Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang
Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
40.3K
1.2K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#180
Spoiler for surrender:


CHAPTER 50 - REMEMBER THIS?

Sudah lebih dari 10 hari aku kembali lagi sibuk bekerja di pelabuhan, dan sejak terakhir kalinya aku menemani Ajeng pulang ke kota asalnya, dia sama sekali belum menghubungi aku lagi. Beberapa kali chatting BBMku hanya dia baca aja, tanpa dibalasnya.

" Mungkin Ajeng kecewa banget kenapa aku ga secara maksimal ngebantu dia di hadapan orangtuanya . " Batinku.

Beberapa hari yang lalu aku beberapa kali nyamperin kostannya Ajeng, dia ga pernah ada di kamarnya. Sampai aku nungguin dia hingga larut malam pun Ajeng ga juga pulang ke kost-an. Penjaga kostan bilang kalo Ajeng belum balik lagi ke kostan semenjak pulang dari kotanya ama aku beberapa hari yang lalu. Mungkin beberapa hari ke depan aku akan menemuinya di kantornya.

Quote:


Sebuah chat BBM dari Siska yang ngebuat aku mikir,
" Nih anak kenapa sih? "
" Maksudnya apa ngechat aku gitu? "
" Dia kan udah paham dan ngerti ama aku, kalo aku pantang buat ngeganggu status seseorang walaupun itu mantanku sendiri
. " Batinku kembali bermonolog. Aku ga berniat ngebales chat BBM Siska itu. Setelah aku memutuskan hubungan dengan Siska emang aku berpikir rasanya aku harus kembali belajar untuk bersikap lebih dewasa. Siska sendiri kemarin-kemarin emang udah rada jarang ngehubungi aku setelah dia mengenalkan seorang cowok yang statusnya adalah mahasiswa di kampus swasta bonafit ternama di kotaku. Semua keluarganya Siska bilang kalo cowok yang bernama Arthur itu sedang pedekate ke Siska. Saat itu juga aku langsung berbesar hati menerima kenyataan itu, walaupun sebelumnya aku udah ada niatan berupaya untuk memperbaiki sesuatu yang sempat terputus diantara kami berdua. Hal itu sebagai bentuk rasa tanggung jawabku yang udah lancang banget memasuki area pertahanan terakhir Siska yang aku masuki tanpa susah payah, tanpa menggunakan skill dan akselerasi macam-macam, Siska mempersilahkan sendiri aku masuk tanpa pengawalan dan penjagaan bek dan kiper yang handal.emoticon-Wowcantik

Seperti halnya janjiku ke Ajeng, salah satu janjiku ke Siska adalah untuk selalu rutin ngajari adiknya untuk bermain gitar ke arah yang lebih baik, minimal Steve bisa bergaya di depan teman-temannya dengan permainan gitar yang berkelas dan teknik bermain yang benar. Steve emang selalu aku prioritaskan di sela kesibukanku kembali lagi ke pelabuhan tempatku bekerja nyari rejeki. Bukan hanya semata-mata karena janji yang pernah aku ucapkan ke Siska. Sekarang aku ngerasa kalo Steve juga udah aku anggap sebagai seorang adik yang emang ga pernah aku miliki di keluargaku.

Di waktu kedatanganku yang terkadang berbarengan dengan Arthur yang ngapelin Siska. Dia ngeliat sebegitu akrabnya aku dan semua keluarga Siska, sedikit banyak hal itulah menjadikan kecemburuan dan ketidaksukaan Arthur ama aku. Arthur adalah seorang cowok Chinese yang jelas-jelas berasal dari golongan kasta yang jauh banget berada di atasku. Dia selalu tampil rapi, modis perlente ala-ala pria metroseksualemoticon-Betty (S)
Arthur ini kemana-mana naiki mobil M*rc*d*s B*nz C-240 (sun roof) kenapa aku bisa tau, karena aku pernah nyetirin bosku koh Rudy yang punya mobil dengan tipe dan jenis yang sama dengan mobil milik Arthur ini hanya berbeda di warnanya aja. Sebuah perbandingan yang jauhnya pake banget, denganku disaat itu yang kemana-mana hanya naik motor bebek tua, H*nd* Astr*a Gr*nd terkadang juga sering ngangkot.emoticon-linux2

" Hari ini ngajarin Steve libur dulu ya, Saka. "
" Om dan Tante mau ada perlu sama kamu."
" Nanti Steve juga ikut kok
. " Tante Monica menepuk pundakku, aku masih bengong memikirkan bagaimana suasana terakhir aku ketemu Siska, dimana Arthur saat itu sedang memandangku yang sedang guyonan akrab dengan kedua orang tua Siska dan adiknya di teras depan, dia terus menerus menatapku dengan penuh ketidaksukaan.

" Waduh, kenapa Siska ga bilang ya? "
" Kalo emang beneran orangtuanya udah tau kejadian itu."
" Sebagai cowok yang gentleman aku harus bertanggungjawab ama Siska
. " Batinku menganalisa kenapa sampe kedua orang tua Siska ngajak aku ke sebuah tempat. Siang ini seperti hari-hari biasanya, waktu aku sampe di rumahnya Siska belum terlihat pulang dari sekolah. Rupanya Siska masih dengan kebiasaannya yang suka kelayapan dan nongkrong dulu sebelum pulang ke rumahnya.emoticon-Hammer (S)

" Emangnya sekarang Siska ga bilang ama kamu, Saka? " Suara Tante Monica terdengar dari dalam rumah.
" Bilang apa ya, tant? " Aku menjawab dengan takut-takut ama apa yang dari tadi jadi beban pemikiranku.
" Dia sekarang kan ada di rumah kamu. "
" Tadi bilangnya sih gitu, waktu tante tanyain sekarang ada dimana? "
" Emangnya kalian sekarang jarang BBM-an ya
? " Tante Monica muncul ama Steve yang udah ganteng berpakaian rapi. Rasanya aku jadi insekyure berdekatan dengan Steve, karena gantengnya dia bukan kaleng-kaleng. Dia gantengnya asli permanen, tanpa bahan pengawet dan bukan ganteng jadi-jadian.emoticon-Takut (S)

Aku cuma menjawab dengan gelengan.
" Sekarang saya dan Siska hanya chatting kalo ada perlu aja, tant. "
" Oh gitu.
" Jawab tante Monica tersenyum.
" Kamu sih mas, jarang kesini lagi. "
" Jadinya ya sekarang Cece ada yang deketin tuh
. " Steve menowel lenganku dan ngeledek aku dengan menaik-turunkan alisnya.
" Aku kan kudu kerja, Steve..trus ada tanggungjawab jadi mentor ekstrakulikuler taekwondo di sekolah. "


Aku ga tau, sekarang ini mau diajak kemana ama orangtuanya Siska. Aku hanya nurut aja ngikut di belakang mobil mereka. Aku emang nolak untuk ikut dalam mobil mereka. Aku masih tau diri, aku bukanlah siapa-siapa di keluarga ini, walaupun mereka udah menganggap aku udah bagian dari keluarga mereka. Dalam perjalanan aku masih berpikir apakah ini ada kaitannya dengan aktivitasku ama Siska yang saling lepas segel status kami. Siska mungkin udah ngadu ke orangtuanya, dan akhirnya sekarang aku mau disidang ama keluarganya. Semua kemungkinan terburuk masih terus menyita perhatianku selama perjalanan yang nampaknya mengarah ke tempat di cafe milik saudara Tante Monica, tempat kapan hari aku diajak papanya Siska bicara berdua. Aku hanya bisa menelan ludah yang terasa makin berat di kerongkonganku.

" Ini mana sih Siska?"
" Aku bakalan disidang sendirian ama keluarga besarnya nih
. " Batinku.

Ternyata dari tadi pemikiran liarku terlalu berlebihan, padahal papanya Siska sekarang ini ngajak aku bicara tentang bagaimana kelanjutan pendidikanku. Om Thomas pingin sedikit bantu aku dengan nawarin kerjaan di perusahaan miliknya. Aku dengan sedikit sungkan menolak secara halus, walaupun sekarang ini aku cuma kerja sebagai tenaga bongkar muat di pelabuhan. Tapi aku ngerasa kalo hal itu sudah lebih cukup untuk kondisiku sekarang yang baru lulus dari SMA. Aku ga pingin ngerepotin orang apalagi sampai berhutang budi.

" Saka, kamu sungkan karena sekarang Siska ada yang deketin? " Om Thomas tiba-tiba bicara gitu, setelah Steve pergi bermain dengan sepupunya. Sekarang di meja yang hanya ada aku dan kedua orang tua Siska.

" Engga sih, om. "
" Saya cuma ga mau ngerepotin orang aja
. " Jawabku yang tentu aja itu jawaban perasaan ketidaknyamanan karena embel-embel bantuan.

Om Thomas tersenyum memandangku.
Aku jadinya kan keki, belum lagi perasaan bersalah pada anaknya yang selalu ada di pikiranku.
" Kami aja baru dikenalin temannya Siska itu beberapa waktu yang lalu kok. "
" Tante dan Steve yang kurang sreg ama si Arthur itu
. " Ucap om Thomas tanpa aku bertanya lebih lanjut kenapa-kenapanya. Aku cuma mendengarkan semua keluh kesah orangtua Siska, tanpa sedikitpun aku ikut bersuara. Aku ngerasa bukan hakku untuk ikut menilai seseorang yang sekarang ini sedang pedekate ke mantanku. Walaupun kedua orangtua Siska selalu mewanti-wanti aku untuk ikut menjaga anaknya. Apa iya aku ikut menjaga dengan mengawasi gerak-gerik mereka?

XXXXX


Siang ini di waktu istirahat siang di tempatku kerja, aku ijin pulang duluan ke pengawasku di kantor. Aku bergegas menuju ke kantor Ajeng. Aku sengaja ga ngasih tau kedatanganku. Apalagi sekarang kondisinya sedang hujan deras. Di front desk resepsionis biasanya Ajeng bertempat, aku ga ngeliat Ajeng disana, hanya ada rekannya yang aku ga kenal.

" Maaf, saya bisa ketemu ama mbak Ajeng, mbak? "
Mbak resepsionis yang bertugas inipun langsung melihat penampilanku dari ujung kakiku sampai ujung kepala. Kalo aku perhatikan, cewek ini lumayan manis, tapi kalo dibandingin Ajeng jelas unggul Ajeng jauh.

" Mohon maaf, ini dengan siapa? "
" Mbak Ajeng udah ga bertugas lagi di kantor sini. "
" Mbak Ajeng udah dimutasi ke kantor cabang
. " Ucapnya tersenyum ramah. Saat itu juga aku fokus memandang matanya yang aku tau dia sedang berbicara bohong, kenapa aku tau dia sedang berbohong? Gerakan kedipan matanya menunjukkan kedipan beberapa kali secara sporadis, hal ini untuk memperlancar gaya bicaranya. Dan mbak resepsionis ini selalu menghindari kontak mata denganku. Aku hanya diam dan cuma tersenyum sambil terus menerus menatapnya sampai dia ngerasa risih.

" Saya hanya mau minta tolong buat sampein ke mbak Ajeng ya mbak. "
" Saka akan nungguin terus disini. "
" Saya udah tau kok kalo mbak Ajeng ada di kantor ini, karena tadi saya udah ke parkiran dan ngeliat mobilnya mbak Ajeng ada di parkiran
. " Aku beranjak pergi ke luar gedung, lebih baik aku nunggu Ajeng di pintu keluar gedung. Lagian pakaianku sekarang rada basah kuyup.

Quote:


Chat BBM yang aku kirimkan hanya bertanda cek list. Hujan di luar makin deras dengan bonus petir dan geledek yang dari tadi check sound tapi ga kelar-kelar.emoticon-FrownMenjelang jam 7 malam aku memutuskan bergegas pulang, udah hampir 6 jam aku nunggu dengan kondisi pakaian basah. Beruntung di dalam tas ranselku ada sedikit sisa smirn*ff, hadiah souvenir yang kemarin aku terima dari awak kapal. Sedikit banyak selama tadi nunggu dia berjasa jadi teman penghangat badanku.
Entah kenapa motorku ikutan kedinginan ga mau distarter, udah hampir 20 menit aku bergelut dengan mesin motor yang basah terkena air hujan.
" Ah.. biasanya dia ngacir, kenapa sekarang pake ngambek segala. " Batinku saat membongkar busi motorku yang benar-benar basah, anyep dan dingin seperti hatiku sekarang ini. Mana sekarang gerimis mulai turun lagi. Paduan yang sempurna buat kondisi badanku yang sekarang basah, kedinginan, lapar dan bingung ama kondisi motorku. Aku hanya duduk bengong di trotoar tepi jalan di depan gedung perkantoran Ajeng yang gagah menjulang tinggi. Sebuah taksi berhenti pas di depanku, dari pintu penumpang terbuka. Aku ga seberapa jelas ngeliat siapa yang ada di dalam taksi itu.( Sebenarnya aku berkacamata minus silinder tapi aku malas make karena alasan ribet pas kegiatan taekwondoku).

" Kamu kenapa masih mau ribet dan peduli ama hidup aku, Ka? "
" Lebih baik kita ga usah lagi ketemu."
" Toh kita ga punya status hubungan apa-apa. "
" Kamu ga ada kewajiban buat peduli ama aku
. " Rupanya suara Ajeng yang terdengar dari dalam taksi. Aku hanya diam ga ngejawab ucapan Ajeng, badanku terlalu kaku karena hipotermia ringan ini. Ajeng keluar dari taksi yang tadi ditumpanginya, taksi itu segera beranjak pergi. Ajeng berdiri memakai payung di tengah gerimis lebat.

" Sekarang juga aku pergi dari hidupmu, Jeng. " Ucapku beranjak berdiri, mendekati Ajeng yang hanya memandangku nanar.
" Pertemuan dan perkenalan kita bagiku adalah sebuah kesalahan takdir yang ga disengaja. " Aku beranjak meninggalkan Ajeng yang masih berdiri mematung di depan pintu keluar kantornya, dalam gerimis yang sekarang berubah menjadi deras, aku menuntun motorku menjauh ke arah yang aku sendiri ga tau akan mengarah kemana..

XXXXX


Bagaimana semalam setelah aku dalam keadaan kehujanan dengan motor yang mogok? Mala, jadi penyelamatku. Karena kawasan perkantoran di pusat kota adalah area yang tergolong dekat dengan rumah Mala. Aku nelpon Mala yang malam itu udah siap-siap tidur. Dia mau ngejemput aku saat malam udah menunjukkan pukul 21.00. Motorku yang mogok aku titipkan di sebuah warkop yang buka 24 jam. Mala maksa aku buat nginep menemani dia di rumahnya yang sedang sepi.emoticon-GenitAku bersikeras nolak, aku minta anterin Mala ke tempat kontrakan bang Rizal aja.

" Kamu kenapa masih ke kantor itu, Ka? "
" Bukankah kerjaan kita udah kelar?
" Hanya itu pertanyaan yang diucapkan Mala berkali-kali. Aku hanya ngejawab kalo masih ada sedikit urusan yang tertinggal. Padahal kapan hari Mala udah tau pas aku ceritakan kalo Sekar ga lagi bekerja di kantor itu setelah kejadian di bengkel bis.

" Resepsionis itu pacar kamu, Ka?" Sontak aku langsung keselek teh hangat yang aku minum, waktu Mala dengan polosnya bertanya hal itu. Kami akhirnya berhenti di sebuah cafe kecil dekat kontrakan bang Rizal. Rupanya bang Rizal dapat tugas keluar kota dari koh Rudy dan kunci kontrakannya terlanjur dibawa.

" Kamu cemburu ya, Mal? " sekalian aja aku ngegoda Mala yang terlihat wajahnya mulai jengkel dengan aksiku mulai ngeledek dia.
" Dihh.. "
" Kamunya aja yang kegeeran, Ka
. " Mala meninju lenganku dengan pukulan sedikit keras.
" Yakin? "
" Ya udah.. mulai besok coba kamu mulai cari cowok dan ajak dia pacaran.
"
Mala hanya tersenyum melengos, menandakan dia malu kalo aku udah bicara ke arah pembahasan tentang hal itu. Aku bergegas ngajak Mala pergi, biarin deh nanti aku pulang ke rumah naik taksi aja dari rumah Mala.

Hari ini aku ga masuk kerja, semalam aku pulang ke rumah dalam kondisi yang jelas pasti demam dan flu karena terlalu lama kehujanan. Aku baru terbangun siang tengah hari, itu juga setelah ponselku yang berdering menampilkan nama Mala yang telpon.

Quote:
chat BBM Mala yang hanya aku baca tanpa aku balas.

" Enak bener jam segini baru bangun? " Suara Siska terdengar waktu aku keluar dari kamarku. Sejenak aku ngeliat dia duduk di meja makan rumahku masih berseragam sekolah.
" Semalam aku pulang kerja sampai malam. " Jawabku.
" Emangnya pulang kerja sampai malem abis kelayapan darimana?"
" Enak ajah .. kelayapan.."
" Emangnya kamu hobinya kelayapan
. " Aku mencibir ucapan Siska. Aku bergegas segera mandi, abis ini ke rumah Mala ngambil motor.
" Sak, keluar yuk! " Ucap Siska.
" Ogah..aku mau ngambil motorku di rumah temenku. "
" Kamu mosok ga inget kalo aku pantang jalan ama pacar orang
. " Jawabku
" Heh..!! "
" Emangnya siapa yang pacar orang
? " Siska berkacak pinggang.
" Au ah...aku mau makan.."
" Kamu mau makan sekalian?
" Tanyaku.
Siska cuma mengangguk. Kami makan berdua tanpa banyak bicara. Aku sendiri heran kenapa suasana rumahku siang ini kok sepi. Ibuku ga keliatan ada di rumah.

" Kamu ada apa kesini, Sis? "
" Emangnya aku ga boleh main kesini. "
" Tiap siang, aku sering main kesini buat ketemu ibumu
. " Ucap Siska dengan cemberut.
" Lah? Mau ngapain kamu ketemu ibuku. "
" Yee..itu urusanku lah..ga ada hubungannya ama kamu.
" Tangan Siska mencubit lenganku, mana pedes banget cubitannya.
" Yakin? Ga ada urusan ama aku? "
" Eh
.." Siska tertunduk malu, pipinya bersemu merah.
" Jangan suka PHP ama cowok!" Gumamku.
" Apa kamu bilang? "
" Emangnya kamu yang suka kasih harapan ama cewek-cewek
. " Siska kembali mencubit tanganku.
" Maksudmu? "
" Siapa coba cewek yang aku permainkan
? "

" Heh.. sipit..!!"
" Nih baca.. !
" Siska menunjukkan layar ponselnya, dia sedang nunjuk ke fitur private message di akun FBnya. Aku spontan ngebaca pesan dari sebuah akun yang ngaku sebagai Ajeng. Disitu dia bercerita kalo aku hanya main-main dengan dirinya tanpa ada niatan serius menjalin hubungan. Siska kek dapat senjata buat nyerang aku, dia tersenyum sinis.

" Jadi emang bener? "
Aku hanya menghela nafas.
" Sini kunci mobil kamu ! " Ucapku lemah.
Siska tersenyum penuh kemenangan, karena udah berhasil maksa ngajak aku buat jalan keluar. Aku sendiri ga tau mau ngajak Siska kemana, mau ga mau aku kudu cerita hal yang sebenarnya daripada dia selalu menduga-duga dan dapat informasi dari satu pihak aja. Aku ga tau mau ngajak Siska kemana, spontan tanganku mengarahkan setir mobil Siska ke tempat dekat bandara. Tempat dimana aku dulu nembak dia buat jadian. Disini tempatnya enak banget di siang hari, adem dengan hembusan angin yang terbilang kencang. Siska terlihat tersenyum senang.

" Sebenarnya aku terjebak di situasi yang aku sendiri ga tau kek apa. "
" Awalnya aku dimintai tolong ama Ajeng buat ngaku sebagai pacarnya dia dihadapan orangtuanya. "
" Supaya dia ga keukeuh dijodohin terus-terusan ama orangtuanya. "
" Semuanya berawal dari ketidaksengajaan yang terjadi saat kita ketemu di cafe. "
" Ajeng berinisiatif sendiri ngebuat kamu cemburu, seperti yang pernah aku bilang ke kamu, aku ga pernah punya niatan nyuruh Ajeng berbuat kek gitu
. " Akhirnya aku bercerita secara detil ke Siska semua akar permasalahan sampai ke hal-hal yang seharusnya jadi rahasia, tentang Ajeng yang ngajak aku bercinta. Aku adalah orang yang akan berterus-terang ke hal-hal terkecil ama orang yang aku anggap bisa dipercaya. Saat itu hanya Siska yang aku anggap mengetahui semua rahasiaku luar dalam. Pas dulu berpacaran dengannya aku selalu berterus terang apapun dengannya, seperti waktu aku pingin bercumbu dengannya, aku selalu tanpa ragu-ragu dan sungkan ngajak dia. Gitu juga sebaliknya. emoticon-Stick Out Tongue

" Beneran kamu ga ML ama dia, Sak? " Siska memotong omonganku soal hal ini.
" Beneran.. "
" Aku ga sampai ML ama Ajeng. "
" Perjakaku lepas ama kamu, Sis
. " Aku ngelirik ke arah Siska yang memandangku dengan tatapan curiga. Kami kemudian saling terdiam. Tiba-tiba Siska memepetkan badannya deket denganku, tangannya menggenggam jemari tanganku.
" Kamu kenapa sulit aku pahami, Sak ? "
" Kenapa kita selalu ga bisa bersama. "
" Padahal kita saling mencintai
." Bisik Siska di telingaku.
Seperti biasa kalo Siska udah berbicara masalah kami, aku hanya bisa diam menikmati keindahan wajah Siska yang kini bersandar di lenganku.
" Aku ga tau, Sis."
" Kemarin-kemarin setelah kita ngelakuin itu. "
" Aku udah niat ngajak kamu buat balikan."

Siska langsung berdiri dari sandarannya di bahuku.
" Kamu serius? " Tanyanya.
Aku tersenyum mengangguk.
" Tapi ga jadi, waktu kamu ngenalin dia ke aku. "
Siska langsung melotot dan balik mencubiti tanganku.
" Kamu kenapa ga bilang, Sak? "
" Saat itu aku udah mau bilang, dan masih nunggu momen, Sis.. tapi momentum itu kalah ama telepon dari dia.
" Jawabku tersenyum kecut.
Siska menghela nafas panjang.
" Dia belum aku terima jadi pacar, Sak. " jawab Siska singkat.

Aku mengangguk.
" Kalo kamu udah yakin dan sreg ama dia. "
" Kamu coba move on dari aku ya, Sis. "
" Asalkan dia harus wajib jagain kamu
. " Ucapku.

Siska menggeleng.
" Aku ga tau, Sak. "
" Aku ga yakin. "
" Ga seyakin kek rasa sayangku ama kamu."
" Mama dan Steve, ga suka ama dia.
" Siska tersenyum getir. Akhirnya suasana di antara aku dan Siska di warung lesehan ini kembali hening, kami hanya saling berpegangan tangan.. sampai ada sebuah chat BBM di ponselku..

Quote:



Quote:


(Capek dongs..ntaran aja lanjutannya)emoticon-Kalah

Diubah oleh akukiyut 24-08-2023 16:03
namakuve
hitnaru714
aghora
aghora dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.