Sumber Gambar

Dalam sekolah, kita diajarkan untuk menjadi pribadi yang baik dan cerdas. Selain itu, pendidikan akan moral, akhlak dan budi pekerti juga perlu ditanamkan pada siswa. Yang kemudian membuat siswa menjadi lebih memperhatikan soal etika dan kesopanan mereka ketika berada dalam situasi tertentu. Supaya dapat mencerminkan sosok yang berbudi baik.

Selain itu, kita juga diajarkan untuk saling menghargai. Saling mernghormati satu sama lain. Sejak dinim harusnya seorang siswa dan siswi harus dibiasakan dengan adanya perbedaan. Diajarkan pula untuk saling menghargai perbedaan yang ada dan jangan dijadikan alasan untuk menjauhi teman dengan perbedaan tertentu.

Sayangnya, di masa kini diskriminasi masih kerap terjadi di lingkungan sekolah. Entah karena perbedaan agama, suku bahkan sampai warna kulit. Hal ini terjadi dan dilakukan oleh para siswa dengan dalih hanya bercanda. Selain dari siswanya, guru juga kerap kali terlibat dalam hal perundungan seperti ini. Yang mana sangat tidak mencerminkan akhlak baik.


Sumber Gambar

Salah satunya yang baru-baru ini terjadi adalah di SDN Jomin Barat II, Cikampek, Kabupaten Karawang. Seorang siswi yang memiliki kepercayaan beda dan minoritas menjadi sasaran perudungan teman-teman, guru, hingga kepala sekolahnya pun ikut-ikutan merundungnya. Ia dipaksa memakai jilbab seperti murid-murid lainnya meski pun ia tidak mau.

Sampai akhirnya siswi dengan inisial B itu terpaksa memakai jilbab. Apakah dengan memakai jilbab masalah akan selesai? Tidak. Ia tetap saja mendapat perundungan dari teman-temannya. Dirinya kerap kali mengalami bully, bahkan pada suatu ketika ia pernah mengalami kekerasan fisik hingga menyebabkan mimisan. Kejadian itu terjadi pada 2 Juli lalu.

Tentu sang orang tua tidak terima anaknya dirundung sedemikian parah dan mencoba mencari keadilan dengan melapor ke dinas pendidikan. Sayangnya, usaha dari keluarga B tidak membuahkan hasil dan malah memperbesar masalah. Si B maki dibully dan kini ibunya juga ikut-ikutan dibully bahkan dilecehkan secara verbal melalui media sosial.


Sumber Gambar

Sudah separah dan semengerikan itu tingkah laku manusia di SDN Jomin Barat II itu hingga membuat keluarga minoritas ini akhirnya menyerah. B akhirnya memutuskan untuk keluar dari sekolah. Mereka sekeluarga juga pindah ke kampung halaman dan mencarikan sekolah yang lebih layak untuk anaknya. Sungguh kejadian yang miris tapi sayangnya harus terjadi.

Kabarnya, keluarga korban perundungan ini sudah menggaet kuasa hukum dan melaporkan hal ini ke Kemendikbud. Terkini, Inspektorat Jenderal Kementrian Pendidikan sedang menangani kasus ini untuk dilakukan pendidikan. Kabar ini diungkap oleh si kuasa hukum dalam salah satu kontem di YouTube sehingga masyarakat tahu berita ini.


Sumber Gambar

Ya, mau sampai kapan pun intoleransi akan selalu ada di Indonesia. Karena orang-orang kita masih belum dewasa untuk menyikapi perbedaan. Mereka selalu merasa benar sendiri dan orang lain harus ikut kemauan mereka. Hal ini juga disebabkan oleh salah belajar dan salah mencari guru. Sehingga ilmu yang disampaikan tida benar bahkan cenderung menyesatkan.

Sejauh ini, mengenai perundungan soal agama TS rasa ini yang paling parah yang pernah TS temukan. Bahkan di tahu 2023 ini, masih ada saja mengenai kasus perundungan yang hanya atas dasar perbedaan apalagi soal agama. Soal kepercayaan yang belum tentu benar adanya, tapi ributnya sudah semengganggu ini dan menyebabkan perpecahan. Suatu ironi di negeri ini.



Menurut kalian, akankah sekolah negeri ini mendapat hukuman? Dihukum gimana ya enaknya?

Sumber: Link Referensi 1, Link Referensi 2, Link Referensi 3
Tulisan dan Narasi Pribadi