Kaskus

Story

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
Supernatural
Quote:


Mungkin agan di sini pernah baca cerita ane yang berjudul pancasona? Kali ini ane akan melanjutkan kisah itu di sini. Yang suka cerita genre fantasi, kasus pembunuhan berantai, gengster werewolf, vampire dan sejenisnya. Silakan mampir. emoticon-Betty

Supernatural

Quote:


INDEKS
Part 1 abimanyu maheswara
Part 2 abimanyu
Part 3 kalla
Part 4 siapa kalla
Part 5 seorang gadis
part 6 Ellea
part 7 taman
Part 8 kamar ellea
Part 9 pagi bersama ellea
Part 10 rencana
Part 11 tentang kalla
part 12 rumah elang
Part 13 kembali aktivitas
part 14 emosi elang
part 15 janin kalla
part 16 elang
Part 17 vin
Part 18 kantor
Part 19 kemunculan kalla
part 20 pulau titik nol kehidupan
part 21 desa terkutuk
Part 22 wira
Part 23 teman lama
Part 24 patung wira
part 25 teror di rumah John
part 26 tato
part 27 simbol aldebaro
part 28 buku
part 29 kantor kalla
part 30 batu saphire
part 31 Lian dan Ayu
part 32 kakak beradik yang kompak
part 33 penyusup
part 34 kalah jumlah
part 35 lorong rahasia
Part 36 masuk lorong
part 37 cairan aneh
part 38 rahasia kalandra
part 39 Nayaka adalah Kalandra
Part 40 kemampuan nayaka
Part 41 Arkie
Part 42 Arkie (2)
Part 43 peperangan
Part 44 berakhir
Part 45 desa abi
part 46 nabila
part 47 cafe abi
Part 48 Maya
part 49 riki kembali, risna terancam
part 50 iblis bertubuh manusia
part 51 bertemu eliza
part 52 Feliz
Part 53 Bisma
Part 54 ke mana bisma
part 55 rahasia mayat
part 56 bisma kabur
part 57 pertemuan tak terduga
part 58 penyelidikan
part 59 tabir rahasia
part 60 kebakaran
part 61 Bajra
part 62 pengorbanan Bajra
part 63 the best team
part 64 masa lalu
part 65 perang dimulai
part 66 kisah baru
part 67 bertemu vin
part 68 san paz
part 69 cafe KOV
part 70 demigod
part 71 california
part 72 Allea dan Ellea
part 73 rumah ellea
part 74 alan cha
part 75 latin kings
part 76 kediaman faizal
part 77 kematian faizal.
part 78 permainan
part 79 ellea cemburu
part 80 rumah
part 81 keributan
part 82 racun
part 83 mayat
part 84 rencana
part 85 kampung....
Part 86 kematian adi
part 87 tiga sekawan
part 88 zikal
part 89 duri dalam daging
part 90 kerja sama
part 91 Abraham alexi Bonar
part 92 terusir
part 93 penemuan mayat
part 94 dongeng manusia serigala
part 95 hewan atau manusia
part 96 Rendra adalah werewolf
part 97 Beta
part 98 melamar
part 99 pencarian lycanoid
part 100 siapa sebenarnya anda
part 101 terungkap kebenaran
part 102 kisah yang panjang
part 103 buku mantra
part 104 sebuah simbol
part 105 kaki tangan
part 106 pertikaian
part 107 bertemu elizabet
part 108 orang asing
part 109 mantra eksorsisme
part 110 Vin bersikap aneh
part 111 Samael
part 112 Linda sang paranormal
part 113 reinkarnasi
part 114 Nayla
part 115 Archangel
part 116 Flashback vin kesurupan
part 117 ritual
part 118 darah suci
part 119 Lasha
part 120 Amon
part 121 masa lalu arya
part 122 sekte sesat
part 123 sekte
part 124 bu rahayu
part 125 dhampire
part 126 penculikan
part 127 pengakuan rian.
part 128 azazil
part 129 ungkapan perasaan
part 130 perjalanan pertama
part 131 desa angukuni
part 132 Galiyan
part 133 hilang
part 134 Hans dan Jean
part 135 lintah Vlad
part 136 rahasia homestay
part 137 rumah kutukan
part 138 patung aneh
part 139 pulau insula mortem
part 140 mercusuar
part 141 kastil archanum
part 142 blue hole
part 143 jerogumo
part 144 timbuktu
part 145 gerbang gaib
part 146 hutan rougarau
part 147 bertemu azazil
part 148 SMU Mortus
part 149 Wendigo
part 150 danau misterius
part 151 jiwa yang hilang
part 152 serangan di rumah
part 153 misteri di sekolah
part 154 rumah rayi
part 155 makhluk lain di sekolah
part 156 Djin
part 157 menjemput jiwa
part 158 abitra
part 159 kepergian faza
part 160 Sabrina
part 161 puncak emosi
part 162 ilmu hitam
part 163 pertandingan basket
part 164 mariaban
part 165 Dagon
part 166 bantuan

INDEKS LANJUT DI SINI INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 16-05-2023 21:45
indrag057Avatar border
bejo.gathelAvatar border
itkgidAvatar border
itkgid dan 12 lainnya memberi reputasi
13
13.5K
222
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#150
145 Gerbang Gaib
"Gue udah pelajari PETA kota ini. Beberapa sudut memang kosong, nggak ada aktifitas warga setempat," jelas Gio sambil menunjuk sebuah kertas ukuran satu meter dengan denah kota Timbuktu. "Daerah ini sama ini kosong. Sementara di sini ada beberapa penduduk yang tinggal, terus sama ini ... Ini ... Dan ini."

"Elu ngobrol sama mereka nggak?" tanya Arya.

"Kagak. Tuh si Elang sama Wira, gue nggak ngerti bahasa mereka."

Arya beralih menatap dua orang yang tadi disebutkan oleh Gio.
"Gimana? Kalian dapat info apa?"

"Kalau dari yang gue amati, warga yang masih tinggal di sini itu berbeda beda. Semua sesuai dengan suku masing-masing. Mereka tersebar di beberapa titik di kota ini. Belum semua gue datangi, jadi informasi juga belum banyak," tutur Elang.

"Tadi gue coba tanya tanya ke suku Tuareg, karena suku ini adalah suku pertama yang menguasai wilayah ini," tukas Wira.

"Lalu? Apa hasilnya?" tanya Gio.

"Mereka diam. Nggak mau ngomong banyak, hanya saja justru gue yakin kalau mereka tau sesuatu," timpalnya.

"Terus gimana, Om? Apa kita bergerak secara diam- diam saja? Mungkin nanti malam?"

"Maksudmu bergerak secara diam diam, bagaimana, Bi?"

"Sepertinya benda itu disembunyikan di suatu tempat. Kalau mereka bersikap aneh, berarti mereka tau tentang benda itu, kan?"

"Bener juga."

"Ya sudah kita bergerak malam ini."

Masjid ini akan menjadi tempat menginap mereka sementara. Nayla dan Ellea bahkan sudah membuat tempat tidur darurat dengan menggelar kasur lantai dan kantung tidur yang mereka bawa di caravan. Cuaca memang panas, maklum saja kalau mereka sedang berada di tengah padang pasir. Keadaan bangunan ini yang selalu sepi tanpa adanya kegiatan lagi, membuat mereka lebih nyaman,dan seolah menganggap rumah sendiri. Mereka membuat perapian untuk memasak. Kopi dan teh kini tersaji untuk menemani malam mereka yang panjang di Timbuktu. Jagung, sosis, dan aneka barbeque juga mereka buat untuk menu makan malam mereka nanti. Walau mereka sedang melaksanakan misi, tapi yang terlihat justru mereka seperti sedang rekreasi. Suara riuh terdengar dari luar tembok masjid itu. Tanpa mereka sadari ada beberapa pasang mata yang mengintai mereka. Orang orang itu mengenakan penutup kepala hingga menutupi sebagian besar wajahnya, hanya kedua bola matanya saja yang terlihat. Bersembunyi dan terus mengawasi pergerakan mereka.

"Setau gue, suku Tuareg itu hidupnya
nomaden. Bukan tipe suku yang akan menetap di sebuah daerah untuk waktu yang lama," tutur Elang, sambil menikmati kopi yang masih hangat.

"Tapi menurut catatan sejarah memang mereka suku yang pertama datang ke daerah ini. Dan sempat menguasai tempat ini, sebelum ada suku suku lain yang mulai masuk," tambah Gio yang masih lahap memakan barbeque yang baru saja matang.

"Jadi kita yakin kalau malam ini menyusup ke tempat mereka?" tanya Arya.

"Yah, nggak ada salahnya, kan? Kita harus mencoba segala kemungkinan. Lagi pula masuk akal juga kalau kunci itu disembunyikan suku Tuareg. Mungkin mereka tombak sejarah kota Timbuktu?" Analisis Wira cukup dapat diterima mereka.

"Terus kami bagaimana? Apa tugas kami?" tanya Nayla, ikut menggerombol di antara para lelaki yang sedang berdiskusi di tengah makan malam sederhana mereka. Serempak kelima pria itu langsung melirik para gadis, ada yang tidak menanggapi, lantas berdiri dan mencari makanan lain yang masih ada di panggangan, ada yang malah balik melirik ke Abi dan Arya, karena dua pria itu yang lebih berhak memutuskan.

Abi berdeham, sambil membetulkan posisi duduknya menghadap kedua wanita itu. "Lebih baik ibu sama Nayla di sini saja. Kita belum tau apa yang akan kita hadapi di sana, lagi pula Abi mohon ke ibu untuk menjaga Ellea. Sepertinya Ellea kena radang tenggorokan dan akhirnya demam."

Nayla melirik ke menantunya, "kamu sakit?" tanyanya sambil meletakkan punggung tangannya di dahi Ellea. Ellea hanya tersenyum sambil menggeleng pelan, ia juga berusaha menepis tangan Nayla yang masih saja memeriksa suhu tubuhnya.

"Enggak kok. Aku nggak apa apa. Masuk angin aja mungkin. Biyu nih terlalu khawatir," elaknya dengan memasang tampang yang dibuat buat. Nayla yang tidak sepenuhnya percaya langsung memberikan tatapan menyelidik ke wanita di depannya dan beralih ke putranya. "Nggak mungkin hamil, kan? Cepat banget?!" seru Nayla dan berhasil membuat pengantin baru itu terkejut.

"Ah, enggak! Kan kami baru menikah kemarin. Masa udah hamil aja," timpal Ellea. Nayla masih diam memperhatikan Ellea yang terlihat salah tingkah.

"Yuk, kita berangkat sekarang. Hari sudah makin malam." Obrolan ibu mertua dan menantu akhirnya terpotong kalimat Arya. Mendengar itu para lelaki langsung beranjak dan bersiap untuk menyusup ke kediaman suku Tuareg.


Ellea memeluk Abimanyu erat. Memberikan doa serta harapan agar suami dan semua rekan rekan mereka selamat dan segera mendapatkan apa yang mereka cari.

Nayla dan Arya juga saling berpamitan. Seolah akan mengikuti sebuah peperangan, Nayla merapikan pakaian Arya dengan tatapan pilu. "Harus pulang dalam keadaan hidup, jaga juga Abimanyu!" titah Nayla yang ditanggapi dengan senyum tipis di bibir Arya. Pria itu lantas mengecup dahi kekasihnya sambil mengelus pipi lembut. "Kamu juga hati hati. Tetap waspada," ujar Arya balik menasehati.

Satu persatu mulai keluar dari pintu gerbang dengan mengendap endap. Sambil memeriksa sekeliling mirip pencuri. Jarak menuju ke kediaman suku Tuareg cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Semakin malam, udara semakin dingin karena angin yang berhembus lebih kencang dari saat siang hari. Kota Tuareg yang awalnya sepi, kini jauh lebih sunyi saat malam tiba. Bahkan tidak ada lagi aktifitas penduduknya saat hari sudah mulai gelap.

Setelah para pria pergi, Nayla dan Ellea kembali masuk ke dalam. Tetapi sebelum masuk Nayla merasakan ada sesuatu di dekatnya, sampai akhirnya Ellea mengajak Nayla masuk ke dalam dan melupakan firasatnya barusan. Dua wanita itu hanya duduk di dekat perapian yang nyala apinya sudah padam sejak tadi, hanya meninggalkan kepulan asap sisa pembakaran yang tidak begitu pekat. Dua wanita itu duduk, sambil menatap langit. Jutaan bintang bertabur indah di atas mereka. Suasana yang sunyi justru membuat dua wanita tersebut merasa lebih baik. Nyaman. Karena terbiasa menjauh dari hiruk pikuk kehidupan kota. Mereka semua mulai menjalani kehidupan lain, setelah mengetahui tentang semua yang terjadi sekarang. Nayla yang awalnya seorang mahasiswi dengan kehidupan normal, kini mulai menjauh dari semua kegiatan kuliahnya. Apalagi setelah ingatannya pulih. Yang ada di pikiran nya hanya terus mencari kunci kunci tersebut. Ia berfikir, setelah semua usai, maka kehidupannya akan kembali normal.

Di sisi lain, Ellea yang beberapa kali mengalami mimpi yang ia tafsirkan sebagai prediksi masa depan, membuat dirinya terlihat makin dewasa dan tenang. Walau hampir setiap malam, ia selalu bermimpi hal yang sama, dan membuat tidurnya tidak pernah nyenyak lagi.

"Sebentar!" seru Ellea, sambil mengamati sekitar mereka.

"Kenapa?"

"Kok suasana ini nggak asing, ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Nggak asing? Maksudnya kamu pernah mengalaminya, Ell. De javu?"

Ellea diam sambil berfikir, mengingat ingat kembali kenangan apa yang terlewat, atau apa pun tentang tempat yang kini mereka datangi. "Bukan de javu. Karena ini pertama kalinya aku datang ke sini, Nay. Tapi suasana ini nggak asing. Aku merasa pernah merasakan sebelumnya."

"Serius kamu? Di mana?"

Dan sontak, sekelebat bayangan mulai kembali di memori otaknya. Walau terlihat samar, tapi Ellea yakin kalau situasi dan keadaannya sama seperti yang sedang ia alami sekarang. Satu persatu bayangan dalam ingatannya muncul. Semua sama. Sama seperti yang sudah mereka jalani kemarin. Mulai dari perjalanan mereka ke tempat ini, menginap di salah satu rumah ibadah, sampai saat mereka melepas kepergian para pria untuk menyusuri kediaman suku Tuareg.

Tiba tiba Ellea panik. Dia berdiri sambil memeriksa sekitarnya sambil bersembunyi. Hal ini membuat Nayla kebingungan. "Kenapa sih, Ell?" tanya Nayla sedikit mengeraskan kalimatnya. Ia sudah tidak sabar mendengar penjelasan Ellea yang terasa masih menggantung sejak dia bilang, Suasana yang sedang mereka alami terasa tidak asing.

Ellea berbalik menghadap Nayla. "Nay, gawat. Kalau apa yang di mimpiku benar. Maka kita dalam bahaya. Para laki laki juga!" seru Ellea sambil berbisik. Namun netranya liar memeriksa sekitar mereka. Ellea lantas menarik Nayla masuk ke dalam dan menutup pintu. "Kenapa sih?!" tanya Nayla makin bingung melihat sikap Ellea.

"Sebentar lagi, akan ada orang yang datang ke sini. Mereka bakal membawa kita," bisik Ellea dengan sorot mata ketakutan.

"Membawa kita? Ke mana?" tanya Nayla ikut panik. Bayangan akan datangnya orang orang jahat, kini mulai bergerumul di pikirannya.

"Nggak tau. Yang jelas, kedatangan kita nggak diharapkan oleh beberapa orang."

"Pantas. Aku merasa ada yang mengintai kita sejak tadi di luar."

"Duh, gimana dong. Apa kita peringatkan yang lain?"

"Kalau memang yang kamu bilang benar, yang harus kita cemaskan justru diri kita, Ell. Kita cuma berdua, tapi coba kamu hubungi Abi. Suruh mereka hati hati," tukas Nayla.

Ellea mengangguk, lalu mengambil benda pipih di dalam tasnya. Beberapa kali ia melakukan panggilan ke nomor Abimanyu, tetapi jaringannya selalu sibuk. "Duh, nggak tersambung!" gerutu Ellea sambil mondar mandir ke sana ke mari. Sementara Nayla memeriksa jendela dan melihat ke luar. Matanya awas dalam setiap gerakan yang ada di luar. Sampai akhirnya apa yang dicemaskan Ellea benar benar terjadi. Nayla melihat sekelebat bayangan orang orang di luar. Sikap mereka aneh, mirip penjahat yang ada di film film. Nayla menarik tubuh Ellea mendekat padanya. Mereka bersembunyi dari incaran para tamu tak diundang di luar.

"Gimana dong," bisik Ellea agak panik.

"Kita harus menghindari mereka. Jumlah mereka cukup banyak, Ell. Sekali pun kita melawan, aku yakin, kita nggak bisa mengalahkan mereka berdua saja!" tutur Nayla putus asa.

"Kita lewat jalan lain saja?" tanya Ellea sambil menunjuk ke arah ruangan lain di belakang mereka. Nayla mengangguk, lalu mereka pergi ke ruangan lain yang sebelumnya memang belum mereka telusuri sejak datang ke tempat ini.

Rupanya tempat ibadah ini cukup luas dengan beberapa ruangan lain di dalamnya. Suasana memang cukup gelap karena di sini jarang ada aliran listrik. Apalagi untuk bangunan terbengkalai, aliran listriknya sengaja diputus. Mereka melewati beberapa ruangan kosong hingga sampai ke ujung ruangan. Sebuah pintu menjadi tujuan mereka sekarang. Diyakini akan membawa mereka keluar dari tempat ini dan terbebas dari orang asing di luar sana.

"Terkunci!" pekik Ellea saat menekan gagang pintu.

"Aduh!" gerutu Nayla.

Bunyi suara keras terdengar dari depan. Pintu yang tadi mereka kunci sudah dibuka paksa, dan tentu membuat dua wanita itu makin ketakutan.

"Kita harus gimana, Nay!" rengek Ellea. Nayla mencari jalan keluar lain, sampai akhirnya dia menemukan sebuah pijakan yang berada di tembok keliling bangunan. Di bagian belakang bangunan ini, ada sebuah lahan kosong yang dulunya taman. Karena ada sisa sisa pot bunga yang sudah layu dan beberapa justru kosong dengan timbunan pasir yang terbawa angin.

"Naik ke sana, Ell!" tunjuk Nayla ke sebuah kotak besar yang berada di dekat tembok. Ellea segera menuruti perkataan Nayla, ia naik ke kotak besar itu yang akhirnya mampu mencapai atas tembok, dia mulai melompati tembok itu untuk bisa keluar. Setelah Ellea berhasil keluar, kini giliran Nayla. Sementara Ellea menunggu wanita itu turun, ia hanya melihat ke Nayla sambil menatapnya cemas. Ia takut jika pelarian mereka akan gagal dan Nayla yang masih memanjat tertangkap oleh rombongan orang orang yang kini sudah merangsek masuk ke dalam.

Tapi tiba tiba mulut Ellea dibekap dari belakang. Ia meronta sambil melihat ke belakang. Ternyata ada beberapa orang yang kini berada di belakang mereka. Mereka berhasil menangkap Ellea dan membuat Nayla tidak bisa berkutik. Mereka akhirnya pasrah di seret pergi dalam usaha pelarian tadi.

Kedua wanita itu dibawa ke tempat lain, berjalan di antara rumah rumah dan bangunan yang terbengkalai lainnya. Beberapa orang yang menggiring mereka nampak asing. Mereka memiliki senjata api dan membuat Nayla dan Ellea tidak mungkin bisa melawan. Kedua wanita itu pasrah dan menurut akan dibawa ke mana.

Tapi di tengah jalan ada seseorang yang menghadang mereka. Otomatis mereka berhenti, salah satu dari orang yang membawa Nayla dan Ellea berteriak dalam bahasa yang tidak mereka mengerti. Hal ini memberikan tanda tanya besar dalam benak Ellea dan Nayla. Dari suara pria di depan mereka, nampak asing. Pria itu bukan salah satu dari teman teman mereka.

"Siapa dia, ya?" tanya Nayla berbisik ke Ellea yang berdiri di dekatnya. Ellea menggeleng, ia juga sama tidak mengerti seperti Nayla, karena dia memakai penutup wajah seperti kebanyakan warga kota ini.

Saat salah satu dari gerombolan penjahat itu menyerang pria di depan, kedua wanita itu menyingkir. Dan terjadilah pertempuran sengit. 5 orang melawan 1 orang. Sebuah jumlah yang tidak seimbang, namun hebatnya pria penolong mereka sungguh tidak dapat diragukan lagi kemampuannya. Dalam beberapa menit saja, kelima orang itu tumbang.

Ia kini berdiri di tengah musuh musuh yang sudah tak sadarkan diri. Mendekat ke dua wanita itu sambil perlahan membuka penutup wajahnya.

Dalam gelapnya malam, dan hanya dibantu dengan sinar bulan, kini mereka dapat melihat wajah penolong mereka. Ellea dan Nayla terkejut. "Alan?!" jerit mereka bersamaan.

Alan tersenyum lebar sambil merapikan senjata yang ia pakai untuk melawan para musuh tadi.

"Kamu ngapain di sini?!" tanya Nayla heran bercampur curiga melihat pria itu ada di tempat ini bersama mereka.

"Kamu membuntuti kami?!" tebak Ellea selanjutnya.

Alan menarik nafas panjang, menatap sekitar mereka, lalu mengajak dua wanita itu pergi. "Nanti aku jelaskan di jalan, kita harus tolong teman teman kalian!"

"Tunggu! Siapa mereka?" tunjuk Nayla ke orang orang yang hampir menculiknya tadi.

"Mereka suku Mora. Militan yang merusak kota ini. Mereka juga mengincar kunci yang kalian cari," jelas Alan sambil terus berjalan lebih dulu di depan.

"Alan! Kamu itu siapa sebenarnya! Kenapa kamu tau soal ... Kunci?! Waktu di rumah itu, kamu bohong! Kamu tau siapa kami dan apa tujuan kami, kan?!" tegas Ellea sedikit menaikkan nada bicaranya.

Alan berhenti berjalan, ia lantas berbalik menghadap kedua wanita yang ada di belakangnya. "Yang jelas, aku ada di pihak kalian. Aku selama ini mengawasi kalian dan membantu saat kalian kesulitan, tanpa kalian tau!"

"Dan kenapa kamu sebaik itu? Atau kamu juga menginginkan kunci kunci itu? Iya?"

"Enggak, Nay. Aku ... Suruhan salah satu angel."

"Apa? Angel? Siapa?"

"Javaid. Setiap malam dia mendengar doa salah satu penghuni surga, agar kami melindungi kalian."

"Penghuni surga?"

"Teman kalian. Adi!"

Kedua wanita itu sontak melotot, hati mereka terasa meleleh mendengar nama itu. Adi, nama orang yang sangat mereka rindukan kembali terucap dari mulut orang asing.

"Adi?"

"Iya, dia salah satu penghuni surga. Tetapi beberapa waktu lalu setelah mendengar kabar kalian, dia cemas. Dan memohon agar kami membantu kalian."

"Jadi kamu juga seorang angel?"

"Bukan, aku cuma maid of archangel. Posisiku tidak setinggi itu. Yah, kasarannya aku ini tukang pukul mereka," jelas Alan sambil menatap langit.

Nayla dan Ellea saling tatap. Mereka akhirnya percaya kata kata Alan. Dan melanjutkan perjalanan untuk menyusul teman teman mereka yang lain.

"Jadi yang tadi itu Suku apa?"

"Mora," sahut Alan datar, sambil terus berjalan.

"Bukan Tuareg?"

"Beda. Di sini banyak kelompok atau suku seperti yang kalian bilang. Dan setiap suku nggak selamanya hidup damai. Walau mereka berdampingan."

"Mora? Jahat? Kenapa mereka menculik kami?"

"Karena mereka sama seperti kalian, mengincar kunci kunci itu. Mereka pemuja iblis, dan ingin membangkitkan raja iblis."

"Eum, ngomong ngomong, tujuan kami mengumpulkan 10 kunci itu juga sepertinya sama seperti mereka," jelas Nayla pelan.

"Iya. Aku tau. Saat kunci itu terkumpul, maka pintu gaib itu terbuka, tugas Nephilim terakhir membunuhnya. Dan menutup kembali pintu itu dengan menghancurkan pintu beserta kunci kuncinya."

"Sebentar, Nephilim terakhir? Itu ... Ellea, kan?" tanya Nayla berhenti berjalan, menghalangi Alan.

Alan melirik ke Ellea yang terlihat gugup. "Iya, dia. Dia yang akan membunuh raja iblis itu."

"Tapi bagaimana caranya?"

Alan melirik kembali ke Ellea. Ellea justru menghindari kembali tatapan mata Alan. "Dengan meledakannya."

"Meledakkan? Ell? Kamu tau gimana caranya?" Nayla kini beralih menatap Ellea.

"Kita pikirkan nanti, Nay. Sebaiknya kita temui teman teman yang lain, perasaanku nggak enak," elak Ellea sambil berlalu meninggalkan mereka. Nayla justru merasakan perasaan tidak enak melihat sikap Ellea. Alan kemudian mengekor pada Ellea, diikuti Nayla yang masih menyisakan banyak pertanyaan di kepalanya.

"Lan, kunci itu benar ada di tangan suku Tuareg?" tanya Ellea sambil mempercepat langkahnya.

"Iya, memang mereka yang menyimpan. Tapi, nggak mudah untuk membujuk mereka untuk memberikan kunci itu. Percayalah. Kalian harus merebutnya untuk mendapatkan benda itu."

"Masih jauh, Lan?" tanya Nayla yang berhasil menyusul langkah mereka.

"Di ujung sana. Itu kediaman mereka. Hati hati, mereka cukup kuno dan tidak suka orang asing!" nasehat Alan.

Mereka mulai mendekati sebuah tembok keliling yang tertutup rapat. Di dalamnya terlihat atap yang menjulang tinggi pertanda bangunan di dalamnya cukup besar. Walau bentuknya dan warnanya tetap sama seperti yang lain.

"Gimana cara kita masuk? Pasti pintunya dijaga!" bisik Nayla.

"Gampang." Alan memegang pindah kedua wanita itu. Dan tiba tiba mereka sudah berada di balik tembok tersebut. Mereka berhasil masuk.

"Sembunyi!" bisik Alan sambil berlalu ke semak semak, Nayla dan Ellea otomatis mengikuti Alan, saat tiba tiba ada dua orang yang melintas.

"Kira kira mereka udah masuk ke dalam belum, ya?" bisik Ellea.

"Sepertinya sudah." Alan segera berjalan memutar mencari jalan masuk ke dalam.

Sampai di sebuah pintu yang ternyata terkunci, membuat Alan melakukan teleportasi, lagi. Dan dengan mudah mereka sudah masuk ke dalam. Dan tepat, di mana semua orang ada di sana. Teman teman mereka sedang dalam keadaan terikat, wajahnya babak belur.

"Aw, aw. Kita salah masuk," kata Alan sambil mengangkat kedua tangannya saat sebuah samurai berada di depan jantungnya.

Ellea mengikuti Alan, karena dilehernya juga sudah ada sebuah belati.

"Masa maid archangel takut pedang," ejek Nayla sambil meletakkan tangan di belakang kepalanya.

Alan melihat ke langit langit, dan ada sebuah pentagram yang membuat dirinya melemah. "Pantesan! Sorry, aku nggak bisa bantu," katanya menjelaskan arti gambar di atas.

Hanya dalam beberapa detik, bumi terasa bergetar. Tembok bergerak seperti ada gempa di sekitar mereka. Semua orang sedikit panik. Berdua lari, tapi mereka masih menahan diri. Langit langit retak, membuat pentagram di atasnya rusak. Sampai akhirnya ada sebuah cahaya yang datang dari atas. Dan turun ke tengah ruangan.

Begitu cahaya itu redup, ada seseorang yang berdiri di sana, dengan dua sayap besar di punggungnya. "Javaid," gumam Alan dengan smirk kemenangan.

Pria dengan tubuh tinggi besar, otot bahunya menonjol, sorot matanya tajam bagai burung elang, ditambah kulitnya yang berkilau seperti bubuk mutiara muncul. Ia menatap tajam satu persatu orang di dalam ruangan ini. Para suku Tuareg mundur. Meletakkan senjata mereka dan bersujud.

"Apa apaan ini?" tanya Javaid dengan suara berat, mengerikan. "Lepaskan mereka!" suruhnya menatap salah satu suku Tuareg yang berpenampilan lebih berwibawa yang tengah duduk di sebuah kursi kebanggaannya. Ia sontak menyuruh anak buahnya untuk melepaskan Abi dan teman temannya.
unclevello
tariganna
regmekujo
regmekujo dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.