- Beranda
- Stories from the Heart
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
...
TS
jurigciwidey
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
Quote:
Good news for me gan, kemaren ane dah ketemu dengan pihak PH, dan sepakat mereka mengangkat ide cerita tentang kolong mayit sebagai film yang akan mereka buat...
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
SAMPURASUN
Setelah beberapa tahun menghilang, karena cerita-cerita sebelumnya di tarik oleh salah satu platform, akhirnya kini ane kembali lagi gan. seperti pulang ke kampung halaman setelah merantau selama dua tahun lamanya
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
Quote:
Rara, begitulah namanya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
ARC 1 : AWAL MULA RARA
BAB 1 (DIBAWAH)
BAB 2 (HILANG)
BAB 3 (RAMAI)
BAB 4 (RUANGAN)
BAB 5 (PULANG)
BAB 6 (SUASANA)
BAB 7 (MELARIKAN DIRI)
BAB 8 TERSADARKAN
ARC 2 : EXPEDISI
BAB 9 SATU BULAN KEMUDIAN
BAB 10 PERTEMUAN
BAB 11
MBAH WALANG
BAB 12 KEBERANGKATAN
BAB 13 BERKUMPUL
BAB 14 MALAM PERTAMA
BAB 15 KELUAR
BAB 16 DARAH
BAB 17 MEMULAI PERJALANAN
BAB 18 LEUWEUNG KUNTI
BAB 19 PERDEBATAN
BAB 20 MEREKA
BAB 21 DILUAR RENCANA
BAB 22 KEPANIKAN
BAB 23 MENGIKUTI
BAB 24 BERPENCAR
BAB 25 MIMPI
BAB 26 KETAKUTAN
BAB 27 SAMPAI
BAB 28 DESA
BAB 29 DIMALAM PERTAMA
BAB 30 KERAMAT
BAB 31 TERSENYUM
BAB 32 TIDAK TERDUGA
BAB 33 KEPANIKAN
BAB 34 MENGUNGSI
BAB 35 KETIDAKTAHUAN
BAB 36 KENYATAAN
BAB 37 TERROR
BAB 38 KETAKUTAN
BAB 39 MELARIKAN DIRI
BAB 40 DIA
BAB 41 DIBALIK ITU SEMUA
BAB 42 PENYESALAN
BAB 43 BANTUAN
BAB 44 MENGHILANG KEMBALI
BAB 45 TERNYATA DIA
BAB 46 KEMBALI
BAB 47 DATANG
BAB 48 BEBERAPA WAKTU YANG LALU (TAMAT)
Quote:
“Bener kita harus lakuin ini Wi?”
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Diubah oleh jurigciwidey 25-08-2023 07:07
bebyzha dan 47 lainnya memberi reputasi
46
30.7K
Kutip
433
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.7KThread•43.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
jurigciwidey
#55
BAB 15 KELUAR
Quote:
‘Ada apa sebenarnya ini.’
Ardi terdiam dengan senter yang dia pegang, cahaya senter HP nya menyorot jejak kaki yang bercampur dengan bercak darah menuju pintu belakang.
Dia sedikit melirik ke arah pintu kamar mandi yang sedikit terbuka, disana terlihat ada bercak-bercak darah yang habis disiram oleh air. amun seperti terburu-buru sehingga meninggalkan bercak-bercak itu disana.
Ardi menggelengkan kepalanya beberapa kali, dia melihat ke sekeliling dapur itu layaknya detektif yang sedang mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.
Kejadian yang pernah dia rasakan bersama Rara ketika membuat konten horror pertama kali, membuat dirinya waspada sekarang. Apalagi dia tau bahwa apa yang dia buat bersama timnya sekarang adalah sebuah dokumentasi tempat yang dikenal sangat menyeramkan, sehingga wajar saja akan ada hal-hal yang seperti ini, meskipun dirinya belum sampai di lokasi tersebut.
Ardi pun terus berjalan, disana dia menemukan sebuah kresek hitam dengan bercak-bercak darah yang sama. awalnya dia takut untuk melihat kresek itu lebih dekat, namun dia mencoba memberanikan diri dan membuka kresek hitam itu untuk melihat isinya.
Beberapa kali dia menoleh ke kanan dan ke kiri, dia takut akan ada orang yang memergokinya di dapur. Terutama Aji dan Eko yang kini sedang tertidur di ruangan tengah, tubuhnya yang besar membuat dirinya sedikit terintimidasi ketika mereka berdua berbicara atau menatap dirinya ketika bersama Pak Brata.
‘Ayam.’
‘Siapa yang memotong ayam malam-malam begini.’
Ardi nampak kebingungan, dia melihat ayam yang mati di dalam kresek. ayam yang masih berbulu hitam, dengan kepala yang sudah di potong dengan jeroannya yang masih utuh disana.
‘Apa ini ulah mbah walang untuk ritual agar kita selamat di perjalanan.’
Ardi nampak penasaran, hp yang awalnya hanya sebagai senter, kini dia rubah menjadi sebuah video untuk dia rekam.
Jejak kaki dan tetesan darah terlihat nampak sangat menarik di depan kamera, dia bisa membuat sebuah gimmick video bahwa dirinya kini sedang berada di tempat yang benar-benar menyeramkan, apalagi suara dapur yang gelap terlihat sangat mendukung atas video yang akan dia buat.
“Halo, aku Ardi dari tim rarasukma, kali ini kita sedang berada di suatu tempat yang asing, jauh dari perkampungan penduduk.”
“Kita saat ini sedang melakukan perjalanan, membuat sebuah dokumentasi ke sebuah tempat yang terkenal paling angker namun jarang ada yang tau tentang tempat ini.”
“Saking angkernya, nampaknya para mahluk disana sudah menyambut kita, terbukti dengan bercak darah-darah ini yang terlihat menetes ke arah pintu belakang.”
“Padahal, ini masih jauh dengan tempat yang akan kita tuju.”
“Apa yang sebenarnya terjadi, kita akan cari tau, aku akan keluar dan mencari kemana ujung dari bercak-bercak darah ini.”
Ardi berkata dengan pelan di depan HPnya, dia juga merubah intonasi suaranya agar terlihat menyeramkan. Sebagai seseorang yang terbiasa mengurus masalah sound, dia sudah terbiasa mengarahkan Rara untuk berkata di depan kamera sesuai konten yang agar mereka buat.
Karena dengan kata-kata, intonasi, juga tinggi nada yang tepat, akan membuat konten mereka lebih terasa nyata dibandingkan dengan hanya penjelasan yang datar saja.
Dengan video yang menyala, akhirnya dia membuka pintu belakang. secara perlahan dia membuka pintu tersebut dan melangkahkan kakinya keluar.
Suara engsel pintu yang sudah berkarat membuat dirinya harus berhati-hati. karena dia takut akan membangunkan orang yang sedang tertidur pulas di dalam rumah.
Ardi sempat terdiam ketika dirinya keluar rumah, bahkan dirinya sendiri mempertanyakan kembali keputusan yang telah dia buat pada waktu itu.
Karena, dibelakang rumah tersebut ternyata adalah sebuah hutan yang lebat, dengan pepohonan yang menjulang tinggi ke atas sana.
Bahkan saking lebatnya, sinar dari HP tidak bisa menembus semak-semak yang ada di hutan itu. Sehingga apa yang dia lihat benar-benar gelap.
Apalagi,
Wushhh
Angin dingin tiba-tiba berhembus entah darimana, ardi yang hanya memakai sweater tipis mendadak kedinginan. Tubuhnya bergetar beberapa kali karena hembusan angin malam yang menusuk kulit.
Ardi pun ragu untuk melangkah, beberapa kali pikirannya menyarankan untuk kembali, dan tidak melanjutkan apa yang akan dia lakukan sekarang.
Namun, video yang ada di HP masih merekam apa yang dia lakukan, dan tidak mungkin dia tiba-tiba mematikannya, karena itu akan menjadi pertanyaan bagi para penggemar yang menonton videonya nanti.
Haaaaaahhhh
‘Semoga apa yang gue lakukan bisa membuat heboh jagat maya.’
Ardi menghela napas, akhirnya dia melangkahkan kakinya mengikuti bercak-bercak darah yang kini menetes di rerumputan ke arah hutan.
Perlahan-lahan, Ardi akhirnya masuk. melewati semak-semak hutan yang lebat di tengah malam dengan senter dan video yang sedang merekam apa yang dia lakukan pada malam itu.
Semakin lama, Ardi berjalan semakin jauh. bahkan secara perlahan tubuhnya kini tidak terlihat lagi, seperti ditelan oleh rimbunnya hutan yang gelap pada malam itu.
***
Di dalam sebuah rumah yang terbuat dari bilik bambu, nampak ada dua orang yang masih berbincang-bincang. sedangkan satu orang lagi terlihat sedang tertidur pulas disana dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya.
“Kang, bukannya akang harus istirahat sekarang.”
“Si Kang Entis juga sekarang tidur.”
“Ingat, perjalanan kalian sepertinya akan melelahkan besok.”
Nampak seseorang berkata kepada Adang sambil menyeruput kopi hitam dan rokok kretek, wajahnya terlihat serius ketika dirinya mengobrol dengan Adang pada saat itu.
“Iya kang, saya juga tau, tapi kan ini ada tamu. masa tuan rumah tidur sedangkan tamu melek semalaman dan ga di temenin.” kata Adang sambil tersenyum.
“Haha, padahal mah ga apa-apa atuh kang, saya mah sudah terbiasa dines malem kang. malah siang hari suka ngantuk.”
“Eh, rencana mau pakai jalan mana ke desa itu kang.”
Orang itu bertanya sekali lagi akan jalan yang akan dia tempuh sesampainya disana.
“Rencananya sih mau ke jalan leuweung poek (hutan gelap), soalnya kan itu mah jalur keluar masuk masyarakat desa itu.”
“Tapi, si pak bos malah nyaranin lewat leuweung (hutan) kunti.”
“Katanya akan dibuat video untuk apa gitu, ah saya mah ga ngerti masalah konten atau apa itu lah.”
Orang yang ada di depannya hanya mengangguk mendengarkan Adang bercerita, dia beberapa kali menyeruput kopi yang ada di depannya pada saat itu.
“Ini juga ragu sebenarnya, tapi ya gimana. kalau nolak, ga bisa bayar anak yang sekarang mau masuk SD kang.”
“Lumayan bisa cukup untuk hidup tiga bulan bayarannya soalnya, bahkan si Entis rencananya mau beli motor kalau sudah pulang nganterin mereka,” kata Adang sambil menghembuskan rokok dari mulutnya.
“Ya ga apa-apa sih kang sebenarnya, cuman ya hati-hati aja, akang tau kan jalur itu seperti apa.”
“Yang pasti, ketika nanti sampai, dan waktunya sudah tiba. mendingan akan ikut bersama masyarakat desa”
“Karena kalau tidak, ya akang tau sendiri kan gimana jadinya.”
Ardi terdiam dengan senter yang dia pegang, cahaya senter HP nya menyorot jejak kaki yang bercampur dengan bercak darah menuju pintu belakang.
Dia sedikit melirik ke arah pintu kamar mandi yang sedikit terbuka, disana terlihat ada bercak-bercak darah yang habis disiram oleh air. amun seperti terburu-buru sehingga meninggalkan bercak-bercak itu disana.
Ardi menggelengkan kepalanya beberapa kali, dia melihat ke sekeliling dapur itu layaknya detektif yang sedang mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.
Kejadian yang pernah dia rasakan bersama Rara ketika membuat konten horror pertama kali, membuat dirinya waspada sekarang. Apalagi dia tau bahwa apa yang dia buat bersama timnya sekarang adalah sebuah dokumentasi tempat yang dikenal sangat menyeramkan, sehingga wajar saja akan ada hal-hal yang seperti ini, meskipun dirinya belum sampai di lokasi tersebut.
Ardi pun terus berjalan, disana dia menemukan sebuah kresek hitam dengan bercak-bercak darah yang sama. awalnya dia takut untuk melihat kresek itu lebih dekat, namun dia mencoba memberanikan diri dan membuka kresek hitam itu untuk melihat isinya.
Beberapa kali dia menoleh ke kanan dan ke kiri, dia takut akan ada orang yang memergokinya di dapur. Terutama Aji dan Eko yang kini sedang tertidur di ruangan tengah, tubuhnya yang besar membuat dirinya sedikit terintimidasi ketika mereka berdua berbicara atau menatap dirinya ketika bersama Pak Brata.
‘Ayam.’
‘Siapa yang memotong ayam malam-malam begini.’
Ardi nampak kebingungan, dia melihat ayam yang mati di dalam kresek. ayam yang masih berbulu hitam, dengan kepala yang sudah di potong dengan jeroannya yang masih utuh disana.
‘Apa ini ulah mbah walang untuk ritual agar kita selamat di perjalanan.’
Ardi nampak penasaran, hp yang awalnya hanya sebagai senter, kini dia rubah menjadi sebuah video untuk dia rekam.
Jejak kaki dan tetesan darah terlihat nampak sangat menarik di depan kamera, dia bisa membuat sebuah gimmick video bahwa dirinya kini sedang berada di tempat yang benar-benar menyeramkan, apalagi suara dapur yang gelap terlihat sangat mendukung atas video yang akan dia buat.
“Halo, aku Ardi dari tim rarasukma, kali ini kita sedang berada di suatu tempat yang asing, jauh dari perkampungan penduduk.”
“Kita saat ini sedang melakukan perjalanan, membuat sebuah dokumentasi ke sebuah tempat yang terkenal paling angker namun jarang ada yang tau tentang tempat ini.”
“Saking angkernya, nampaknya para mahluk disana sudah menyambut kita, terbukti dengan bercak darah-darah ini yang terlihat menetes ke arah pintu belakang.”
“Padahal, ini masih jauh dengan tempat yang akan kita tuju.”
“Apa yang sebenarnya terjadi, kita akan cari tau, aku akan keluar dan mencari kemana ujung dari bercak-bercak darah ini.”
Ardi berkata dengan pelan di depan HPnya, dia juga merubah intonasi suaranya agar terlihat menyeramkan. Sebagai seseorang yang terbiasa mengurus masalah sound, dia sudah terbiasa mengarahkan Rara untuk berkata di depan kamera sesuai konten yang agar mereka buat.
Karena dengan kata-kata, intonasi, juga tinggi nada yang tepat, akan membuat konten mereka lebih terasa nyata dibandingkan dengan hanya penjelasan yang datar saja.
Dengan video yang menyala, akhirnya dia membuka pintu belakang. secara perlahan dia membuka pintu tersebut dan melangkahkan kakinya keluar.
Suara engsel pintu yang sudah berkarat membuat dirinya harus berhati-hati. karena dia takut akan membangunkan orang yang sedang tertidur pulas di dalam rumah.
Ardi sempat terdiam ketika dirinya keluar rumah, bahkan dirinya sendiri mempertanyakan kembali keputusan yang telah dia buat pada waktu itu.
Karena, dibelakang rumah tersebut ternyata adalah sebuah hutan yang lebat, dengan pepohonan yang menjulang tinggi ke atas sana.
Bahkan saking lebatnya, sinar dari HP tidak bisa menembus semak-semak yang ada di hutan itu. Sehingga apa yang dia lihat benar-benar gelap.
Apalagi,
Wushhh
Angin dingin tiba-tiba berhembus entah darimana, ardi yang hanya memakai sweater tipis mendadak kedinginan. Tubuhnya bergetar beberapa kali karena hembusan angin malam yang menusuk kulit.
Ardi pun ragu untuk melangkah, beberapa kali pikirannya menyarankan untuk kembali, dan tidak melanjutkan apa yang akan dia lakukan sekarang.
Namun, video yang ada di HP masih merekam apa yang dia lakukan, dan tidak mungkin dia tiba-tiba mematikannya, karena itu akan menjadi pertanyaan bagi para penggemar yang menonton videonya nanti.
Haaaaaahhhh
‘Semoga apa yang gue lakukan bisa membuat heboh jagat maya.’
Ardi menghela napas, akhirnya dia melangkahkan kakinya mengikuti bercak-bercak darah yang kini menetes di rerumputan ke arah hutan.
Perlahan-lahan, Ardi akhirnya masuk. melewati semak-semak hutan yang lebat di tengah malam dengan senter dan video yang sedang merekam apa yang dia lakukan pada malam itu.
Semakin lama, Ardi berjalan semakin jauh. bahkan secara perlahan tubuhnya kini tidak terlihat lagi, seperti ditelan oleh rimbunnya hutan yang gelap pada malam itu.
***
Di dalam sebuah rumah yang terbuat dari bilik bambu, nampak ada dua orang yang masih berbincang-bincang. sedangkan satu orang lagi terlihat sedang tertidur pulas disana dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya.
“Kang, bukannya akang harus istirahat sekarang.”
“Si Kang Entis juga sekarang tidur.”
“Ingat, perjalanan kalian sepertinya akan melelahkan besok.”
Nampak seseorang berkata kepada Adang sambil menyeruput kopi hitam dan rokok kretek, wajahnya terlihat serius ketika dirinya mengobrol dengan Adang pada saat itu.
“Iya kang, saya juga tau, tapi kan ini ada tamu. masa tuan rumah tidur sedangkan tamu melek semalaman dan ga di temenin.” kata Adang sambil tersenyum.
“Haha, padahal mah ga apa-apa atuh kang, saya mah sudah terbiasa dines malem kang. malah siang hari suka ngantuk.”
“Eh, rencana mau pakai jalan mana ke desa itu kang.”
Orang itu bertanya sekali lagi akan jalan yang akan dia tempuh sesampainya disana.
“Rencananya sih mau ke jalan leuweung poek (hutan gelap), soalnya kan itu mah jalur keluar masuk masyarakat desa itu.”
“Tapi, si pak bos malah nyaranin lewat leuweung (hutan) kunti.”
“Katanya akan dibuat video untuk apa gitu, ah saya mah ga ngerti masalah konten atau apa itu lah.”
Orang yang ada di depannya hanya mengangguk mendengarkan Adang bercerita, dia beberapa kali menyeruput kopi yang ada di depannya pada saat itu.
“Ini juga ragu sebenarnya, tapi ya gimana. kalau nolak, ga bisa bayar anak yang sekarang mau masuk SD kang.”
“Lumayan bisa cukup untuk hidup tiga bulan bayarannya soalnya, bahkan si Entis rencananya mau beli motor kalau sudah pulang nganterin mereka,” kata Adang sambil menghembuskan rokok dari mulutnya.
“Ya ga apa-apa sih kang sebenarnya, cuman ya hati-hati aja, akang tau kan jalur itu seperti apa.”
“Yang pasti, ketika nanti sampai, dan waktunya sudah tiba. mendingan akan ikut bersama masyarakat desa”
“Karena kalau tidak, ya akang tau sendiri kan gimana jadinya.”
sampeuk dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Kutip
Balas
Tutup