- Beranda
- Stories from the Heart
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
...
TS
jurigciwidey
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
Quote:
Good news for me gan, kemaren ane dah ketemu dengan pihak PH, dan sepakat mereka mengangkat ide cerita tentang kolong mayit sebagai film yang akan mereka buat...
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
SAMPURASUN
Setelah beberapa tahun menghilang, karena cerita-cerita sebelumnya di tarik oleh salah satu platform, akhirnya kini ane kembali lagi gan. seperti pulang ke kampung halaman setelah merantau selama dua tahun lamanya
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
Quote:
Rara, begitulah namanya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
ARC 1 : AWAL MULA RARA
BAB 1 (DIBAWAH)
BAB 2 (HILANG)
BAB 3 (RAMAI)
BAB 4 (RUANGAN)
BAB 5 (PULANG)
BAB 6 (SUASANA)
BAB 7 (MELARIKAN DIRI)
BAB 8 TERSADARKAN
ARC 2 : EXPEDISI
BAB 9 SATU BULAN KEMUDIAN
BAB 10 PERTEMUAN
BAB 11
MBAH WALANG
BAB 12 KEBERANGKATAN
BAB 13 BERKUMPUL
BAB 14 MALAM PERTAMA
BAB 15 KELUAR
BAB 16 DARAH
BAB 17 MEMULAI PERJALANAN
BAB 18 LEUWEUNG KUNTI
BAB 19 PERDEBATAN
BAB 20 MEREKA
BAB 21 DILUAR RENCANA
BAB 22 KEPANIKAN
BAB 23 MENGIKUTI
BAB 24 BERPENCAR
BAB 25 MIMPI
BAB 26 KETAKUTAN
BAB 27 SAMPAI
BAB 28 DESA
BAB 29 DIMALAM PERTAMA
BAB 30 KERAMAT
BAB 31 TERSENYUM
BAB 32 TIDAK TERDUGA
BAB 33 KEPANIKAN
BAB 34 MENGUNGSI
BAB 35 KETIDAKTAHUAN
BAB 36 KENYATAAN
BAB 37 TERROR
BAB 38 KETAKUTAN
BAB 39 MELARIKAN DIRI
BAB 40 DIA
BAB 41 DIBALIK ITU SEMUA
BAB 42 PENYESALAN
BAB 43 BANTUAN
BAB 44 MENGHILANG KEMBALI
BAB 45 TERNYATA DIA
BAB 46 KEMBALI
BAB 47 DATANG
BAB 48 BEBERAPA WAKTU YANG LALU (TAMAT)
Quote:
“Bener kita harus lakuin ini Wi?”
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Diubah oleh jurigciwidey 25-08-2023 07:07
bebyzha dan 47 lainnya memberi reputasi
46
30.7K
Kutip
433
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•43KAnggota
Tampilkan semua post
TS
jurigciwidey
#42
BAB 11 : MBAH WALANG
Quote:
Seseorang yang disebut dengan Mbah Walang oleh Pak Brata, nampaknya bukan orang sembarangan. Aura yang dikeluarkan membuat rara muntah sehingga harus duduk agak menjauh dari mereka semua.
Danang yang pada waktu itu berada di dekat Rara langsung membawanya ke meja yang ada di ujung, berusaha menenangkan dirinya dengan membawakannya minuman manis agar tubuhnya tidak mual dan muntah.
Mbah Walang yang datang secara perlahan ke arah Pak Brata seperti menyadari atas apa yang terjadi kepada Rara. setelah dia menatapnya dengan sangat tajam, Mbah Walang langsung tersenyum kecil, bahkan kepalanya langsung mengangguk beberapa kali sambil duduk di dekat Pak Brata.
Dewi, Ardi, dan Dimas yang tidak tau apa yang terjadi hanya terdiam. bagaimana kemunculan dirinya bisa membuat Rara langsung muntah seperti itu.
“Maaf, aku tidak sengaja membuat temanmu itu muntah.”
“Tapi tenang, itu sengaja aku lakukan, karena aku melihat dirinya diikuti oleh para mahluk yang membuat tubuhnya sensitif.”
“Aku sengaja membuat dia muntah, agar dia tidak terlalu bisa melihat dan merasakan apa yang ada di sekelilingnya, karena kalian pasti tau, bagaimana perubahan dirinya setelah pulang dari rumah itu kan,” kata mbah walang yang tiba-tiba menjelaskan apa yang terjadi kepada Rara pada saat itu.
Pak Brata yang ada di sampingnya hanya bisa tersenyum, dia tau Mbah Walang dalam bertindak. Sehingga dia tidak menahan Mbah Walang melakukan sesuatu kepada orang-orang baru, seperti kepada orang-orang baru seperti tim rarasukma.
Apalagi, Pak Brata akhirnya ikut menjelaskan bahwa Mbah Walang akan ikut expedisi itu dan menjaga mereka. karena Dewi yang pada saat itu membuat konten tanpa membawa orang-orang yang bisa dalam hal keilmuan supranatural, membuat Rara harus menjadi korban sehingga matanya terbuka dan tubuhnya menjadi sensitif akan hal-hal yang gaib yang ada di sekelilingnya.
Dewi, Dimas dan Ardi pun akhirnya mengangguk, kehadiran Mbah Walang nampaknya memberikan sebuah angin segar kepada mereka. mereka secara tidak langsung melihat kemampuan Mbah Walang yang mungkin saja bisa membuat mereka aman ketika expedisi ke tempat yang akan dibicarakan oleh Pak Brata sekarang.
“Ok, apa yang kamu minta sudah saya turuti.”
“Sekarang, mari kita berbicara tentang hal-hal teknis.”
“Tentang peralatan, konsep, juga tentang apa yang nanti harus kita lakukan disana.”
“Karena,”
“Ini akan menjadi perjalanan yang sangat panjang, kita akan menyusuri hutan, melewati danau, bahkan menyusuri sungai untuk sampai ke tempat tersebut.”
“Sebuah tempat yang terpencil di tengah hutan, dengan sebuah misteri yang sudah mereka jaga selama beratus-ratus tahun lamanya.”
***
Haaaaahhh
“Thanks ya nang, gue kayaknya disini aja deh, ga ngikut disana.”
“Asli, gue ga bisa napas, sesak sama mual-mual kalau deket sama orang itu,” kata Rara yang sedikit menunjuk ke arah mbah walang.
“Yaudah, gue temenin disini, lu minum aja dulu tuh minuman yang manis-manis biar lu ga mual-mual lagi.”
“Sayang noh makanan mahal yang dipesan muntah lagi, ntar ujung-ujungnya pesen baso yang ada di dekat basecamp lagi.”
Danang mencoba menghibur Rara dengan sedikit bercanda, dia bahkan kembali memesan cemilan agar makanan yang sudah dikeluarkan bisa kembali mengisi perutnya yang kini kosong kembali.
Tak lama, Dewi yang dari tadi sedang serius berdiskusi dengan Pak Brata akhirnya meminta izin untuk mendekati Rara yang duduk terpisah dengan mereka.
“Nang, gimana kondisi Rara,” tanya Dewi yang mencoba menanyakan kondisi Rara.
“Baik dia cuman mual doang, dia lagi ngidam kali, sekarang dia dah tenang.”
“Tuh, lagi asik main hp sama ngemil di ujung sono,” kata Danang yang menunjuk ke arah Rara yang sibuk dengan hpnya di meja paling ujung.
“Syukurlah kalau begitu.”
“Lu handle bentar ya sama Pak Brata, gue mau mastiin si Rara mau tetap ikut atau engga sama expedisi ini.”
“Karena kan mau ga mau tuh anak kan ujung tombak tim kita.”
“Ya udah gih sono, gue ke si Dimas sama si Ardi dulu ya,” kata Danang yang berjalan mendekati Pak Brata pada saat itu.
Dewi akhirnya kembali berjalan mendekati Rara pada saat itu, dia berusaha memikirkan bagaimana caranya bisa meyakinkan Rara agar bisa ikut bersamanya dalam expedisi yang akan dia lakukan bersama Pak Brata..
“Ra, lu aman kan.”
“Lu mau ikut ke expedisi kita kan.”
“Sorry bukannya gue maksa, tapi kalau kita deal, sepertinya kita akan hidup tenang sampai kita wisuda, kontrak yang Pak Brata tawarkan ga main-main, dan gue baru ketemu sama orang yang berani memberi kontrak segede itu kepada kita.”
“Katanya sih itu semua karena elu, konten yang waktu itu dia tonton bikin dia mendapatkan ide ini, bahkan dia beberapa kali beri gift yang gede ke kita sewaktu live,” kata dewi yang sedikit bersemangat atas kerjasama yang akan dia lakukan bersama Pak Brata.
Rara yang melihat expresi dewi yang nampak bahagia hanya tersenyum kecil, dia tau bahwa apa yang dia lakukan demi dirinya dan tim rarasukma. tidak pernah sekalipun dewi meraup keuntungan lebih dari apa yang sudah dia dapatkan.
Malahan dari segi pengeluaran dia malah mengeluarkan modal lebih besar dari dirinya yang hanya bermodalkan tubuhnya yang tersorot kamera.
“Kalau gue gimana lu aja wi, lu sebagai pemimpin dari tim ini berhak memutuskan apa yang terbaik.”
“Toh keputusan yang lu putuskan pasti demi kita semua juga kan,” kata Rara sambil tersenyum.
Dewi tersenyum lebar, dia langsung melebarkan tangannya dan memeluk Rara dengan erat atas jawaban yang dia dengar dari Rara.
“Thanks ya ra, gue tau lo pasti setuju sama keputusan gue.”
“Gue janji, lu ga akan seperti kemarin lagi, akan gue jaga agar lu ga ilang lagi seperti kejadian di rumah itu,” kata Dewi sambil memeluk Rara pada saat itu.
“Iya, iya wi, iya.”
“Eh, emang lu udah tau kita akan kemana,” tanya Rara kepada Dewi tentang tujuan dari expedisi itu.
“Hmmmm, iya gue tau.” jawabnya sambil melepaskan pelukannya.
“Kita akan berangkat ke suatu tempat satu bulan dari sekarang, suatu tempat yang mungkin lo sendiri ga tau bahwa ada sebenarnya tempat tersebut.”
“Ada suatu desa, tepatnya di selatan pulau jawa ini, suatu desa yang dikelilingi oleh hutan yang sangat lebat, kita mungkin bisa berhari-hari untuk sampai ke desa itu dengan jalan kaki.”
“Namun ra, desa itu mempunyai misteri yang mungkin akan kita ungkap bersama Pak Brata disana.”
Rara yang mendengarkan Dewi yang bercerita hanya terdiam, dia seperti penasaran akan desa itu karena dia merasa di zaman yang penuh teknologi ini mana mungkin masih ada desa yang sangat terpencil dan jauh dari desa-desa lain yang ada di sekitarnya.
“Sorry gue potong wi, nama desa itu apa, ko gue baru denger ada desa begitu terpencil gitu.” kata Rara yang penasaran atas nama desa tersebut.
Dewi sedikit terdiam, dia melihat sekeliling terlebih dahulu sebelum akhirnya dia mendekatkan dirinya ke arah Rara. dia takut bahwa selain dirinya dan Pak Brata ada orang lain yang mendengarkan apa yang sedang dibicarakan.
“Nama desa itu adalah desa Kolong Mayit ra”
“Memang itu nama yang unik, karena disana hanya ada rumah-rumah panggung yang ditinggali oleh masyarakat disana yang hidup dari hutan.”
“Namun,”
“Di bawah rumah-rumah panggung itu, terdapat makam-makam keluarga mereka, yang dikuburkan tepat di bawah rumah panggung mereka.”
“Entah mengapa mereka melakukan hal itu, ada sebuah misteri kenapa mereka memakamkan keluarga mereka dibawah sana.”
“Dan itu yang nanti akan kita ungkap, dan kita adalah yang pertama untuk mengungkap misteri di desa itu ke dunia luar bersamaan dengan perusahan Pak Brata yang mensponsori kita.”
Danang yang pada waktu itu berada di dekat Rara langsung membawanya ke meja yang ada di ujung, berusaha menenangkan dirinya dengan membawakannya minuman manis agar tubuhnya tidak mual dan muntah.
Mbah Walang yang datang secara perlahan ke arah Pak Brata seperti menyadari atas apa yang terjadi kepada Rara. setelah dia menatapnya dengan sangat tajam, Mbah Walang langsung tersenyum kecil, bahkan kepalanya langsung mengangguk beberapa kali sambil duduk di dekat Pak Brata.
Dewi, Ardi, dan Dimas yang tidak tau apa yang terjadi hanya terdiam. bagaimana kemunculan dirinya bisa membuat Rara langsung muntah seperti itu.
“Maaf, aku tidak sengaja membuat temanmu itu muntah.”
“Tapi tenang, itu sengaja aku lakukan, karena aku melihat dirinya diikuti oleh para mahluk yang membuat tubuhnya sensitif.”
“Aku sengaja membuat dia muntah, agar dia tidak terlalu bisa melihat dan merasakan apa yang ada di sekelilingnya, karena kalian pasti tau, bagaimana perubahan dirinya setelah pulang dari rumah itu kan,” kata mbah walang yang tiba-tiba menjelaskan apa yang terjadi kepada Rara pada saat itu.
Pak Brata yang ada di sampingnya hanya bisa tersenyum, dia tau Mbah Walang dalam bertindak. Sehingga dia tidak menahan Mbah Walang melakukan sesuatu kepada orang-orang baru, seperti kepada orang-orang baru seperti tim rarasukma.
Apalagi, Pak Brata akhirnya ikut menjelaskan bahwa Mbah Walang akan ikut expedisi itu dan menjaga mereka. karena Dewi yang pada saat itu membuat konten tanpa membawa orang-orang yang bisa dalam hal keilmuan supranatural, membuat Rara harus menjadi korban sehingga matanya terbuka dan tubuhnya menjadi sensitif akan hal-hal yang gaib yang ada di sekelilingnya.
Dewi, Dimas dan Ardi pun akhirnya mengangguk, kehadiran Mbah Walang nampaknya memberikan sebuah angin segar kepada mereka. mereka secara tidak langsung melihat kemampuan Mbah Walang yang mungkin saja bisa membuat mereka aman ketika expedisi ke tempat yang akan dibicarakan oleh Pak Brata sekarang.
“Ok, apa yang kamu minta sudah saya turuti.”
“Sekarang, mari kita berbicara tentang hal-hal teknis.”
“Tentang peralatan, konsep, juga tentang apa yang nanti harus kita lakukan disana.”
“Karena,”
“Ini akan menjadi perjalanan yang sangat panjang, kita akan menyusuri hutan, melewati danau, bahkan menyusuri sungai untuk sampai ke tempat tersebut.”
“Sebuah tempat yang terpencil di tengah hutan, dengan sebuah misteri yang sudah mereka jaga selama beratus-ratus tahun lamanya.”
***
Haaaaahhh
“Thanks ya nang, gue kayaknya disini aja deh, ga ngikut disana.”
“Asli, gue ga bisa napas, sesak sama mual-mual kalau deket sama orang itu,” kata Rara yang sedikit menunjuk ke arah mbah walang.
“Yaudah, gue temenin disini, lu minum aja dulu tuh minuman yang manis-manis biar lu ga mual-mual lagi.”
“Sayang noh makanan mahal yang dipesan muntah lagi, ntar ujung-ujungnya pesen baso yang ada di dekat basecamp lagi.”
Danang mencoba menghibur Rara dengan sedikit bercanda, dia bahkan kembali memesan cemilan agar makanan yang sudah dikeluarkan bisa kembali mengisi perutnya yang kini kosong kembali.
Tak lama, Dewi yang dari tadi sedang serius berdiskusi dengan Pak Brata akhirnya meminta izin untuk mendekati Rara yang duduk terpisah dengan mereka.
“Nang, gimana kondisi Rara,” tanya Dewi yang mencoba menanyakan kondisi Rara.
“Baik dia cuman mual doang, dia lagi ngidam kali, sekarang dia dah tenang.”
“Tuh, lagi asik main hp sama ngemil di ujung sono,” kata Danang yang menunjuk ke arah Rara yang sibuk dengan hpnya di meja paling ujung.
“Syukurlah kalau begitu.”
“Lu handle bentar ya sama Pak Brata, gue mau mastiin si Rara mau tetap ikut atau engga sama expedisi ini.”
“Karena kan mau ga mau tuh anak kan ujung tombak tim kita.”
“Ya udah gih sono, gue ke si Dimas sama si Ardi dulu ya,” kata Danang yang berjalan mendekati Pak Brata pada saat itu.
Dewi akhirnya kembali berjalan mendekati Rara pada saat itu, dia berusaha memikirkan bagaimana caranya bisa meyakinkan Rara agar bisa ikut bersamanya dalam expedisi yang akan dia lakukan bersama Pak Brata..
“Ra, lu aman kan.”
“Lu mau ikut ke expedisi kita kan.”
“Sorry bukannya gue maksa, tapi kalau kita deal, sepertinya kita akan hidup tenang sampai kita wisuda, kontrak yang Pak Brata tawarkan ga main-main, dan gue baru ketemu sama orang yang berani memberi kontrak segede itu kepada kita.”
“Katanya sih itu semua karena elu, konten yang waktu itu dia tonton bikin dia mendapatkan ide ini, bahkan dia beberapa kali beri gift yang gede ke kita sewaktu live,” kata dewi yang sedikit bersemangat atas kerjasama yang akan dia lakukan bersama Pak Brata.
Rara yang melihat expresi dewi yang nampak bahagia hanya tersenyum kecil, dia tau bahwa apa yang dia lakukan demi dirinya dan tim rarasukma. tidak pernah sekalipun dewi meraup keuntungan lebih dari apa yang sudah dia dapatkan.
Malahan dari segi pengeluaran dia malah mengeluarkan modal lebih besar dari dirinya yang hanya bermodalkan tubuhnya yang tersorot kamera.
“Kalau gue gimana lu aja wi, lu sebagai pemimpin dari tim ini berhak memutuskan apa yang terbaik.”
“Toh keputusan yang lu putuskan pasti demi kita semua juga kan,” kata Rara sambil tersenyum.
Dewi tersenyum lebar, dia langsung melebarkan tangannya dan memeluk Rara dengan erat atas jawaban yang dia dengar dari Rara.
“Thanks ya ra, gue tau lo pasti setuju sama keputusan gue.”
“Gue janji, lu ga akan seperti kemarin lagi, akan gue jaga agar lu ga ilang lagi seperti kejadian di rumah itu,” kata Dewi sambil memeluk Rara pada saat itu.
“Iya, iya wi, iya.”
“Eh, emang lu udah tau kita akan kemana,” tanya Rara kepada Dewi tentang tujuan dari expedisi itu.
“Hmmmm, iya gue tau.” jawabnya sambil melepaskan pelukannya.
“Kita akan berangkat ke suatu tempat satu bulan dari sekarang, suatu tempat yang mungkin lo sendiri ga tau bahwa ada sebenarnya tempat tersebut.”
“Ada suatu desa, tepatnya di selatan pulau jawa ini, suatu desa yang dikelilingi oleh hutan yang sangat lebat, kita mungkin bisa berhari-hari untuk sampai ke desa itu dengan jalan kaki.”
“Namun ra, desa itu mempunyai misteri yang mungkin akan kita ungkap bersama Pak Brata disana.”
Rara yang mendengarkan Dewi yang bercerita hanya terdiam, dia seperti penasaran akan desa itu karena dia merasa di zaman yang penuh teknologi ini mana mungkin masih ada desa yang sangat terpencil dan jauh dari desa-desa lain yang ada di sekitarnya.
“Sorry gue potong wi, nama desa itu apa, ko gue baru denger ada desa begitu terpencil gitu.” kata Rara yang penasaran atas nama desa tersebut.
Dewi sedikit terdiam, dia melihat sekeliling terlebih dahulu sebelum akhirnya dia mendekatkan dirinya ke arah Rara. dia takut bahwa selain dirinya dan Pak Brata ada orang lain yang mendengarkan apa yang sedang dibicarakan.
“Nama desa itu adalah desa Kolong Mayit ra”
“Memang itu nama yang unik, karena disana hanya ada rumah-rumah panggung yang ditinggali oleh masyarakat disana yang hidup dari hutan.”
“Namun,”
“Di bawah rumah-rumah panggung itu, terdapat makam-makam keluarga mereka, yang dikuburkan tepat di bawah rumah panggung mereka.”
“Entah mengapa mereka melakukan hal itu, ada sebuah misteri kenapa mereka memakamkan keluarga mereka dibawah sana.”
“Dan itu yang nanti akan kita ungkap, dan kita adalah yang pertama untuk mengungkap misteri di desa itu ke dunia luar bersamaan dengan perusahan Pak Brata yang mensponsori kita.”
sampeuk dan 21 lainnya memberi reputasi
22
Kutip
Balas
Tutup