki yang berusaha sekuat tenaga menahan mayat-mayat itu agar tidak bisa keluar.
“Tapi pak,” kata orang tersebut yang nampak ragu.
“Geus, tong loba pertanyaan, maneh apal kan jelema-jelema anu datang ka tempat ieu edek ngalakukeun naun, (sudah, jangan banyak tanya, kamu tau kan manusia-manusia itu datang kesini untuk melakukan apa,)”
Orang itu langsung terdiam, papan, paku dan palu yang dia pegang kini dia simpan begitu saja di tanah. tak lama dia berdiri dan berlari, meninggalkan tangan-tangan busuk yang masih meronta-ronta dikolong rumahnya.
Sempat dia menoleh ke arah rumah, mau bagaimana pun mayat-mayat itu adalah keluarganya yang dia jaga. Namun, mau bagaimana pun keselamatanya dirinya lebih penting daripada hilangnya mayat-mayat tersebut.
Sehingga dia tidak berfikir lama ketika Pak Cece yang dia hormati menyarankan untuk segera pergi dari desa ini.
***
“Kemana sih jalan pulang, perasaan ga kesini deh.”
“Bener ke sini jalannya Dim?”
Danang nampak kebingungan, di sekelilingnya hanya ada hutan lebat yang menyebabkan mereka tersesat. jalanan setapak yang dia lalui dengan Pak Cece nampak sama, namun mereka hingga saat ini tidak menemukan Desa Kolong Mayit yang sedang mereka tuju.
Ardi terus-terusan memegang kepalanya, teriakan, tangisan, erangan, juga hembusan nafas berat masih saja terdengar. Matanya tertutup, kedua tangannya memegang telingannya yang masih terasa menyakitkan pada saat itu.
Sedangkan Dimas, dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. dia seperti tidak tau harus kemana dia sekarang berjalan sambil membawa ardi yang masih kesakitan seperti itu.
“Argggh, kenapa sih tuh para orang tua malah ninggalin kita disini, si Mbah Walang juga sama, malah pergi bukannya menjaga kita yang ambil video disana.”
“Kalau kayak gini kejadiannya kan jadi repot.”
Danang menggerutu, dia emosi karena ada saja hal yang bisa menggangu pengambilan videonya di tempat ini.
“Sudah, lu berdua diem disini, nyalain tuh senter terus menerus biar gue bisa nyariin lu pada.”
“Lu emang mau kemana nang?” tanya Dimas yang masih kebingungan atas apa yang sedang Danang lakukan.
“Gue mau jemput dua cewe itu, gue takut si Rara sama si Dewi kenapa-kenapa.”
“Jadi lu tunggu disini, biar kita bisa pulang bareng-bareng.” kata Danang sambil berlari menyusuri jalanan setapak yang sudah dia lalui sebelumnya untuk menjemput Dewi dan Rara.
Dimas hanya bisa melihat Danang yang berlari meninggalkan mereka. dirinya yang kini berdua dengan Ardi langsung menurunkan Ardi dan menyenderkannya di salah satu pohon yang ada di dekatnya.
Tangisan anak-anak menambah kengerian di tempat itu, anak-anak yang seharusnya tidak mengalami hal seperti ini kini dipaksa untuk menerima kenyataan bahwa desa mereka berbahaya apabila mayat dari saudara dan leluhur mereka yang terkubur dibawah rumah terbangun dan mengincar mereka.
Mereka nampak panik, beberapa malah terlihat sedang menggendong ibunya yang sudah tua dan renta. dan hanya ditemani oleh beberapa buah obor untuk penerangan mereka selama berada di hutan.
Sedangkan para laki-lakinya.
Duaggg
Pak Cece dengan terpaksa harus menendang mereka, para mayat-mayat yang masih merupakan ayah, ibu, kakek, nenek serta saudara-saudaranya yang sudah meninggal untuk kembali masuk ke dalam rumah.
Apa yang dia lakukan kini nampak tidak berhasil. mayat-mayat yang biasanya hanya gaduh dari kolong rumah dan menghilang begitu saja di hutan kini berubah menjadi semakin menakutkan.
Mereka seperti lebih agresif dari sebelumnya, bahkan mereka seperti ingin menyerang manusia yang masih hidup di desa pada malam ini.
Di saat kepanikan itu, Pak Cece masih sempat melirik ke arah Mbah Walang. Namun, kali ini, dia tidak menemukan Mbah Walang di dalam rumahnya.
Sepertinya Mbah Walang sudah pergi meninggalkan rumahnya dan menghilang entah kemana melalui jalan belakang.
Argggghhh
Duaggg
Pak Cece menendang kembali mayat yang dibalut oleh kain kafan yang sudah lapuk itu kembali ke dalam rumah. dia tidak merasakan takut, namun dia malah marah atas apa yang dilakukan Mbah Walang sehingga kini desanya dilanda ketakutan.
Pak Cece pun berlari, mencoba menolong para warga yang kini masih bertahan di dekat rumahnya untuk mengunci kembali mayat-mayat itu di kolong rumahnya.
Dia menemukan beberapa rumah sudah kosong, bersama mayat yang sudah menghilang disana. beberapa terlihat masih berusaha memasang papan yang menjadi penutup kolong rumah dengan rasa takut yang mendalam karena terlihat jelas tangan-tangan yang berbau busuk muncul dari sela-sela kayu seperti berusaha untuk menggapai orang tersebut.
“Jang, jang, antep maranehna sina kaluar, mendingan urang kaluar heula ti desa kajeun isuk pas ritualna geus beres urang balik deui neangan mayit anu ngaleungit, (Jang, jang, biarkan mereka keluar, mendingan kita keluar dari desa sehingga besok pas ritualnya selesai kita pulang kembali untuk mencari mayat yang menghilang,)” Kata Pak Cece dengan sedikit berteriak kepada seorang laki-laki yang berusaha sekuat tenaga menahan mayat-mayat itu agar tidak bisa keluar.
“Tapi pak,” kata orang tersebut yang nampak ragu.
“Geus, tong loba pertanyaan, maneh apal kan jelema-jelema anu datang ka tempat ieu edek ngalakukeun naun, (sudah, jangan banyak tanya, kamu tau kan manusia-manusia itu datang kesini untuk melakukan apa,)”
Orang itu langsung terdiam, papan, paku dan palu yang dia pegang kini dia simpan begitu saja di tanah. tak lama dia berdiri dan berlari, meninggalkan tangan-tangan busuk yang masih meronta-ronta dikolong rumahnya.
Sempat dia menoleh ke arah rumah, mau bagaimana pun mayat-mayat itu adalah keluarganya yang dia jaga. Namun, mau bagaimana pun keselamatanya dirinya lebih penting daripada hilangnya mayat-mayat tersebut.
Sehingga dia tidak berfikir lama ketika Pak Cece yang dia hormati menyarankan untuk segera pergi dari desa ini.
***
“Kemana sih jalan pulang, perasaan ga kesini deh.”
“Bener ke sini jalannya Dim?”
Danang nampak kebingungan, di sekelilingnya hanya ada hutan lebat yang menyebabkan mereka tersesat. jalanan setapak yang dia lalui dengan Pak Cece nampak sama, namun mereka hingga saat ini tidak menemukan Desa Kolong Mayit yang sedang mereka tuju.
Ardi terus-terusan memegang kepalanya, teriakan, tangisan, erangan, juga hembusan nafas berat masih saja terdengar. Matanya tertutup, kedua tangannya memegang telingannya yang masih terasa menyakitkan pada saat itu.
Sedangkan Dimas, dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. dia seperti tidak tau harus kemana dia sekarang berjalan sambil membawa ardi yang masih kesakitan seperti itu.
“Argggh, kenapa sih tuh para orang tua malah ninggalin kita disini, si Mbah Walang juga sama, malah pergi bukannya menjaga kita yang ambil video disana.”
“Kalau kayak gini kejadiannya kan jadi repot.”
Danang menggerutu, dia emosi karena ada saja hal yang bisa menggangu pengambilan videonya di tempat ini.
“Sudah, lu berdua diem disini, nyalain tuh senter terus menerus biar gue bisa nyariin lu pada.”
“Lu emang mau kemana nang?” tanya Dimas yang masih kebingungan atas apa yang sedang Danang lakukan.
“Gue mau jemput dua cewe itu, gue takut si Rara sama si Dewi kenapa-kenapa.”
“Jadi lu tunggu disini, biar kita bisa pulang bareng-bareng.” kata Danang sambil berlari menyusuri jalanan setapak yang sudah dia lalui sebelumnya untuk menjemput Dewi dan Rara.
Dimas hanya bisa melihat Danang yang berlari meninggalkan mereka. dirinya yang kini berdua dengan Ardi langsung menurunkan Ardi dan menyenderkannya di salah satu pohon yang ada di dekatnya.
itkgid dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Kutip
Balas
Tutup