- Beranda
- Stories from the Heart
Supernatural
...
TS
ny.sukrisna
Supernatural
Quote:
Mungkin agan di sini pernah baca cerita ane yang berjudul pancasona? Kali ini ane akan melanjutkan kisah itu di sini. Yang suka cerita genre fantasi, kasus pembunuhan berantai, gengster werewolf, vampire dan sejenisnya. Silakan mampir.


Quote:
INDEKS
Part 1 abimanyu maheswara
Part 2 abimanyu
Part 3 kalla
Part 4 siapa kalla
Part 5 seorang gadis
part 6 Ellea
part 7 taman
Part 8 kamar ellea
Part 9 pagi bersama ellea
Part 10 rencana
Part 11 tentang kalla
part 12 rumah elang
Part 13 kembali aktivitas
part 14 emosi elang
part 15 janin kalla
part 16 elang
Part 17 vin
Part 18 kantor
Part 19 kemunculan kalla
part 20 pulau titik nol kehidupan
part 21 desa terkutuk
Part 22 wira
Part 23 teman lama
Part 24 patung wira
part 25 teror di rumah John
part 26 tato
part 27 simbol aldebaro
part 28 buku
part 29 kantor kalla
part 30 batu saphire
part 31 Lian dan Ayu
part 32 kakak beradik yang kompak
part 33 penyusup
part 34 kalah jumlah
part 35 lorong rahasia
Part 36 masuk lorong
part 37 cairan aneh
part 38 rahasia kalandra
part 39 Nayaka adalah Kalandra
Part 40 kemampuan nayaka
Part 41 Arkie
Part 42 Arkie (2)
Part 43 peperangan
Part 44 berakhir
Part 45 desa abi
part 46 nabila
part 47 cafe abi
Part 48 Maya
part 49 riki kembali, risna terancam
part 50 iblis bertubuh manusia
part 51 bertemu eliza
part 52 Feliz
Part 53 Bisma
Part 54 ke mana bisma
part 55 rahasia mayat
part 56 bisma kabur
part 57 pertemuan tak terduga
part 58 penyelidikan
part 59 tabir rahasia
part 60 kebakaran
part 61 Bajra
part 62 pengorbanan Bajra
part 63 the best team
part 64 masa lalu
part 65 perang dimulai
part 66 kisah baru
part 67 bertemu vin
part 68 san paz
part 69 cafe KOV
part 70 demigod
part 71 california
part 72 Allea dan Ellea
part 73 rumah ellea
part 74 alan cha
part 75 latin kings
part 76 kediaman faizal
part 77 kematian faizal.
part 78 permainan
part 79 ellea cemburu
part 80 rumah
part 81 keributan
part 82 racun
part 83 mayat
part 84 rencana
part 85 kampung....
Part 86 kematian adi
part 87 tiga sekawan
part 88 zikal
part 89 duri dalam daging
part 90 kerja sama
part 91 Abraham alexi Bonar
part 92 terusir
part 93 penemuan mayat
part 94 dongeng manusia serigala
part 95 hewan atau manusia
part 96 Rendra adalah werewolf
part 97 Beta
part 98 melamar
part 99 pencarian lycanoid
part 100 siapa sebenarnya anda
part 101 terungkap kebenaran
part 102 kisah yang panjang
part 103 buku mantra
part 104 sebuah simbol
part 105 kaki tangan
part 106 pertikaian
part 107 bertemu elizabet
part 108 orang asing
part 109 mantra eksorsisme
part 110 Vin bersikap aneh
part 111 Samael
part 112 Linda sang paranormal
part 113 reinkarnasi
part 114 Nayla
part 115 Archangel
part 116 Flashback vin kesurupan
part 117 ritual
part 118 darah suci
part 119 Lasha
part 120 Amon
part 121 masa lalu arya
part 122 sekte sesat
part 123 sekte
part 124 bu rahayu
part 125 dhampire
part 126 penculikan
part 127 pengakuan rian.
part 128 azazil
part 129 ungkapan perasaan
part 130 perjalanan pertama
part 131 desa angukuni
part 132 Galiyan
part 133 hilang
part 134 Hans dan Jean
part 135 lintah Vlad
part 136 rahasia homestay
part 137 rumah kutukan
part 138 patung aneh
part 139 pulau insula mortem
part 140 mercusuar
part 141 kastil archanum
part 142 blue hole
part 143 jerogumo
part 144 timbuktu
part 145 gerbang gaib
part 146 hutan rougarau
part 147 bertemu azazil
part 148 SMU Mortus
part 149 Wendigo
part 150 danau misterius
part 151 jiwa yang hilang
part 152 serangan di rumah
part 153 misteri di sekolah
part 154 rumah rayi
part 155 makhluk lain di sekolah
part 156 Djin
part 157 menjemput jiwa
part 158 abitra
part 159 kepergian faza
part 160 Sabrina
part 161 puncak emosi
part 162 ilmu hitam
part 163 pertandingan basket
part 164 mariaban
part 165 Dagon
part 166 bantuan
INDEKS LANJUT DI SINI INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 16-05-2023 21:45
itkgid dan 12 lainnya memberi reputasi
13
13.5K
222
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ny.sukrisna
#120
Part 116 Flashback Vin Kesurupan
"Vin? Sendirian?" tanyanya heran sambil menyapu pandang ke halaman rumahnya. Tidak ada orang lain yang bersama Vin, dan juga tidak ada kendaraan yang Vin pakai untuk sampai ke rumahnya. Aneh, batin Yudis.
"Dari mana?" tanyanya, membuka pintu lebar-lebar. Tidak ada prasangka buruk apa pun dalam benak Yudis sejauh ini. "Yuk, masuk," ajaknya dan mempersilahkan Vin masuk. Vin sejak tadi hanya diam, sambil terus menatap Yudis dingin.
Vin mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah itu. Tapi begitu ia menginjakkan kaki di atas karpet itu, ia justru terpaku. Yudis terus berjalan memasuki ruang lain, tapi saat ia sadar kalau Vin tidak bisa bergerak, Yudis mulai paham.
"Siapa kamu?!" tanya Yudis dingin. Vin menyeringai sambil melihat ke bawah kakinya.
"Kau pintar juga, Pak Tua. Masih waspada seperti dulu." Kalimat itu seolah menunjukkan kalau makhluk yang merasuki tubuh Vin mengenal baik Yudistira. Dan Yudistira langsung mengenalinya.
"Raven?!" ungkap Yudis. Agak terperangah kaget.
Ia tertawa lepas. Entah menertawakan keterkejutan Yudistira atau menertawakan dirinya sendiri karena terjebak dalam lingkaran ini.
"Bagaimana kamu ada di sini?" tanya Yudis heran. Ia masih merasa aman selama Raven masih berada di lingkaran yang ia buat. Rupanya berguna juga lingkaran ini. Karena ia jarang mendapat tamu seorang iblis sejak ia pensiun dan pindah ke desa ini.
"Kenapa? Kamu heran? Kalau aku bisa bebas dari penjara buatanmu itu? Selama pintu neraka terbuka, aku bisa bebas pergi ke mana saja. Karena teman-temanku pasti akan membebaskanku.".
"Mau apa kamu ke sini?"
"Tentu aku rindu padamu."
"Cih, omong kosong!" Yudis berjalan ke sebuah bufet yang ada di dekat jendela. Ia mengambil sebuah botol berisi air. Kemudian mendekat lagi di luar lingkaran karpet itu. Raven menatap botol itu dengan gurat kecemasan yang tampak jelas. Tapi ia terus menutupinya. Ia terus menyunggingkan senyum saat tau apa yang akan dilakukan Yudis. Botol itu menjelaskan semua hal. Yah, ritual pengusiran roh.
"Apa yang membuatmu datang ke sini? Aku yakin bukan hanya untuk mencariku, kan?"
"Hahaha. Aku jauh-jauh ke sini memang mencarimu, Pak tua. Aku ingin menuntut balas atas semua yang sudah kamu lakukan padaku dulu. Semua rasa sakitku itu, masih jelas kuingat sampai sekarang. Jadi bagaimana bisa aku tidak akan mencarimu untuk balas dendam?"
"Dusta! Aku tau kalian datang ke sini karena mencium keberadaan Nephilim, kan?" tanya Yudis lagi.
"Rupanya kau cerdas, Pak tua. Dan kau juga sudah menyembunyikan dia selama ini. Pasti kau tau betapa pentingnya dia untuk kami, kan?"
"Yah, aku tau. Tak akan kubiarkan dia jatuh ke tangan kalian. "
'Hei, apakah kau yakin masih punya kekuatan untuk melawanku?" tantang Raven.
"Harusnya kau berpikir dua kali sebelum berkata demikian, Dude. Lihat saja, posisi siapa yang sedang terjepit. Terpenjara dalam lingkaran ini," tunjuk Yudis ke bawah, tempat Raven menginjakkan kakinya. Raven mengikuti arah telunjuk Yudis, ia langsung tidak lagi bersuara menunjukkan kesombongannya.
Kini giliran Yudis yang tertawa. Ia merasa di atas angin dengan posisi yang sangat menguntungkan baginya. Sementara Raven diam mematung. Secara harfiah dia memang tidak bisa bergerak. Lingkaran ini tidak kan bisa membuatnya bebas bergerak. Asal semua simbol masih utuh.
"Jadi kalian ingin membawa dia?"
Raven hanya menaikkan satu sudut bibirnya, dan tak mau bersuara lagi. Merasa disepelekan oleh musuhnya, Yudis mulai geram. Ia memercikkan sedikit air suci dari botol itu. Raven mulai berteriak kepanasan. Kulitnya terlihat terbakar Karena percikan air itu. Tapi tak lama kemudian dia kembali tertawa, seolah mengejek. "Terus lakukan, Pak Tua. Sekali pun kau memusnahkan ku, teman-temanku tidak akan berhenti datang ke sini. Jadi silakan."
Yudis kembali ke bufet tadi, lalu mengambil sebuah buku kuno.
"Wow, kau ingin mengirimku kembali ke neraka?" tanya Raven sedikit gentar. Yudis menyeringai puas. Ia mulai membaca sebuah mantra panjang.
"Tapi asal kau tau, Pak Tua, aku hanya sebentar saja di sana, dan pasti akan kembali lagi ke sini. Menjemput nyawamu!"
Yudis tak menghiraukan perkataan Raven dan kembali membaca mantra itu lantang.
"Exorcizamus te, omnis immundus spiritus, omnis satanica potestas, omnis incursio infernalis adversarii, omnis legio, omnis congregatio et secta diabolica. Ergo, omnis legio diabolica, adiuramus te cessa decipere humanas creaturas, eisque æternæ perditionìs venenum propinare Vade, satana, inventor et magister omnis fallaciæ, hostis humanæ salutis Humiliare sub potenti manu Dei; contremisce et effuge, invocato a nobis sancto et terribili nominequem inferi tremuntAb insidiis diaboli, libera nos, Domine. Ut Ecclesiam tuam secura tibi facias libertate servire, te rogamus, audi nos."
Raven berteriak dengan suara kesakitan yang amat sangat. Hingga akhirnya tubuh Vin lunglai dan jatuh begitu saja. Yudis segera mendekat ke Vin, ia lalu memapah pemuda itu menuju sofa di ruang tengah. Vin mengerang kesakitan. Kesadarannya belum pulih benar. Yudis memutuskan menghubungi Abimanyu guna memberitahukan keberadaan Vin di rumahnya.
"Apa? Allea keguguran?!" pekik Yudis di balik telepon genggamnya. Ia melirik ke Vin yang sedang mengerjapkan mata, mulai sadar. Ia juga terus memegangi kepalanya. Denyut di dalam kepalanya sungguh menyiksa. Tetapi percakapan Yudis terdengar jelas di telinganya.
"Apa? Allea kenapa?" tanyanya sambil berusaha duduk.
"Nanti lagi." Yudis mematikan panggilan itu dan melempar asal telepon genggamnya. Ia segera mendekat ke Vin. "Mendingan kamu istirahat dulu, Vin. Kondisimu masih lemah." Yudis membantu Vin membetulkan posisi tidurnya. Ia jelas melarangnya untuk beranjak atau bahkan pulang.
"Pak, Allea kenapa?" tanya Vin. Ia bahkan tidak bisa membuka matanya dengan sempurna. Yudis merasa aneh dengan kondisi tubuh Vin itu. Ia kemudian meringis sambil memegang perutnya. Dari situlah Yudis melihat sebuah perban yang dipasang asal. "Astaga, Vin. Apa yang sudah iblis itu lakukan ke kamu? " Darah tercetak jelas dari perut Vin yang merembes ke perban itu.
"Aku nggak tau, Pak. Aku nggak inget apa-apa," ujar Vin sambil meringis kesakitan.
"Kamu harus ke dokter! Ayok!" Yudis memapahnya lagi ke mobil. Vin terluka cukup parah. Dan sayangnya ia tidak ingat atas apa yang sudah terjadi saat ia dirasuki kemarin. Tentu dia tidak tau kondisi Allea sekarang.
Yudistira mengendarai mobil dengan cukup cepat. Ia khawatir dengan keadaan pemuda di sampingnya. Wajah Vin sudah pucat. Keringat dingin mulai terlihat jelas di wajahnya. Ia juga mulai menggigil.
"Tahan sebentar, Vin," gumam Yudis yang benar-benar khawatir. Tapi dalam perjalanan, tiba-tiba ada beberapa orang menghadang mereka di tengah jalan. Terpaksa Yudis harus menginjak rem dalam-dalam. Ada sekitar 5 orang di depannya dengan wajah yang asing baginya. Tapi satu yang pasti, semua mata pria itu hitam. "Sialan! Mau apa lagi mereka?! Apa benar-benar mau membunuhku?" gumam Yudis dengan pertanyaan untuk dirinya sendiri.
Dia melihat Vin sebentar, memastikan kalau pemuda itu masih bernapas.
Langkah selanjutnya ia mengambil sebuah pisau perak dari dash board mobilnya. Yudis melumuri dengan air suci terlebih dahulu. Kemudian keluar dari mobil.
"Kalian mau menyusul pemimpin kalian? Dia sudah ada di neraka! Kalian juga mau aku kirim ke sana? Hah?!" ancam Yudis yakin.
Kelima orang itu hanya tersenyum. Lalu mulai mendekati Yudis satu persatu. Yudis melemparnya dengan air suci yang masih ia punya. Percikan itu membakar kulit mereka hingga terlihat memerah dengan uap panas di sekitarnya. Yudis mulai berkelahi dengan mereka satu persatu. Dengan mudahnya ia menusuk salah satu pria itu hingga wajah pria tadi menyala dan seluruh rongga tubuhnya berwarna gosong. Seperti terbakar. Artinya iblis yang merasukinya juga musnah. Tetapi manusia yang dirasuki juga mati.
Yudis terlempar ke kaca depan mobilnya, ia mengerang kesakitan sambil memegangi bahunya yang terluka.
Tiba-tiba bunyi deru mesin motor cumakkan telinga. Semua orang menatap kedatangan motor itu dengan harap-harap cemas. Yudis butuh bantuan, dan semoga itu adalah bantuan untuknya.
Dari kejauhan seorang pemuda dengan helm yang menutupi seluruh kepala dan wajahnya datang. Membawa sebilah pedang panjang yang terlihat mengkilap. Bukan kadang sembarangan, pedang khusus itu memang dibuat tidak hanya membunuh manusia. Tapi juga membunuh makhluk lain yang bukan manusia.
Ia langsung menebas kepala salah satu orang yang menghalanginya. Hingga kepala itu terlempar jauh dari tubuhnya. Ia segera berhenti tepat di depan mobil Yudis. Pengendara motor itu membuka kaca helmnya. "Pak pergi saja. Biar saya yang urus di sini," kata Rendra.
Yudistira pun bernapas lega melihat bala bantuan datang. Apalagi dia tau kalau Rendra tidak mudah dikalahkan seperti Abimanyu. Dia memang harus segera sampai rumah sakit, karena kondisi Vin harus cepat ditangani. Lukanya makin parah. Karena kini darah di perutnya mulai menetes membasahi mobil. Yudis segera masuk ke mobilnya dan mulai mengendarainya, meninggalkan tempat itu dan menyerahkan semua pada Rendra.
Yudis kembali mengendarai mobil dengan cepat. Jarak rumah sakit tinggal beberapa kilometer lagi. Tapi suara gemuruh di langit membuat perhatiannya kembali teralih. Ia bahkan sempat mengurangi kecepatan demi melihat apa yang sedang terjadi. Karena suara ini tidak asing dan bukan dari tanda-tanda alam.
Yudis melihat titik hitam di langit yang menyala dengan warna merah terang. Ia mulai meluncur jatuh ke bumi dengan cepat. Yudis melotot saat melihat benda itu akan menuju ke arahnya.
Dan benar aja, dalam hitungan detik sinar merah itu mulai turun dan kini mendarat tepat di depan mobilnya. Yudis mengerem mobil mendadak. Ia juga langsung membanting stir ke kanan, guna menghindari cahaya merah itu. Yudis tak mampu mengendalikan mobilnya sendiri. Ia mulai masuk ke dalam hutan dan menabrak beberapa pohon di sana. Rupanya rem mobil blong. Dan kini ia pasrah untuk menabrak salah satu pohon agar kendaraan itu berhenti.
BRAAK!
Asap mobil terlihat mengepul membentuk awan hitam tebal di sekitar mobil. Ia berhasil menabrak sebuah pohon tua besar dan membuat mereka terjebak di dalam hutan yang sunyi.
Asap hitam terlihat di depan kap mobilnya. Mesin mobilnya rusak dan mulai mengeluarkan bau gosong yang entah berasal dari bagian mana. Yudis mulai batuk-batuk hingga membuatnya kembali kepada kesadaran yang sempat hilang beberapa saat lalu. Ia melihat ke samping, Vin masih ada di tempatnya dan tidak sadarkan diri. Yudis menjulurkan tangannya memeriksa napas Vin. Ia langsung bernafas lega saat mengetahui pemuda itu masih bernafas.
Yudis langsung menyapu pandang ke segala arah. Ia memeriksa sekitar sekaligus penasaran terhadap sinar merah apa yang tadi mengganggu perjalanannya. Semua terjadi begitu cepat dan tidak dapat diprediksi. Yang jelas ia merasa itu bukan pertanda baik. Yudis berusaha membangunkan Vin, tapi pemuda itu tidak bergerak juga. Akhirnya ia mengambil ponsel yang sempat terjatuh di bawah akibat kecelakaan tadi. Dia berusaha menghubungi Rendra, tapi ponselnya sendiri tidak dapat menangkap signal sejauh ini. Yudis pun berteriak frustrasi. Ia lalu membuka pintu mobilnya yang awalnya terasa cukup berat. Ada sedikit penyok di daun pintu itu. Ia bahkan lupa telah menabrak apa saja tadi.
Suasana hutan terasa sunyi. Bahkan bunyi binatang malam tidak terdengar sejauh ini. Yudis mulai bersiaga, atas serangan apa pun dan dari siapa pun. Instingnya bekerja. Menjadi pemburu selama puluhan tahun tak lantas menjadikan dirinya orang yang tidak peka atas situasi mengerikan seperti sekarang. Karena tanpa ia tau, ada sepasang mata merah sedang memperhatikannya dari arah sudut gelap tak jauh dari mobil mereka. Ia menyeringai saat melihat Yudis gugup. Yudis berjalan ke bagasi mobilnya dan mengambil senjata yang biasa ia simpan di sana. Senjata api ia keluarkan dan mengisinya dengan amunisi khusus. Ia tau kalau apa yang akan dihadapi bukanlah manusia. Hanya saja ia belum tau pasti apakah itu iblis, vampire, werewolf atau bahkan makhluk lain yang belum dapat ia prediksi lagi.
Yudis terpaku, saat mendengar suara berisik ranting pohon terinjak ada di sekitarnya. Ia melirik ke samping kanan dan kiri. Ia lantas segera menoleh ke belakang dan ternyata kini baru sadar telah terkepung. Sekumpulan orang ada di sekitarnya, semua memiliki mata hitam, dan hanya satu orang yang memiliki mata merah. Yudis yakin ia pemimpinnya, sekaligus sinar yang ia lihat tadi dan membuat mobilnya terperosok ke tempat ini.
"Mau apa kalian?!" tanya Yudis sambil menodongkan senapan ke arah mereka. Tentu mereka malah menertawakan reaksinya. Karena bagaimana pun juga, selain kalah jumlah, Yudis sudah dipastikan tidak bisa melawan satu pun dari mereka dengan senjata itu. amunisinya tidak bisa sembarangan membunuh iblis. Apalagi untuk yang bermata merah itu.
"Aku yakin kau tau, apa mau kami."
"Omong kosong macam apa ini? Aku bahkan tidak mengenal kalian!"
"Tetapi aku mengenalmu, Pak Tua. Namamu sudah banyak kudengar selama ini. Kau yang telah membunuh beberapa anak buahku, ya? Jadi kau pasti mengetahui tentang rencana kedatanganku, bukan?" tanya pria bermata merah itu. Yudis diam sejenak, ia terlihat berpikir sambil mengingat apa yang telah terlewat darinya. "Kau lupa? Bukan, kah, kau yang telah mengirim anak buahku ke neraka barusan?"
"Raven?" tanya Yudis pelan.
"Yah, dia adalah kepercayaanku dan tangan kananku di dunia. Dia yang kutugaskan mencari keberadaan Nephilim. Kau juga sudah merenggut salah satu Nephilim itu dariku, bukan?"
Tiba-tiba ingatan Yudis kembali. IA teringat sebuah wajah yang sangat ia kenal dulu. Wajah yang sebenarnya sangat ia kenal dan dekat dengannya. Tapi momen itu telah membuat hidupnya berantakan. Amelia. Seorang gadis yang sebenarnya adalah putrinya, yang juga merupakan ras Nephilim. Menjadi pemburu membuat Yudis harus pergi ke tempat satu ke tempat lainnya. Sebelum dia mengenal istrinya yang sekarang, dia pernah menjalin hubungan dengan malaikat yang sedang ada di bumi. Mereka akhirnya memiliki seorang putri yang bernama Amelia.
Yudis membunuh Amelia dengan tangannya sendiri. Karena putrinya itu adalah salah satu ras Nephilim yang sedang diincar para iblis kala itu. Istrinya terbunuh. Malaikat pun bisa mati, karena iblis ini memang terbilang kuat di kalangannya. Sejak saat itu, ingatan Yudis hilang sebagian, ia melupakan semua kehidupannya saat bersama Amelia dan ibunya. Hingga akhirnya ia bertemu Sarah, istrinya sekarang.
"Kau ... Amon?!" tukas Yudis sambil menatap benci pada pria di hadapannya itu. Pria yang ditanya kemudian tertawa dan membuat emosi Yudis naik. Ia memang masih menaruh dendam pada iblis yang satu ini. Amon yang telah merusak kehidupannya, merenggut semua orang yang ia sayangi, dan membuatnya terpaksa membunuh putrinya sendiri.
"Akhirnya kau ingat juga, Pak Tua? Baguslah. Jadi sekarang kau tau, kan, alasanku datang lagi ke tempat menyebalkan ini?" tanya Amon sambil menatap jijik sekitarnya. Ia seolah menganggap dunia ini bukanlah tempat yang menyenangkan.
"Yah, tentu aku ingat semua. Semua yang berkaitan denganmu memang tidak menyenangkan, dasar Iblis!" umpatnya dengan tatapan penuh kebencian. Amon kembali tertawa karena berhasil memancing emosi Yudistira. Musuh bebuyutannya dulu.
"Ah, ya, untuk informasi saja, kalau Raven bukan hanya satu-satunya kepercayaanku. Jadi walau kau membunuh atau mengirimnya kembali ke neraka sekalipun, aku tidak keberatan. Pengikutku semakin banyak dari hari ke hari. Dan aku juga memiliki orang kepercayaan yang bisa kuandalkan di sini," cetusnya dengan menunjuk tanah yang ia pijak. Yudis menyipitkan matanya dan mulai mencerna kalimat Amon barusan.
"Tidak peduli seberapa banyak pengikutmu. Aku akan membunuh mereka satu persatu!"
"Wow, keinginan yang kuat, ya. Tapi apakah sekuat tenagamu sekarang?"
"Jangan banyak omong!" Ia lantas melempar sebuah pisau yang ia sembunyikan di belakang tubuhnya tadi. Seharusnya langsung tepat mengenai sasaran. Tapi tangan Amon jauh lebih cepat menangkap benda itu. Ia menyeringai, dan langsung melempar pisau itu ke tubuh Yudis. Perutnya tertancap dalam. Ia menahan rasa sakit itu sambil memegang benda mengkilap yang menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Amon berjalan mendekat, ia tersenyum penuh kemenangan. "Asal kau tau, kali ini aku akan lebih mudah mengambil dia, karena kini dia sudah masuk ke dalam perangkapku!" bisiknya, lalu segera pergi.
Hening. Semua makhluk jelmaan iblis itu sudah lenyap hanya dalam hitungan detik. Meninggalkan dirinya yang terkapar tak berdaya menahan luka di perutnya. Juga ada Vin yang entah bagaimana lagi kondisinya. Yang jelas dua orang itu butuh dokter sekarang. Penglihatan Yudis mulai memburam, napasnya mulai sesak dan pendek. Tubuhnya mulai beringsut dan luruh ke tanah.
_____________
"Dari mana?" tanyanya, membuka pintu lebar-lebar. Tidak ada prasangka buruk apa pun dalam benak Yudis sejauh ini. "Yuk, masuk," ajaknya dan mempersilahkan Vin masuk. Vin sejak tadi hanya diam, sambil terus menatap Yudis dingin.
Vin mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah itu. Tapi begitu ia menginjakkan kaki di atas karpet itu, ia justru terpaku. Yudis terus berjalan memasuki ruang lain, tapi saat ia sadar kalau Vin tidak bisa bergerak, Yudis mulai paham.
"Siapa kamu?!" tanya Yudis dingin. Vin menyeringai sambil melihat ke bawah kakinya.
"Kau pintar juga, Pak Tua. Masih waspada seperti dulu." Kalimat itu seolah menunjukkan kalau makhluk yang merasuki tubuh Vin mengenal baik Yudistira. Dan Yudistira langsung mengenalinya.
"Raven?!" ungkap Yudis. Agak terperangah kaget.
Ia tertawa lepas. Entah menertawakan keterkejutan Yudistira atau menertawakan dirinya sendiri karena terjebak dalam lingkaran ini.
"Bagaimana kamu ada di sini?" tanya Yudis heran. Ia masih merasa aman selama Raven masih berada di lingkaran yang ia buat. Rupanya berguna juga lingkaran ini. Karena ia jarang mendapat tamu seorang iblis sejak ia pensiun dan pindah ke desa ini.
"Kenapa? Kamu heran? Kalau aku bisa bebas dari penjara buatanmu itu? Selama pintu neraka terbuka, aku bisa bebas pergi ke mana saja. Karena teman-temanku pasti akan membebaskanku.".
"Mau apa kamu ke sini?"
"Tentu aku rindu padamu."
"Cih, omong kosong!" Yudis berjalan ke sebuah bufet yang ada di dekat jendela. Ia mengambil sebuah botol berisi air. Kemudian mendekat lagi di luar lingkaran karpet itu. Raven menatap botol itu dengan gurat kecemasan yang tampak jelas. Tapi ia terus menutupinya. Ia terus menyunggingkan senyum saat tau apa yang akan dilakukan Yudis. Botol itu menjelaskan semua hal. Yah, ritual pengusiran roh.
"Apa yang membuatmu datang ke sini? Aku yakin bukan hanya untuk mencariku, kan?"
"Hahaha. Aku jauh-jauh ke sini memang mencarimu, Pak tua. Aku ingin menuntut balas atas semua yang sudah kamu lakukan padaku dulu. Semua rasa sakitku itu, masih jelas kuingat sampai sekarang. Jadi bagaimana bisa aku tidak akan mencarimu untuk balas dendam?"
"Dusta! Aku tau kalian datang ke sini karena mencium keberadaan Nephilim, kan?" tanya Yudis lagi.
"Rupanya kau cerdas, Pak tua. Dan kau juga sudah menyembunyikan dia selama ini. Pasti kau tau betapa pentingnya dia untuk kami, kan?"
"Yah, aku tau. Tak akan kubiarkan dia jatuh ke tangan kalian. "
'Hei, apakah kau yakin masih punya kekuatan untuk melawanku?" tantang Raven.
"Harusnya kau berpikir dua kali sebelum berkata demikian, Dude. Lihat saja, posisi siapa yang sedang terjepit. Terpenjara dalam lingkaran ini," tunjuk Yudis ke bawah, tempat Raven menginjakkan kakinya. Raven mengikuti arah telunjuk Yudis, ia langsung tidak lagi bersuara menunjukkan kesombongannya.
Kini giliran Yudis yang tertawa. Ia merasa di atas angin dengan posisi yang sangat menguntungkan baginya. Sementara Raven diam mematung. Secara harfiah dia memang tidak bisa bergerak. Lingkaran ini tidak kan bisa membuatnya bebas bergerak. Asal semua simbol masih utuh.
"Jadi kalian ingin membawa dia?"
Raven hanya menaikkan satu sudut bibirnya, dan tak mau bersuara lagi. Merasa disepelekan oleh musuhnya, Yudis mulai geram. Ia memercikkan sedikit air suci dari botol itu. Raven mulai berteriak kepanasan. Kulitnya terlihat terbakar Karena percikan air itu. Tapi tak lama kemudian dia kembali tertawa, seolah mengejek. "Terus lakukan, Pak Tua. Sekali pun kau memusnahkan ku, teman-temanku tidak akan berhenti datang ke sini. Jadi silakan."
Yudis kembali ke bufet tadi, lalu mengambil sebuah buku kuno.
"Wow, kau ingin mengirimku kembali ke neraka?" tanya Raven sedikit gentar. Yudis menyeringai puas. Ia mulai membaca sebuah mantra panjang.
"Tapi asal kau tau, Pak Tua, aku hanya sebentar saja di sana, dan pasti akan kembali lagi ke sini. Menjemput nyawamu!"
Yudis tak menghiraukan perkataan Raven dan kembali membaca mantra itu lantang.
"Exorcizamus te, omnis immundus spiritus, omnis satanica potestas, omnis incursio infernalis adversarii, omnis legio, omnis congregatio et secta diabolica. Ergo, omnis legio diabolica, adiuramus te cessa decipere humanas creaturas, eisque æternæ perditionìs venenum propinare Vade, satana, inventor et magister omnis fallaciæ, hostis humanæ salutis Humiliare sub potenti manu Dei; contremisce et effuge, invocato a nobis sancto et terribili nominequem inferi tremuntAb insidiis diaboli, libera nos, Domine. Ut Ecclesiam tuam secura tibi facias libertate servire, te rogamus, audi nos."
Raven berteriak dengan suara kesakitan yang amat sangat. Hingga akhirnya tubuh Vin lunglai dan jatuh begitu saja. Yudis segera mendekat ke Vin, ia lalu memapah pemuda itu menuju sofa di ruang tengah. Vin mengerang kesakitan. Kesadarannya belum pulih benar. Yudis memutuskan menghubungi Abimanyu guna memberitahukan keberadaan Vin di rumahnya.
"Apa? Allea keguguran?!" pekik Yudis di balik telepon genggamnya. Ia melirik ke Vin yang sedang mengerjapkan mata, mulai sadar. Ia juga terus memegangi kepalanya. Denyut di dalam kepalanya sungguh menyiksa. Tetapi percakapan Yudis terdengar jelas di telinganya.
"Apa? Allea kenapa?" tanyanya sambil berusaha duduk.
"Nanti lagi." Yudis mematikan panggilan itu dan melempar asal telepon genggamnya. Ia segera mendekat ke Vin. "Mendingan kamu istirahat dulu, Vin. Kondisimu masih lemah." Yudis membantu Vin membetulkan posisi tidurnya. Ia jelas melarangnya untuk beranjak atau bahkan pulang.
"Pak, Allea kenapa?" tanya Vin. Ia bahkan tidak bisa membuka matanya dengan sempurna. Yudis merasa aneh dengan kondisi tubuh Vin itu. Ia kemudian meringis sambil memegang perutnya. Dari situlah Yudis melihat sebuah perban yang dipasang asal. "Astaga, Vin. Apa yang sudah iblis itu lakukan ke kamu? " Darah tercetak jelas dari perut Vin yang merembes ke perban itu.
"Aku nggak tau, Pak. Aku nggak inget apa-apa," ujar Vin sambil meringis kesakitan.
"Kamu harus ke dokter! Ayok!" Yudis memapahnya lagi ke mobil. Vin terluka cukup parah. Dan sayangnya ia tidak ingat atas apa yang sudah terjadi saat ia dirasuki kemarin. Tentu dia tidak tau kondisi Allea sekarang.
Yudistira mengendarai mobil dengan cukup cepat. Ia khawatir dengan keadaan pemuda di sampingnya. Wajah Vin sudah pucat. Keringat dingin mulai terlihat jelas di wajahnya. Ia juga mulai menggigil.
"Tahan sebentar, Vin," gumam Yudis yang benar-benar khawatir. Tapi dalam perjalanan, tiba-tiba ada beberapa orang menghadang mereka di tengah jalan. Terpaksa Yudis harus menginjak rem dalam-dalam. Ada sekitar 5 orang di depannya dengan wajah yang asing baginya. Tapi satu yang pasti, semua mata pria itu hitam. "Sialan! Mau apa lagi mereka?! Apa benar-benar mau membunuhku?" gumam Yudis dengan pertanyaan untuk dirinya sendiri.
Dia melihat Vin sebentar, memastikan kalau pemuda itu masih bernapas.
Langkah selanjutnya ia mengambil sebuah pisau perak dari dash board mobilnya. Yudis melumuri dengan air suci terlebih dahulu. Kemudian keluar dari mobil.
"Kalian mau menyusul pemimpin kalian? Dia sudah ada di neraka! Kalian juga mau aku kirim ke sana? Hah?!" ancam Yudis yakin.
Kelima orang itu hanya tersenyum. Lalu mulai mendekati Yudis satu persatu. Yudis melemparnya dengan air suci yang masih ia punya. Percikan itu membakar kulit mereka hingga terlihat memerah dengan uap panas di sekitarnya. Yudis mulai berkelahi dengan mereka satu persatu. Dengan mudahnya ia menusuk salah satu pria itu hingga wajah pria tadi menyala dan seluruh rongga tubuhnya berwarna gosong. Seperti terbakar. Artinya iblis yang merasukinya juga musnah. Tetapi manusia yang dirasuki juga mati.
Yudis terlempar ke kaca depan mobilnya, ia mengerang kesakitan sambil memegangi bahunya yang terluka.
Tiba-tiba bunyi deru mesin motor cumakkan telinga. Semua orang menatap kedatangan motor itu dengan harap-harap cemas. Yudis butuh bantuan, dan semoga itu adalah bantuan untuknya.
Dari kejauhan seorang pemuda dengan helm yang menutupi seluruh kepala dan wajahnya datang. Membawa sebilah pedang panjang yang terlihat mengkilap. Bukan kadang sembarangan, pedang khusus itu memang dibuat tidak hanya membunuh manusia. Tapi juga membunuh makhluk lain yang bukan manusia.
Ia langsung menebas kepala salah satu orang yang menghalanginya. Hingga kepala itu terlempar jauh dari tubuhnya. Ia segera berhenti tepat di depan mobil Yudis. Pengendara motor itu membuka kaca helmnya. "Pak pergi saja. Biar saya yang urus di sini," kata Rendra.
Yudistira pun bernapas lega melihat bala bantuan datang. Apalagi dia tau kalau Rendra tidak mudah dikalahkan seperti Abimanyu. Dia memang harus segera sampai rumah sakit, karena kondisi Vin harus cepat ditangani. Lukanya makin parah. Karena kini darah di perutnya mulai menetes membasahi mobil. Yudis segera masuk ke mobilnya dan mulai mengendarainya, meninggalkan tempat itu dan menyerahkan semua pada Rendra.
Yudis kembali mengendarai mobil dengan cepat. Jarak rumah sakit tinggal beberapa kilometer lagi. Tapi suara gemuruh di langit membuat perhatiannya kembali teralih. Ia bahkan sempat mengurangi kecepatan demi melihat apa yang sedang terjadi. Karena suara ini tidak asing dan bukan dari tanda-tanda alam.
Yudis melihat titik hitam di langit yang menyala dengan warna merah terang. Ia mulai meluncur jatuh ke bumi dengan cepat. Yudis melotot saat melihat benda itu akan menuju ke arahnya.
Dan benar aja, dalam hitungan detik sinar merah itu mulai turun dan kini mendarat tepat di depan mobilnya. Yudis mengerem mobil mendadak. Ia juga langsung membanting stir ke kanan, guna menghindari cahaya merah itu. Yudis tak mampu mengendalikan mobilnya sendiri. Ia mulai masuk ke dalam hutan dan menabrak beberapa pohon di sana. Rupanya rem mobil blong. Dan kini ia pasrah untuk menabrak salah satu pohon agar kendaraan itu berhenti.
BRAAK!
Asap mobil terlihat mengepul membentuk awan hitam tebal di sekitar mobil. Ia berhasil menabrak sebuah pohon tua besar dan membuat mereka terjebak di dalam hutan yang sunyi.
Asap hitam terlihat di depan kap mobilnya. Mesin mobilnya rusak dan mulai mengeluarkan bau gosong yang entah berasal dari bagian mana. Yudis mulai batuk-batuk hingga membuatnya kembali kepada kesadaran yang sempat hilang beberapa saat lalu. Ia melihat ke samping, Vin masih ada di tempatnya dan tidak sadarkan diri. Yudis menjulurkan tangannya memeriksa napas Vin. Ia langsung bernafas lega saat mengetahui pemuda itu masih bernafas.
Yudis langsung menyapu pandang ke segala arah. Ia memeriksa sekitar sekaligus penasaran terhadap sinar merah apa yang tadi mengganggu perjalanannya. Semua terjadi begitu cepat dan tidak dapat diprediksi. Yang jelas ia merasa itu bukan pertanda baik. Yudis berusaha membangunkan Vin, tapi pemuda itu tidak bergerak juga. Akhirnya ia mengambil ponsel yang sempat terjatuh di bawah akibat kecelakaan tadi. Dia berusaha menghubungi Rendra, tapi ponselnya sendiri tidak dapat menangkap signal sejauh ini. Yudis pun berteriak frustrasi. Ia lalu membuka pintu mobilnya yang awalnya terasa cukup berat. Ada sedikit penyok di daun pintu itu. Ia bahkan lupa telah menabrak apa saja tadi.
Suasana hutan terasa sunyi. Bahkan bunyi binatang malam tidak terdengar sejauh ini. Yudis mulai bersiaga, atas serangan apa pun dan dari siapa pun. Instingnya bekerja. Menjadi pemburu selama puluhan tahun tak lantas menjadikan dirinya orang yang tidak peka atas situasi mengerikan seperti sekarang. Karena tanpa ia tau, ada sepasang mata merah sedang memperhatikannya dari arah sudut gelap tak jauh dari mobil mereka. Ia menyeringai saat melihat Yudis gugup. Yudis berjalan ke bagasi mobilnya dan mengambil senjata yang biasa ia simpan di sana. Senjata api ia keluarkan dan mengisinya dengan amunisi khusus. Ia tau kalau apa yang akan dihadapi bukanlah manusia. Hanya saja ia belum tau pasti apakah itu iblis, vampire, werewolf atau bahkan makhluk lain yang belum dapat ia prediksi lagi.
Yudis terpaku, saat mendengar suara berisik ranting pohon terinjak ada di sekitarnya. Ia melirik ke samping kanan dan kiri. Ia lantas segera menoleh ke belakang dan ternyata kini baru sadar telah terkepung. Sekumpulan orang ada di sekitarnya, semua memiliki mata hitam, dan hanya satu orang yang memiliki mata merah. Yudis yakin ia pemimpinnya, sekaligus sinar yang ia lihat tadi dan membuat mobilnya terperosok ke tempat ini.
"Mau apa kalian?!" tanya Yudis sambil menodongkan senapan ke arah mereka. Tentu mereka malah menertawakan reaksinya. Karena bagaimana pun juga, selain kalah jumlah, Yudis sudah dipastikan tidak bisa melawan satu pun dari mereka dengan senjata itu. amunisinya tidak bisa sembarangan membunuh iblis. Apalagi untuk yang bermata merah itu.
"Aku yakin kau tau, apa mau kami."
"Omong kosong macam apa ini? Aku bahkan tidak mengenal kalian!"
"Tetapi aku mengenalmu, Pak Tua. Namamu sudah banyak kudengar selama ini. Kau yang telah membunuh beberapa anak buahku, ya? Jadi kau pasti mengetahui tentang rencana kedatanganku, bukan?" tanya pria bermata merah itu. Yudis diam sejenak, ia terlihat berpikir sambil mengingat apa yang telah terlewat darinya. "Kau lupa? Bukan, kah, kau yang telah mengirim anak buahku ke neraka barusan?"
"Raven?" tanya Yudis pelan.
"Yah, dia adalah kepercayaanku dan tangan kananku di dunia. Dia yang kutugaskan mencari keberadaan Nephilim. Kau juga sudah merenggut salah satu Nephilim itu dariku, bukan?"
Tiba-tiba ingatan Yudis kembali. IA teringat sebuah wajah yang sangat ia kenal dulu. Wajah yang sebenarnya sangat ia kenal dan dekat dengannya. Tapi momen itu telah membuat hidupnya berantakan. Amelia. Seorang gadis yang sebenarnya adalah putrinya, yang juga merupakan ras Nephilim. Menjadi pemburu membuat Yudis harus pergi ke tempat satu ke tempat lainnya. Sebelum dia mengenal istrinya yang sekarang, dia pernah menjalin hubungan dengan malaikat yang sedang ada di bumi. Mereka akhirnya memiliki seorang putri yang bernama Amelia.
Yudis membunuh Amelia dengan tangannya sendiri. Karena putrinya itu adalah salah satu ras Nephilim yang sedang diincar para iblis kala itu. Istrinya terbunuh. Malaikat pun bisa mati, karena iblis ini memang terbilang kuat di kalangannya. Sejak saat itu, ingatan Yudis hilang sebagian, ia melupakan semua kehidupannya saat bersama Amelia dan ibunya. Hingga akhirnya ia bertemu Sarah, istrinya sekarang.
"Kau ... Amon?!" tukas Yudis sambil menatap benci pada pria di hadapannya itu. Pria yang ditanya kemudian tertawa dan membuat emosi Yudis naik. Ia memang masih menaruh dendam pada iblis yang satu ini. Amon yang telah merusak kehidupannya, merenggut semua orang yang ia sayangi, dan membuatnya terpaksa membunuh putrinya sendiri.
"Akhirnya kau ingat juga, Pak Tua? Baguslah. Jadi sekarang kau tau, kan, alasanku datang lagi ke tempat menyebalkan ini?" tanya Amon sambil menatap jijik sekitarnya. Ia seolah menganggap dunia ini bukanlah tempat yang menyenangkan.
"Yah, tentu aku ingat semua. Semua yang berkaitan denganmu memang tidak menyenangkan, dasar Iblis!" umpatnya dengan tatapan penuh kebencian. Amon kembali tertawa karena berhasil memancing emosi Yudistira. Musuh bebuyutannya dulu.
"Ah, ya, untuk informasi saja, kalau Raven bukan hanya satu-satunya kepercayaanku. Jadi walau kau membunuh atau mengirimnya kembali ke neraka sekalipun, aku tidak keberatan. Pengikutku semakin banyak dari hari ke hari. Dan aku juga memiliki orang kepercayaan yang bisa kuandalkan di sini," cetusnya dengan menunjuk tanah yang ia pijak. Yudis menyipitkan matanya dan mulai mencerna kalimat Amon barusan.
"Tidak peduli seberapa banyak pengikutmu. Aku akan membunuh mereka satu persatu!"
"Wow, keinginan yang kuat, ya. Tapi apakah sekuat tenagamu sekarang?"
"Jangan banyak omong!" Ia lantas melempar sebuah pisau yang ia sembunyikan di belakang tubuhnya tadi. Seharusnya langsung tepat mengenai sasaran. Tapi tangan Amon jauh lebih cepat menangkap benda itu. Ia menyeringai, dan langsung melempar pisau itu ke tubuh Yudis. Perutnya tertancap dalam. Ia menahan rasa sakit itu sambil memegang benda mengkilap yang menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Amon berjalan mendekat, ia tersenyum penuh kemenangan. "Asal kau tau, kali ini aku akan lebih mudah mengambil dia, karena kini dia sudah masuk ke dalam perangkapku!" bisiknya, lalu segera pergi.
Hening. Semua makhluk jelmaan iblis itu sudah lenyap hanya dalam hitungan detik. Meninggalkan dirinya yang terkapar tak berdaya menahan luka di perutnya. Juga ada Vin yang entah bagaimana lagi kondisinya. Yang jelas dua orang itu butuh dokter sekarang. Penglihatan Yudis mulai memburam, napasnya mulai sesak dan pendek. Tubuhnya mulai beringsut dan luruh ke tanah.
_____________
regmekujo dan 6 lainnya memberi reputasi
7