Chapter 170
Quote:
Suasana hening menyelimuti, setelah bombardir yang tiada henti menghasilkan bunyi yang sangat keras bahkan bagi penghuni pegunungan ini. Asap mengepul mencoba keluar dari sela-sela goa yang meledak hebat. Dari kerusakan yang ditimbulkan nampaknya sangat mustahil bagi seseorang untuk selamat dari kejadian itu.
Dua burung hinggap di batang kering, saling berhadapan berbicara dengan bahasanya masing-masing. Saat keduanya mulai menikmati suasana yang damai, tiba-tiba suara ledakan besar kembali terdengar, memaksa keduanya untuk pergi lagi dari rumahnya. Seseorang berhasil keluar dengan asap yang menyelimuti.
“baik! AKU HAMPIR MATI!” seseorang tersebut mengumpat, seorang kapten muda dari divisi 10 bernama Gavin. “untung saja teknologi terbaru ini mampu melindungi tubuhku, jika tidak kemungkinan aku sudah masuk berita…,” tambahnya sambil mengecek alat yang terpasang dipergelangan tangannya. “alat ini rusak sampai kedalam-dalamnya,” mencoba sekuat tenaga untuk berdiri dengan sisa kekuatan yang ada.
Disekelilingnya hanya ada hutan belantara dan juga bebatuan yang runtuh akibat ledakan besar yang dibuatnya. Jalur keluar goa yang diberikan sudah benar, namun kapten Gavin kurang cepat tuk mencapainya hingga keluar dari jalur yang seharusnya. Jika berdiam diri di sini akan sulit ditemukan, meskipun hari masih terang, setidaknya berjalan sedikit ke puncak agar mudah ditemukan lebih baik.
“Apa aku berhasil mengalahkannya?” pandangannya tertuju pada reruntuhan tempatnya keluar, karena alatnya rusak maka tidak bisa digunakan untuk mendeteksi sinyal kehidupan dari monster Beaters itu. Badannya berpaling, melangkah maju ke depan untuk mencapai puncak.
Di sisi lainnya, ledakan besar yang terdengar hingga markas tim 10 itu membuat anggotanya panik hingga berniat untuk segera menyusul. Dari data yang di dapat, pola pertarungan antara kapten Gavin dan Troy dapat ditelurusi. Hanya tinggal menunjuk ke tkp maka keberadaan dan status kapten Gavin dapat diketahui.
“Mereka bertarung hingga berkilo-kilometer jaraknya, dan….,” salah satu anggotanya mencemaskan keadaan kaptennya karena sinyalnya sama sekali tidak terdeteksi oleh alat.
“Jangan berpikir yang tidak-tidak! Ia memang masih muda, tetapi kemampuannya tidak bisa diragukan lagi. Orang itu salah satu yang terbaik dari akademi, makadari itu posisi kapten bisa diberikan. Jadi jangan sekali-kali kalian berpikiran yang aneh pada kapten!” ucapan anggota tim 10 ini mampu membuat seisi mobil hitam ini terdiam, dalam situasi gawat sekalipun, selalu berpikir positif adalah keharusan.
Dalam langkahnya yang pelan dan tertatih kapten Gavin tetap berjuang untuk mencapai puncak. Sekali lagi keputusan yang diambil untuk memudahkan anggotanya dalam misi pencariannya. Pandangannya sedikit-sedikit mulai kabur, harusnya setelah memaksakan diri meledakan sisa bola-bola kecil yang tersisa, kapten Gavin bisa istirahat dahulu di tempat sebelum memutuskan untuk berjalan.
“Ah, sudah lama rasanya berjalan mendaki seperti ini, sama seperti di akademi waktu itu. Hanya saja waktu itu---,” kapten Gavin terjatuh, lalu mencoba menahan tubuhnya dengan bersandar pada batang pohon pinus yang ada di mana-mana. “ayolah, perjalanan masih jauh. Kuatkan tubuhmu!” dengan mencengkram batang pohon tadi, kapten Gavin mulai bangkit kembali.
Mobil SUV hitam mulai menelusuri jejaknya satu-satu, dari data saja dapat di lihat betapa dahsyatnya pertempuran yang terjadi. Kerusakan yang ditimbulkan juga terasa nyata bisa dipantau dari kendaraan yang berhenti disisian jalan. Sisa-sisa asap ledakan masih ada meskipun sudah menipis.
“Kita tidak boleh membuang banyak waktu, jika jejak di sini sudah menipis bukan tidak mungkin di tempat lainnya juga sudah terjadi. Kita mesti bergegas!” mobil besar itu kembali berjalan.
Kapten Gavin tiba di sebuah daratan yang cukup lebar, tidak seperti tadi yang menyisakan jalan setapak sambil menanjak. Kemungkinan besar tempat ini dijadikan orang-orang untuk memasang tenda sementara untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan.
“Argh!” sebuah pedang kecil berwarna emas meluncur cepat, mengenai pundaknya hingga membuka luka berdarah. “jangan-jangan…,” kapten Gavin menoleh kebelakang, sosok monster itu berdiri dengan kondisi yang tidak jauh dengan dirinya, dalam keadaan payah.
“BEDEBAH SIALAN! BERANINYA KAU MEMBUATKU SEPERTI INI?!” ucap Troy dalam keadaan yang sangat gila. Wajahnya sisa setengah, tangannya tinggal satu, perutnya bolong-bolong dengan darah segar yang belum kering. Hanya kedua kakinya yang masih berbentuk monster. “armor hebatku bisa luluh lantah hanya karena mainan bom milikmu itu? TAK AKAN KUAMPUNI!” sebuah pedang cahaya yang lebih besar dari sebelumnya dibuat oleh Troy, diarahkan kepada kepala kapten Gavin.
“Memang benar, aku akan masuk berita utama malam nanti, rasanya menggelikan ketika masuk berita tetapi tidak bisa menontonnya,” ucap kapten Gavin bergumam.
“MATI KAU!” pedang cahaya itu melesat, targetnya adalah kepala kapten Gavin.
Di tengah perjalanan, pedang cahaya itu tiba-tiba terpental ke arah lain. Seseorang berjubah tiba-tiba melompat ke depan tempat kapten Gavin berada, menggunakan jubah panjang yang menutupi tubuhnya.
“Kau bilang seorang Golden Beaters? Kesatria? kau hanyalah pengecut yang menyerang orang yang terluka parah,” senjata yang dilemparnya tadi memutar kembali padanya, berbentuk sabit panjang.
“Cih! penganggu!” Troy merasa tidak senang dengan kedatangan orang itu, Hunter bekas kapten tim 10 datang.