Kaskus

Story

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
Supernatural
Quote:


Mungkin agan di sini pernah baca cerita ane yang berjudul pancasona? Kali ini ane akan melanjutkan kisah itu di sini. Yang suka cerita genre fantasi, kasus pembunuhan berantai, gengster werewolf, vampire dan sejenisnya. Silakan mampir. emoticon-Betty

Supernatural

Quote:


INDEKS
Part 1 abimanyu maheswara
Part 2 abimanyu
Part 3 kalla
Part 4 siapa kalla
Part 5 seorang gadis
part 6 Ellea
part 7 taman
Part 8 kamar ellea
Part 9 pagi bersama ellea
Part 10 rencana
Part 11 tentang kalla
part 12 rumah elang
Part 13 kembali aktivitas
part 14 emosi elang
part 15 janin kalla
part 16 elang
Part 17 vin
Part 18 kantor
Part 19 kemunculan kalla
part 20 pulau titik nol kehidupan
part 21 desa terkutuk
Part 22 wira
Part 23 teman lama
Part 24 patung wira
part 25 teror di rumah John
part 26 tato
part 27 simbol aldebaro
part 28 buku
part 29 kantor kalla
part 30 batu saphire
part 31 Lian dan Ayu
part 32 kakak beradik yang kompak
part 33 penyusup
part 34 kalah jumlah
part 35 lorong rahasia
Part 36 masuk lorong
part 37 cairan aneh
part 38 rahasia kalandra
part 39 Nayaka adalah Kalandra
Part 40 kemampuan nayaka
Part 41 Arkie
Part 42 Arkie (2)
Part 43 peperangan
Part 44 berakhir
Part 45 desa abi
part 46 nabila
part 47 cafe abi
Part 48 Maya
part 49 riki kembali, risna terancam
part 50 iblis bertubuh manusia
part 51 bertemu eliza
part 52 Feliz
Part 53 Bisma
Part 54 ke mana bisma
part 55 rahasia mayat
part 56 bisma kabur
part 57 pertemuan tak terduga
part 58 penyelidikan
part 59 tabir rahasia
part 60 kebakaran
part 61 Bajra
part 62 pengorbanan Bajra
part 63 the best team
part 64 masa lalu
part 65 perang dimulai
part 66 kisah baru
part 67 bertemu vin
part 68 san paz
part 69 cafe KOV
part 70 demigod
part 71 california
part 72 Allea dan Ellea
part 73 rumah ellea
part 74 alan cha
part 75 latin kings
part 76 kediaman faizal
part 77 kematian faizal.
part 78 permainan
part 79 ellea cemburu
part 80 rumah
part 81 keributan
part 82 racun
part 83 mayat
part 84 rencana
part 85 kampung....
Part 86 kematian adi
part 87 tiga sekawan
part 88 zikal
part 89 duri dalam daging
part 90 kerja sama
part 91 Abraham alexi Bonar
part 92 terusir
part 93 penemuan mayat
part 94 dongeng manusia serigala
part 95 hewan atau manusia
part 96 Rendra adalah werewolf
part 97 Beta
part 98 melamar
part 99 pencarian lycanoid
part 100 siapa sebenarnya anda
part 101 terungkap kebenaran
part 102 kisah yang panjang
part 103 buku mantra
part 104 sebuah simbol
part 105 kaki tangan
part 106 pertikaian
part 107 bertemu elizabet
part 108 orang asing
part 109 mantra eksorsisme
part 110 Vin bersikap aneh
part 111 Samael
part 112 Linda sang paranormal
part 113 reinkarnasi
part 114 Nayla
part 115 Archangel
part 116 Flashback vin kesurupan
part 117 ritual
part 118 darah suci
part 119 Lasha
part 120 Amon
part 121 masa lalu arya
part 122 sekte sesat
part 123 sekte
part 124 bu rahayu
part 125 dhampire
part 126 penculikan
part 127 pengakuan rian.
part 128 azazil
part 129 ungkapan perasaan
part 130 perjalanan pertama
part 131 desa angukuni
part 132 Galiyan
part 133 hilang
part 134 Hans dan Jean
part 135 lintah Vlad
part 136 rahasia homestay
part 137 rumah kutukan
part 138 patung aneh
part 139 pulau insula mortem
part 140 mercusuar
part 141 kastil archanum
part 142 blue hole
part 143 jerogumo
part 144 timbuktu
part 145 gerbang gaib
part 146 hutan rougarau
part 147 bertemu azazil
part 148 SMU Mortus
part 149 Wendigo
part 150 danau misterius
part 151 jiwa yang hilang
part 152 serangan di rumah
part 153 misteri di sekolah
part 154 rumah rayi
part 155 makhluk lain di sekolah
part 156 Djin
part 157 menjemput jiwa
part 158 abitra
part 159 kepergian faza
part 160 Sabrina
part 161 puncak emosi
part 162 ilmu hitam
part 163 pertandingan basket
part 164 mariaban
part 165 Dagon
part 166 bantuan

INDEKS LANJUT DI SINI INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 16-05-2023 21:45
indrag057Avatar border
bejo.gathelAvatar border
itkgidAvatar border
itkgid dan 12 lainnya memberi reputasi
13
13.5K
222
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#131
127. Pengakuan Rian
Anjas mulai mendekati Nayla, gigi runcing nya kembali ia perlihatkan dan siap menerkam mangsa nya. Nayla menelan ludah, bagaimana pun ia juga memiliki rasa takut sebagai manusia. Melihat keadaan makin tidak baik, otomatis Wira harus bertindak. Ia harus melindungi Nayla, dan Arya. Itulah tugasnya datang ke bumi.

Tangan nya yang terikat di belakang, mulai mengeluarkan hawa panas hingga mampu membakar tali kencang yang ada di pergelangan tangan nya. Hangus menjadi abu. Tetapi ia tetap dengan posisi yang sama. Nayla memejamkan mata, pasrah. Saat Anjas mulai mendekat ke lehernya, Wira langsung berdiri dan menendang nya hingga menabrak lemari di dekat mereka, roboh. Terjadilah perkelahian sengit antara klan Dhampire dengan Wira seorang diri. Nayla terheran heran saat melihat Wira sudah mampu melepaskan diri dari ikatan kencang itu.

Sementara diri nya masih terikat kencang di tempatnya. Ia berusaha melepaskan diri nya, namun ikatan ini justru makin kencang mengikatnya. Pergelangan tangan nya mulai memerah.

Wira hampir kewalahan karena tenaga Dhampir sungguh kuat, terlebih karena bukan hanya gigi mereka yang tiba-tiba keluar dari rahang nya, tapi kuku tajam mereka kini mampu dijadikan senjata melukai Wira. Jika saja tidak ada Nayla, pasti kini mereka semua sudah mati di tangan Wira. Tidak mungkin Wira mengeluarkan kemampuan nya sekarang.

"Aw!" erang Wira saat lengan nya terkena gigitan Niko. Darah Wira kini dicecap Niko, namun bukannya merasakan enak, Niko justru mengernyit dan menunjukkan reaksi tidak suka dengan rasa darah Wira.

"Kau!" pekik Niko seolah tau siapa jati diri Wira. Dengan sigap Wira meraih sebuah potongan kayu panjang lalu menusuk tepat di jantung Niko hingga ia S E N S O Rik kesakitan dan akhirnya tewas. Anjas menjerit kesal karena Niko tewas di depan matanya sendiri. Saat Anjas hendak menerjang tubuh Wira, tiba-tiba dari arah samping, Arya muncul dan langsung menebas kepala Anjas. Di tangan nya ada sebuah pedang panjang yang telah dia pinjam dari salah satu ruangan dosen yang ia lewati tadi.

"Huh, untung saja!" kata Arya sambil melihat kepala Anjas menggelinding hingga sampai di kaki salah satu teman mereka. Tiga Dhampire lain nya mendesis, mereka lantas menyerang Wira dan Arya. Nayla yang tidak bisa melepaskan diri dari ikatan di tangan dan kakinya hanya pasrah dan menonton pertunjukkan di depan nya itu. Ia melirik ke kursi di sampingnya, bekas tempat penyekapan Wira tadi. Dahinya berkerut saat melihat sisa bekas tali pengikat itu terbakar. Keduanya. Tali yang ada di tangan dan kaki Wira hanya tersisa sedikit dengan bekas terbakar. Nayla kembali mengarahkan tatapan matanya pada pemuda yang baru beberapa hari ini ia kenal. "Siapa dia sebenarnya?" tanyanya dalam hati.

Semua Dhampire akhirnya tewas di tangan mereka berdua. Untuk menghilangkan jejak, mereka berencana membakar mayat itu. Wira membantu Nayla melepaskan ikatan gadis itu, sementara itu Ucok datang bersama Putra dan Retno.

"Wah, kami melewatkan pertunjukan rupanya," cetus Ucok.

"Oh, tentu belum, Bang. Bantu aku singkirkan mayat-mayat ini," sahut Arya. Ucok lantas mendengus sebal.

Mereka membawa mayat itu ke belakang gedung ini. Bersama sama mengumpulkannya dan membakar mereka hingga hangus tak bersisa. Tak butuh waktu lama untuk membakar hangus tubuh para Dhampire ini.

"Kenapa sih, kalian terus berurusan sama hal seperti ini?" tanya Ucok saat mereka duduk di taman belakang, dengan teh botol dingin di tangan mereka. Arya terkekeh, Putra dan Retno tidak menjawab hanya sibuk dengan gadget di tangan mereka. Nayla melirik ke Wira yang duduk di depannya.

"Apa cuma ada mereka saja?" tanya Arya.

"Maksudmu Dhampire itu?" tanya Wira menanggapi pertanyaan Arya. Ia mengangguk dan meneguk habis teh dingin di tangannya itu. Putra berdeham. " Mereka adalah yatim piatu, di daftar mahasiswa, mereka sudah kehilangan orang tua sejak beberapa tahun lalu."

"Dan akhirnya mereka saling menemukan, lalu membentuk klan sendiri, begitu?" tanya Wira ke Putra. Putra hanya mengangguk ragu menanggapinya.

"Kalau kalian ragu, tunggu saja," cetus Ucok.

"Maksud abang?"

"Kalau memang mereka punya anggota keluarga lain yang berjenis sama, maka pasti mereka akan mendatangi kalian untuk balas dendam," jawab Ucok, dengan keyakinan penuh.

"Wira, aku mau ngomong pribadi," pinta Nayla langsung beranjak dan berjalan ke sudut taman, jauh dari yang lain. Wira terkejut, menatap teman temannya satu persatu lalu mengikuti Nayla.

Arya menatap mereka dingin. Lalu Ucok menyenggol kaki Arya sambil tersenyum. "Apa?" tanya Arya.

"Cemburu, ya?" bisik Ucok, lalu ditanggapi dengan tawa sinis Arya.

Merasa tempat ini jauh dari teman-temannya, Nayla lantas berdiri dengan melipat kedua tangannya di depan dada, menunggu Wira sampai. "Kenapa?" tanya Wira heran sambil sesekali melirik ke Arya yang masih mencuri pandang pada mereka berdua.

"Aku mau tanya."

"Nanya apa?" tanya Wira tidak nyaman.

"Bagaimana kamu bisa melepaskan diri tadi? "

Sontak Wira diam sejenak, tidak mungkin dia mengatakan hal sebenarnya pada gadis di depannya ini. Apalagi dengan keterbatasan ingatan Nayla, Wira takut Nayla akan menjauhinya dan rencananya akan berantakan.

"Aku punya cara melepaskan diri, Nay. Yah itu bakat dari ayahku," sahut Wira berusaha santai.

"Dengan membakarnya?"

"..."

"Kamu bukan seorang perokok, dan aku yakin kamu nggak menyimpan pematik apa pun di saku mu, kan? Jadi dari mana api itu?"

"..."

"Wira?"

"Sulap."

"Hah?!"

"Yah, sulap. Aku mempelajarinya sedikit-sedikit. Dulu aku pernah mengikuti sirkus saat masih kecil."

Yah semua orang tau kalau Wira berbohong. Nayla juga merasakannya. Ia terus menatap sinis pemuda itu, dan Wira terus menjelaskan semua alibi yang ia punya. Menceritakan hal hal yang mungkin bisa membuat gadis situ berhenti curiga.

"Rian! Menurut kamu bagaimana dia?"

"Apa maksudmu?"

"Aku yakin kamu tau siapa sebenarnya Rian, kan?" tanya Wira yang akhirnya memiliki celah untuk mengelak dari semua tuduhan Nayla.

"Yah, dia dirasuki iblis."

"Apa rencanamu, Nay?"

"Entah lah. Aku masih belum tau harus bagaimana. Yang pasti iblis situ harus keluar dari tubuh Rian."

"Kamu tau, Nay? Kalau Rian itu seharusnya sudah mati beberapa hari lalu?" tanya Wira, ia sontak langsung kembali menutup mulutnya.

Dia sudah ceroboh mengatakan hal ini pada Nayla, tapi ini satu satunya Nayla tidak terus membahas tentang caranya melepaskan diri dari ikatan dari Anjas tadi. Karena ikatan itu memang sangat kuat, tidak bisa melepaskan begitu saja. Dan ia telah membakarnya, bodohnya Wira tidak membakar habis tali pengikat itu, dan meninggalkan jejak, hingga akhirnya Nayla melihatnya.

"Bagaimana kamu tau kalau Rian seharusnya sudah meninggal beberapa hari lalu?"

"Kata Putra," tunjuk Wira ke pemuda berkaca mata yang sedang duduk bersama Retno. "Kita ke sana, yuk, nggak enak sama yang lain. Apalagi Arya."

"Maksud kamu?"

"Eum, nggak apa apa." Wira kembali bersama yang lain diikuti Nayla dengan pikiran yang masih bingung.

Mereka kembali dan mendapat tatapan heran dari yang lain. Ucok juga sudah pamit karena warung baksonya tidak ada yang menjaganya, takutnya pelanggannya kabur nanti.

"Kalian kenapa? Ada masalah?" tanya Retno menatap Nayla dan Wira bergantian. Keduanya hanya menggeleng, menjawab keresahan teman temannya. Arya hanya diam tak banyak bicara, membuat Nayla berfikir yang tidak tidak. Apalagi mendengar kalimat Wira tadi. Apa maksudnya?

Pertanyaan itu terus ada dalam benaknya, namun akhirnya mereka harus segera pulang. Kasus kematian mahasiswa kampus ini, pagi tadi dianggap sudah selesai. Setidaknya mereka merasa aman karena Dhampire ini sudah mereka musnahkan. Anjas dan Niko membunuh Freddie karena telah melihat kedok mereka berdua. Anjas dan Niko takut rahasia mereka terbongkar, lantas membunuh Freddie tanpa sengaja. Mereka bahkan tidak melenyapkan mayat Freddie karena terlalu panik, takut ketahuan.

****

Nayla baru saja membeli nasi bungkus untuk makan malam, ia kembali ke kos sekitar pukul 18.30, berjalan sendirian di jalan raya. Ia putuskan membeli makan tak jauh dari kos nya. Mobilnya belum juga diambil dari bengkel, makin lama Nayla makin malas mengendarai mobilnya sendiri. Apalagi ia kini merasa nyaman jika terus di antar jemput Arya. Hanya saja sikap Arya tadi agak berbeda. Dia banyak diam dan pergi begitu saja setelah menurunkan Nayla.

Langkahnya ringin menuju pintu gerbang kos. Ia melirik sedikit ke samping kiri, sebuah bayangan mirip manusia Nayla rasakan di sudut itu. Ini bukan pertama kali ia merasakan keanehan ini, tapi sudah beberapa kali. Dengan langkah cepat, ia segera membuka pintu gerbang dan buru buru masuk ke kamarnya. Ia langsung mengunci kamarnya dan menutup semua korden.

Ia kembali mengintip dari lubang kunci. Penasaran apakah sosok tadi mengikutinya sampai kamar. Rupanya di depan pintu kamar Nayla sudah ada tubuh yang berdiri di sana. Sontak ia mundur sambil menutup mulutnya. Ia berusaha tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Pikirannya berkecamuk. Ia tidak tau apa dan siapa yang ada di depan kamarnya saat ini.

Nayla mencari ponselnya. Ia berusaha menghubungi Arya, namun baru saja panggilan itu tersambung, Pintu kamarnya didobrak kasar. Suara Arya dari balik telepon tidak lagi dihiraukan Nayla, ia hanya menggenggam benda pipih itu di tangannya. "Rian?!" pekik Nayla, tak percaya.

Pemuda itu tersenyum sinis, menampilkan smirk mengerikan yang membuat Nayla sedikit gentar.

"Kamu mau apa?" tanya Nayla lantang.

"Tentu saja mencarimu, Nayla. Ah, iya, aku masih ingat perkataanmu di kampus tadi. Sebenarnya aku ingin membunuhmu tadi di kampus, tapi ternyata begitu banyak iblis yang sedang mencarimu, ya? Waw, aku yakin kamu adalah makhluk berharga hingga menjadi rebutan semua kaumku."

"Apa? Rebutan? Apa maksudmu?"

"Oh kamu nggak tau? Kalau para iblis sedang mencari kamu, Nay?"

"Kenapa?"

"Entahlah, aku juga nggak tau. Bagaimana kalau kamu ikut aku, biar kita tau apa mau mereka?" tanya Rian dengan penawaran yang sama sekali tidak menguntungkan Nayla. Nayla tersenyum sinis.

"Silakan saja, kalau kamu bisa membawa aku keluar dari kamar ini," tantang Nayla dengan kepercayaan diri penuh. Mendengar itu, Rian yang hendak melangkah mendekati Nayla, lantas tiba-tiba tidak bisa bergerak dari tempatnya berdiri. Ia menatap ke bawah di mana kakinya berpijak.

"Apa ini?" tanya Rian mulai kesal. Nayla tertawa dengan penuh kemenangan. Ia lantas mengambil kursi dan duduk di depan Rian yang tidak bisa berkutik. Kedua bola mata Rian berubah hitam, kulit wajahnya mulai menampilkan gurat warna hitam yang ada di sepanjang urat nadinya.

"Sekarang kita ngobrol! Dan peraturannya, kamu harus menjawab semua pertanyaanku dengan jujur!" suruh Nayla.

Rian berdecih, ia makin tidak suka dengan Nayla karena kepintaran gadis itu memasang perangkap iblis di depan pintu kamarnya. Nayla mengambil sebuah pistol mainan yang ia beli beberapa waktu lalu. Pistol air yang sudah ia isi amunisi. Rian tertawa melihat benda itu ada di tangan Nayla.

Merasa diremehkan, Nayla menembak wajah Rian dengan air yang sudah dia isi penuh. Rian menjerit kesakitan. Karena sebenarnya itu bukan air biasa. Air suci yang sudah didoakan dan sangat ampuh melukai iblis, membakar kulit mereka perlahan hingga melepuh di dalamnya. Mungkin tubuh Rian tidak bereaksi apa apa, padahal jika iblis yang ada di dalamnya terlihat, maka wajahnya sudah melepuh karena air tersebut.

Menyadari situasi kos nya tidak aman untuk aksi interogasinya, Nayla menyumpal mulut Rian dengan kain. Lingkaran perangkap itu akan aman dimasuki Nayla, tapi tidak bagi iblis, mereka tidak akan bisa melepaskan diri dari lingkaran itu.

Sebuah motor berhenti di depan kamar Nayla. Itu adalah Arya yang baru saja datang dengan tergesa gesa setelah mendapat panggil Nayla yang aneh tadi. Arya terkejut saat melihat Rian sudah ada di dalam kamar Nayla dengan pintu kamar Nayla yang terbuka dan engselnya rusak.

"Masuk, Ya!" panggil Nayla sambil melambaikan tangannya ke pemuda yang masih memegang helm di tangannya.

"Ada apa ini?" tanya Arya kebingungan.

Nayla berjalan keluar lalu menarik tangan Arya agar masuk ke dalam. Gadis itu lantas menceritakan semua kejadian itu dari awal hingga akhir.

"Kita hubungi Wira aja, gimana?" tanya Arya meminta persetujuan Nayla. Rian lantas menggeleng cepat sambil menggeram ingin mengatakan sesuatu. Nayla menatap heran lalu melepaskan kain dari dalam mulut Rian.

"Jangan!" cegah Rian.

"Kenapa?!"

"Karena dia bukan manusia!" sahut Rian. Kedua manusia itu langsung melirik ke Rian.

"Apa maksudmu?" tanya Arya.

"Kamu tanya aja ke pacarmu itu," tunjuk Rian ke Nayla yang diam tak menyahut. Arya beralih menatap Nayla meminta penjelasan. Nayla menarik nafas panjang lalu menghembuskannya kasar.

"Aku juga nggak yakin, Ya. Masih aku selidiki."

"Kamu nggak sadar, ya? Kalau dia muncul karena menginginkan kalian berdua?" tanya Rian.

"Kamu berdua?" Kembali pertanyaan Rian terlontar tanpa jawaban pasti dari Rian maupun Nayla.

"Tunggu! Tadi kamu bilang, kalau para iblis sedang mencari aku? Lalu apa hubungannya sama Arya?!"

"Aku belum selesai bicara, Nayla sayang. Kalian berdua yang sedang diincar semua iblis di bumi ini. Yah, setidaknya itu yang aku dengar dari desas desus selama ini."

"Jadi Wira itu ibllis juga?" tanya Arya.

"Kalian ingin tau? Kalau begitu lepaskan aku!" perintah Rian.

Arya menatap ke karpet yang ada di depan pintu, lalu melirik ke Nayla. "Ayo, lepaskan. Maka aku akan beritahu semua informasi yang aku punya. bagaimana?"

"Maaf, tapi, aku tidak sudi bekerja sama dengan iblis!" Kembali tembakan air suci mengenai tubuh Rian. Jeritan Rian membuat Arya tidak nyaman, beberapa kali dia melihat ke luar dari jendela kamar Nayla. Ia lalu menghentikan Nayla, menggeleng.

"Kita bawa dia pergi dari sini. Terlalu beresiko di sini, Nay." Nayla mengangguk pertanda setuju.

"Terus ke mana kita bawa dia, Ya?"

"Aku punya ide."

Mereka sampai di sebuah rumah kosong yang sudah mirip rumah angker. Beberapa perabotan masih utuh di dalam rumah ini, hanya saja sudah tidak layak digunakan karena sudah usang dengan banyak debu di sekitarnya. Ketebalan debu ini bahkan hampir mencapai 1 sentimeter.

Rian masih terikat di sebuah kursi dengan perangkap iblis di bawahnya. Ia tidak bisa berkutik apalagi tali yang digunakan untuk mengikatnya, adalah sebuah tali yang memiliki sejarah religius terkenal. Tali pengikat juru selamat yang dipercaya mampu mengikat makhluk apa pun dan tidak akan mudah terlepas jika sudah terikat tali tersebut. Arya sempat heran, bagaimana Nayla bisa mendapatkan benda tersebut. Dan pemuda itu makin terkesima dengan sikap Nayla yang ternyata jauh dari perkiraannya. Nayla cukup berani dan sadis.

Rian sudah berdarah darah. Wajahnya mulai terlihat memar dan mengalir darah dari pelipis, sudut bibir dan kepalanya karena hantaman dan pukulan dari Nayla. Beberapa kali dia juga menyiramkan air panas, hingga kulit Rian terlihat memerah dengan kepulan asap yang berbau gosong. Ia terus menjerit kesakitan, namun saat Nayla meminta penjelasan tentang siapa Wira dan alasan para iblis mencarinya, Rian malah tertawa. Ia menginginkan pertukaran. Informasi dan kebebasannya. Tentu Nayla sangat menolak keras hal itu. Karena baginya tidak ada satu iblis di dunia ini yang bisa ia percayai.

"Baiklah, satu kesempatan terakhir. Kalau tidak ada informasi apa pun darimu, bersiaplah kamu kembali ke neraka!" Nayla mengambil sebuah buku usang dengan tulisan latin di cover nya. Dia akan melakukan pengusiran setan. Biasanya setiap ruh atau iblis yang terlepas dari inangnya, akan dikirim kembali ke neraka. Tempat di mana mereka disiksa dan tidak bisa kembali ke dunia.

"Biar aku yang ngelakuin, Nay!" pinta Arya menengadahkan tangan kanannya. Nayla menatap Arya heran, tapi tetap memberikan buku di tangannya. "Halaman 102."

Arya menatap Nayla, lalu mengangguk pelan. Pemuda itu membuka halaman demi halaman dengan cepat hingga akhirnya menemukan tulisan yang dimaksud.

"Exorcizamus te, omnis immundus spiritus, omnis satanica potestas, omnis incursio infernalis adversarii, omnis legio, omnis congregatio et secta diabolica. Ergo, omnis legio diabolica, adiuramus te."

Rian menjerit kencang. Suaranya cumakan telinga. Tapi, Nayla dan Arya tidak memperdulikannya. Karena sekeras apa pun Rian berteriak, tidak ada orang yang bisa mendengarnya.

"Stop!"

Nayla mengisyratkan Arya untuk berhenti. "Jawab pertanyaannku!" mata Nayla sambil mendekatkan tubuhnya ke Rian. Rian yang wajahnya sudah babak belur, menatap sinis ke Nayla.

"Go to heel!"

Nayla geram, ia kembali menyuruh Arya melanjutkan kalimatnya.

"cessa decipere humanas creaturas, eisque æternæ perditionìs venenum propinareVade, satana, inventor et magister omnis fallaciæ, hostis humanæ salutisHumiliare sub potenti manu Dei; contremisce et effuge, invocato a nobis sancto et terribili nominequem inferi tremuntAb insidiis diaboli, libera nos, Domine. Ut Ecclesiam tuam secura tibi facias libertate servire, te rogamus.... "

"Oke, oke, baiklah! Aku jawab. Tapi, please berhenti meneruskan kalimat itu!"

Arya dan Nayla saling tatap, kemudian mengangguk pelan. Arya menutup buku itu, lalu mendekat ke Rian. "Lebih baik kamu mulai ngomong! Atau aku teruskan kata terakhir!" ancamnya serius.

"Oke, oke. Gini, menurut gosip yang beredar, kalian berdua sedang dicari Azazil. Kabarnya dia sedang menghimpun pasukan untuk melawan langit.".

"Kenapa harus kami?" tanya Nayla.

"Karena kalian makhluk terkutuk, langit tidak menerima dan bumi mengasingkan! Kini pilihan kalian hanyalah neraka!"

"Terkutuk?!" tanya Arya setengah kebingungan.

"Lalu siapa Wira?"

"Dia Archangel. Dan tugasnya datang ke sini, untuk membunuh kalian berdua!"

"Nggak mungkin!" elak Nayla.

"Kamu masih ragu setelah beberapa kali memergoki dia melakukan hal aneh, Nay? Kamu sendiri nggak yakin, kan, kalau Wira itu orang baik?"

"...." Nayla terdiam.

"Nay?" panggil Arya sambil menarik tangan gadis itu menjauh. Nayla frustrasi, dan hal itu membuat Arya merasa ada yang Nayla sembunyikan darinya, terutama tentang Wira. Nayla menekan kepalanya dengan sikap yang tidak tenang. Ia gelisah hingga akhirnya Arya memegangi kedua lengan Nayla.

"Tenang dulu, Nay. Jelasin pelan-pelan ke aku. Apa maksud perkataan dia?!" tanya Arya menunjuk Rian yang sedang menggerak gerakan wajahnya karena rasa sakit di beberapa titik.

"Gini, aku juga nggak tau maksud dia apa, atau siapa Wira sebenarnya. Tapi aku ngerasa Wira itu aneh. Setelah aku pikir lagi, Wira memang seperti sengaja deketin aku, deketin kita. Jadi temen dekat kita. Tapi aku nggak tau maksud dia apa."

"Kenapa kamu bisa seyakin itu, Nay?"

"Pertama, aku ketemu Wira di gedung kosong itu, gedung di mana Retno hampir dijadikan tumbal pengikut dewa RA, terus setelah semua yang kita alami, Wira itu seolah nggak asing atau seolah mengenal tentang iblis, dan semua hal yang sebagian besar orang anggap gila atau aneh. Seperti kamu. Sementara Wira selalu menerima dan seperti tau banyak tentang iblis, Dhampire, dan semua itu. Paham, kan, Ya?"

Arya diam, sambil berpikir tentang semua perkataan Nayla barusan. Ia juga merasakan keanehan dalam diri Wira. Kedatangannya yang tiba-tiba langsung menjadi salah satu bagian dari mereka. Bersama sama membasmi makhluk yang bahkan Arya anggap hanya tokoh fiksi film saja.

"Anehnya lagi, kemarin, pas kami disekap Anjas. Kamu tali pengikat yang ada di tangan dan kakiku?" tanya Nayla serius dan ditanggapi anggukan pelan Arya. "Dia bisa melepaskan itu dengan tangan kosong!"

"..."

"Omong kosong kalau dia bilang pakai ilmu sulap atau apalah itu! karena aku lihat ada bekas terbakar di beberapa bagian tali punya Wira itu. Dan dalam bayanganku, Wira punya kekuatan membakar sesuatu, mungkin." Nayla begitu berapi api dalam membicarakan hasil pemikirannya.

"Hm, Oke. Kita juga perlu selidiki siapa dia sekarang. Tapi kalau bisa, jangan sampai Wira sadar kalau kita udah curiga sama dia, gimana?"

"Oke. Setuju."

"Terus bagaimana soal Rian?"

"send him to hell!"
itkgid
bejo.gathel
regmekujo
regmekujo dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.