- Beranda
- Stories from the Heart
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
...
TS
jurigciwidey
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
Quote:
Good news for me gan, kemaren ane dah ketemu dengan pihak PH, dan sepakat mereka mengangkat ide cerita tentang kolong mayit sebagai film yang akan mereka buat...
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
SAMPURASUN
Setelah beberapa tahun menghilang, karena cerita-cerita sebelumnya di tarik oleh salah satu platform, akhirnya kini ane kembali lagi gan. seperti pulang ke kampung halaman setelah merantau selama dua tahun lamanya
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
Quote:
Rara, begitulah namanya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
ARC 1 : AWAL MULA RARA
BAB 1 (DIBAWAH)
BAB 2 (HILANG)
BAB 3 (RAMAI)
BAB 4 (RUANGAN)
BAB 5 (PULANG)
BAB 6 (SUASANA)
BAB 7 (MELARIKAN DIRI)
BAB 8 TERSADARKAN
ARC 2 : EXPEDISI
BAB 9 SATU BULAN KEMUDIAN
BAB 10 PERTEMUAN
BAB 11
MBAH WALANG
BAB 12 KEBERANGKATAN
BAB 13 BERKUMPUL
BAB 14 MALAM PERTAMA
BAB 15 KELUAR
BAB 16 DARAH
BAB 17 MEMULAI PERJALANAN
BAB 18 LEUWEUNG KUNTI
BAB 19 PERDEBATAN
BAB 20 MEREKA
BAB 21 DILUAR RENCANA
BAB 22 KEPANIKAN
BAB 23 MENGIKUTI
BAB 24 BERPENCAR
BAB 25 MIMPI
BAB 26 KETAKUTAN
BAB 27 SAMPAI
BAB 28 DESA
BAB 29 DIMALAM PERTAMA
BAB 30 KERAMAT
BAB 31 TERSENYUM
BAB 32 TIDAK TERDUGA
BAB 33 KEPANIKAN
BAB 34 MENGUNGSI
BAB 35 KETIDAKTAHUAN
BAB 36 KENYATAAN
BAB 37 TERROR
BAB 38 KETAKUTAN
BAB 39 MELARIKAN DIRI
BAB 40 DIA
BAB 41 DIBALIK ITU SEMUA
BAB 42 PENYESALAN
BAB 43 BANTUAN
BAB 44 MENGHILANG KEMBALI
BAB 45 TERNYATA DIA
BAB 46 KEMBALI
BAB 47 DATANG
BAB 48 BEBERAPA WAKTU YANG LALU (TAMAT)
Quote:
“Bener kita harus lakuin ini Wi?”
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Diubah oleh jurigciwidey 25-08-2023 07:07
littlesmith dan 46 lainnya memberi reputasi
45
30.2K
Kutip
433
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.3KAnggota
Tampilkan semua post
TS
jurigciwidey
#34
BAB 10 : PERTEMUAN
Quote:
Sebuah cafe yang megah terlihat di salah satu sudut kota, cafe yang memiliki pemandangan hamparan sawah yang indah, karena terletak di sebuah perbukitan yang jaraknya sekitar lima puluh kilometer dari tempat kuliah tim rarasukma.
Cafe itu memang sedikit terpencil, namun disana sangat ramai. bahkan banyak sekali mobil-mobil mewah berjejer di tempat parkir yang luas dibawahnya.
Terlihat, sebuah mobil yang dikendarai Danang baru saja terparkir disana. mobil dengan sebuah tulisan besar bernama Rarasukma lengkap dengan tulisan follow dan subcribe yang ada dibawahnya. membuat mobil itu sangat berbeda dari mobil-mobil yang ada di tempat tersebut.
Tak lama, mereka pun keluar, mereka sedikit terkejut ketika melihat begitu megahnya cafe itu.
Cafe dua lantai dengan pemandangan yang indah disana, dan mungkin saja, pemilik dari mobil-mobil ini adalah seorang pebisnis yang ingin merasakan ketenangan setelah mereka lelah bekerja di kota-kota besar.
“Besar sekali tempatnya.”
“Bener Pak Brata meminta ketemuan disini.” kata Ardi yang melihat dengan seksama cafe tersebut.
“Ah deso lo, namanya big bos pasti minta ketemuan di tempat kayak gini. makanya kalau ada endorse gitu lu ngikut jangan bedua doang di basecamp sama si Dimas noh.” jawab danang dengan nada yang sedikit mengejek.
“Ya kan lu jadi supirnya si Dewi sama si Rara, ya pasti ngikut lah, sedangkan kita berdua ngapain ngikut. kata Ardi yang ga mau kalah.
“Hush, udah-udah ayo kita masuk.”
“Ayo ra, kita masuk dulu. udah lu jangan pusing gitu, gue tau masalah lu, makanya gue minta ketemu agar nantinya pas sudah mulai jalan lu merasa aman.”
“Tenang, ini dokumenter ko sifatnya, jadi nanti bisa di edit-edit sekiranya lu ga sreg di bagian tertentu dalam dokumenter itu.” kata Dewi yang mengajak Rara masuk.
“I, iya dew, gue ngikut aja kata lo.”
Semenjak kejadian itu, Rara benar-benar berubah. dia lebih pendiam dari sebelumnya, lebih cuek, dan lebih penakut.
Beberapa kali dia berkata kepada Dewi bahwa dia masih belum terbiasa dengan apa yang dilihatnya, meskipun beberapa kali Dewi pasti berkata bahwa itu halusinasi. namun tetap saja, di mata Rara itu adalah kenyataan yang tidak bisa Dewi lihat.
***
“Ah, itu pasti Rara, selamat datang di cafe saya.”
Nampak seseorang terlihat berdiri, seorang bapak-bapak umur lima puluhan yang sedikit gemuk. pakaiannya perlente dengan jas berwarna biru tua dan terlihat menyambut mereka semua dengan senyumannya yang hangat.
Tak jauh darinya, terlihat dua orang yang duduk dalam satu meja. tubuh mereka berdua sangatlah besar, seperti seseorang pengawal yang disewa untuk mengawal dirinya pada saat itu kemanapun dia berada.
Dewi, dan Rara serta ketiga temannya yang ada di belakang hanya tersenyum sambil sedikit menunduk, mereka benar-benar tidak menyangka bahwa seorang boss dari perusahaan besar akan bertemu dengan mereka tanpa mewakilkan orang lain untuk di urus tentang kerjasama yang akan mereka lakukan.
“Duduk-duduk, silahkan duduk, santai dulu disini jangan tegang gitu.”
“pelayan.”
Pak Brata yang merupakan pemilik perusahaan yang akan menjadi sponsor mereka langsung mengangkat tangannya. dengan cekatan pelayan yang sedang berdiri di dekat kasir langsung menghampirinya dan memberikan menu yang dibagikan kepara mereka semua.
“Silahkan, pesanlah yang kalian mau ya, makan dulu baru nanti kita bicara tentang kerjasama ini.”
***
Pak Brata benar-benar berwibawa, dari mulai dia berbicara, makan, bahkan merokok pun dia terlihat sangat elegan, dia bahkan menata kata-kata layaknya bos besar pada umumnya.
“Jadi gimana, atas tawaran saya,” kata Pak Brata sambil menghisap rokok yang dia bawa.
“Kalian tidak perlu membawa peralatan, semua akan kita siapkan berapapun anggarannya.”
“Karena saya sendiri tidak mau ada kecacatan dalam hasilnya nanti, jadi kalau perlu beli kamera yang mahal, bisa kita atur dan kita pinjamkan untuk keperluan dokumenter nanti.”
“Syarat kalian hanyalah mendokumentasikan sebuah perjalanan dari awal hingga akhir dengan memakai semua produk yang ada.”
“Dari mulai, tenda, baju, jacket, sepatu, tas, topi, bahkan tempat minum dan peralatan makan semua memakai produk kita.”
“Ketika semuanya selesai, cuplikan video kalian terutama kamu Rara” kata Pak Brata sambil menunjuk Rara.
“Akan ku sebarkan kepada para influencer dengan memakai video dokumentasi kalian untuk promo, sehingga selain kalian mendapatkan bayaran, kalian juga mendapatkan follower tambahan, terutama kamu Rara.”
“Dan kalau ini sukses, aku bisa membuat kontrak baru, dan membuatmu menjadi brand ammbassador perusahaan saya.”
Pak Brata menjelaskan secara detail tentang perjanjian yang akan mereka buat, bahkan dia sudah menyiapkan dokumen yang bisa mereka tandatangani sebagai tanda setuju.
meskipun.
“Bentar pak, mohon maaf.”
Dewi, tiba-tiba memotong pembicaraan pak brata pada saat itu.
“Dari tadi bapak menjelaskan tentang perjanjian ini, namun setelah saya dengarkan bapak tidak menjelaskan kemana kita akan berangkat nantinya.”
“Kita harus tau, karena kita juga harus persiapan akan hal itu, apalagi saya sudah meminta satu hal, yang menyangkut keselamatan kita nantinya.”
“Apalagi bapak bilang di dalam telepon pada saat itu, tempat yang akan kita datangi adalah tempat yang paling menyeramkan, namun tidak pernah terexpose oleh media.”
Fuuuuhhhh
Pak brata dengan tenangnya menyedot rokok yang dia hirup, lalu mengeluarkannya sehingga asapnya yang putih keluar hingga menutupi langit-langit yang ada di dalam sana.
“Saya sebenarnya tidak cocok untuk menjelaskan tentang tempat itu, namun alangkah baiknya saya memanggil orang yang bisa menjelaskan, sekaligus orang yang nantinya akan menjaga kalian dari sesuatu hal yang mungkin saja bisa membahayakan diri kalian disana”
Pak Brata tiba-tiba mengangkat salah satu tangannya, dan salah satu pengawal yang duduk tak jauh dari Pak Brata langsung mengangguk dan berdiri seperti sudah tau atas apa yang diperintahkan.
Dengan sigap dia keluar, dan memanggil orang yang dimaksud Pak Brata untuk bergabung dengan kita semua.
Seseorang yang dipercaya oleh Pak Brata sebagai seseorang paranormal yang akan menjaga Rara dan tim rarasukma dari sesuatu yang bisa mengakibatkan mereka celaka disana.
“Perkenalkan, itu adalah Mbah Walang, seseorang yang nanti akan menjaga perjalanan kita semua,” kata Pak Brata yang mengenalkan seseorang yang berjalan kepadanya pada saat itu.
“Sesuai permintaan kalian, aku sudah membawanya sebagai jaminan akan…”
Ho, hoeeeekkk
Ho, hoeeeekkk
Tiba-tiba, Rara yang duduk bersama Dewi, Danang, Dimas dan Ardi tiba-tiba muntah. semua makanan dan minuman yang dia makan keluar semua pada saat itu.
Seketika, Danang yang paling dekat dengannya langsung menepuk-nepuk punggungnya.
“Ra, ra, kenapa lu ra.”
Rara hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil menunduk, mulutnya terus terbuka karena perutnya tiba-tiba terasa mual.
“Gelap nang, gelap.”
“Hah, maksudnya gelap gimana ra.” kata Danang yang ga mengerti atas apa yang dibicarakan.
“Gelap nang, gelap, dan, dan, bu, bu, busuk”
Hoeeeeekkkkkk
Tangan rara selintas menunjuk ke arah Mbah Walang, dan sepertinya Mbah Walang tau apa yang terjadi dengan Rara, sehingga dia terlihat sedang menatap Rara dengan tatatapan yang tajam.
“Ja, ja, jauhin gue dari orang itu nang, ka, ka, karena seperti banyak orang yang berbisik kepada gue di telinga, yang mengatakan bahwa dia itu gelap dan busuk.”
Hoeeek, hoeeeekkk
Cafe itu memang sedikit terpencil, namun disana sangat ramai. bahkan banyak sekali mobil-mobil mewah berjejer di tempat parkir yang luas dibawahnya.
Terlihat, sebuah mobil yang dikendarai Danang baru saja terparkir disana. mobil dengan sebuah tulisan besar bernama Rarasukma lengkap dengan tulisan follow dan subcribe yang ada dibawahnya. membuat mobil itu sangat berbeda dari mobil-mobil yang ada di tempat tersebut.
Tak lama, mereka pun keluar, mereka sedikit terkejut ketika melihat begitu megahnya cafe itu.
Cafe dua lantai dengan pemandangan yang indah disana, dan mungkin saja, pemilik dari mobil-mobil ini adalah seorang pebisnis yang ingin merasakan ketenangan setelah mereka lelah bekerja di kota-kota besar.
“Besar sekali tempatnya.”
“Bener Pak Brata meminta ketemuan disini.” kata Ardi yang melihat dengan seksama cafe tersebut.
“Ah deso lo, namanya big bos pasti minta ketemuan di tempat kayak gini. makanya kalau ada endorse gitu lu ngikut jangan bedua doang di basecamp sama si Dimas noh.” jawab danang dengan nada yang sedikit mengejek.
“Ya kan lu jadi supirnya si Dewi sama si Rara, ya pasti ngikut lah, sedangkan kita berdua ngapain ngikut. kata Ardi yang ga mau kalah.
“Hush, udah-udah ayo kita masuk.”
“Ayo ra, kita masuk dulu. udah lu jangan pusing gitu, gue tau masalah lu, makanya gue minta ketemu agar nantinya pas sudah mulai jalan lu merasa aman.”
“Tenang, ini dokumenter ko sifatnya, jadi nanti bisa di edit-edit sekiranya lu ga sreg di bagian tertentu dalam dokumenter itu.” kata Dewi yang mengajak Rara masuk.
“I, iya dew, gue ngikut aja kata lo.”
Semenjak kejadian itu, Rara benar-benar berubah. dia lebih pendiam dari sebelumnya, lebih cuek, dan lebih penakut.
Beberapa kali dia berkata kepada Dewi bahwa dia masih belum terbiasa dengan apa yang dilihatnya, meskipun beberapa kali Dewi pasti berkata bahwa itu halusinasi. namun tetap saja, di mata Rara itu adalah kenyataan yang tidak bisa Dewi lihat.
***
“Ah, itu pasti Rara, selamat datang di cafe saya.”
Nampak seseorang terlihat berdiri, seorang bapak-bapak umur lima puluhan yang sedikit gemuk. pakaiannya perlente dengan jas berwarna biru tua dan terlihat menyambut mereka semua dengan senyumannya yang hangat.
Tak jauh darinya, terlihat dua orang yang duduk dalam satu meja. tubuh mereka berdua sangatlah besar, seperti seseorang pengawal yang disewa untuk mengawal dirinya pada saat itu kemanapun dia berada.
Dewi, dan Rara serta ketiga temannya yang ada di belakang hanya tersenyum sambil sedikit menunduk, mereka benar-benar tidak menyangka bahwa seorang boss dari perusahaan besar akan bertemu dengan mereka tanpa mewakilkan orang lain untuk di urus tentang kerjasama yang akan mereka lakukan.
“Duduk-duduk, silahkan duduk, santai dulu disini jangan tegang gitu.”
“pelayan.”
Pak Brata yang merupakan pemilik perusahaan yang akan menjadi sponsor mereka langsung mengangkat tangannya. dengan cekatan pelayan yang sedang berdiri di dekat kasir langsung menghampirinya dan memberikan menu yang dibagikan kepara mereka semua.
“Silahkan, pesanlah yang kalian mau ya, makan dulu baru nanti kita bicara tentang kerjasama ini.”
***
Pak Brata benar-benar berwibawa, dari mulai dia berbicara, makan, bahkan merokok pun dia terlihat sangat elegan, dia bahkan menata kata-kata layaknya bos besar pada umumnya.
“Jadi gimana, atas tawaran saya,” kata Pak Brata sambil menghisap rokok yang dia bawa.
“Kalian tidak perlu membawa peralatan, semua akan kita siapkan berapapun anggarannya.”
“Karena saya sendiri tidak mau ada kecacatan dalam hasilnya nanti, jadi kalau perlu beli kamera yang mahal, bisa kita atur dan kita pinjamkan untuk keperluan dokumenter nanti.”
“Syarat kalian hanyalah mendokumentasikan sebuah perjalanan dari awal hingga akhir dengan memakai semua produk yang ada.”
“Dari mulai, tenda, baju, jacket, sepatu, tas, topi, bahkan tempat minum dan peralatan makan semua memakai produk kita.”
“Ketika semuanya selesai, cuplikan video kalian terutama kamu Rara” kata Pak Brata sambil menunjuk Rara.
“Akan ku sebarkan kepada para influencer dengan memakai video dokumentasi kalian untuk promo, sehingga selain kalian mendapatkan bayaran, kalian juga mendapatkan follower tambahan, terutama kamu Rara.”
“Dan kalau ini sukses, aku bisa membuat kontrak baru, dan membuatmu menjadi brand ammbassador perusahaan saya.”
Pak Brata menjelaskan secara detail tentang perjanjian yang akan mereka buat, bahkan dia sudah menyiapkan dokumen yang bisa mereka tandatangani sebagai tanda setuju.
meskipun.
“Bentar pak, mohon maaf.”
Dewi, tiba-tiba memotong pembicaraan pak brata pada saat itu.
“Dari tadi bapak menjelaskan tentang perjanjian ini, namun setelah saya dengarkan bapak tidak menjelaskan kemana kita akan berangkat nantinya.”
“Kita harus tau, karena kita juga harus persiapan akan hal itu, apalagi saya sudah meminta satu hal, yang menyangkut keselamatan kita nantinya.”
“Apalagi bapak bilang di dalam telepon pada saat itu, tempat yang akan kita datangi adalah tempat yang paling menyeramkan, namun tidak pernah terexpose oleh media.”
Fuuuuhhhh
Pak brata dengan tenangnya menyedot rokok yang dia hirup, lalu mengeluarkannya sehingga asapnya yang putih keluar hingga menutupi langit-langit yang ada di dalam sana.
“Saya sebenarnya tidak cocok untuk menjelaskan tentang tempat itu, namun alangkah baiknya saya memanggil orang yang bisa menjelaskan, sekaligus orang yang nantinya akan menjaga kalian dari sesuatu hal yang mungkin saja bisa membahayakan diri kalian disana”
Pak Brata tiba-tiba mengangkat salah satu tangannya, dan salah satu pengawal yang duduk tak jauh dari Pak Brata langsung mengangguk dan berdiri seperti sudah tau atas apa yang diperintahkan.
Dengan sigap dia keluar, dan memanggil orang yang dimaksud Pak Brata untuk bergabung dengan kita semua.
Seseorang yang dipercaya oleh Pak Brata sebagai seseorang paranormal yang akan menjaga Rara dan tim rarasukma dari sesuatu yang bisa mengakibatkan mereka celaka disana.
“Perkenalkan, itu adalah Mbah Walang, seseorang yang nanti akan menjaga perjalanan kita semua,” kata Pak Brata yang mengenalkan seseorang yang berjalan kepadanya pada saat itu.
“Sesuai permintaan kalian, aku sudah membawanya sebagai jaminan akan…”
Ho, hoeeeekkk
Ho, hoeeeekkk
Tiba-tiba, Rara yang duduk bersama Dewi, Danang, Dimas dan Ardi tiba-tiba muntah. semua makanan dan minuman yang dia makan keluar semua pada saat itu.
Seketika, Danang yang paling dekat dengannya langsung menepuk-nepuk punggungnya.
“Ra, ra, kenapa lu ra.”
Rara hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil menunduk, mulutnya terus terbuka karena perutnya tiba-tiba terasa mual.
“Gelap nang, gelap.”
“Hah, maksudnya gelap gimana ra.” kata Danang yang ga mengerti atas apa yang dibicarakan.
“Gelap nang, gelap, dan, dan, bu, bu, busuk”
Hoeeeeekkkkkk
Tangan rara selintas menunjuk ke arah Mbah Walang, dan sepertinya Mbah Walang tau apa yang terjadi dengan Rara, sehingga dia terlihat sedang menatap Rara dengan tatatapan yang tajam.
“Ja, ja, jauhin gue dari orang itu nang, ka, ka, karena seperti banyak orang yang berbisik kepada gue di telinga, yang mengatakan bahwa dia itu gelap dan busuk.”
Hoeeek, hoeeeekkk
sampeuk dan 26 lainnya memberi reputasi
27
Kutip
Balas
Tutup