Sumber Gambar

Film merupakan salah satu jenis hiburan audio-visual yang sudah berkembang sangat lama di dunia. Bahkan di Indonesia sendiri, film memiliki sejarah panjang yang tidak bisa dianggap remeh. Banyak film-film yang pernah berjaya pada masanya. Para aktor-aktor yang pernah jadi langganan untuk main diberbagai film.

Hingga saat ini, perfilman Indonesia terus berkembang. Mulai dari cerita, gambar hingga visual efek yang digunakan di dalamnya. Penyebaran film pun semakin meluas di zaman ini, di mana bukan hanya melalui bioskop. Kini film juga bisa didistribusikan melalui platform online. Sehingga penonton bisa menikmati film mereka secara praktis dan tentunya legal.

Ada satu fakta unik jika bicara perkembangan film di Indonesia. Yaitu mengenai berjayanya film erotis atau film dewasa yang pernah berjaya di 80-90an. Film ini sendiri banyak mengangkat genre yang ringan seperti komedi, drama atau romansa. Tapi yang menjadi produk utama dari film ini adalah ekspolitasi keindahan tubuh wanita yang mendominasi.


Sumber Gambar

Sebut saja judul-judul film seperti Kenikmatan Tabu (1994), Bebas Bercinta (1995), dan Rahasia Rumah Bordil (1995). Judul-judul barusan merupakan judul film panas yang pernah hype pada tahun 90an. Mungkin beberapa dari kalian pernah merasakan zaman-zaman tersebut di mana artis seperti Kiki Fatmala, Inneke Koesherawati, hingga Ayu Azhari menjadi bintang di film-film tersebut.

Ya, dahulu film ini memang beredar secara luas di bioskop dan legal ditonton bagi mereka yang sudah berusia di atas 18 tahun. Tidak ada yang protes, tidak mencekalan dan berbagai kontroversi lainnya. Lantas mengapa film sejenis ini bisa berjaya di tahun 90an?

Hal ini tak lepas dari longgarnya sensor film di zaman Orde Baru. Pada zaman itu aturan mengenai sensor film tidaklah seketat sekarang di mana banyak adegan seks hingga ciuman yang mungkin dipotong oleh Lembaga Sensor Indonesia. Hal ini pun dimanfaatkan dengan sangat baik oleh para penggerak industri film untuk meraup keuntungan.


Sumber Gambar

Mengapa tidak ada masyarakat yang mendemo, menolak atau memboikot film seperti ini?

Pada masa itu, para muda-mudi hingga orang tua menganggap film sebagai bahan hiburan saja. Bahkan ada yang menganggap film sebagai sarana untuk lari dari kenyataan. Apa yang tidak mereka dapatkan dalam hidup ini, bisa mereka rasakan setidaknya dalam 1-2 jam selama film berlangsung. Termasuk fantasi-fantasi mengenai wanita seksi yang mungkin tidak semua orang bisa temui di kehidupannya.

Di zaman sekarang, hal serupa akan sulit ditemukan. Di mana kini film bukan sekedar menjadi sarana hiburan. Lebih jauh lagi, film menjadi bentuk seni, ekspresi, media kritik, penyalur gagasan dan masih banyak lagi. Jadi banyak sineas film yang mempertimbangkan lagi kalau mau membuat film erotis. Belum lagi tekanan dari masyarakat. Ditambah sudah ketatnya sensor film di Indonesia.


Sumber Gambar

Film erotis di era Orba memiliki peminatnya sendiri. Meski pun, jalan ceritanya sebenarnya biasa saja. Zaman dulu mungkin masih jarang reviewer atau kritikus online yang kerap memberi rating jelek ke film yang ditontonnya. Yang mana akan mempengaruhi penonton lain yang tadinya sudah niat nonton, malah gak jadi karena review jelek.

Ya, intinya memang sudah berakhir era film panas seperti dulu. Walau perlahan film erotis mulai menandakan awal kebangkitan sejak adanya media streaming online. Iya kah? Nanti kita bahas di lain kesempatan.



Kalian apakah ada yang pernah merasakan zaman-zaman kejayaan film-film panas 90an?

Sumber: Link Referensi 1, Link Referensi 2
Tulisan dan Narasi Pribadi