- Beranda
- Stories from the Heart
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
...
TS
jurigciwidey
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
Quote:
Good news for me gan, kemaren ane dah ketemu dengan pihak PH, dan sepakat mereka mengangkat ide cerita tentang kolong mayit sebagai film yang akan mereka buat...
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
SAMPURASUN
Setelah beberapa tahun menghilang, karena cerita-cerita sebelumnya di tarik oleh salah satu platform, akhirnya kini ane kembali lagi gan. seperti pulang ke kampung halaman setelah merantau selama dua tahun lamanya
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
![RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)](https://s.kaskus.id/images/2023/05/30/1454678_20230530104622.png)
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
![RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)](https://s.kaskus.id/images/2023/05/30/1454678_20230530104622.png)
Quote:
Rara, begitulah namanya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
ARC 1 : AWAL MULA RARA
BAB 1 (DIBAWAH)
BAB 2 (HILANG)
BAB 3 (RAMAI)
BAB 4 (RUANGAN)
BAB 5 (PULANG)
BAB 6 (SUASANA)
BAB 7 (MELARIKAN DIRI)
BAB 8 TERSADARKAN
ARC 2 : EXPEDISI
BAB 9 SATU BULAN KEMUDIAN
BAB 10 PERTEMUAN
BAB 11
MBAH WALANG
BAB 12 KEBERANGKATAN
BAB 13 BERKUMPUL
BAB 14 MALAM PERTAMA
BAB 15 KELUAR
BAB 16 DARAH
BAB 17 MEMULAI PERJALANAN
BAB 18 LEUWEUNG KUNTI
BAB 19 PERDEBATAN
BAB 20 MEREKA
BAB 21 DILUAR RENCANA
BAB 22 KEPANIKAN
BAB 23 MENGIKUTI
BAB 24 BERPENCAR
BAB 25 MIMPI
BAB 26 KETAKUTAN
BAB 27 SAMPAI
BAB 28 DESA
BAB 29 DIMALAM PERTAMA
BAB 30 KERAMAT
BAB 31 TERSENYUM
BAB 32 TIDAK TERDUGA
BAB 33 KEPANIKAN
BAB 34 MENGUNGSI
BAB 35 KETIDAKTAHUAN
BAB 36 KENYATAAN
BAB 37 TERROR
BAB 38 KETAKUTAN
BAB 39 MELARIKAN DIRI
BAB 40 DIA
BAB 41 DIBALIK ITU SEMUA
BAB 42 PENYESALAN
BAB 43 BANTUAN
BAB 44 MENGHILANG KEMBALI
BAB 45 TERNYATA DIA
BAB 46 KEMBALI
BAB 47 DATANG
BAB 48 BEBERAPA WAKTU YANG LALU (TAMAT)
Quote:
“Bener kita harus lakuin ini Wi?”
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Diubah oleh jurigciwidey 25-08-2023 14:07
iwakcetol dan 49 lainnya memberi reputasi
48
35.6K
Kutip
433
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
jurigciwidey
#60
BAB 16 DARAH
Quote:
Angin malam berhembus di tengah-tengah hutan yang gelap, menerbangkan dedaunan dari pohon-pohon tinggi yang ada di sekelilingnya.
Sinar bulan purnama yang belum sempurna terlihat dengan jelas, sinarnya yang terang nampak tidak bisa masuk ke dalam pepohonan yang menjulang tinggi ke atas sana.
Di tengah-tengah kegelapan. ada setitik cahaya kecil yang terlihat, sebuah titik cahaya dari sebuah obor yang menyala di tengah hutan.
Obor yang memancarkan cahaya merah ke kuning-kuningan membuat lingkungan di sekitarnya terlihat. Meskipun, sinar obor itu hanya bisa menerangi sebagian kecil dari hutan yang gelap pada malam itu.
Nampak ada dua orang yang sedang duduk di sebuah lapangan kecil di tengah hutan. mereka nampak serius dengan apa yang mereka lakukan di tengah-tengah cahaya obor yang menerangi mereka berdua.
Seseorang yang ada di depannya nampak telanjang, tidak memakai pakaian apapun di tengah malam yang dingin ini.
Tidak terlihat bahwa orang itu kedinginan. karena di dekatnya ada beberapa botol minuman keras yang sudah habis seperti sudah diminum olehnya untuk menghangatkan badan.
Mereka duduk dengan sebuah mangkuk dari kulit kelapa, ujungnya berwarna merah dengan banyak sekali bunga-bunga di atasnya.
Salah seorang dari mereka menyodorkan mangkuk itu dengan mata terpejam, mulutnya terus bergumam seperti sedang membacakan mantera pada saat itu.
Sedangkan orang di depannya hanya mengangguk dan menerima mangkuk tersebut dengan kedua tangannya.
“Minum itu, ini adalah bagian yang harus kamu lakukan.”
Dia mengangkat mangkuk itu dengan kedua tangannya, matanya yang awalnya terbuka kini terpejam. Lalu tak lama dia meminum isi dari mangkuk tersebut dengan satu tegukan.
Terlihat dengan jelas raut wajahnya yang tiba-tiba berubah menjadi pucat. Dia seperti ingin memuntahkan isi dari mangkuk yang sudah masuk ke dalam mulutnya.
Namun, dia berusaha menahannya, bahkan mulutnya yang memaksa untuk menelan isi dari mangkuk tersebut tak kuasa mengeluarkan tetesan-tetesan yang menetes ke arah tubuhnya.
Tetesan-tetesan darah.
Darah yang berwarna merah pekat yang dicampur dengan bunga-bunga yang menetes dan membasahi tubuhnya pada saat itu.
“Apa yang kamu lakukan ada resikonya, disana aku hanya bisa mengantarkan kalian dan bertindak sebisanya.”
“Ketika ada hal-hal diluar dari apa yang terjadi karena ulah kalian, aku tidak bisa menjaga kalian terlalu lama.”
“Sehingga, kamu harus melakukan hal ini sebagai salah satu syarat utama atas apa yang akan kamu lakukan.”
Orang yang melihat itu pun hanya mengangguk, dia meneguk isi dari mangkuk itu hingga habis tidak tersisa.
Nampaknya, apa yang mereka tidak hanya berdua saja disana, karena secara tidak sadar. di semak-semak sana, terlihat seseorang nampak sedang melihat mereka berdua melakukan hal tersebut.
Matanya terbelalak dengan mulutnya yang berusaha untuk berteriak, namun salah satu tangannya menutupi mulutnya sambil bergetar dengan sangat hebat.
Kepalanya digelengkan beberapa kali, karena merasa tidak percaya atas apa yang sedang dia lihat, sedangkan salah satu tangannya masih merekam dengan jelas apa yang sedang dilakukan kedua orang itu disana.
‘Astaga.’
Hanya satu kata yang terucap olehnya, dia benar-benar tidak menyangka kenapa mereka melakukan hal itu.
Tak lama, dia akhirnya memutuskan untuk kembali ke arah rumah. karena dia seharusnya tidak melihat apa yang sebenarnya dia lihat pada malam itu.
Meskipun,
Ketika dia sedang mundur dari semak-semak hutan yang sedang menutupi dirinya.
Tiba-tiba
‘Aya jelema lain geuning didieu. (ada manusia lain ternyata disini.)’
tepat dibelakangnya, dia melihat sesuatu yang menakutkan. sesuatu yang mengantung dengan kepalanya yang berada dibawah.
Wajahnya terlihat rusak, beberapa belatung hidup di dalam wajahnya, terlihat daging-daging yang terlihat busuk dengan baunya yang menyengat dibalut sebuah kain kafan putih yang menutupi seluruh tubuhnya.
“Po, po, poconggggg”
Ardi yang mengikuti jejak darah dari arah rumah dan menyaksikan sesuatu hal yang seharusnya tidak dia lihat, kini harus bertemu dengan salah satu sosok entah bagaimana muncul secara tiba-tiba di belakangnya dengan posisi yang mengantung.
Wajahnya benar-benar menyeramkan, apalagi jarak antara wajahnya dan wajah dari pocong itu hanya berjarak beberapa meter saja.
Ardi sempat ingin berteriak. Namun dia ingat, masih ada dua orang disana yang mungkin akan mengejarnya apabila dia berteriak pada saat itu.
Detak jantungnya tiba-tiba berdetak kencang, wajahnya langsung mengeluarkan keringat dingin dengan wajahnya yang tiba-tiba pucat pada saat itu.
Yang dia lakukan kini hanya bisa berlari, tanpa sekalipun menoleh ke arah pocong itu yang masih mengantung disana. mulutnya sengaja dia kunci agar tidak bisa berteriak, dia takut, takut akan kedua orang itu yang sadar atas kehadiran dirinya di semak-semak.
Pocong itu hanya melihat Ardi yang berlari tanpa bisa melakukan apapun, dan ketika Ardi menjauh dari sana. pocong itu seketika menghilang secara perlahan. tubuhnya seperti di selimuti oleh sebuah asap hitam dan membuatnya menghilang ditelan kegelapan malam.
Pada saat yang bersamaan.
“Sepertinya ada yang melihat kita melakukan hal ini.”
“Sebaiknya kita hentikan saja apa yang kita lakukan pada malam ini.”
“Akan kita lanjutkan lagi ketika kita mulai berjalan ke Leuweung Kunti.”
“Aku sengaja menyarankan melalui jalur itu karena disana adalah tempat yang dilarang bagi masyarakat desa. namun kita harus masuk kesana agar tujuan kita tercapai.”
***
“Ga mungkin, ga mungkin.”
“Apa yang sebenarnya dilakukannya”
“Bu, bu, bukannya dari mereka ada di rumah semua.”
“Ke, kenapa sekarang ada di tengah-tengah hutan.”
“Memang ada yang tidak beres dengan kehadiran Mbah Walang itu, nampaknya ada sesuatu hal yang lain selain pembuatan dokumentasi kita.”
“A, aku harus cepat-cepat memberitahukan Dewi dan Rara.”
“Karena, kalau tidak.”
“Maka.”
Dugggg
Ardi yang berlari tanpa memperhatikan jalan tiba-tiba menabrak sesuatu yang berdiri disana. tubuhnya langsung ambruk seketika dan jatuh ke tanah.
Hp yang merekam semua kejadian itu langsung terlempar. dia yang berlari tanpa menyalakan senter di hpnya kini hanya bisa melihat bahwa apa yang dia tabrak adalah seseorang yang sedang berdiri di tengah-tengah kegelapan malam.
Ardi tidak bisa melihat siapa yang dia tabrak karena kondisi disana sangatlah gelap. namun yang pasti, entah mengapa setelah dia menabrak orang tersebut. dia tiba-tiba merasakan ngantuk yang luar biasa, dan tak lama kemudian dia tak sadarkan diri di tengah-tengah hutan yang gelap itu.
***
“Boss bangun boss.”
“Hey, ayam dah berkokok tuh, mau sarapan engga.”
ARGGGGHHHHH
“Buset, woy, sadar woy, berisik tau.”
Danang dan Dimas yang mencoba membangunkan Ardi di kamar tiba-tiba kaget karena dia langsung berteriak dan membuat kedua temannya itu menutup telinga.
Hah, hah, hah
“Di, di, dimana ini.”
“Dim, da, Danaaaangggg,” katanya menunjuk ke arah danang dengan nada yang kaget.
“Buset nih anak ngigau gitu ya.”
“Cepetan bangun, lu liat gue kayak liat genderuwo.”
“Ayo sarapan cepet, ntar abis lho.”
Ardi tiba-tiba terdiam, dia melihat ke sekelilingnya dan melihat bahwa kini dia sedang berada di kamarnya dengan Danang dan Dimas yang baru bangun pada saat itu.
“Ko gue ada disini sih nang, bukannya tadi malem gue berada di luar,” katanya dengan nada yang bingung.
“Lah, diluar gimane, lu cuman keluar bentar buat berak doang, abis itu balik lagi dan tidur sambil ngorok.” kata Dimas yang kebingungan.
“Kita berdua dah bangun lu masih ngorok-ngorok aje”
Ardi menggelengkan kepala, dia mendadak pusing atas apa yang dikatakan Dimas pada saat itu.
Ardi ingat, dia pernah merekam semua kejadian pada malam itu. lalu dia menengok ke arah kiri dan kanan, mencoba mencari hp yang berisi rekaman pada malam ketika dia sedang keluar rumah.
“HP gue mana,” katanya dengan nada sedikit pucat.
“Tuh, hp lu dibawah selimut, lu mimpi apa sih semalem, kayak yang ketakutan gitu.” kata Danang yang sedikit kebingungan.
“Gu, gu, gue liat elo nang, di di hutan itu, bareng Mbah Walang, minum air darah”
“Nih, nih gue ada videonya,” kata Ardi sambil mengambil hp yang ada bawah selimut.
Hahahahahahahaha
Apa yang ardi bicarakan sontak mengundang tawa dari Dimas dan Danang. mereka seperti senang melihat Ardi yang benar-benar kebingungan.
Apalagi, wajahnya nampak benar-benar pucat ketika dia membuka galeri, dan tidak menemukan video yang dia lihat.
“Ko ga ada videonya ya.”
“Perasaan gue rekam deh semuanya,” katanya dengan nada yang bingung.
Hahahahahahahahaha
“Makanya lu kalau mau tidur berdoa dulu, perasaan gue dan si Danang dari semalem tidur disini bareng elo,”
“Lu tau sendiri kan, selama ada suara ngorok yang keras, berarti tuh dari si Danang.”
“Masa ni anak keluar rumah bareng Mbah Walang yang dia sendiri ga terlalu kenal dengan tuh orang.”
Hahahahahaha
Dimas benar-benar tertawa melihat kelakuan Ardi yang benar-benar kebingungan. apalagi Danang dia seperti menemukan cara untuk mengolok-ngolok Ardi lebih jauh atas apa yang dia katakan.
“Iye, di gue tadi malem ke luar rumah, minum darah biar bisa ketemu sama kuntianak seksi yang pake bikini.”
“Lu kalau mau ikut nanti gue ajak deh, biar bisa lihat para mahluk halus telanjang dan bisa memanjakan mata lo yang halu itu, hahaha,” kata Danang sambil tertawa.
Suara yang gaduh di kamar membuat Dewi dan Rara sontak menghampiri mereka bertiga.
“Hey, ngapain sih kalian bertiga, kita dah ditunggu tuh sama mereka buat sarapan,” kata Dewi dengan nada yang sedikit meninggi.
“Iya, lu ga ngehargai tuan rumah ya, makanan dah siap noh, kita sarapan pagi ini sebelum berangkat agak siangan.”
“Udahan dulu bercandanya,” tambah Rara yang sedikit kesal dengan mereka bertiga.
Dimas dan Danang hanya tersenyum, dia menepuk Ardi yang masih kebingungan untuk segera bangun dan bergabung dengan orang-orang yang sudah duduk di ruangan tengah.
Ardi pun hanya mengangguk, dia berjalan keluar kamar dan melihat semua orang sudah duduk dan berkumpul disana.
Aji dan Eko kini terlihat ikut sarapan, juga Mbah Walang yang tersenyum kecil kepada dirinya serta Dimas dan Danang yang ikut bergabung bersama mereka.
Sedangkan Adang dan Enthis terlihat sedang sibuk menyiapkan perbekalan diluar setelah selesai memasak sarapan untuk mereka berdua.
“Mohon maaf, Pak Brata nampaknya belum bangun.Saya, Aji dan Eko biasanya tidak membangunkannya apabila dia masih tertidur.”
“Karena kita tau Pak Brata sering sekali terbangun agak siang karena dia terbiasa untuk bekerja malam di kantornya.”
“Jadi ya, kita sarapan terlebih dahulu aja, Adang dan Entis sudah menyiapkan makanan terpisah buat Pak Brata yang masih tertidur.”
Ardi yang duduk disana tiba-tiba tercengang melihat makanan yang dia lihat di depannya. karena selain ada tahu, tempe, ikan asin dan lalapan, disana juga terdapat ayam goreng yang nampak lezat untuk disantap.
Ayam goreng tanpa kepala yang terlihat sama persis dengan ayam mentah yang dia lihat di dalam keresek di dapur ketika malam itu.
Apalagi, dia mendengar bahwa Pak Brata pada saat ini belum terbangun dari tidurnya.
sehingga membuat Ardi bergumam ketika melihat ayam goreng yang di sajikan kepada mereka di pagi itu.
“Apa yang dilihat kemarin malem itu bukan mimpi?”
“Kalau itu bukan Danang, berarti itu adalah……”
Sinar bulan purnama yang belum sempurna terlihat dengan jelas, sinarnya yang terang nampak tidak bisa masuk ke dalam pepohonan yang menjulang tinggi ke atas sana.
Di tengah-tengah kegelapan. ada setitik cahaya kecil yang terlihat, sebuah titik cahaya dari sebuah obor yang menyala di tengah hutan.
Obor yang memancarkan cahaya merah ke kuning-kuningan membuat lingkungan di sekitarnya terlihat. Meskipun, sinar obor itu hanya bisa menerangi sebagian kecil dari hutan yang gelap pada malam itu.
Nampak ada dua orang yang sedang duduk di sebuah lapangan kecil di tengah hutan. mereka nampak serius dengan apa yang mereka lakukan di tengah-tengah cahaya obor yang menerangi mereka berdua.
Seseorang yang ada di depannya nampak telanjang, tidak memakai pakaian apapun di tengah malam yang dingin ini.
Tidak terlihat bahwa orang itu kedinginan. karena di dekatnya ada beberapa botol minuman keras yang sudah habis seperti sudah diminum olehnya untuk menghangatkan badan.
Mereka duduk dengan sebuah mangkuk dari kulit kelapa, ujungnya berwarna merah dengan banyak sekali bunga-bunga di atasnya.
Salah seorang dari mereka menyodorkan mangkuk itu dengan mata terpejam, mulutnya terus bergumam seperti sedang membacakan mantera pada saat itu.
Sedangkan orang di depannya hanya mengangguk dan menerima mangkuk tersebut dengan kedua tangannya.
“Minum itu, ini adalah bagian yang harus kamu lakukan.”
Dia mengangkat mangkuk itu dengan kedua tangannya, matanya yang awalnya terbuka kini terpejam. Lalu tak lama dia meminum isi dari mangkuk tersebut dengan satu tegukan.
Terlihat dengan jelas raut wajahnya yang tiba-tiba berubah menjadi pucat. Dia seperti ingin memuntahkan isi dari mangkuk yang sudah masuk ke dalam mulutnya.
Namun, dia berusaha menahannya, bahkan mulutnya yang memaksa untuk menelan isi dari mangkuk tersebut tak kuasa mengeluarkan tetesan-tetesan yang menetes ke arah tubuhnya.
Tetesan-tetesan darah.
Darah yang berwarna merah pekat yang dicampur dengan bunga-bunga yang menetes dan membasahi tubuhnya pada saat itu.
“Apa yang kamu lakukan ada resikonya, disana aku hanya bisa mengantarkan kalian dan bertindak sebisanya.”
“Ketika ada hal-hal diluar dari apa yang terjadi karena ulah kalian, aku tidak bisa menjaga kalian terlalu lama.”
“Sehingga, kamu harus melakukan hal ini sebagai salah satu syarat utama atas apa yang akan kamu lakukan.”
Orang yang melihat itu pun hanya mengangguk, dia meneguk isi dari mangkuk itu hingga habis tidak tersisa.
Nampaknya, apa yang mereka tidak hanya berdua saja disana, karena secara tidak sadar. di semak-semak sana, terlihat seseorang nampak sedang melihat mereka berdua melakukan hal tersebut.
Matanya terbelalak dengan mulutnya yang berusaha untuk berteriak, namun salah satu tangannya menutupi mulutnya sambil bergetar dengan sangat hebat.
Kepalanya digelengkan beberapa kali, karena merasa tidak percaya atas apa yang sedang dia lihat, sedangkan salah satu tangannya masih merekam dengan jelas apa yang sedang dilakukan kedua orang itu disana.
‘Astaga.’
Hanya satu kata yang terucap olehnya, dia benar-benar tidak menyangka kenapa mereka melakukan hal itu.
Tak lama, dia akhirnya memutuskan untuk kembali ke arah rumah. karena dia seharusnya tidak melihat apa yang sebenarnya dia lihat pada malam itu.
Meskipun,
Ketika dia sedang mundur dari semak-semak hutan yang sedang menutupi dirinya.
Tiba-tiba
‘Aya jelema lain geuning didieu. (ada manusia lain ternyata disini.)’
tepat dibelakangnya, dia melihat sesuatu yang menakutkan. sesuatu yang mengantung dengan kepalanya yang berada dibawah.
Wajahnya terlihat rusak, beberapa belatung hidup di dalam wajahnya, terlihat daging-daging yang terlihat busuk dengan baunya yang menyengat dibalut sebuah kain kafan putih yang menutupi seluruh tubuhnya.
“Po, po, poconggggg”
Ardi yang mengikuti jejak darah dari arah rumah dan menyaksikan sesuatu hal yang seharusnya tidak dia lihat, kini harus bertemu dengan salah satu sosok entah bagaimana muncul secara tiba-tiba di belakangnya dengan posisi yang mengantung.
Wajahnya benar-benar menyeramkan, apalagi jarak antara wajahnya dan wajah dari pocong itu hanya berjarak beberapa meter saja.
Ardi sempat ingin berteriak. Namun dia ingat, masih ada dua orang disana yang mungkin akan mengejarnya apabila dia berteriak pada saat itu.
Detak jantungnya tiba-tiba berdetak kencang, wajahnya langsung mengeluarkan keringat dingin dengan wajahnya yang tiba-tiba pucat pada saat itu.
Yang dia lakukan kini hanya bisa berlari, tanpa sekalipun menoleh ke arah pocong itu yang masih mengantung disana. mulutnya sengaja dia kunci agar tidak bisa berteriak, dia takut, takut akan kedua orang itu yang sadar atas kehadiran dirinya di semak-semak.
Pocong itu hanya melihat Ardi yang berlari tanpa bisa melakukan apapun, dan ketika Ardi menjauh dari sana. pocong itu seketika menghilang secara perlahan. tubuhnya seperti di selimuti oleh sebuah asap hitam dan membuatnya menghilang ditelan kegelapan malam.
Pada saat yang bersamaan.
“Sepertinya ada yang melihat kita melakukan hal ini.”
“Sebaiknya kita hentikan saja apa yang kita lakukan pada malam ini.”
“Akan kita lanjutkan lagi ketika kita mulai berjalan ke Leuweung Kunti.”
“Aku sengaja menyarankan melalui jalur itu karena disana adalah tempat yang dilarang bagi masyarakat desa. namun kita harus masuk kesana agar tujuan kita tercapai.”
***
“Ga mungkin, ga mungkin.”
“Apa yang sebenarnya dilakukannya”
“Bu, bu, bukannya dari mereka ada di rumah semua.”
“Ke, kenapa sekarang ada di tengah-tengah hutan.”
“Memang ada yang tidak beres dengan kehadiran Mbah Walang itu, nampaknya ada sesuatu hal yang lain selain pembuatan dokumentasi kita.”
“A, aku harus cepat-cepat memberitahukan Dewi dan Rara.”
“Karena, kalau tidak.”
“Maka.”
Dugggg
Ardi yang berlari tanpa memperhatikan jalan tiba-tiba menabrak sesuatu yang berdiri disana. tubuhnya langsung ambruk seketika dan jatuh ke tanah.
Hp yang merekam semua kejadian itu langsung terlempar. dia yang berlari tanpa menyalakan senter di hpnya kini hanya bisa melihat bahwa apa yang dia tabrak adalah seseorang yang sedang berdiri di tengah-tengah kegelapan malam.
Ardi tidak bisa melihat siapa yang dia tabrak karena kondisi disana sangatlah gelap. namun yang pasti, entah mengapa setelah dia menabrak orang tersebut. dia tiba-tiba merasakan ngantuk yang luar biasa, dan tak lama kemudian dia tak sadarkan diri di tengah-tengah hutan yang gelap itu.
***
“Boss bangun boss.”
“Hey, ayam dah berkokok tuh, mau sarapan engga.”
ARGGGGHHHHH
“Buset, woy, sadar woy, berisik tau.”
Danang dan Dimas yang mencoba membangunkan Ardi di kamar tiba-tiba kaget karena dia langsung berteriak dan membuat kedua temannya itu menutup telinga.
Hah, hah, hah
“Di, di, dimana ini.”
“Dim, da, Danaaaangggg,” katanya menunjuk ke arah danang dengan nada yang kaget.
“Buset nih anak ngigau gitu ya.”
“Cepetan bangun, lu liat gue kayak liat genderuwo.”
“Ayo sarapan cepet, ntar abis lho.”
Ardi tiba-tiba terdiam, dia melihat ke sekelilingnya dan melihat bahwa kini dia sedang berada di kamarnya dengan Danang dan Dimas yang baru bangun pada saat itu.
“Ko gue ada disini sih nang, bukannya tadi malem gue berada di luar,” katanya dengan nada yang bingung.
“Lah, diluar gimane, lu cuman keluar bentar buat berak doang, abis itu balik lagi dan tidur sambil ngorok.” kata Dimas yang kebingungan.
“Kita berdua dah bangun lu masih ngorok-ngorok aje”
Ardi menggelengkan kepala, dia mendadak pusing atas apa yang dikatakan Dimas pada saat itu.
Ardi ingat, dia pernah merekam semua kejadian pada malam itu. lalu dia menengok ke arah kiri dan kanan, mencoba mencari hp yang berisi rekaman pada malam ketika dia sedang keluar rumah.
“HP gue mana,” katanya dengan nada sedikit pucat.
“Tuh, hp lu dibawah selimut, lu mimpi apa sih semalem, kayak yang ketakutan gitu.” kata Danang yang sedikit kebingungan.
“Gu, gu, gue liat elo nang, di di hutan itu, bareng Mbah Walang, minum air darah”
“Nih, nih gue ada videonya,” kata Ardi sambil mengambil hp yang ada bawah selimut.
Hahahahahahahaha
Apa yang ardi bicarakan sontak mengundang tawa dari Dimas dan Danang. mereka seperti senang melihat Ardi yang benar-benar kebingungan.
Apalagi, wajahnya nampak benar-benar pucat ketika dia membuka galeri, dan tidak menemukan video yang dia lihat.
“Ko ga ada videonya ya.”
“Perasaan gue rekam deh semuanya,” katanya dengan nada yang bingung.
Hahahahahahahahaha
“Makanya lu kalau mau tidur berdoa dulu, perasaan gue dan si Danang dari semalem tidur disini bareng elo,”
“Lu tau sendiri kan, selama ada suara ngorok yang keras, berarti tuh dari si Danang.”
“Masa ni anak keluar rumah bareng Mbah Walang yang dia sendiri ga terlalu kenal dengan tuh orang.”
Hahahahahaha
Dimas benar-benar tertawa melihat kelakuan Ardi yang benar-benar kebingungan. apalagi Danang dia seperti menemukan cara untuk mengolok-ngolok Ardi lebih jauh atas apa yang dia katakan.
“Iye, di gue tadi malem ke luar rumah, minum darah biar bisa ketemu sama kuntianak seksi yang pake bikini.”
“Lu kalau mau ikut nanti gue ajak deh, biar bisa lihat para mahluk halus telanjang dan bisa memanjakan mata lo yang halu itu, hahaha,” kata Danang sambil tertawa.
Suara yang gaduh di kamar membuat Dewi dan Rara sontak menghampiri mereka bertiga.
“Hey, ngapain sih kalian bertiga, kita dah ditunggu tuh sama mereka buat sarapan,” kata Dewi dengan nada yang sedikit meninggi.
“Iya, lu ga ngehargai tuan rumah ya, makanan dah siap noh, kita sarapan pagi ini sebelum berangkat agak siangan.”
“Udahan dulu bercandanya,” tambah Rara yang sedikit kesal dengan mereka bertiga.
Dimas dan Danang hanya tersenyum, dia menepuk Ardi yang masih kebingungan untuk segera bangun dan bergabung dengan orang-orang yang sudah duduk di ruangan tengah.
Ardi pun hanya mengangguk, dia berjalan keluar kamar dan melihat semua orang sudah duduk dan berkumpul disana.
Aji dan Eko kini terlihat ikut sarapan, juga Mbah Walang yang tersenyum kecil kepada dirinya serta Dimas dan Danang yang ikut bergabung bersama mereka.
Sedangkan Adang dan Enthis terlihat sedang sibuk menyiapkan perbekalan diluar setelah selesai memasak sarapan untuk mereka berdua.
“Mohon maaf, Pak Brata nampaknya belum bangun.Saya, Aji dan Eko biasanya tidak membangunkannya apabila dia masih tertidur.”
“Karena kita tau Pak Brata sering sekali terbangun agak siang karena dia terbiasa untuk bekerja malam di kantornya.”
“Jadi ya, kita sarapan terlebih dahulu aja, Adang dan Entis sudah menyiapkan makanan terpisah buat Pak Brata yang masih tertidur.”
Ardi yang duduk disana tiba-tiba tercengang melihat makanan yang dia lihat di depannya. karena selain ada tahu, tempe, ikan asin dan lalapan, disana juga terdapat ayam goreng yang nampak lezat untuk disantap.
Ayam goreng tanpa kepala yang terlihat sama persis dengan ayam mentah yang dia lihat di dalam keresek di dapur ketika malam itu.
Apalagi, dia mendengar bahwa Pak Brata pada saat ini belum terbangun dari tidurnya.
sehingga membuat Ardi bergumam ketika melihat ayam goreng yang di sajikan kepada mereka di pagi itu.
“Apa yang dilihat kemarin malem itu bukan mimpi?”
“Kalau itu bukan Danang, berarti itu adalah……”
sampeuk dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Kutip
Balas
Tutup