Hi sobat kaskus,

Saat ini anak-anak yang sudah lulus sekolah dan ingin melanjutkan ke tingkat pertama dan atas sedang sibuk melakukan pendaftaran online baik itu jalur prestasi maupun zonasi.

Namun, akibat adanya jalur zonasi yang awalnya diadakan agar para siswa sekitar sekolah lebih dekat dan tidak terkendala biaya transport atau bisa saja hanya berjalan kaki, dan mengurangi keterlambatan siswa untuk bersekolah.



Tetapi di negeri yang penuh dengan kebohongan dan para penipu ternyata jalur tersebut bisa diakali dengan berbagai macam teknologi yang mumpuni saat ini.

Cara pertama bisa saja membuat domisili palsu dengan Kartu Keluarga yang dipalsukan, dengan alamat wilayah berdekatan dengan sekolah.

Cara yang kedua, bisa saja setahun sebelum penerimaan peserta didik baru sudah menbuat kartu keluarga baru di dekat area sekolah tersebut secara resmi dan legal, entah itu sewa rumah di daerah tersebut atau melakukan transaksi data kepada pihak-pihak terkait terhadap perubahan data keluarga.



Mungkin ada cara lain lagi atau trik yang belum ane ketahui, namun melihat kondisi proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem zonasi ternyata banyak kecurangan, ini menandakan masyarakat masih banyak yang butuh dengan sekolah Negeri.

Terlebih bagi mereka yang mampu hingga rela mengeluarkan biaya yang tinggi hanya untuk masuk ke sekolah yang di inginkan oleh anaknya.

Jadi percuma punya nilai tinggi, tapi tak lolos zona prestasi mereka akan berebut untuk lolos di zona zonasi, dan ternyata nilai siswa tak berpengaruh besar ketika sistem zonasi diterapkan.

Sekolah Negeri memang masih menjadi incaran para siswa baru, dan terlihat antusias masyarakat sungguh luar biasa. Walau setelah bersekolah, bukan tak mungkin pendidikan yang didapat terkadang tidak terpakai dimasa depan.



Tapi inilah wajah pendidikan di Indonesia dimana sekolah hanya berorientasi pada nilai bukan bakat, cara pengajaran yang terlalu di dikte bukan diskusi yang melahirkan tanya jawab masih sering dilakukan.

Bahkan bakat-bakat yang berkembang dari para siswa tidak mendapatkan support lebih dari pihak sekolah, padahal sudah ada contohnya pada 3 gadis remaja asal Garut dengan nama Voice of Baceprot sukses di kesenian musik dengan genre rock metal, dan bakat mereka dikembangkan oleh guru BP tempat sekolah.

Pendidikan reguler dalam sekolah tidak banyak berpengaruh pada karir mereka, namun bakat seni musik dari siswa inilah yang ternyata bisa menjadi sandaran hidup di hari tua.



Namun terlihat disini antusias masyarakat tentang kualitas pendidikan di sekolah unggulan masih cukup tinggi, mereka tahu kalau sekolah di swasta dengan kualitas pendidikan yang sama biayanya akan jauh lebih mahal, bahkan kita sendiri tahu berapa biaya sekolah swasta dengan taraf internasional.

Hanya bisa dimasuki oleh kalangan orang berduit saja, sedangkan masyarakat umum kemampuannya masih banyak yang jauh dari kata mampu.

Disini juga akhirnya muncul sekolah swasta baru dengan kualitas pendidikannya rendah karena murah, dan mengutamakan agar siswa bisa dapat ijazah lalu habis perkara.

Kalau di Jakarta, para siswa banyak terbantu karena mendapatkan Kartu Jakarta Pintar sedangkan daerah lain, agak sulit mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah.

Dan perlu di ingat sistem zonasi ini sebenarnya bagus hanya saja perlu sekolah negeri yang banyak dan mencakup banyak wilayah dengan kualitas yang merata, atau apakah perlu penerintah membuat sekolah online gratis? Walau itu tidak mungkin, karena bisnis sekolah swasta akan tergerus dan bagaimana tenaga guru pengajar yang gajinya honorer akan semakin sulit cari cuan. Saat ini sekolah itu bisnis, dan akan tetap seperti itu hingga masyarakat sadar kalau pendidikan itu ternyata bisa di berbagai tempat, karena keahlian didapatkan dari pengalaman belajar ketika mengarungi kehidupan.



Tapi sekedar share saja, ketika lolos verifikasi zonasi dan pendaftaran ulang di sekolah yang dituju akan ada biaya tambahan dengan jumlah bervariasi, entah itu dana seragam, psikotest atau dana infaq? Hehehe...

Yah inilah negeriku orang lucu-lucu, banyak maling teriak maling, banyak orang suka cuci tangan apalagi pejabatnya dan main sabun untuk pelicin, hal itu seperti seakan sudah biasa, ada komisi semua lancar. Padahal kalau mati, apa yang akan dibawa? Jabatan atau harta yang mentereng? Entahlah, katanya ngaku beragama tapi kelakuan setan yang dipelihara xixixi...



Jadi, jangan harap moralitas pejabat publik kita baik selama masyarakatnya itu sendiri mendidik anaknya dengan cara curang, apakah nanti ketika dewasa tidak akan lebih licik lagi sifatnya?

Ya sallam.

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. Ane c4punk pamit undur diri, See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"


Tulisan : c4punk@2023
referensi : 1, 2
Pic : google