getih.sangitAvatar border
TS
getih.sangit
Rumah Sangit




Quote:


Quote:


Spoiler for Disclaimer:


HAPPY READING!!


Diubah oleh getih.sangit 02-06-2023 08:36
rotten7070
arieaduh
letnankimi
letnankimi dan 72 lainnya memberi reputasi
73
63.3K
140
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
getih.sangitAvatar border
TS
getih.sangit
#1
Misteri Rumah Sangit Episode-1: Mencari Sahabat yang Minta Tolong


Ini pengalaman hidup saya pada tahun 2019, yang tidak pernah saya harap akan terjebak mengalaminya begini… Hidup saya saat itu seperti mimpi buruk… Mimpi buruk yang masih menghantui saya sampai hari ini…

Saya berharap sore itu harusnya tetap diam saja di rumah. Saya berharap sore itu terus saja belajar untuk lulus kuliah, di kamar saya yang hangat dan nyaman. Namun, sore itu saya malah pergi ke rumah teman kuliah saya, namanya Wening.

Pada sore itu, lewat aplikasi chatting Wening tiba-tiba mengirim sebuah video ke saya… Satu video mengerikan yang waktu itu membuat saya nekad menempuh perjalanan jauh dari rumah saya ke alamat rumahnya yang saya ketahui berada di daerah Patahan.

Wening: Tolong… Saya akan dikurung di kerangkeng… akan dikorbankan!!
Jangan!! Jangan!! Nang, Ning, Ning, Nang, Ning, eu… Nang, Ning, Ning,
Nang, Ning, eu!!”


Dalam video itu, Wening tampak sangat ketakutan, dan anehnya… dia malah menyanyikan lagu kanak-kanak yang misterius itu keras-keras, sebelum kemudian videonya berhenti.

Saya: Ning, aku ke rumah kamu sekarang!!

Maka, sore itu saya tiba dan berdiri di depan pintu rumahnya. Saya cuma tahu alamat rumahnya yang pernah Wening bilang, tapi belum pernah ke rumahnya sebelum ini… Tadi di tengah jalan setelah masuk daerah Patahan, saya sempat kebingungan… Untung tadi saya berpapasan sama seorang ibu yang bisa menunjukkan jalan ke rumah keluarga Wening. Barusan saya sudah mengetuk pintu rumah ini, tapi tidak ada jawaban…

Saya hendak mengetuk pintu depan ini sekali lagi. Kalau masih tidak ada jawaban, saya mau pulang saja… Tapi, tiba-tiba pintu di hadapan saya itu dibuka dari dalam.

Seorang pria gagah dalam balutan kemeja dan celana berwarna putih menyambut saya. Pakaiannya agak kotor, seperti baru saja melakukan pekerjaan berat. Raut wajahnya sangat mirip dengan Wening, dan saya pernah diceritakan juga kalau Wening memang punya kakak kembar, namanya Wenang. Pria yang sekarang berdiri di hadapan saya ini.

“Cari Wening, ya?” Wenang tersenyum dan bertanya dengan sopan.

“I-iya… Cari Wening… Ada?” Saya menjawabnya dengan gugup.

“Ada,” jawab Wenang. “Silakan masuk…”

Harusnya saya pulang… Harusnya saya pulang saja… Tapi sore itu saya malah melangkah masuk ke rumahnya.

Ruang tamunya dipenuhi aroma wangi bunga sedap malam, yang suka tercium di kampus… yang suka tercium tiap kali saya bersama Wening di kampus… Memang ada sebuah vas penuh batang bunga sedap malam di atas meja di ruang tamu ini, dan di sebelahnya ada sebuah radio tua.

Radio tua ini mengalunkan siaran berita dari posisinya di antara deretan figura foto keluarga, yang berisi wajah Wening, Wenang, dan ibu mereka. “…Dilaporkan banyak keluarga diduga terlibat dalam pesugihan, yang mengorbankan orang-orang terdekat kepada iblis. Sehingga menyebabkan banyaknya laporan orang hilang…”

Tangan Wenang tiba-tiba menurunkan volume siaran radio itu, dan lanjut berkata, “Silakan lewat sini…”

Wenang menunjuk sebuah pintu di ujung ruangan, yang sepertinya menghubungkan untuk masuk ke ruangan lainnya di rumah ini.

“Oh, iya…” Mengangguk demi kesopanan, saya pun mendekat ke pintu itu.

Wenang membukakan pintu itu untuk saya. “Wening ada di kamarnya. Kamu bisa lewat sini, sekalian bertemu teman-temannya dulu…”

Saya tidak mengira kalau ada teman-teman Wening lainnya yang juga sedang ada di rumah ini. Saya pikir, bagus juga kalau lagi ramai…

“Iya, Kak…” Saya lantas melangkah melewati ambang pintu yang dibuka Wenang. Tapi, ruangan itu gelap, “Kak, lampunya masih mati…”

Satu tangan Wenang masih memegangi kenop pintu, sementara satunya lagi bergerak menyalakan lampu. Ruangan ini pun menyala, meski lampunya remang-remang. Ternyata ini sebuah gudang… Gudang yang penuh dengan tumpukan pakaian berdarah!!! Aromanya bau gosong dan amis menyengat!!!

Seketika Wenang menutup pintu di belakang saya, dan menguncinya. Saya gemetar ketakutan, dan spontan menjerit sekuat tenaga. “HEY!! WENANG!! KENAPA DIKUNCI?! TOLOOONNGG…!!! WENANG, KELUARKAN SAYA DARI SINI!!!”

Saya menggedor-gedor pintu di belakang saya. Tapi, Wenang masih menguncinya. Hanya terdengar suara Wenang dari balik pintu. “Silakan menunggu jadi tumbal berikutnya…”

<bersambung>
Diubah oleh getih.sangit 02-06-2023 08:37
masjamal127.
itkgid
redbaron
redbaron dan 26 lainnya memberi reputasi
27
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.