- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Mistis! Perjalanan Bus Malam
...
TS
piendutt
Cerita Mistis! Perjalanan Bus Malam

Quote:
Perjalanan Bus Malam
Part 1. Pulang Kampung
Seorang wanita terlihat sedang sibuk memasukkan beberapa baju ke dalam tas koper kecil di sebuah ruangan. Saat memasukkan peralatan lain ke tas ransel, pandangannya tertuju pada secarik tiket perjalanan bus malam tujuan Sumedang, Jawa barat. Tiba-tiba, ponselnya berdering dan dia pun segera mengangkatnya.
“Iya, Bu. Ini udah siap-siap, kok. Sebentar lagi berangkat,” ujarnya pada sang ibu yang berada di seberang telepon.
“Kenapa kamu harus pergi pakai bus malam, Nak? Bus pagi ‘kan ada. Ibu khawatir, Nak.”
“Ibu, jangan kebanyakan mikir macam-macam. Aku ‘kan udah sering pulang naik bus malam. Nggak akan ada apa-apa, kok. Lagian, aku tuh suka ketenangan. Kalau naik bus pagi, orang-orang pada berisik dan membuatku susah untuk istirahat,” jawabnya berusaha menenangkan sang ibu.
“Iya sudah kalau begitu. Ibu tunggu kedatanganmu, ya. Kalau ada apa-apa, langsung kabari Ibu.”
Perbincangan itu pun berakhir dan Lily pun segera membawa kopernya ke luar rumah, lalu menunggu taksi online yang tadi sudah dipesan untuk mengantarkannya ke terminal bus.
***
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Lily tiba di terminal pukul setengah sepuluh malam dan bergegas menuju ke bus sesuai jurusan dalam tiket yang dipegangnya. Namun, baru saja hendak naik bus tersebut, Lily dicegat seseorang yang berpenampilan seperti pengemis dengan pakaian compang-camping dan aroma tubuh yang menyengat. Orang itu menarik-narik tas milik Lily sambil berteriak menahan langkah wanita itu untuk naik ke bus.
“Jangan naik! Jangan naik! Jangan naik! Bahaya!”
“Ih, apa sih?! Lepas! Lepasin tasku!” teriak Lily sambil berusaha mempertahankan tas miliknya.
Aksi tarik-menarik tas pun terjadi di antara keduanya, sampai akhirnya sopir bus turun tangan membantu Lily.
“Dasar orang gila! Selalu aja gangguin para penumpang!” umpat sopir bus itu seraya mengusir orang aneh itu.
“Dia itu ... orang gila, Pak?” tanya Lily.
“Iya, Mbak. Udah sering dia seperti itu! Udah, jangan diladeni omongannya, Mbak. Ayo, cepat naik! Busnya sudah mau berangkat.”
Lily pun mengangguk, lalu segera naik ke bus dan mencari tempat duduk yang sesuai dengan urutan nomor di tiket miliknya. Setelah ketemu, Lily duduk dan tidak lama kemudian, bus pun mulai melaju perlahan, meninggalkan terminal itu.
Wanita itu sempat menatap ke arah orang aneh yang tadi mencegahnya naik bus. Orang itu masih berdiri tegak di pinggir jalan. Tiba-tiba Lily tersentak saat melihat sesosok wanita berbaju putih yang ikut berdiri di samping orang aneh itu. Wajahnya hancur parah dengan baju berlumuran darah. Lily mengusap matanya beberapa kali, berharap yang dilihatnya itu hanyalah halusinasi. Namun, sosok itu tetap ada di sana hingga bus yang ditumpanginya menjauhi terminal.
***
Lily pun mengatur napasnya kembali, berharap bisa melupakan kejadian yang membuat bulu kuduknya berdiri itu. Setelah merasa tenang, Lily pun memilih untuk memejamkan mata dan tidak lagi ambil pusing dengan kejadian tadi.
Waktu menunjukkan pukul dua belas lebih lima belas menit dan suasana di dalam bus semakin terasa dingin. Badan Lily beringsut dan tangannya meraba-raba selimut yang seharusnya menutupi badannya. Dia pun sedikit membuka mata dan ternyata selimut itu sudah terjatuh.
“Pantas saja terasa dingin,” gumam Lily sambil menunduk dan berniat mengambil selimutnya yang terjatuh.
Tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat saat melihat sesosok wanita dengan wajah hancur tengah merangkul kakinya.
“Arrrhhhh!” Lily spontan berteriak sambil menaikkan kakinya dan tidak menyadari bahwa semua orang sedang memandangnya.
Wanita itu tidak memedulikan orang-orang yang memandangnya dengan tatapan aneh. Pikirannya masih tertuju pada sosok wanita menyeramkan yang tadi merangkul kakinya dan sekarang sosok itu menghilang entah ke mana.
“Mbak, tolong jangan berisik, ya! Anak saya jadi kebangun ini!” seru salah seorang ibu-ibu yang duduk tidak jauh dari tempat duduk Lily.
Lily pun segera meminta maaf dan kembali duduk di posisinya. Dia mengatur napasnya yang sempat tersengal karena terkejut dan mencoba melupakan hal mengerikan yang tadi dilihatnya. Wanita itu mencoba menenangkan diri dengan membuka tirai yang menutupi jendela bus di sampingnya dan ternyata di luar sedang hujan.
Jalanan terlihat sepi dan nyaris tidak ada kendaraan lain yang melintas karena memang sudah tengah malam. Lily pun kembali menikmati perjalanan malam hingga bus yang ditumpanginya melewati area jalan Cadas Pangeran, Sumedang.
Baru beberapa menit melewati area itu, bus mendadak berhenti dan membuat para penumpang kebingungan. Sang sopir pun turun untuk memeriksa keadaan.
Rupanya, jalan yang hendak dilewati sedang ditutup sementara akibat hujan yang turun selama tiga hari berturut-turut di kawasan itu dan membuat beberapa jalan mengalami longsor. Mau tidak mau, bus yang hendak melintas pun terpaksa dialihkan ke jalur alternatif. Sang sopir segera kembali ke bus dan memberitahukan kabar tersebut kepada para penumpang.
“Aduh gimana ini?! Aku nggak mau lewat jalur lain! Jalur alternatif itu dikelilingi hutan belantara menyeramkan dan banyak bus yang mengalami kecelakaan pas lewat jalur itu!” ujar salah satu penumpang yang tidak setuju kalau bus yang ditumpangi melewati jalur alternatif.
Ucapan penumpang itu membuat penumpang lainnya mulai ribut dan ketakutan. Bahkan, beberapa penumpang memilih turun dan menunggu angkutan lain yang lewat. Sementara, penumpang lain memilih tetap berada di dalam bus karena takut tidak mendapatkan tumpangan, apalagi hujan turun semakin lebat.
“Yang mau turun, silakan turun saja di sini! Lagi pula, hujan deras kayak gini nggak akan ada angkutan lain yang lewat! Jadi, jangan menghambat perjalanan ini, ya!” sahut salah satu wanita bergaun hijau yang duduk santai di kursinya.
Setelah sedikit perbedaan pendapat, ada beberapa penumpang yang tetap memilih untuk turun dan sisanya tetap berada di dalam bus untuk melanjutkan perjalanan.
***
Pada pukul dua dini hari, bus pun memasuki kawasan hutan yang menjadi perdebatan di antara para penumpang tadi. Terlihat pohon-pohon pinus menjulang tinggi dan samar-samar juga terlihat beberapa pasang mata hewan buas yang menyala di kegelapan, mengintai di balik pepohonan.
Lily ikut menikmati pemandangan yang menyeramkan itu, tetapi lagi-lagi pandangannya tertuju pada satu sosok wanita berbaju putih yang bergelantungan di atas pohon. Dia mengusap-usap matanya untuk memastikan pandangannya dan benar saja. Saat Lily menatap pohon itu lagi, wanita menyeramkan yang dilihatnya tadi sudah tidak ada.
Bersambung.
Mau tau kelanjutannya? Stay terus di lapak Ratu Horor ini.
Written : @piendutt
Sumber : Opini pribadi
Part 1. Pulang Kampung
Seorang wanita terlihat sedang sibuk memasukkan beberapa baju ke dalam tas koper kecil di sebuah ruangan. Saat memasukkan peralatan lain ke tas ransel, pandangannya tertuju pada secarik tiket perjalanan bus malam tujuan Sumedang, Jawa barat. Tiba-tiba, ponselnya berdering dan dia pun segera mengangkatnya.
“Iya, Bu. Ini udah siap-siap, kok. Sebentar lagi berangkat,” ujarnya pada sang ibu yang berada di seberang telepon.
“Kenapa kamu harus pergi pakai bus malam, Nak? Bus pagi ‘kan ada. Ibu khawatir, Nak.”
“Ibu, jangan kebanyakan mikir macam-macam. Aku ‘kan udah sering pulang naik bus malam. Nggak akan ada apa-apa, kok. Lagian, aku tuh suka ketenangan. Kalau naik bus pagi, orang-orang pada berisik dan membuatku susah untuk istirahat,” jawabnya berusaha menenangkan sang ibu.
“Iya sudah kalau begitu. Ibu tunggu kedatanganmu, ya. Kalau ada apa-apa, langsung kabari Ibu.”
Perbincangan itu pun berakhir dan Lily pun segera membawa kopernya ke luar rumah, lalu menunggu taksi online yang tadi sudah dipesan untuk mengantarkannya ke terminal bus.
***
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Lily tiba di terminal pukul setengah sepuluh malam dan bergegas menuju ke bus sesuai jurusan dalam tiket yang dipegangnya. Namun, baru saja hendak naik bus tersebut, Lily dicegat seseorang yang berpenampilan seperti pengemis dengan pakaian compang-camping dan aroma tubuh yang menyengat. Orang itu menarik-narik tas milik Lily sambil berteriak menahan langkah wanita itu untuk naik ke bus.
“Jangan naik! Jangan naik! Jangan naik! Bahaya!”
“Ih, apa sih?! Lepas! Lepasin tasku!” teriak Lily sambil berusaha mempertahankan tas miliknya.
Aksi tarik-menarik tas pun terjadi di antara keduanya, sampai akhirnya sopir bus turun tangan membantu Lily.
“Dasar orang gila! Selalu aja gangguin para penumpang!” umpat sopir bus itu seraya mengusir orang aneh itu.
“Dia itu ... orang gila, Pak?” tanya Lily.
“Iya, Mbak. Udah sering dia seperti itu! Udah, jangan diladeni omongannya, Mbak. Ayo, cepat naik! Busnya sudah mau berangkat.”
Lily pun mengangguk, lalu segera naik ke bus dan mencari tempat duduk yang sesuai dengan urutan nomor di tiket miliknya. Setelah ketemu, Lily duduk dan tidak lama kemudian, bus pun mulai melaju perlahan, meninggalkan terminal itu.
Wanita itu sempat menatap ke arah orang aneh yang tadi mencegahnya naik bus. Orang itu masih berdiri tegak di pinggir jalan. Tiba-tiba Lily tersentak saat melihat sesosok wanita berbaju putih yang ikut berdiri di samping orang aneh itu. Wajahnya hancur parah dengan baju berlumuran darah. Lily mengusap matanya beberapa kali, berharap yang dilihatnya itu hanyalah halusinasi. Namun, sosok itu tetap ada di sana hingga bus yang ditumpanginya menjauhi terminal.
***
Lily pun mengatur napasnya kembali, berharap bisa melupakan kejadian yang membuat bulu kuduknya berdiri itu. Setelah merasa tenang, Lily pun memilih untuk memejamkan mata dan tidak lagi ambil pusing dengan kejadian tadi.
Waktu menunjukkan pukul dua belas lebih lima belas menit dan suasana di dalam bus semakin terasa dingin. Badan Lily beringsut dan tangannya meraba-raba selimut yang seharusnya menutupi badannya. Dia pun sedikit membuka mata dan ternyata selimut itu sudah terjatuh.
“Pantas saja terasa dingin,” gumam Lily sambil menunduk dan berniat mengambil selimutnya yang terjatuh.
Tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat saat melihat sesosok wanita dengan wajah hancur tengah merangkul kakinya.
“Arrrhhhh!” Lily spontan berteriak sambil menaikkan kakinya dan tidak menyadari bahwa semua orang sedang memandangnya.
Wanita itu tidak memedulikan orang-orang yang memandangnya dengan tatapan aneh. Pikirannya masih tertuju pada sosok wanita menyeramkan yang tadi merangkul kakinya dan sekarang sosok itu menghilang entah ke mana.
“Mbak, tolong jangan berisik, ya! Anak saya jadi kebangun ini!” seru salah seorang ibu-ibu yang duduk tidak jauh dari tempat duduk Lily.
Lily pun segera meminta maaf dan kembali duduk di posisinya. Dia mengatur napasnya yang sempat tersengal karena terkejut dan mencoba melupakan hal mengerikan yang tadi dilihatnya. Wanita itu mencoba menenangkan diri dengan membuka tirai yang menutupi jendela bus di sampingnya dan ternyata di luar sedang hujan.
Jalanan terlihat sepi dan nyaris tidak ada kendaraan lain yang melintas karena memang sudah tengah malam. Lily pun kembali menikmati perjalanan malam hingga bus yang ditumpanginya melewati area jalan Cadas Pangeran, Sumedang.
Baru beberapa menit melewati area itu, bus mendadak berhenti dan membuat para penumpang kebingungan. Sang sopir pun turun untuk memeriksa keadaan.
Rupanya, jalan yang hendak dilewati sedang ditutup sementara akibat hujan yang turun selama tiga hari berturut-turut di kawasan itu dan membuat beberapa jalan mengalami longsor. Mau tidak mau, bus yang hendak melintas pun terpaksa dialihkan ke jalur alternatif. Sang sopir segera kembali ke bus dan memberitahukan kabar tersebut kepada para penumpang.
“Aduh gimana ini?! Aku nggak mau lewat jalur lain! Jalur alternatif itu dikelilingi hutan belantara menyeramkan dan banyak bus yang mengalami kecelakaan pas lewat jalur itu!” ujar salah satu penumpang yang tidak setuju kalau bus yang ditumpangi melewati jalur alternatif.
Ucapan penumpang itu membuat penumpang lainnya mulai ribut dan ketakutan. Bahkan, beberapa penumpang memilih turun dan menunggu angkutan lain yang lewat. Sementara, penumpang lain memilih tetap berada di dalam bus karena takut tidak mendapatkan tumpangan, apalagi hujan turun semakin lebat.
“Yang mau turun, silakan turun saja di sini! Lagi pula, hujan deras kayak gini nggak akan ada angkutan lain yang lewat! Jadi, jangan menghambat perjalanan ini, ya!” sahut salah satu wanita bergaun hijau yang duduk santai di kursinya.
Setelah sedikit perbedaan pendapat, ada beberapa penumpang yang tetap memilih untuk turun dan sisanya tetap berada di dalam bus untuk melanjutkan perjalanan.
***
Pada pukul dua dini hari, bus pun memasuki kawasan hutan yang menjadi perdebatan di antara para penumpang tadi. Terlihat pohon-pohon pinus menjulang tinggi dan samar-samar juga terlihat beberapa pasang mata hewan buas yang menyala di kegelapan, mengintai di balik pepohonan.
Lily ikut menikmati pemandangan yang menyeramkan itu, tetapi lagi-lagi pandangannya tertuju pada satu sosok wanita berbaju putih yang bergelantungan di atas pohon. Dia mengusap-usap matanya untuk memastikan pandangannya dan benar saja. Saat Lily menatap pohon itu lagi, wanita menyeramkan yang dilihatnya tadi sudah tidak ada.
Bersambung.
Mau tau kelanjutannya? Stay terus di lapak Ratu Horor ini.
Written : @piendutt
Sumber : Opini pribadi
Part 2. Kecelakaan Tragis
Cerita baru
Konten The End 👇
Part 1. Gedung Sekolah Angker
Part 2. Ruang Laboratorium
Part 3. Konten Uji Nyali
Part 4. Kuburan Massal
Diubah oleh piendutt 11-07-2023 19:35
riri49 dan 23 lainnya memberi reputasi
24
5K
Kutip
65
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
piendutt
#30
Konten The End

Quote:
Part 1. Gedung Sekolah Angker
Sebuah mobil BMW berwarna merah terlihat melintasi jembatan. Mobil itu berisi tiga orang laki-laki dan dua wanita yang tengah terlibat perbincangan seru.
“Ben, lu yakin kalau ini jalan yang bener? Dari tadi kayaknya kita cuma muter-muter aja di sini, deh!” gerutu Nita, salah seorang penumpang wanita yang berparas cantik.
“Gue yakin kok kalau kali ini bener! Udah, jangan pada berisik! Siapin aja peralatan kita.”
Beberapa saat kemudian, mobil itu pun sampai di depan sebuah bangunan dua lantai. Semua orang turun dan menatap ke arah gedung itu.
“Gile! Nyeremin amat! Cocok banget buat konten kita, nih! Asyik!” celetuk salah satu dari mereka yang bernama Erlangga.
“Asyik apaan?! Lu kagak takut hantu, Bro?” tanya Doni, si pria yang selalu memakai kacamata.
“Hantu itu nggak ada! Kalau pun ada, mereka pasti takut sama muka kalian yang lebih nyeremin itu!” ejek Beni seraya mengunci mobil mewahnya.
“Sialan lu, Ben!”
“Sayang, ayo masuk!” Beni mengajak Dinda, sang kekasih yang sedari tadi hanya diam.
Kelima pemuda-pemudi itu sengaja mendatangi sebuah gedung sekolah terbengkalai, sebut saja SMK Farmasi, yang berada di Jakarta.
Konon kabarnya, siswa-siswi yang bersekolah di sana sering mengalami kesurupan massal, bahkan sampai ada yang meninggal.
Sejak saat itu, bangunan bertingkat dua tersebut ditinggalkan begitu saja dan tidak terurus.
“Sayang, kenapa sekolahan ini di tinggalkan begitu aja? Padahal, kalau dilihat-lihat, bangunannya masih kokoh dan bagus,” tanya Dinda.
“Percuma saja bangunannya sebagus ini kalau dibangun di atas tanah perkuburan. Adanya cuma bikin masalah aja,” jawab Beni.
“Ben, lu seriusan kalau di bawah bangunan ini ada kuburannya?” tanya Erlangga.
“Makanya, lu itu kalau cari informasi yang konkrit napa? Masak iya gue mulu yang harus nyelesain!” ujar Beni pada teman-temannya.
“Udah, ah! Jangan pada berantem! Buruan cari ruangan yang bersih buat kita istirahat. Barang-barang ini berat tau!” pinta Nita, menghentikan perdebatan teman-temannya.
Mereka pun berjalan beriringan menuju ke gedung sekolah itu dengan ditemani sinar senter seadanya dan mencari ruangan yang masih bagus untuk beristirahat.
Brakkkk!
Tiba-tiba saja mereka dikejutkan oleh suara pintu di samping mereka yang mendadak terbuka.
“Arghhh!” teriak Doni seraya mendekap tubuh Erlangga dengan erat.
“Jangan teriak-teriak napa! Itu cuma angin lah!” seru Beni yang memang dikenal pemberani di antara mereka semua.
“Iya, nih! Bikin dramatis aja,” timpal Nita tidak mau kalah.
Mereka semua pun masuk ke ruangan yang sudah terbuka tadi dan mendapati ruangan itu dalam kondisi cukup bersih.
Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk beristirahat di ruangan itu sekaligus bersiap untuk melakukan pengambilan video di sana.
***
Sebenarnya, niat mereka berlima mendatangi gedung sekolah SMK Farmasi itu adalah untuk memenuhi tantangan dari para netizen. Selama ini, mereka selalu mengedit konten-kontennya untuk menarik penonton. Nah, baru-baru ini ada salah seorang netizen yang berhasil membongkar konten editan itu dan membuat mereka berlima menjadi bahan bully-an di internet. Para netizen itu mengatakan bahwa mereka berlima hanya bisa mengedit video orang lain dan tidak pernah berani datang ke tempat-tempat yang menyeramkan itu.
Sebagai ketua perkumpulan, tentu saja Beni tidak terima begitu saja dengan penghinaan itu. Itulah sebabnya, hari ini mereka memutuskan mencari tempat yang menyeramkan dan mendatanginya untuk membuktikan kepada para netizen.
“Ben, kamera satu dan dua udah standby. Kapan mau bikin videonya?” tanya Erlangga.
“Udah. Lu nyalain aja sekarang. Nanti juga bisa diedit,” jawab Beni.
Sementara, Doni terlihat sedang berjalan perlahan dan di tangannya terdapat tali tambang yang akan digunakan untuk menarik kursi saat siaran nanti. Hal itu dimaksudkan untuk membodohi para penonton agar seolah-olah terlihat ada setan yang menggerakkannya dan jika tidak dibuat seperti itu, konten mereka akan sepi penonton.
“Nit, anterin gue ke kamar mandi, dong!” pinta Dinda pada Nita.
“Ah, kebiasaan lu, Din. Yaudah, buruan!” jawab Nita sambil beranjak dan berpamitan pada teman-temannya.
“Mau gue anterin sekalian nggak, Nit? Kali aja di kamar mandi ada setan,” goda Erlangga yang memang senang menggoda Nita sejak dulu.
“Ih, ogah! Lu kan tukang ngintip! Amit-amit dah! Yuk, Din! Kita berdua aja!” sahut Nita sambil menarik tangan Dinda dan bergegas ke kamar mandi.
***
Mereka berdua pun berjalan sambil melihat-lihat sekitar. Kesan seram pun semakin terasa saat mereka melewati beberapa ruangan di gedung itu yang terlihat berantakan dan tidak terurus. Setelah beberapa saat, kedua wanita itu pun sampai di kamar mandi wanita yang kondisinya cukup kotor.
“Duh, kotor banget, nih!” ujar Dinda saat melihat banyak sarang laba-laba dan daun-daun kering menghiasi tempat itu.
“Udah, jangan bawel! Lu nggak mau kencing di celana 'kan? Buruan! Gue juga mau kencing!” ucap Nita dan langsung melengos begitu saja, meninggalkan Dinda yang masih merasa jijik melihat keadaan kamar mandi di gedung terbengkalai itu.
“Nit, coba lu periksa kran wastafel itu! Ada airnya nggak?” tanya Dinda.
“Mana mungkin ada, Dinda. Gedung ini udah lama nggak terurus. Nggak bakalan ada airnya. Lu bawa tisu basah 'kan?” jawab Nita sambil iseng memutar kran wastafel.
Tanpa diduga, air mengalir cukup deras dari kran itu. Sejenak, Nita dan Dinda merasa aneh karena air masih mengalir di gedung terbengkalai itu.
“Hmm, aneh. Bagaimana mungkin air masih mengalir di tempat tidak terurus seperti ini?” gumam Dinda.
“Udah! Nggak usah dipikirin! Yang penting, kita bisa cebok!” sahut Nita.
Akhirnya, Dinda pun terpaksa masuk ke salah satu bilik kamar mandi meskipun merasa takut. Perutnya sudah tidak bisa diajak berkompromi.
Beberapa saat kemudian, Dinda pun keluar dari bilik itu dengan wajah semringah. Lega rasanya tidak perlu menahan sakit lagi. Dia melihat Nita yang sedang berdiri mematung di depan wastafel.
“Woi, Nit! Udah lama, ya, nungguin gue?” tanya Dinda seraya menepuk bahu sahabatnya itu.
Brakkkk!
“Ah, leganya!”
Dinda menoleh dan terkejut bukan main melihat Nita keluar dari salah satu bilik kamar mandi. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seketika, tubuh Dinda gemetaran seolah tersengat listrik. Jelas-jelas dirinya tadi menepuk Nita.
“Bagaimana bisa Nita malah keluar dari bilik kamar mandi itu? Lalu … siapa yang gue tepuk bahunya tadi?” batin Dinda bertanya-tanya.
Dinda pun segera menoleh, mencari keberadaan wanita yang dikiranya Nita tadi dan ternyata sosok itu sudah lenyap entah ke mana. Sontak, bulu kuduk Dinda pun meremang.
“Nit, ayo buruan pergi dari sini! Ada yang nggak beres dengan kamar mandi ini!” ajak Dinda.
“Bentar napa, Din! Gue belum cuci tangan nih!” balas Nita sambil mencuci tangannya dengan tergesa-gesa karena Dinda terus saja merengek, mengajaknya untuk segera keluar dari kamar mandi itu.
Bersambung.
Cerita baru ya, semoga kalian menikmatinya. Stay terus di sini ya nunggu rame baru update lagi 😅
Sebuah mobil BMW berwarna merah terlihat melintasi jembatan. Mobil itu berisi tiga orang laki-laki dan dua wanita yang tengah terlibat perbincangan seru.
“Ben, lu yakin kalau ini jalan yang bener? Dari tadi kayaknya kita cuma muter-muter aja di sini, deh!” gerutu Nita, salah seorang penumpang wanita yang berparas cantik.
“Gue yakin kok kalau kali ini bener! Udah, jangan pada berisik! Siapin aja peralatan kita.”
Beberapa saat kemudian, mobil itu pun sampai di depan sebuah bangunan dua lantai. Semua orang turun dan menatap ke arah gedung itu.
“Gile! Nyeremin amat! Cocok banget buat konten kita, nih! Asyik!” celetuk salah satu dari mereka yang bernama Erlangga.
“Asyik apaan?! Lu kagak takut hantu, Bro?” tanya Doni, si pria yang selalu memakai kacamata.
“Hantu itu nggak ada! Kalau pun ada, mereka pasti takut sama muka kalian yang lebih nyeremin itu!” ejek Beni seraya mengunci mobil mewahnya.
“Sialan lu, Ben!”
“Sayang, ayo masuk!” Beni mengajak Dinda, sang kekasih yang sedari tadi hanya diam.
Kelima pemuda-pemudi itu sengaja mendatangi sebuah gedung sekolah terbengkalai, sebut saja SMK Farmasi, yang berada di Jakarta.
Konon kabarnya, siswa-siswi yang bersekolah di sana sering mengalami kesurupan massal, bahkan sampai ada yang meninggal.
Sejak saat itu, bangunan bertingkat dua tersebut ditinggalkan begitu saja dan tidak terurus.
“Sayang, kenapa sekolahan ini di tinggalkan begitu aja? Padahal, kalau dilihat-lihat, bangunannya masih kokoh dan bagus,” tanya Dinda.
“Percuma saja bangunannya sebagus ini kalau dibangun di atas tanah perkuburan. Adanya cuma bikin masalah aja,” jawab Beni.
“Ben, lu seriusan kalau di bawah bangunan ini ada kuburannya?” tanya Erlangga.
“Makanya, lu itu kalau cari informasi yang konkrit napa? Masak iya gue mulu yang harus nyelesain!” ujar Beni pada teman-temannya.
“Udah, ah! Jangan pada berantem! Buruan cari ruangan yang bersih buat kita istirahat. Barang-barang ini berat tau!” pinta Nita, menghentikan perdebatan teman-temannya.
Mereka pun berjalan beriringan menuju ke gedung sekolah itu dengan ditemani sinar senter seadanya dan mencari ruangan yang masih bagus untuk beristirahat.
Brakkkk!
Tiba-tiba saja mereka dikejutkan oleh suara pintu di samping mereka yang mendadak terbuka.
“Arghhh!” teriak Doni seraya mendekap tubuh Erlangga dengan erat.
“Jangan teriak-teriak napa! Itu cuma angin lah!” seru Beni yang memang dikenal pemberani di antara mereka semua.
“Iya, nih! Bikin dramatis aja,” timpal Nita tidak mau kalah.
Mereka semua pun masuk ke ruangan yang sudah terbuka tadi dan mendapati ruangan itu dalam kondisi cukup bersih.
Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk beristirahat di ruangan itu sekaligus bersiap untuk melakukan pengambilan video di sana.
***
Sebenarnya, niat mereka berlima mendatangi gedung sekolah SMK Farmasi itu adalah untuk memenuhi tantangan dari para netizen. Selama ini, mereka selalu mengedit konten-kontennya untuk menarik penonton. Nah, baru-baru ini ada salah seorang netizen yang berhasil membongkar konten editan itu dan membuat mereka berlima menjadi bahan bully-an di internet. Para netizen itu mengatakan bahwa mereka berlima hanya bisa mengedit video orang lain dan tidak pernah berani datang ke tempat-tempat yang menyeramkan itu.
Sebagai ketua perkumpulan, tentu saja Beni tidak terima begitu saja dengan penghinaan itu. Itulah sebabnya, hari ini mereka memutuskan mencari tempat yang menyeramkan dan mendatanginya untuk membuktikan kepada para netizen.
“Ben, kamera satu dan dua udah standby. Kapan mau bikin videonya?” tanya Erlangga.
“Udah. Lu nyalain aja sekarang. Nanti juga bisa diedit,” jawab Beni.
Sementara, Doni terlihat sedang berjalan perlahan dan di tangannya terdapat tali tambang yang akan digunakan untuk menarik kursi saat siaran nanti. Hal itu dimaksudkan untuk membodohi para penonton agar seolah-olah terlihat ada setan yang menggerakkannya dan jika tidak dibuat seperti itu, konten mereka akan sepi penonton.
“Nit, anterin gue ke kamar mandi, dong!” pinta Dinda pada Nita.
“Ah, kebiasaan lu, Din. Yaudah, buruan!” jawab Nita sambil beranjak dan berpamitan pada teman-temannya.
“Mau gue anterin sekalian nggak, Nit? Kali aja di kamar mandi ada setan,” goda Erlangga yang memang senang menggoda Nita sejak dulu.
“Ih, ogah! Lu kan tukang ngintip! Amit-amit dah! Yuk, Din! Kita berdua aja!” sahut Nita sambil menarik tangan Dinda dan bergegas ke kamar mandi.
***
Mereka berdua pun berjalan sambil melihat-lihat sekitar. Kesan seram pun semakin terasa saat mereka melewati beberapa ruangan di gedung itu yang terlihat berantakan dan tidak terurus. Setelah beberapa saat, kedua wanita itu pun sampai di kamar mandi wanita yang kondisinya cukup kotor.
“Duh, kotor banget, nih!” ujar Dinda saat melihat banyak sarang laba-laba dan daun-daun kering menghiasi tempat itu.
“Udah, jangan bawel! Lu nggak mau kencing di celana 'kan? Buruan! Gue juga mau kencing!” ucap Nita dan langsung melengos begitu saja, meninggalkan Dinda yang masih merasa jijik melihat keadaan kamar mandi di gedung terbengkalai itu.
“Nit, coba lu periksa kran wastafel itu! Ada airnya nggak?” tanya Dinda.
“Mana mungkin ada, Dinda. Gedung ini udah lama nggak terurus. Nggak bakalan ada airnya. Lu bawa tisu basah 'kan?” jawab Nita sambil iseng memutar kran wastafel.
Tanpa diduga, air mengalir cukup deras dari kran itu. Sejenak, Nita dan Dinda merasa aneh karena air masih mengalir di gedung terbengkalai itu.
“Hmm, aneh. Bagaimana mungkin air masih mengalir di tempat tidak terurus seperti ini?” gumam Dinda.
“Udah! Nggak usah dipikirin! Yang penting, kita bisa cebok!” sahut Nita.
Akhirnya, Dinda pun terpaksa masuk ke salah satu bilik kamar mandi meskipun merasa takut. Perutnya sudah tidak bisa diajak berkompromi.
Beberapa saat kemudian, Dinda pun keluar dari bilik itu dengan wajah semringah. Lega rasanya tidak perlu menahan sakit lagi. Dia melihat Nita yang sedang berdiri mematung di depan wastafel.
“Woi, Nit! Udah lama, ya, nungguin gue?” tanya Dinda seraya menepuk bahu sahabatnya itu.
Brakkkk!
“Ah, leganya!”
Dinda menoleh dan terkejut bukan main melihat Nita keluar dari salah satu bilik kamar mandi. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seketika, tubuh Dinda gemetaran seolah tersengat listrik. Jelas-jelas dirinya tadi menepuk Nita.
“Bagaimana bisa Nita malah keluar dari bilik kamar mandi itu? Lalu … siapa yang gue tepuk bahunya tadi?” batin Dinda bertanya-tanya.
Dinda pun segera menoleh, mencari keberadaan wanita yang dikiranya Nita tadi dan ternyata sosok itu sudah lenyap entah ke mana. Sontak, bulu kuduk Dinda pun meremang.
“Nit, ayo buruan pergi dari sini! Ada yang nggak beres dengan kamar mandi ini!” ajak Dinda.
“Bentar napa, Din! Gue belum cuci tangan nih!” balas Nita sambil mencuci tangannya dengan tergesa-gesa karena Dinda terus saja merengek, mengajaknya untuk segera keluar dari kamar mandi itu.
Bersambung.
Cerita baru ya, semoga kalian menikmatinya. Stay terus di sini ya nunggu rame baru update lagi 😅
Diubah oleh piendutt 04-07-2023 11:46
riri49 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Kutip
Balas