- Beranda
- Stories from the Heart
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
...
TS
jurigciwidey
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
Quote:
Good news for me gan, kemaren ane dah ketemu dengan pihak PH, dan sepakat mereka mengangkat ide cerita tentang kolong mayit sebagai film yang akan mereka buat...
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
SAMPURASUN
Setelah beberapa tahun menghilang, karena cerita-cerita sebelumnya di tarik oleh salah satu platform, akhirnya kini ane kembali lagi gan. seperti pulang ke kampung halaman setelah merantau selama dua tahun lamanya
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
![RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)](https://s.kaskus.id/images/2023/05/30/1454678_20230530104622.png)
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
![RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)](https://s.kaskus.id/images/2023/05/30/1454678_20230530104622.png)
Quote:
Rara, begitulah namanya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
ARC 1 : AWAL MULA RARA
BAB 1 (DIBAWAH)
BAB 2 (HILANG)
BAB 3 (RAMAI)
BAB 4 (RUANGAN)
BAB 5 (PULANG)
BAB 6 (SUASANA)
BAB 7 (MELARIKAN DIRI)
BAB 8 TERSADARKAN
ARC 2 : EXPEDISI
BAB 9 SATU BULAN KEMUDIAN
BAB 10 PERTEMUAN
BAB 11
MBAH WALANG
BAB 12 KEBERANGKATAN
BAB 13 BERKUMPUL
BAB 14 MALAM PERTAMA
BAB 15 KELUAR
BAB 16 DARAH
BAB 17 MEMULAI PERJALANAN
BAB 18 LEUWEUNG KUNTI
BAB 19 PERDEBATAN
BAB 20 MEREKA
BAB 21 DILUAR RENCANA
BAB 22 KEPANIKAN
BAB 23 MENGIKUTI
BAB 24 BERPENCAR
BAB 25 MIMPI
BAB 26 KETAKUTAN
BAB 27 SAMPAI
BAB 28 DESA
BAB 29 DIMALAM PERTAMA
BAB 30 KERAMAT
BAB 31 TERSENYUM
BAB 32 TIDAK TERDUGA
BAB 33 KEPANIKAN
BAB 34 MENGUNGSI
BAB 35 KETIDAKTAHUAN
BAB 36 KENYATAAN
BAB 37 TERROR
BAB 38 KETAKUTAN
BAB 39 MELARIKAN DIRI
BAB 40 DIA
BAB 41 DIBALIK ITU SEMUA
BAB 42 PENYESALAN
BAB 43 BANTUAN
BAB 44 MENGHILANG KEMBALI
BAB 45 TERNYATA DIA
BAB 46 KEMBALI
BAB 47 DATANG
BAB 48 BEBERAPA WAKTU YANG LALU (TAMAT)
Quote:
“Bener kita harus lakuin ini Wi?”
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Diubah oleh jurigciwidey 25-08-2023 14:07
iwakcetol dan 49 lainnya memberi reputasi
48
35.6K
Kutip
433
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
jurigciwidey
#50
BAB 13 BERKUMPUL
Quote:
Sebuah mobil terlihat berjalan di sebuah jalanan kecil yang sedikit menanjak, tanjakan yang di apit oleh dua pesawahan yang sangat luas dan kebun-kebun dengan pepohonan yang menjulang ke atas.
Jalanannya sungguh berkelok-kelok, namun di ujung sana ada sebuah tebing dengan sebuah air terjun yang membuat semua orang yang ada di dalam mobil itu terpana akan keindahannya.
Dimas yang kini memakai peralatan baru langsung mencoba beberapa kameranya untuk melihat pemandangan itu.Ardi hanya memotretnya memakai HP ketika melihat pemandangan indah tersebut, karena jarang sekali mereka melihat pemandangan yang begitu indah di pinggir jalan yang mereka lalui pada saat itu.
Sedangkan Rara.
Dia nampak masih terdiam, kepalanya sengaja di senderkan ke arah jendela sambil memandangi sawah-sawah yang nampak menghijau. dia tidak seheboh teman-temannya yang sedang sibuk mengeluarkan kamera dan HP nya untuk mendokumentasikan hal tersebut.
Dia hanya diam. menikmati pemandangan itu yang hanya dia rekam di dalam kepalanya.
Mobil terus melaju, jalanan yang menanjak dan berkelok-kelok membuat Danang harus tetap fokus memegang kendali, salah sedikit mereka bisa saja masuk jurang. apalagi kini jalanan yang mereka lalui berbeda, jalanan yang mulus dengan aspal baru. namun di sisi kiri dan kanannya adalah hutan dengan tebing yang curam ke bawah sana.
hutan yang mereka lewati sangatlah rimbun, bahkan sinar matahari yang terik pun tidak bisa menembus rimbunnya pepohonan yang sedang menutupi mereka semua.
Wajah Rara masih terlihat fokus melihat ke arah jendela, pikirannya terus-terusan melayang. dia berfikir banyak hal atas apa yang akan dia lakukan sekarang. meskipun penglihatannya tentang para mahluk itu sudah mulai menghilang secara perlahan, namun tetap saja di waktu-waktu tertentu dirinya seringkali di tanpaki sesuatu. meskipun kini jaraknya menjauh tidak sedekat ketika dirinya belum bertemu dengan Mbah Walang.
Pemandangan hutan yang rimbun nampaknya membuat apa yang dia lihat pun berubah, pemandangan yang awalnya hanya sawah yang membentang dengan air terjun yang ada di ujung tebing, kini menjadi pepohonan, semak-semak, bahkan.
‘Hah, ko banyak sekali orang.’
Batin Rara tiba-tiba bertanya, bukan tanpa sebab dia menanyakan hal itu. Karena, di balik pepohonan yang rimbun itu dia melihat kembali orang-orang yang sempat dia temui dalam mimpinya.
Orang-orang yang seringkali muncul dan mengajaknya untuk bergabung disana.
Orang-orang itu hanya terdiam dan menatap Rara yang berada di dalam mobil dengan tatapan yang kosong, mereka melihat Rara dibalik pepohonan yang rimbun di dalam hutan sana.
Apalagi.
Semakin lama, pandangan Rara semakin aneh. orang-orang yang melihatnya semakin lama semakin banyak. Namun tatapan mereka semuanya kosong, hanya terlihat warna putih tanpa pupil mata yang menatap ke arahnya pada saat itu.
Orang-orang itu muncul begitu saja setiap kali mobil yang mereka kendarai melaju, mereka muncul secara perlahan dan menatap Rara begitu saja.
Seperti ada sebuah pesan yang tersirat baginya namun dia tidak tau apa yang akan mereka sampaikan disana.
Apa yang Rara lihat semakin aneh. Apalagi di dukung dengan rimbunnya hutan yang semakin lama semakin gelap. sinar matahari yang terik bahkan tidak bisa masuk melewati rimbunya pohon hutan sehingga pemandangan di sekitarnya nampak gelap.
Rara yang merasakan keanehan itu hanya terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa. dia hanya bisa melihat orang-orang itu tanpa henti dengan mobil yang terus melaju kencang di jalanan yang mulus di hutan itu.
Suasana yang Rara rasakan semakin menjadi tidak karuan. apalagi kini di dekat telinganya terdengar sebuah suara yang memanggil dirinya.
Suara yang seolah-olah mencoba memanggil Rara agar dia bisa melihatnya.
“Raaa, Rara.”
“Rara, ini ibu ra, Rara.”
Sebuah suara yang pernah dia dengar kini memanggil, sebuah suara dari seorang ibu-ibu yang sering dia temui di mimpi.
Suara itu sangatlah dekat, seperti dirinya ada di sebelah rara dan membisikan kata-kata itu tepat di telinganya.
“Ra, ra, ini ibu ra.”
“Ini ibu.”
Sontak, rara yang awalnya melihat ke arah jendela mobil kini berbalik ke asal suara itu. apalagi dia masih terus-terusan memanggil Rara dengan nadanya yang pelan.
“Ra, ra, ini ibu.”
“Ibu hanya berpesan, lebih baik kamu pulang.”
Wajah rara berpaling, dan nampak seseorang yang memakai baju kebaya duduk di sampingnya. tubuhnya yang sedikit gemuk terlihat dengan jelas olehnya, dan dia semakin yakin bahwa orang yang memanggilnya adalah orang yang pernah dia temui dalam mimpinya.
“Kamu lebih baik pulang ya nak.”
“Jangan ikuti mereka.”
“Karena…”
ARGGGGGGGHHHHHHH
Entah mengapa, Rara langsung berteriak. seketika dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya saking takutnya.
Dia tidak menyangka, bahwa wajah dari ibu itu ternyata menakutkan. kepalanya yang miring ke arah kiri dengan mata yang melotot ke arah Rara. juga lidah yang menjulur keluar membuat Rara seketika berteriak sekuat tenaga.
Meskipun,
“APA SIH LU RA, LU NGIGAU YA.”
Tiba-tiba terdengar sebuah suara laki-laki yang nampak marah di dekat Rara. dan itu ternyata Dimas yang terlihat sedang menutup telinganya dengan salah satu tangannya.
“LU KALAU NGIGAU JANGAN DI MOBIL, BERISIK TAU.”
Dimas nampak sedikit marah, karena entah mengapa dia melihat Rara yang awalnya tertidur di dalam mobil tiba-tiba berteriak di dekat telinganya. dan itu membuat kedua telinganya sakit.
Rara yang mendengar hal itu tiba-tiba tersadarkan. sosok seorang ibu yang dia lihat tiba-tiba menghilang dan di gantikan dengan sosok Dimas yang terlihat akan membuka pintu mobil yang ada di sampingnya.
“Udah, lu turun gih, kita sudah sampe. kata Dewi kita akan menginap disini beberapa hari untuk memperisapkan perbekalan karena beres dari sini kita akan berjalan kaki untuk sampai ke desa Kolong Mayit.”
“Pak Brata sengaja menyewa rumah untuk kita menginap, karena ternyata Pak Brata dan dua pengawalnya ikut dengan expedisi kita bersama Mbah Walang yang sudah menunggu di dalam.”
“Jadi, ayo turun, cuci muka jangan lupa biar lu ga ngigau lagi.” kata Dimas sambil menggerutu.
“Iya mas iya, gue turun.”
Rara yang kebingungan hanya mengangguk, dia tidak sadar bahwa mobil yang dia tumpangi sudah sampai di suatu tempat, di sebuah rumah yang sedikit agak besar dan jauh dari perkampungan penduduk.
Rara seketika turun. dan dia melihat sebuah rumah yang mungkin lebih tepat disebut sebuah villa, yang sengaja Pak Brata sewa untuk menginap.
Disana juga terlihat beberapa orang asing yang tak Rara kenal yang sedang sibuk untuk mengepak barang-barang ak Brata dan pengawalnya. mereka adalah penduduk setempat yang akan mengantarkan mereka ke Desa Kolong Mayit dan membantu mereka untuk mendirikan tenda dan memasak ketika mereka harus menginap di jalan.
“Ah rara, akhirnya kamu tiba.”
“Gimana, kamu sudah tenang kan.”
“Saya belum sempat meminta maaf atas perlakuan Mbah Walang pada saat itu, karena memang seperti itulah dia. Tapi tenang, dia baik ko dan tidak bermaksud jahat kepadamu, bahkan dia sudah menunggu di dalam, dia sedang melakukan ritual agar kalian bisa nyaman tanpa ada gangguan ketika kelian mendokumentasikan semuanya.”
Pak brata yang menyambut Dimas dan Rara yang turun terakhir dari mobil terlihat tersenyum kecil, kedua tangannya terlihat terbuka seperti sedang ingin memeluk mereka berdua.
Pakaiannya kini nampak berbeda. dia nampak sedikit santai dengan baju kaos dan celana jeans serta sepatu gunung yang dia pakai di kakinya.
“Kalian pasti sudah cape, lebih baik masuk terlebih dahulu.”
“Kita santai dulu beberapa hari disini, semuanya harus di siapkan terlebih dahulu sebelum kita berjalan kaki ke dalam sana.”
“Karena, petualangan kalian akan sesuatu yang menyeramkan akan dimulai dari sini.”
“Dari rumah singgah orang-orang yang akan berkunjung ke Desa Kolong Mayit”
“Dan kalian harus mulai mendokumentasikan semuanya dari sini, tentunya dengan semua produk yang sudah saya persiapkan untuk kalian pakai.”
Jalanannya sungguh berkelok-kelok, namun di ujung sana ada sebuah tebing dengan sebuah air terjun yang membuat semua orang yang ada di dalam mobil itu terpana akan keindahannya.
Dimas yang kini memakai peralatan baru langsung mencoba beberapa kameranya untuk melihat pemandangan itu.Ardi hanya memotretnya memakai HP ketika melihat pemandangan indah tersebut, karena jarang sekali mereka melihat pemandangan yang begitu indah di pinggir jalan yang mereka lalui pada saat itu.
Sedangkan Rara.
Dia nampak masih terdiam, kepalanya sengaja di senderkan ke arah jendela sambil memandangi sawah-sawah yang nampak menghijau. dia tidak seheboh teman-temannya yang sedang sibuk mengeluarkan kamera dan HP nya untuk mendokumentasikan hal tersebut.
Dia hanya diam. menikmati pemandangan itu yang hanya dia rekam di dalam kepalanya.
Mobil terus melaju, jalanan yang menanjak dan berkelok-kelok membuat Danang harus tetap fokus memegang kendali, salah sedikit mereka bisa saja masuk jurang. apalagi kini jalanan yang mereka lalui berbeda, jalanan yang mulus dengan aspal baru. namun di sisi kiri dan kanannya adalah hutan dengan tebing yang curam ke bawah sana.
hutan yang mereka lewati sangatlah rimbun, bahkan sinar matahari yang terik pun tidak bisa menembus rimbunnya pepohonan yang sedang menutupi mereka semua.
Wajah Rara masih terlihat fokus melihat ke arah jendela, pikirannya terus-terusan melayang. dia berfikir banyak hal atas apa yang akan dia lakukan sekarang. meskipun penglihatannya tentang para mahluk itu sudah mulai menghilang secara perlahan, namun tetap saja di waktu-waktu tertentu dirinya seringkali di tanpaki sesuatu. meskipun kini jaraknya menjauh tidak sedekat ketika dirinya belum bertemu dengan Mbah Walang.
Pemandangan hutan yang rimbun nampaknya membuat apa yang dia lihat pun berubah, pemandangan yang awalnya hanya sawah yang membentang dengan air terjun yang ada di ujung tebing, kini menjadi pepohonan, semak-semak, bahkan.
‘Hah, ko banyak sekali orang.’
Batin Rara tiba-tiba bertanya, bukan tanpa sebab dia menanyakan hal itu. Karena, di balik pepohonan yang rimbun itu dia melihat kembali orang-orang yang sempat dia temui dalam mimpinya.
Orang-orang yang seringkali muncul dan mengajaknya untuk bergabung disana.
Orang-orang itu hanya terdiam dan menatap Rara yang berada di dalam mobil dengan tatapan yang kosong, mereka melihat Rara dibalik pepohonan yang rimbun di dalam hutan sana.
Apalagi.
Semakin lama, pandangan Rara semakin aneh. orang-orang yang melihatnya semakin lama semakin banyak. Namun tatapan mereka semuanya kosong, hanya terlihat warna putih tanpa pupil mata yang menatap ke arahnya pada saat itu.
Orang-orang itu muncul begitu saja setiap kali mobil yang mereka kendarai melaju, mereka muncul secara perlahan dan menatap Rara begitu saja.
Seperti ada sebuah pesan yang tersirat baginya namun dia tidak tau apa yang akan mereka sampaikan disana.
Apa yang Rara lihat semakin aneh. Apalagi di dukung dengan rimbunnya hutan yang semakin lama semakin gelap. sinar matahari yang terik bahkan tidak bisa masuk melewati rimbunya pohon hutan sehingga pemandangan di sekitarnya nampak gelap.
Rara yang merasakan keanehan itu hanya terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa. dia hanya bisa melihat orang-orang itu tanpa henti dengan mobil yang terus melaju kencang di jalanan yang mulus di hutan itu.
Suasana yang Rara rasakan semakin menjadi tidak karuan. apalagi kini di dekat telinganya terdengar sebuah suara yang memanggil dirinya.
Suara yang seolah-olah mencoba memanggil Rara agar dia bisa melihatnya.
“Raaa, Rara.”
“Rara, ini ibu ra, Rara.”
Sebuah suara yang pernah dia dengar kini memanggil, sebuah suara dari seorang ibu-ibu yang sering dia temui di mimpi.
Suara itu sangatlah dekat, seperti dirinya ada di sebelah rara dan membisikan kata-kata itu tepat di telinganya.
“Ra, ra, ini ibu ra.”
“Ini ibu.”
Sontak, rara yang awalnya melihat ke arah jendela mobil kini berbalik ke asal suara itu. apalagi dia masih terus-terusan memanggil Rara dengan nadanya yang pelan.
“Ra, ra, ini ibu.”
“Ibu hanya berpesan, lebih baik kamu pulang.”
Wajah rara berpaling, dan nampak seseorang yang memakai baju kebaya duduk di sampingnya. tubuhnya yang sedikit gemuk terlihat dengan jelas olehnya, dan dia semakin yakin bahwa orang yang memanggilnya adalah orang yang pernah dia temui dalam mimpinya.
“Kamu lebih baik pulang ya nak.”
“Jangan ikuti mereka.”
“Karena…”
ARGGGGGGGHHHHHHH
Entah mengapa, Rara langsung berteriak. seketika dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya saking takutnya.
Dia tidak menyangka, bahwa wajah dari ibu itu ternyata menakutkan. kepalanya yang miring ke arah kiri dengan mata yang melotot ke arah Rara. juga lidah yang menjulur keluar membuat Rara seketika berteriak sekuat tenaga.
Meskipun,
“APA SIH LU RA, LU NGIGAU YA.”
Tiba-tiba terdengar sebuah suara laki-laki yang nampak marah di dekat Rara. dan itu ternyata Dimas yang terlihat sedang menutup telinganya dengan salah satu tangannya.
“LU KALAU NGIGAU JANGAN DI MOBIL, BERISIK TAU.”
Dimas nampak sedikit marah, karena entah mengapa dia melihat Rara yang awalnya tertidur di dalam mobil tiba-tiba berteriak di dekat telinganya. dan itu membuat kedua telinganya sakit.
Rara yang mendengar hal itu tiba-tiba tersadarkan. sosok seorang ibu yang dia lihat tiba-tiba menghilang dan di gantikan dengan sosok Dimas yang terlihat akan membuka pintu mobil yang ada di sampingnya.
“Udah, lu turun gih, kita sudah sampe. kata Dewi kita akan menginap disini beberapa hari untuk memperisapkan perbekalan karena beres dari sini kita akan berjalan kaki untuk sampai ke desa Kolong Mayit.”
“Pak Brata sengaja menyewa rumah untuk kita menginap, karena ternyata Pak Brata dan dua pengawalnya ikut dengan expedisi kita bersama Mbah Walang yang sudah menunggu di dalam.”
“Jadi, ayo turun, cuci muka jangan lupa biar lu ga ngigau lagi.” kata Dimas sambil menggerutu.
“Iya mas iya, gue turun.”
Rara yang kebingungan hanya mengangguk, dia tidak sadar bahwa mobil yang dia tumpangi sudah sampai di suatu tempat, di sebuah rumah yang sedikit agak besar dan jauh dari perkampungan penduduk.
Rara seketika turun. dan dia melihat sebuah rumah yang mungkin lebih tepat disebut sebuah villa, yang sengaja Pak Brata sewa untuk menginap.
Disana juga terlihat beberapa orang asing yang tak Rara kenal yang sedang sibuk untuk mengepak barang-barang ak Brata dan pengawalnya. mereka adalah penduduk setempat yang akan mengantarkan mereka ke Desa Kolong Mayit dan membantu mereka untuk mendirikan tenda dan memasak ketika mereka harus menginap di jalan.
“Ah rara, akhirnya kamu tiba.”
“Gimana, kamu sudah tenang kan.”
“Saya belum sempat meminta maaf atas perlakuan Mbah Walang pada saat itu, karena memang seperti itulah dia. Tapi tenang, dia baik ko dan tidak bermaksud jahat kepadamu, bahkan dia sudah menunggu di dalam, dia sedang melakukan ritual agar kalian bisa nyaman tanpa ada gangguan ketika kelian mendokumentasikan semuanya.”
Pak brata yang menyambut Dimas dan Rara yang turun terakhir dari mobil terlihat tersenyum kecil, kedua tangannya terlihat terbuka seperti sedang ingin memeluk mereka berdua.
Pakaiannya kini nampak berbeda. dia nampak sedikit santai dengan baju kaos dan celana jeans serta sepatu gunung yang dia pakai di kakinya.
“Kalian pasti sudah cape, lebih baik masuk terlebih dahulu.”
“Kita santai dulu beberapa hari disini, semuanya harus di siapkan terlebih dahulu sebelum kita berjalan kaki ke dalam sana.”
“Karena, petualangan kalian akan sesuatu yang menyeramkan akan dimulai dari sini.”
“Dari rumah singgah orang-orang yang akan berkunjung ke Desa Kolong Mayit”
“Dan kalian harus mulai mendokumentasikan semuanya dari sini, tentunya dengan semua produk yang sudah saya persiapkan untuk kalian pakai.”
Quote:
yang suka podcast ane juga bikin podcast horror lucu-lucuan, ga seserius cerita yang ane buat
dengerin ya di noice atau spotify, cari aja tanyademit podcast ntar muncul disana
dan minta supportnya untuk follow IG tanyademit juga ya
Makasih
dengerin ya di noice atau spotify, cari aja tanyademit podcast ntar muncul disana
dan minta supportnya untuk follow IG tanyademit juga ya
Makasih
sampeuk dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Kutip
Balas
Tutup