Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

wowonwaeAvatar border
TS
wowonwae
Misteri Mancingmania
Misteri Mancingmania

Misteri Mancingmania
PROLOG

Memancing itu memang menyenangkan sekaligus menenangkan. Menyenangkan sebab bisa sekalian berpetualang cari spot yang bagus di alam bebas yang indah nan permai. Menenangkan sebab nggak boleh berisik, ikan-ikan ntar pada lari dong !

Demi hobinya ini, tak ayal para pemancingmania pun rela merogoh kocek tak sedikit dan juga rela tak pulang berhari-hari demi spot memancing yang bagus. Tanpa disadari, terkadang lokasi yang dituju ternyata adalah tempat yang pamali untuk dikunjungi. Bersekat tipis dengan alam gaib yang misterius. Maka tak sedikit bisa kita dengar kisah-kisah aneh yang dialami para pemancingmania. Dan berikut adalah salah satu dari sekian banyak kisah yang paling misterius menurut TS.

Selamat membaca !

Misteri Mancingmania

Misteri Mancingmania

Ini kisah sudah lama sekali, kisaran 25 tahunan yang lalu. Aku teringat dan mencoba menuturkan kembali di sini. Dulu di daerah Banjarmasin ada kawasan hutan larangan yang di dalamnya terdapat rawa-rawa. Ikannya banyak sekali dan macem-macem. Ada gurame, patin, baung, gabus, manjuhan dan sebagainya. Tapi waktu itu ya cuma warga desa sekitar saja yang berani ke sana. Itupun jarang-jarang.

Ada salah satu warga yang rumahnya gak jauh dari hutan. Namanya Daeng. Di belakang rumahnya ada sungai yang kalau ditelusuri itu nyambung sama rawa-rawa yang ada di tengah hutan. Dia kalau perlu ikan cukup memancing di sungai tersebut. Dari situ saja hasilnya sudah cukup memuaskan, lebih dari cukup kalau cuma buat lauk makan sehari-hari. Nggak perlu repot-repot pergi ke rawa-rawa di tengah hutan.

Tapi kisah misteri ini bukan dialami oleh Daeng ya... Kisah ini dialami sama bosnya, Pak Trihadmojo.

Jadi ceritanya waktu itu Daeng kerja jadi karyawan lepas di sebuah perusahaan milik pemerintah daerah Palangkaraya. Katakanlah kalau sekarang ya BUMN. Di perusahaan itu dia dikenal sama bosnya yang hobi berat memancing. Pangkatnya gak main-main, salah satu dari sekian direktur perusahaan. Dialah Trihadmojo, atau biasa dipanggil Pak Tri. Dari namanya saja sudah ketebak ya kalau Pak Tri ini asalnya dari Jawa. Nah, oleh sebab kedekatan Daeng sama Trihadmojo itulah karir kerjanya cepat sekali melambung.

Awal Daeng dikenal sama Trihadmojo itu adalah ketika beliau sedang melakukan survei proyek di lapangan, tempat Daeng bekerja. Pas jam istirahat, Daeng dan kawan-kawannya makan rame-rame di lokasi proyek. Lauknya ikan hasil pancingan Daeng dari sungai belakang rumahnya. Gedhe-gedhe ikannya, masih seger dan rasanya gurih sekali. Pak Tri yang melihatnya lalu minta sedikit buat dicicipi. Kebetulan yang diambilnya itu ikan manjuhan, atau sama orang Banjarmasin biasa disebut ikan jelawat yang terkenal sekali gurihnya. Pak Tri baru kali itu melihat ikan yang bentuknya kayak gitu dan rasanya juga maknyush di lidah.

Sejak itulah, Pak Tri jadi akrab sama Daeng. Dia sering main ke rumahnya cuma buat nyalurin hobinya memancing ikan. Tiap habis mancing di sungai belakang rumah Daeng, Pak Tri selalu pulang dengan wajah puas meskipun yang dibawa pulang cuma sedikit. Pasalnya hanya dipilih ikan yang ukurannya besar saja. Biar bisa buat dipamerin nanti sama kawan-kawan di kompleks rumahnya sana.

Nah, lama-lama Pak Tri ini nggak puas lagi sama ukuran ikan yang berhasil dipancingnya. dia pengen ikan yang lebih gedhe lagi. Maka sama tetangga Daeng, Pak Tri disarankan untuk mancing di rawa tengah hutan saja. Katanya, di sanalah sumber indukan ikan-ikan itu. Wah..., Pak Tri jelas penasaran. Tapi sayangnya Daeng selalu melarang. Perkaranya banyak kejadian aneh yang sudah menimpa orang-orang dari luar daerah Banjarmasin yang nekat pergi memancing ke sana. Daeng jelas khawatir dong atas keselamatan si bosnya yang notabene bahkan bukan orang asli kalimantan

Tapi karena penasaran, suatu hari Pak Tri nekat melanggar larangan Daeng. Habis mancing sekitaran dua jam di belakang rumah Daeng, dia segera pamit. Daeng sebenernya ya kaget. Soalnya biasa gelagat Pak Tri nggak kayak gitu. Biasanya malah sampai nginep segala di losmen, lalu besoknya lanjut mancing lagi. Tapi ya namanya bos, mungkin lagi banyak urusan. Maka Daeng menepis segala kecurigaannya.

Rupanya, Trihadmojo ini cuma mengelabuhi Daeng. Dia tidak pulang ke Palangkaraya melainkan mengambil jalur memutar mengikuti alur sungai sampai tiba di tepi hutan larangan. Mobilnya yang jeep 4wd diparkir agak menjorok sedikit ke dalam hutan biar tidak diketahui kawan-kawan Daeng. Soalnya kalau orang-orang memberitahu si Daeng, pasti dia bakalan nyusul dan memintanya pulang.

Dari tempatnya memarkir mobil itu, Trihadmojo mesti berjalan kaki ngiterin tepi hutan sampai di jalur yang sudah biasa dilewati warga sekitar. Nggak masalah ! Dia berjalan dengan penuh semangat.

Di tengah perjalanan, Trihadmojo merasa bertemu seorang warga lokal yang tampaknya baru selesai memancing ikan. Dua tangannya menenteng lima ekor  ikan jelawat gedhe-gedhe. Setelah ngobrol sebentar, lanjutlah Pak Tri jalan. Makin semangat dan cepet-cepet aja  langkahnya. Pokoknya, Trihadmojo dalam hati bertekad bulat untuk pantang pulang sebelum dapet ikan kayak orang tadi.

Di sore hari, Daeng akhirnya mendengar juga kabar tentang bosnya yang nekat masuk hutan larangan. Rupanya ada tetangga Daeng yang baru pulang dari ngumpulin kayu bakar di hutan. Dia bilang ke Daeng bahwa dia melihat mobil jeepnya Pak Tri diparkir di hutan. Tanpa berpikir panjang, Daeng segera beranjak. Dibawanya senjata tradisional khas daerahnya dan tak lupa pula kalung jimat warisan kakeknya. Berlarilah dia menyusul Trihadmojo ke hutan larangan.

Sampai di tengah hutan, dilihatnya ada lima orang yang sedang asyik memancing. Posisinya berpencar di sekeliling rawa-rawa. Rawa-rawa itu rupanya membentuk semacam lingkaran seperti danau tapi kecil.  Anehnya, tak ada dilihatnya sosok si bos Trihadmojo. Satu per satu orang-orang yang lagi asyik mancing itu lalu ditanyai dan tak ada satupun yang mengaku melihatnya. Daeng cemas ! Dia putuskan untuk pulang saja dulu ke kampung dan mencari bantuan.

Warga kampung Daeng pun heboh mendengar laporan Daeng. Kabarnya langsung  menyebar ke seantero kampung. Beberapa orang warga segera menemani Daeng kembali lagi ke hutan larangan mencari bosnya, sementara kepala kampung segera melapor ke polsek setempat.

Sesorean Daeng bersama kawan-kawan warga kampungnya menyisir hutan larangan, hasilnya nihil sampai malam menjelang. Cuma mobil jeep si bos yang berhasil ditemukan. Polisipun akhirnya turun tangan sampai dikerahkan divisi polisi air untuk mencari Trihadmojo.

Sebentar saja, kabar hilangnya Trihadmojo langsung menyebar ke seantero Banjarmasin. Maklum, Trihadmojo itu kan termasuk orang terpandang di kalangan pegawai pemerintah daerah. Tak ayal  akhirnya kasus hilangnya Trihadmojo pun diambil alih Kapolda. Dan keesokan harinya, pencarian besar-besaran pun dilakukan. Bekerjasama dengan kelompok masyarakat adat  dan Tim SAR gabungan.

Misteri Mancingmania

Nyambung ke :
bagian 2
bagian 3
bagian 4
bagian 5
bagian 6
bagian 7
bagian 8
bagian 9
bagian 10

Quote:
Diubah oleh wowonwae 15-12-2023 04:04
suhardi77
scorpiolama
bukan.bomat
bukan.bomat dan 27 lainnya memberi reputasi
28
12.2K
153
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
wowonwaeAvatar border
TS
wowonwae
#13
Misteri Mancingmania (Bagian 4)
Misteri Mancingmania

Berikut kisah selengkapnya :

Sewaktu Trihadmojo sampai di tepi rawa di tengah hutan, ternyata dia melihat ada seorang gadis jongkok di bawah pohon sambil menangis sesenggukan. Kedua tangannya tertelangkup di atas lutut dan kepalanya tertunduk bertumpu di atas lengan. Si gadis mengenakan aksesories serupa kain pengikat kepala berornamen bulu-bulu burung sehingga rambutnya yang panjang hitam mengkilap itu tesibak rapi tak menutupi wajah. Baju yang dikenakan si gadis lebih mirip rompi, tanpa lengan dan bermotif khas adat setempat.

Sebetulnya waktu itu, Trihadmojo sudah merasa aneh. Pasalnya, selain dia ada 5 orang yang sedang memancing di seputaran rawa, tapi anehnya kelima orang itu seperti tak ada yang peduli. Padahal suara tangisan gadis itu menurutnya lumayan keras, meski sedikit tertutupi suara burung dan serangga hutan. Pikir Trihadmojo, mungkin mereka terlalu berkonsentrasi mengawasi pancingannya.

Trihadmojo tak bisa menahan rasa iba pada si gadis. Ditepisnya rasa curiga, lalu segera melangkah mendekatinya.

"Dek, ada apa ? Kenapa menangis ?" tanya Trihadmojo.

"Hiks...! hiks....! Aku..., aku... tersesa...at. Hiks ! hiks !" jawab si gadis sambil sesenggukan menahan tangis.

"Ya sudah, coba cerita ke kakak. Berhenti dulu nangisnya ya..... ?!" kata Trihadmojo sambil memegang lembut bahu si gadis.

Si gadis akhirnya berhasil ditenangkan. Tangisannya pun perlahan-lahan terhenti. Si gadis lalu mengangkat wajahnya, membuat Trihadmojo takjub. Cantik sekali rupanya ! Si gadis lalu menceritakan tentang bagaimana dia tersesat dan meminta Trihadmojo untuk mengantarnya pulang.

"Ma'af, aku bukan orang sini, jadi tak paham peta wilayah", jawab Trihadmojo menolak halus permintaan si gadis.

"Tapi mungkin, orang-orang yang sedang memancing itu penduduk lokal sini. Mungkin mereka bisa mengantarmu", lanjut katanya menenangkan.

Trihadmojo lalu berteriak memanggil salah satu dari kelima orang pemancing yang posisinya paling dekat. Bermaksud hendak menyampaikan permintaan tolong si gadis. Orang yang dipanggilnya pun menoleh. Tapi, alangkah terkejutnya Trihadmojo ketika melihat muka orang yang dipanggilnya itu ternyata datar. Tak ada hidung, tak ada mata, tak ada mulut. Pokoknya datar aja !

Trihadmojo kaget bukan kepalang, ketakutan dia setengah mati. Bulu kuduknya berdiri tegak, kepalanya serasa membesar. Maka tanpa memikirkan barang bawaannya, juga tanpa memperhatikan si gadis cantik di dekatnya, sontak Trihadmojo lari pontang-panting sekencang-kencangnya tanpa arah yang pasti. Terus berlari sampai kelelahan dan terpaksa berhenti.

Terengah-engah nafasnya. Lalu celingak-celinguk. Di kiri-kanan dia lihat hanya tampak pohon-pohon besar semua. Sial ! Aku tersesat, katanya dalam hati, mulai tersadar.

Dirasa sudah cukup jauh dari rawa-rawa tadi, rasa takutnya pun memudar. Tapi kini dia tak tahu lagi harus melanjutkan perjalanan menuju ke arah yang mana. Setengah putus asa, akhirnya dia lanjut dengan berjalan kaki saja, tak lagi berlari. Tenaganya serasa terkuras habis. Pokoknya ambil arah lurus saja ke depan hingga akhirnya dia bisa sedikit bernafas lega. Rupanya sampailah dia di sebuah perkampungan adat.

Asing sekali, tak seperti perkampungan tempatnya Daeng. Boleh dibilang masih primitif. Tampak rumah-rumah panggung berjajar, semua terbuat dari bahan kayu. Orang-orang yg berlalu lalang, semua memakai pakaian yg terbuat dari bahan kain dengan motif yang sama, laki-laki maupun perempuan. Dengan langkah gontai, dihampirinya sebuah rumah yang kebetulan si empunya sedang duduk santai di teras.

"Permisi Paman !" sapa Trihadmojo kepada si empunya rumah, seorang lelaki tua-kurus yang hanya mengenakan celana cingkrang berwarna hitam.

Lelaki tua yang mendengar sapaan Trihadmojo mengangkat wajahnya. Menatap Trihadmojo dengan tersenyum. Giginya masih utuh, tapi tampak geripis penuh noda hitam dengan bagian putihnya yang cenderung kecoklatan.

Si paman itu tak menjawab sepatah kata, mungkin tak paham bahasa Indonesia. Trihadmojo segera tanggap, kakek tua di depannya itu mungkin adalah orang suku pedalaman yang belum tersentuh peradaban modern. Maka dia lantas berbincang memakai bahasa isyarat semampunya. Berusaha menjelaskan bahwa dirinya butuh tumpangan untuk beristirahat barang sebentar.

Alhamdulillah si paman akhirnya paham, Trihadmojo dipersilahkan duduk di dekatnya. Di teras rumah tradisional itu, maka Trihadmojo segera mengambil tempat duduk di atas tikar. Punggungnya disandarkan pada dinding kayu sambil mengatur nafas.

Nyambung ke bagian 5
Diubah oleh wowonwae 27-11-2023 16:58
habibhiev
doelviev
cos44rm
cos44rm dan 12 lainnya memberi reputasi
13
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.