- Beranda
- Stories from the Heart
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
...
TS
jurigciwidey
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
Quote:
Good news for me gan, kemaren ane dah ketemu dengan pihak PH, dan sepakat mereka mengangkat ide cerita tentang kolong mayit sebagai film yang akan mereka buat...
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
SAMPURASUN
Setelah beberapa tahun menghilang, karena cerita-cerita sebelumnya di tarik oleh salah satu platform, akhirnya kini ane kembali lagi gan. seperti pulang ke kampung halaman setelah merantau selama dua tahun lamanya
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
![RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)](https://s.kaskus.id/images/2023/05/30/1454678_20230530104622.png)
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
![RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)](https://s.kaskus.id/images/2023/05/30/1454678_20230530104622.png)
Quote:
Rara, begitulah namanya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
ARC 1 : AWAL MULA RARA
BAB 1 (DIBAWAH)
BAB 2 (HILANG)
BAB 3 (RAMAI)
BAB 4 (RUANGAN)
BAB 5 (PULANG)
BAB 6 (SUASANA)
BAB 7 (MELARIKAN DIRI)
BAB 8 TERSADARKAN
ARC 2 : EXPEDISI
BAB 9 SATU BULAN KEMUDIAN
BAB 10 PERTEMUAN
BAB 11
MBAH WALANG
BAB 12 KEBERANGKATAN
BAB 13 BERKUMPUL
BAB 14 MALAM PERTAMA
BAB 15 KELUAR
BAB 16 DARAH
BAB 17 MEMULAI PERJALANAN
BAB 18 LEUWEUNG KUNTI
BAB 19 PERDEBATAN
BAB 20 MEREKA
BAB 21 DILUAR RENCANA
BAB 22 KEPANIKAN
BAB 23 MENGIKUTI
BAB 24 BERPENCAR
BAB 25 MIMPI
BAB 26 KETAKUTAN
BAB 27 SAMPAI
BAB 28 DESA
BAB 29 DIMALAM PERTAMA
BAB 30 KERAMAT
BAB 31 TERSENYUM
BAB 32 TIDAK TERDUGA
BAB 33 KEPANIKAN
BAB 34 MENGUNGSI
BAB 35 KETIDAKTAHUAN
BAB 36 KENYATAAN
BAB 37 TERROR
BAB 38 KETAKUTAN
BAB 39 MELARIKAN DIRI
BAB 40 DIA
BAB 41 DIBALIK ITU SEMUA
BAB 42 PENYESALAN
BAB 43 BANTUAN
BAB 44 MENGHILANG KEMBALI
BAB 45 TERNYATA DIA
BAB 46 KEMBALI
BAB 47 DATANG
BAB 48 BEBERAPA WAKTU YANG LALU (TAMAT)
Quote:
“Bener kita harus lakuin ini Wi?”
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Diubah oleh jurigciwidey 25-08-2023 14:07
iwakcetol dan 49 lainnya memberi reputasi
48
35.5K
Kutip
433
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
jurigciwidey
#90
BAB 26 KETAKUTAN
Quote:
Danang tidak tau siapa yang memegang pundaknya pada saat itu, apalagi kondisi hutan yang gelap membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang kini ada di belakangnya.
Cengkramannya sangat kuat, dia hanya terdiam dan menatapnya dengan tajam tanpa mengucapkan satu patah kata pun.
Danang yang merupakan orang yang paling berani di tim rarasukma pun kini mulai merasakan takut yang secara perlahan-lahan menyelimuti dirinya.
Ingin sekali dia berlari menjauhi sosok yang kini ada di dekatnya. Hatinya kini berkata merasa bahwa mengikuti Mbah Walang adalah sebuah kesalahan, karena dia sudah terlalu jauh masuk ke dalam hutan bersamaan dengan…
Danang kembali terkejut, karena ketika dia menoleh ke arah Mbah Walang untuk meminta pertolongan. Tiba-tiba dia hanya melihat sebuah dupa yang menyala disana, tidak ada jejak dari Mbah Walang yang melakukan ritual tak jauh dari dirinya berdiri.
Mbah Walang tiba-tiba menghilang, niatan untuk berlari kepadanya dan meminta pertolongan akhirnya sirna.
Dengan ketakutan yang mendalam, akhirnya Danang berusaha melepaskan sebuah tangan yang sedang memegang pundaknya dengan sekuat tenaga.
“Lepasin gue baikttt”
“Arggggghhhh”
Tubuh yang terselimuti oleh kegelapan di hutan itu tidak bergeming. dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap Danang yang masih berusaha untuk melepaskan diri dari tangannya pada saat itu.
Beberapa kali Danang berusaha namun tangannya tidak bisa lepas dari bahunya, bahkan dirinya sempat menendang kakinya bahkan memukul tubuhnya. Namun dia benar-benar tidak bergeming.
Butuh waktu beberapa menit ketika dirinya bisa melepaskan Danang, ketika sosok itu mendengar sebuah suara entah dari mana untuk bisa melepaskan Danang disana.
‘Lepaskan dia, aku melakukan ritual untuk tubuhmu itu bukan dipakai untuk anak ini.’
Ketika suara itu terdengar secara samar-samar, sosok itu tiba-tiba langsung melemparkan Danang hingga Danang terguling di tanah. Tubuhnya seperti melayang dan langsung mendarat dengan keras tepat di sebelah dupa yang masih mengeluarkan asap.
Rasa perih, juga rasa sakit akan kulit yang tergores oleh bebatuan dan ranting-ranting pohon terasa olehnya.
Wajah Danang meringis kesatikan, dia benar-benar tidak tau siapa yang melemparkannya dengan begitu kuat pada saat itu.
Sosok itu rupanya masih berdiri disana, bahkan dia berjalan mendekati Danang yang masih kesakitan disana secara perlahan.
Sinar bulan purnama yang menembus pepohonan secara perlahan-lahan memperlihatkan wujudnya dengan jelas ketika dirinya mendekat ke arah danang untuk kedua kalinya.
Di tengah-tengah rasa sakit yang dia alami, matanya kembali terbelalak. Wajah dari sosok itu nampak tidak asing. Dia berjalan secara perlahan dan jongkok tepat di depan Danang.
“Kamu, kamu, kamu…” Kata Danang dengan wajahnya yang kaget
“Ssssttt, jangan berisik,” jawabnya sambil mengangkat salah satu tangannya ke arah mulutnya.
“Saya meminta maaf atas kejadian tadi. Namun, lebih baik kamu lupakan atas apa yang terjadi pada malam ini, anggap kejadian ini tidak ada.”
Sosok itu langsung mendekatkan tangannya ke arah wajah Danang dan mengusapnya secara perlahan. Danang yang pada saat itu sedang kesakitan tidak bisa berbuat apa-apa sekarang dia pasrah atas apa yang dilakukannya karena dia sendiri sudah tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi yang seperti ini.
Di tengah rasa sakit yang dirasakan oleh Danang, dia tiba-tiba merasakan rasa kantuk yang luar biasa ketika tangan dari sosok itu mengusap wajahnya secara perlahan.
Tak butuh waktu lama, Danang akhirnya tertidur disana, disamping dupa yang sedang menyala dan sebuah foto yang sudah disobek oleh Mbah Walang.
***
Waktu mulai beranjak pagi, meskipun kegelapan masih menyelimuti, namun suara dari ayam hutan sudah mulai terdengar hingga sampai ke area tenda yang kini sepi.
Bekas dari api unggun masih terlihat, sisa-sisa pembakaran masih terasa hangat karena masih ada sedikit api yang masih menyala disana.
Terlihat, Ardi nampak tertidur pulas di dekat api unggun yang masih mencoba untuk mempertahankan apinya pada saat itu, terlihat pula di sekelilingnya terdapat beberapa gelas kopi dan cemilan yang sudah habis dan menyisakan bungkusnya saja.
Sedangkan Pak Brata, kini nampak berdiri di dekat tenda. dia nampaknya sedang menunggu seseorang untuk datang ke arahnya pada saat itu di temani Aji yang sedikit mengantuk, sehingga dirinya duduk sambil menyender ke arah salah satu tenda yang ada di dekatnya.
Tak lama. seseorang nampak datang ke arahnya, rupanya itu adalah Eko, salah seorang pengawal Pak Brata yang awalnya ikut mencari Entis bersama Dewi, Dimas dan Adang pada malam itu.
Dia nampaknya berjalan sendirian ke arah tenda. dengan napas yang terengah-engah dia akhirnya sampai dan kembali ke area tenda.
“Maaf, pak saya baru sampai,” katanya dengan napas yang berat juga jantungnya yang berdetak kencang.
“Saya ga mau sekali-kali lagi keluar sendirian di hutan ini pak, para mahluk selalu muncul dimana saja dan membuat saya ketakutan.”
Pak brata pun tersenyum, Dia hanya mengangkat tangannya dan mengajaknya untuk masuk ke area tenda.
“Sudah, sudah, yang pasti semuanya masih aman dan terkendali kan,” kata Pak Brata dengan nada yang santai.
Eko yang masih terengah-engah hanya bisa mengangguk. Pak Brata yang tau arti dari isyarat dari Eko langsung mengangguk beberapa kali sambil tersenyum.
“Ya sudah, kamu istirahat sekarang, biarkan Aji yang membereskan semua tenda dan perlengkapan yang ada disini, sebentar lagi matahari akan muncul dan kita akan menjemput mereka di jalan ke arah desa.”
“Selama mereka tidak mempunyai keinginan untuk kembali, itu sudah kabar baik untukku karena mereka mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan mereka hingga selesai.”
“Tugasmu kini hanya mengawasi mereka saja, dan memastikan semuanya sesuai rencana.” Katanya sambil tersenyum kecil.
Cengkramannya sangat kuat, dia hanya terdiam dan menatapnya dengan tajam tanpa mengucapkan satu patah kata pun.
Danang yang merupakan orang yang paling berani di tim rarasukma pun kini mulai merasakan takut yang secara perlahan-lahan menyelimuti dirinya.
Ingin sekali dia berlari menjauhi sosok yang kini ada di dekatnya. Hatinya kini berkata merasa bahwa mengikuti Mbah Walang adalah sebuah kesalahan, karena dia sudah terlalu jauh masuk ke dalam hutan bersamaan dengan…
Danang kembali terkejut, karena ketika dia menoleh ke arah Mbah Walang untuk meminta pertolongan. Tiba-tiba dia hanya melihat sebuah dupa yang menyala disana, tidak ada jejak dari Mbah Walang yang melakukan ritual tak jauh dari dirinya berdiri.
Mbah Walang tiba-tiba menghilang, niatan untuk berlari kepadanya dan meminta pertolongan akhirnya sirna.
Dengan ketakutan yang mendalam, akhirnya Danang berusaha melepaskan sebuah tangan yang sedang memegang pundaknya dengan sekuat tenaga.
“Lepasin gue baikttt”
“Arggggghhhh”
Tubuh yang terselimuti oleh kegelapan di hutan itu tidak bergeming. dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap Danang yang masih berusaha untuk melepaskan diri dari tangannya pada saat itu.
Beberapa kali Danang berusaha namun tangannya tidak bisa lepas dari bahunya, bahkan dirinya sempat menendang kakinya bahkan memukul tubuhnya. Namun dia benar-benar tidak bergeming.
Butuh waktu beberapa menit ketika dirinya bisa melepaskan Danang, ketika sosok itu mendengar sebuah suara entah dari mana untuk bisa melepaskan Danang disana.
‘Lepaskan dia, aku melakukan ritual untuk tubuhmu itu bukan dipakai untuk anak ini.’
Ketika suara itu terdengar secara samar-samar, sosok itu tiba-tiba langsung melemparkan Danang hingga Danang terguling di tanah. Tubuhnya seperti melayang dan langsung mendarat dengan keras tepat di sebelah dupa yang masih mengeluarkan asap.
Rasa perih, juga rasa sakit akan kulit yang tergores oleh bebatuan dan ranting-ranting pohon terasa olehnya.
Wajah Danang meringis kesatikan, dia benar-benar tidak tau siapa yang melemparkannya dengan begitu kuat pada saat itu.
Sosok itu rupanya masih berdiri disana, bahkan dia berjalan mendekati Danang yang masih kesakitan disana secara perlahan.
Sinar bulan purnama yang menembus pepohonan secara perlahan-lahan memperlihatkan wujudnya dengan jelas ketika dirinya mendekat ke arah danang untuk kedua kalinya.
Di tengah-tengah rasa sakit yang dia alami, matanya kembali terbelalak. Wajah dari sosok itu nampak tidak asing. Dia berjalan secara perlahan dan jongkok tepat di depan Danang.
“Kamu, kamu, kamu…” Kata Danang dengan wajahnya yang kaget
“Ssssttt, jangan berisik,” jawabnya sambil mengangkat salah satu tangannya ke arah mulutnya.
“Saya meminta maaf atas kejadian tadi. Namun, lebih baik kamu lupakan atas apa yang terjadi pada malam ini, anggap kejadian ini tidak ada.”
Sosok itu langsung mendekatkan tangannya ke arah wajah Danang dan mengusapnya secara perlahan. Danang yang pada saat itu sedang kesakitan tidak bisa berbuat apa-apa sekarang dia pasrah atas apa yang dilakukannya karena dia sendiri sudah tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi yang seperti ini.
Di tengah rasa sakit yang dirasakan oleh Danang, dia tiba-tiba merasakan rasa kantuk yang luar biasa ketika tangan dari sosok itu mengusap wajahnya secara perlahan.
Tak butuh waktu lama, Danang akhirnya tertidur disana, disamping dupa yang sedang menyala dan sebuah foto yang sudah disobek oleh Mbah Walang.
***
Waktu mulai beranjak pagi, meskipun kegelapan masih menyelimuti, namun suara dari ayam hutan sudah mulai terdengar hingga sampai ke area tenda yang kini sepi.
Bekas dari api unggun masih terlihat, sisa-sisa pembakaran masih terasa hangat karena masih ada sedikit api yang masih menyala disana.
Terlihat, Ardi nampak tertidur pulas di dekat api unggun yang masih mencoba untuk mempertahankan apinya pada saat itu, terlihat pula di sekelilingnya terdapat beberapa gelas kopi dan cemilan yang sudah habis dan menyisakan bungkusnya saja.
Sedangkan Pak Brata, kini nampak berdiri di dekat tenda. dia nampaknya sedang menunggu seseorang untuk datang ke arahnya pada saat itu di temani Aji yang sedikit mengantuk, sehingga dirinya duduk sambil menyender ke arah salah satu tenda yang ada di dekatnya.
Tak lama. seseorang nampak datang ke arahnya, rupanya itu adalah Eko, salah seorang pengawal Pak Brata yang awalnya ikut mencari Entis bersama Dewi, Dimas dan Adang pada malam itu.
Dia nampaknya berjalan sendirian ke arah tenda. dengan napas yang terengah-engah dia akhirnya sampai dan kembali ke area tenda.
“Maaf, pak saya baru sampai,” katanya dengan napas yang berat juga jantungnya yang berdetak kencang.
“Saya ga mau sekali-kali lagi keluar sendirian di hutan ini pak, para mahluk selalu muncul dimana saja dan membuat saya ketakutan.”
Pak brata pun tersenyum, Dia hanya mengangkat tangannya dan mengajaknya untuk masuk ke area tenda.
“Sudah, sudah, yang pasti semuanya masih aman dan terkendali kan,” kata Pak Brata dengan nada yang santai.
Eko yang masih terengah-engah hanya bisa mengangguk. Pak Brata yang tau arti dari isyarat dari Eko langsung mengangguk beberapa kali sambil tersenyum.
“Ya sudah, kamu istirahat sekarang, biarkan Aji yang membereskan semua tenda dan perlengkapan yang ada disini, sebentar lagi matahari akan muncul dan kita akan menjemput mereka di jalan ke arah desa.”
“Selama mereka tidak mempunyai keinginan untuk kembali, itu sudah kabar baik untukku karena mereka mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan mereka hingga selesai.”
“Tugasmu kini hanya mengawasi mereka saja, dan memastikan semuanya sesuai rencana.” Katanya sambil tersenyum kecil.
itkgid dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Kutip
Balas