- Beranda
- Stories from the Heart
Supernatural
...
TS
ny.sukrisna
Supernatural
Quote:
Mungkin agan di sini pernah baca cerita ane yang berjudul pancasona? Kali ini ane akan melanjutkan kisah itu di sini. Yang suka cerita genre fantasi, kasus pembunuhan berantai, gengster werewolf, vampire dan sejenisnya. Silakan mampir.


Quote:
INDEKS
Part 1 abimanyu maheswara
Part 2 abimanyu
Part 3 kalla
Part 4 siapa kalla
Part 5 seorang gadis
part 6 Ellea
part 7 taman
Part 8 kamar ellea
Part 9 pagi bersama ellea
Part 10 rencana
Part 11 tentang kalla
part 12 rumah elang
Part 13 kembali aktivitas
part 14 emosi elang
part 15 janin kalla
part 16 elang
Part 17 vin
Part 18 kantor
Part 19 kemunculan kalla
part 20 pulau titik nol kehidupan
part 21 desa terkutuk
Part 22 wira
Part 23 teman lama
Part 24 patung wira
part 25 teror di rumah John
part 26 tato
part 27 simbol aldebaro
part 28 buku
part 29 kantor kalla
part 30 batu saphire
part 31 Lian dan Ayu
part 32 kakak beradik yang kompak
part 33 penyusup
part 34 kalah jumlah
part 35 lorong rahasia
Part 36 masuk lorong
part 37 cairan aneh
part 38 rahasia kalandra
part 39 Nayaka adalah Kalandra
Part 40 kemampuan nayaka
Part 41 Arkie
Part 42 Arkie (2)
Part 43 peperangan
Part 44 berakhir
Part 45 desa abi
part 46 nabila
part 47 cafe abi
Part 48 Maya
part 49 riki kembali, risna terancam
part 50 iblis bertubuh manusia
part 51 bertemu eliza
part 52 Feliz
Part 53 Bisma
Part 54 ke mana bisma
part 55 rahasia mayat
part 56 bisma kabur
part 57 pertemuan tak terduga
part 58 penyelidikan
part 59 tabir rahasia
part 60 kebakaran
part 61 Bajra
part 62 pengorbanan Bajra
part 63 the best team
part 64 masa lalu
part 65 perang dimulai
part 66 kisah baru
part 67 bertemu vin
part 68 san paz
part 69 cafe KOV
part 70 demigod
part 71 california
part 72 Allea dan Ellea
part 73 rumah ellea
part 74 alan cha
part 75 latin kings
part 76 kediaman faizal
part 77 kematian faizal.
part 78 permainan
part 79 ellea cemburu
part 80 rumah
part 81 keributan
part 82 racun
part 83 mayat
part 84 rencana
part 85 kampung....
Part 86 kematian adi
part 87 tiga sekawan
part 88 zikal
part 89 duri dalam daging
part 90 kerja sama
part 91 Abraham alexi Bonar
part 92 terusir
part 93 penemuan mayat
part 94 dongeng manusia serigala
part 95 hewan atau manusia
part 96 Rendra adalah werewolf
part 97 Beta
part 98 melamar
part 99 pencarian lycanoid
part 100 siapa sebenarnya anda
part 101 terungkap kebenaran
part 102 kisah yang panjang
part 103 buku mantra
part 104 sebuah simbol
part 105 kaki tangan
part 106 pertikaian
part 107 bertemu elizabet
part 108 orang asing
part 109 mantra eksorsisme
part 110 Vin bersikap aneh
part 111 Samael
part 112 Linda sang paranormal
part 113 reinkarnasi
part 114 Nayla
part 115 Archangel
part 116 Flashback vin kesurupan
part 117 ritual
part 118 darah suci
part 119 Lasha
part 120 Amon
part 121 masa lalu arya
part 122 sekte sesat
part 123 sekte
part 124 bu rahayu
part 125 dhampire
part 126 penculikan
part 127 pengakuan rian.
part 128 azazil
part 129 ungkapan perasaan
part 130 perjalanan pertama
part 131 desa angukuni
part 132 Galiyan
part 133 hilang
part 134 Hans dan Jean
part 135 lintah Vlad
part 136 rahasia homestay
part 137 rumah kutukan
part 138 patung aneh
part 139 pulau insula mortem
part 140 mercusuar
part 141 kastil archanum
part 142 blue hole
part 143 jerogumo
part 144 timbuktu
part 145 gerbang gaib
part 146 hutan rougarau
part 147 bertemu azazil
part 148 SMU Mortus
part 149 Wendigo
part 150 danau misterius
part 151 jiwa yang hilang
part 152 serangan di rumah
part 153 misteri di sekolah
part 154 rumah rayi
part 155 makhluk lain di sekolah
part 156 Djin
part 157 menjemput jiwa
part 158 abitra
part 159 kepergian faza
part 160 Sabrina
part 161 puncak emosi
part 162 ilmu hitam
part 163 pertandingan basket
part 164 mariaban
part 165 Dagon
part 166 bantuan
INDEKS LANJUT DI SINI INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 16-05-2023 21:45
itkgid dan 12 lainnya memberi reputasi
13
13.5K
222
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ny.sukrisna
#112
Part 108 Orang Asing
Desa Amethys kembali normal. Kehidupan warganya sudah kembali seperti sedia kala. Mereka mulai menata lagi desa agar kembali ke fungsinya masing-masing. Tragedi kemarin merupakan momok yang sangat mengerikan sekaligus menyedihkan. Setiap kepala keluarga kehilangan satu atau bahkan lebih anggota keluarganya. Semua berduka, tapi hidup tetap harus berjalan. Setidaknya banyak pembelajaran yang bisa diambil dari semua kejadian itu. Salah satunya adalah sebuah rasa syukur atas orang-orang yang ada di sekitar. Keluarga, dan sahabat yang masih ada di sekitar, merupakan hal istimewa yang perlu dipertahankan. Terkadang apa yang kita miliki baru terasa berharga saat kita kehilangan hal tersebut.
Beberapa bulan berlalu. Vin sudah mulai membangun rumah yang berada tak jauh dari rumah Abi berada. Dan tentu rencana pernikahan Vin dan Allea akan dilangsungkan sesegera mungkin. Ellea dan Abimanyu mengalah untuk menunda pernikahan mereka. Karena ternyata Allea kini sedang berbadan dua. Tentu hal ini yang menjadi pemicu agar pernikahan harus segera dilangsungkan.
Rumah Vin dan Allea tinggal tahap finishing, kini bahkan Allea dan Vin sudah mulai mencari perlengkapan rumah tangga, agar saat rumah mereka sudah selesai mereka tinggal mengisinya dengan perabotan dan finally, mereka akan resmi tinggal di sana sebagai sepasang suami istri. Menjadi anak yatim piatu, membuat Allea dan Ellea tidak memerlukan wali dalam pernikahan mereka tentunya. Dan dalam tradisi kepercayaan orang jaman dulu, tidak dianjurkan dua orang saudara untuk menikah dalam waktu yang berdekatan. Hal ini yang membuat Ellea dan Abi rela menunggu untuk beberapa tahun ke depan. Tidak masalah bagi keduanya, karena bagaimana pun juga, Ellea dan Abimanyu pun tinggal satu atap, dan setiap hari bertemu. Bedanya, mereka tidak tidur bersama, sekali pun mereka bisa melakukannya. Tapi Abi tidak ingin melakukan hal tersebut sebelum mereka menikah, berbeda dengan Vin. Rasanya akan lebih istimewa, jika melakukan hal itu setelah menikah, kata Abi.
Tiba hari bahagia Allea dan Vin. Keduanya menikah secara sah di depan warga desa Amethys.
Ronal sebagai wali dari Allea tampak berbahagia. Sejak kematian Jefri, Ronal justru makin dekat dengan mereka. Ia merasa menjadi seorang ayah saat bersama mereka. Pernikahan berjalan lancar. Dan kini Allea resmi menjadi Nyonya Vin Salvino Gunawan. Sebuah mimpi yang sejak lama ingin diwujudkan. Bahkan saat pertama kali melihat dan bertemu Vin, Allea sudah merasakan ikatan batin yang kuat. Begitu pula dengan Vin. Yah, mungkin inilah yang dinamakan jodoh. Buktinya mereka sekarang berjodoh.
Sekalipun Ellea belum menikah dengan Abimanyu, tapi ia tetap tinggal di rumah Abi. Tentu ada Gio juga. Sementara itu rumah Vin dan Allea berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah Abi. Kehidupan mereka berjalan normal layaknya orang-orang pada umumnya. Allea dan Ellea memutuskan membuka butik pakaian wanita dengan menyewa bangunan yang berada tak jauh dari pusat perdagangan di desa. Dan tentu tidak begitu jauh dari café Pancasona. Vin juga sudah memiliki pekerjaan tetap. Ia menjadi kurator.
Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitor pailit di bawah pengawasan hakim pengawas. Vin yang memang seorang lulusan hukum memang cocok bekerja di bidang ini. Sementara Gio ini sudah memiliki bengkel pribadi. Ia memang cukup lihai dalam memperbaiki kendaraan, dan apa pun juga sebenarnya. Semua menemukan kehidupan masing-masing. Berjalan normal dan tenang. Sejauh ini tidak ada lagi teror makhluk aneh ataupun serangan teror dari manusia yang ingin melenyapkan mereka. Hal normal yang entah sekian lama belum pernah mereka rasakan, kini terjadi juga. Walau demikian masalah kecil dan remeh temeh kerap terjadi mengiringi kehidupan mereka. Terutama pertengkaran pasangan muda itu. Entah Ellea dan Abimanyu, atau Vin dan Allea. Wajar saja, karena menikah itu bukan lah akhir bahagia sebuah hubungan, tapi justru awal dari kehidupan kedua orang itu. Setelah menikah maka tabiat dan watak dari masing-masing akan mulai terlihat.
Padahal biasanya mereka hanya mendebarkan hal sepele, tapi respon yang digunakan akan berlebihan. Tapi tetap saja mereka masih saling mencintai apa pun yang terjadi. Seburuk apa pun pasangan. Sejorok apa pun Vin, Allea tetap harus tidur dengan memeluknya, padahal seharian Vin kerap tidak mandi karena saking sibuk nya. Dia hanya meminimalisir bau badan dengan deodoran dan parfum. Tentu didukung pakaian yang wangi setelah disetrika dan di semprot pewangi pakaian. Atau kekesalan Ellea, saat mendapati ketidak pekaan Abimanyu dalam bersikap. Abimanyu memang terkenal pria dingin dan cuek. Walau sebenarnya dia sangat mencintai kekasihnya, Ellea, tapi Abi merupakan tipe pria yang sulit mengungkapkan atau menunjukkan rasa cintanya pada sang kekasih. Apalagi dia buka tipe pria yang pandai merangkai kata-kata manis bak pujangga novel romantis. Terkadang Ellea sangat memahami hal itu, dan maklum adanya, tapi sesekali dia sering menunjukkan respon kesal jika Abi mulai cuek dan sibuk dengan dunianya.
______________
Malam ini sambil menunggu Abi yang masih membereskan café Ellea duduk di salah satu kursi yang ada di halaman depan café Pancasona. Ia selalu setia menunggu kekasihnya menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu, lalu setelah itu mereka pulang bersama-sama. Kening Ellea di kecup, saat Abi berjalan melewatinya setelah mengantar kopi pesanan pelanggan. Ini adalah pelanggan terakhir untuk malam ini. Karena Maya sudah membalik papan bertuliskan 'closed' di depan pintu café. Ini salah satu bentuk pengusiran halus jika masih ada pelanggan yang betah berlama-lama di tempat ini. "Sebentar, ya. Aku mau briefing dulu sama mereka," kata Abi menunjuk ke dalam café di mana para karyawan nya sudah mulai berbenah dan akan selalu mengadakan pertemuan rutin setiap café akan di tutup. Ellea tersenyum menanggapi Abi dan kembali fokus pada buku di tangannya.
Hampir setiap malam Ellea selalu bermimpi aneh. Berjalan-jalan di taman bunga yang indah atau ke tempat yang belum pernah ia bayangkan sebelum nya. Tetapi akhir-akhir ini, ia memimpikan hal buruk hampir setiap malam. Ellea terus mencari informasi tentang status diri nya yang diberi nama pembantu malaikat. Setelah kasus werewolf beberapa bulan lalu, desa mereka masih tenang dan damai. Tidak ada kejadian aneh yang menonjol. Tetapi Ellea merasa tidak nyaman dan seolah merasakan ada hal lain yang akan terjadi di desanya.
Ellea membeli semua buku yang berkaitan dengan Archangel. Ia ingin tau semua hal yang belum ia pahami. Rasa penasaran nya cukup tinggi dan tentu semua juga berhubungan dengan mimpi-mimpi yang ia alami selama ini. Ia penasaran siapa Elisabeth, ia ingin tau di mana ia saat mimpi-mimpi itu datang. Terkadang ia merasa bagai ada di taman Eden, tapi di lain waktu ia merasa ada di neraka.
Malam semakin larut, pengunjung terakhir café sudah mulai pergi dari mejanya. Beberapa lampu café juga sudah di matikan. Abi dan anak buahnya mulai keluar dari tempat itu. Maya melambaikan tangan nya ke Ellea, ia kini lebih sering pulang bersama Rain. Setidaknya Maya tidak terus menerus sendirian. Kedekatan nya dengan Rain menjadi salah satu alasan nya kembali tersenyum dan tertawa seperti Maya yang dulu mereka kenal.
"Hati-hati, May. Rain ... titip Maya," ungkap Ellea dengan senyum tipis dan sorot mata yang memancarkan kelegaan melihat Maya yang sudah kembali ceria.
"Yuk, kita juga harus pulang sekarang," ajak Abi merangkul gadis itu. Ellea menoleh dengan menampilkan senyum bahagia. Ia lantas membereskan bawaannya dan memasukkan ke dalam tas.
"Buku baru?" tanya Abi yang melihat sampul buku yang baru saja ia lihat.
"Huum."
Mobil parkir di seberang jalan yang memang juga merupakan lahan parkir café. Pengunjung terakhir tadi masih ada di sana. Ia tengah memeriksa mesin mobil miliknya. Abi kemudian mendekat mencoba menyapanya sebelum mereka benar-benar pergi.
"Kenapa mobilnya, Mas?" tanyanya sambil ikut melongok ke depan mobil itu. Sang pemilik yang sejak tadi berdiri di sana lantas tersenyum dan menjawab pertanyaan Abi. "Mau saya panggilkan montir? Kebetulan paman saya salah satu montir di sini," tawar Abi yang sudah mengambil ponsel dari jaketnya. Ellea menunggu dengan berdiri tak jauh dari mereka. Ia juga penasaran dan sedikit iba melihat orang itu. Ini sudah malam dengan mobil mogok adalah hal terburuk yang terjadi tentunya.
"Oh, sepertinya tidak perlu, saya sudah menghubungi montir saya. Hanya saja dia belum datang," runtuk nya sambil terus melirik ke pergelangan tangannya. Abi memutuskan pamit dan melanjutkan berjalan ke mobilnya.
"Euh, kopi buatan anda enak," seru pria itu dan mampu menghentikan langkah Abi yang tengah menggandeng Ellea. Mereka berdua menoleh dan tersenyum. " Terima kasih. Mampirlah sering-sering," cetusnya lalu kembali berbalik ke mobilnya.
"Tentu saja."
Jantung Ellea terasa berdesir, tubuhnya juga mendadak kaku. Bukan karena jawaban dari pria itu tentunya. Tetapi melihat ekspresi orang tersebut tadi. Saat Abi membalikkan badannya, Ellea menangkap sesuatu yang aneh dalam diri pria itu. Bola matanya berubah menjadi hitam semuanya. Tetapi itu hanya berlangsung dua detik saja. Tubuh Ellea mengikuti tarikan tangan Abi, tetapi otaknya terasa tetap ada di tempat terakhir ia berdiri tadi.
Setelah masuk ke dalam mobil, Ellea masih diam. Dan hal itu membuat Abi sadar. "Sayang, kenapa?"
"...."
"Ell," panggil Abi sambil menyentuh bahu kanan gadis itu. Ellea tersentak kaget. Ia menoleh ke Abimanyu sambil terlihat gugup. "Hey, kamu kenapa?"
"Eum ... aku nggak apa-apa kok. Cuma capek aja," sahutnya berbohong. Abi tampak diam beberapa saat sambil terus menatap gadis di depannya itu.
"Oke, kita pulang."
Mesin mobil dinyalakan. Jalan keluar parkiran hanya ada satu, dan otomatis mereka harus melewati mobil pria tadi yang mogok. Abi memberikan klakson untuk menyapa terakhir kali, sementara Ellea dengan takut tetap berusaha menatap orang tadi. Ia masih penasaran atas apa yang ia lihat tadi.
"Semoga salah lihat," batin Ellea. Tangannya menarik-narik ujung baju yang ada di pahanya. Netranya terus menatap mata pria tadi. Semua masih tampak normal, tapi tanpa disadari Abimanyu, mata pria itu kembali berubah hitam seluruhnya. Dan tetap hal itu berlangsung hanya sekitar dua detik saja.
Nafas Ellea naik turun tidak teratur. Ia berusaha mencoba tetap tenang di saat hatinya gelisah. Dalam batinnya ia bertanya-tanya, "makhluk apa itu? Ada apa sama matanya?"
Ellea melirik Abi yang terlihat biasa saja. Mungkin ia tidak melihat atau dirinya lah yang sedang berhalusinasi. Dengan ragu-ragu ia mencoba bertanya pada kekasihnya, berharap dia memang melihat hal aneh tadi, dan menepis kalau dirinya sudah mulai tidak waras lagi. "Biyu ..."
"Hm? Kenapa?"
"Kamu lihat tadi nggak?"
"Lihat? Lihat apa?" tanya Abi heran.
"Eum, nggak apa-apa."
"Ell?"
"Nggak apa-apa, Biyu. Aku salah lihat." Sikap Ellea justru tampak aneh dan membuat Abi justru penasaran.
"Maksud kamu lihat apa sih? Cerita dong yang jelas," ujar Abi yang memang sedikit memaksa. Ia memang menyadari kalau kekasihnya sedikit lain, tidak seperti biasanya yang selalu ceria. Walau Abi memang menyadarinya cukup lama. Setelah teror werewolf kala itu. Tapi sekarang Ellea lebih aneh lagi. Ellea mulai menunjukkan sikap gugup lagi. Ia tidak bisa tenang dengan menggerakkan beberapa anggota tubuhnya secara berlebihan.
Tangannya terus menerus menarik dan memutar ujung bajunya, bibirnya bergetar, dan kedua bola matanya tidak pernah fokus menatap satu tempat. Terpaksa Abi meminggirkan mobilnya untuk membicarakan apa yang terjadi pada Ellea.
"Oke. Cerita sama aku." Sorot matanya penuh penekanan pada tiap kalimatnya. Ellea yang awalnya ragu lantas memutuskan memberitahu apa yang ia lihat tadi. Karena bagaimana pun juga, Abi pasti akan terus bertanya sampai dirinya mendapat jawaban yang sebenarnya.
"Orang tadi."
"Orang tadi? Kenapa sama dia?"
"Ada yang aneh, Biyu. Tadi aku lihat sekilas ... kalau bola matanya berubah."
"...."
"Beneran, Biyu. Matanya berubah jadi hitam semua. Tapi itu cuma sebentar. Awal aku lihat pas kita mau jalan ke mobil tadi. Terus pas kita udah naik mobil, hal itu terjadi lagi," seru Ellea penuh semangat.
Abi terus menatapnya datar. Apa yang diucapkan Ellea memang terasa tidak masuk akal, tetapi ia tidak mungkin berbohong. Hanya saja Abi tetap merasa hal itu tidak masuk akal.
"Oke. Nanti kita bahas lagi di rumah, ya. Kita juga cari tau dia siapa. Gimana?" tanya Abi sambil membelai pipi gadis itu. Ellea mengangguk dan mereka melanjutkan perjalanan kembali ke rumah.
Mobil Gio terlihat sudah parkir di depan rumah. Ia memang lebih sering pulang lebih awal daripada Ellea dan Abi. Karena bengkel hanya buka hingga sore hari saja. Mereka sedikit terkejut melihat di rumah tidak hanya ada Gio saja, tetapi juga ada seorang wanita yang diperkirakan seumuran dengan Gio. Mereka berdua terlihat akrab mengobrol di sofa depan TV.
"Siapa, ya?" tanya Ellea pada Abi. Abi mendadak seperti gagap, ia menggaruk kepalanya sambil mencoba mencari jawaban yang wajar. Karena sebenarnya dia tau siapa wanita itu. "Eum mungkin pacar Paman Gio atau masih pendekatan, barangkali," ujarnya.
"Hei ... baru pada pulang? Mampir mana?" tanya Gio yang terlihat kikuk. Ia terlihat gugup saat Ellea menatapnya dan wanita di sampingnya. "Eum, kenalin ini Amy."
Wanita yang bernama Amy itu, justru terlihat supel dan ramah pada Ellea. Ia memperkenalkan dirinya sendiri dengan penuh percaya diri. "Psikolog?" tanya Ellea lagi, memastikan, saat Amy menyebutkan pekerjaannya. Ellea langsung melirik ke arah Abimanyu dengan tatapan sebal.
"Maaf, saya mau ke kamar dulu. Capek!" kata Ellea ketus. Tiga orang itu saling menatap, bingung karena mendapat penolakan tegas dari Ellea. Abi yang beberapa hari ini menyadari perubahan sikap Ellea memang berniat mengajaknya ke psikolog. Tetapi ia tau kalau Ellea secara terang-terangan diajak ke tempat itu, pasti ia akan menolak mentah-mentah. Karena pernah suatu waktu karena intensitas mimpi buruk yang Ellea alami, Abi membahas tentang psikiater padanya. Ellea justru marah dan berteriak dan mengatakan kalau dia tidak gila dan apa yang ia ucapkan memang benar adanya. Dan kini Abi benar-benar kacau karena Ellea menatap benci ke arahnya. Ia merasa gagal.
Amy memegang bahu Abi," pelan-pelan saja. Mungkin malam ini saya pulang saja dulu, besok saya akan ke sini lagi." Amy pulang diantar Gio, karena Gio yang membawanya ke rumah ini, otomatis dia juga yang harus mengantar wanita itu pulang. Apalagi Amy dan Gio memang berteman lama.
Ellea turun dari kamarnya, ia menenteng sebuah tas, dan itu membuat Abi panik. "Sayang, kamu mau ke mana?" tanya Abi yang terus berusaha menghalangi gadis itu terus berjalan ke arah pintu.
"Ell, kamu marah soal Amy? Aku minta maaf, Ell. Please jangan gini," bujuk Abi dengan penuh harap.
"Jadi maksud kamu panggil dia ke sini apa? Aku kan udah bilang, kalau aku nggak perlu psikiater atau apa pun itu, Biyu. Asal kamu tau kalau apa yang aku bilang itu nggak mengada-ada. Aku masih waras. Dan kalau menurut kamu apa yang aku bilang tadi bohong, terserah. Nyesel aku cerita. Percuma aku cerita, Karena kamu nggak percaya sama aku sama sekali. Dan sekarang aku pengen tidur di rumah Allea. Minggir!" tukas Ellea ketus.
Abi berusaha menahan Ellea, ia memegang tangan gadis itu dan terus membujuknya agar mengurungkan niatnya.
"Ell, please. Jangan gini dong, aku minta maaf, ya. Aku janji nggak akan ngulangin hal itu lagi. Aku percaya sama kamu," katanya sambil membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan Ellea. Ia ingin menangkap sorot mata Ellea yang kini diliputi amarah.
"Oke, tapi malam ini aku mau tidur di rumah Allea. Aku pengen sendiri!" Ellea menerobos tubuh Abimanyu yang ada di depannya.
Pemuda itu terpaksa menyingkir dan membiarkan Ellea pergi. Karena apa pun yang ia katakan, akan percuma. Ellea masih kesal, dan ia sadar kalau ini adalah kesalahannya. Tapi ia tidak membiarkan Ellea pergi ke rumah Vin sendirian. Abi mengikuti Ellea dengan tetap menjaga jarak.
Ellea sadar kalau Abi terus mengikutinya, ia lantas berbalik dan otomatis Abi juga ikut berhenti.
"Ngapain kamu?!"
"Aku temenin sampai rumah Allea, oke? Aku harus pastikan kamu aman sampai di sana," bujuk Abi.
"Bi, rumah mereka deket loh. Tuh, keliatan, kan?" tunjuk Ellea ke sebuah bangunan yang memang terlihat dari tempat mereka berdiri.
"Iya aku tau, sayang. Tapi ini udah malam. Aku khawatir kamu kenapa-kenapa."
"Terserah!" kata Ellea lalu kembali meneruskan langkahnya. Abi sedikit lega Karena Ellea tidak melarangnya mengikuti dari belakang. Ia benar-benar harus memastikan Ellea sampai di rumah Vin dengan selamat, hanya itu saja. Saat sampai di dekat rumah Allea, ada sebuah mobil pick up yang mereka kenal. Mobil itu berhenti, dan seseorang mengeluarkan kepalanya dari jendela.
"Pada ngapain malam-malam?" tanya Rendra menatap dua sejoli itu heran. "Eh, Ell, nih buku yang kamu minta. Aku udah dapet." Kalimat Rendra membuat Ellea berhenti dan tertarik pada apa yang hendak pemuda itu berikan. Ellea mendekat ke pintu mobil Rendra, menunggu barang pesanannya.
"Kamu dapat di mana, Ren?"
"Kebetulan kemarin aku ke kota, ke pasar loak, terus ada lihat buku-buku lama. Ada banyak yang aku beli sih, dan yang ini ... punya kamu," ucap Rendra sambil menyodorkan sebuah buku usang dengan sampul sedikit tebal berwarna hijau tua.
Abimanyu ikut mendekat dan penasaran atas transaksi dua orang itu. "Bener, kan, yang itu?" tanya Rendra memastikan. Ellea lantas tersenyum dan seolah amarahnya tadi menguar bersamaan dengan diterimanya buku pemberian Rendra ini.
"Buku apa sih, sayang?" tanya Abi. Ellea langsung mendekap buku itu dalam pelukannya dan menyipitkan mata melirik ke arah Abi yang berdiri menempel dengannya. "Bukan urusan kamu!"
Ternyata amarahnya pada Abimanyu masih awet. Ia lantas segera berjalan masuk ke halaman rumah Allea sambil berteriak memanggil nama saudaranya itu.
"Kenapa sih kalian?" tanya Rendra, heran.
"Hm, biasa. Ngambek," sahut Abi sekedarnya. "Elu dari mana?"
"Biasa. Muter-muter, ngantar barang."
Sebuah mobil berhenti di seberang jalan, Abi dan Rendra mengernyitkan kening pada mobil itu. "Siapa tuh?" tanya Rendra yang melihat sang sopir yang turun dari mobil dan kini berjalan ke arah mereka.
"Oh, itu yang tadi. Pelanggan gue. Mau apa, ya?"
Pria itu tersenyum ke arah Abimanyu sambil membawa secarik kertas. "Oh, kamu lagi. Astaga aku nggak tau kalau ketemu kamu di sini," kata orang itu.
"Iya. Eum, mobilnya udah jadi?"
"Udah nih. Montirnya tadi tersesat, jadi agak lama katanya. Eh eum maaf mau tanya, kalau alamat ini di mana, ya?" tanyanya sambil menyodorkan kertas itu ke Abimanyu. Abi yang memang paham seluk beluk desanya, lantas memberikan arah untuk alamat yang ditangannya itu.
"Oh, oke. Terima kasih. Eum, aku Zio," katanya sambil mengulurkan tangannya. "Eum, aku Abi." Mereka terlihat akrab dalam perkenalan singkat ini, membuat Rendra menata keduanya intens. Dan Ellea yang sedang mengintip dari jendela, melotot. Ia langsung menutup korden saat melihat Zio menatap dingin padanya.
"Ya sudah, terima kasih, Bi." Pamitnya. Abi melambaikan tangannya tanda salam perpisahan. Mobil Zio melaju cukup cepat dan kini hanya meninggalkan asap kendaraan nya saja.
"Siapa sih?" tanya Rendra.
"Kan tadi gue bilang, pelanggan café. "
"Kok aneh, ya?" gumam Rendra sambil menatap arah perginya orang tadi.
"Aneh apanya?" tanya Abi dengan menatap Rendra penasaran. Karena Ellea juga mengatakan hal yang sama, tentang tidak sukaannya pada Zio.
"Eum, aneh aja. Tapi ... entahlah. Yang jelas hati-hati aja sama dia. Perasaan gue nggak enak. Ya udah gue balik. Mendingan elu juga balik, pakai cara lain buat bujuk cewek lu besok. Kalau malam ini percuma aja. Dia lagi emosi banget kayaknya ke elu."
'Iya sih, Ren. Huft!" Kata Abi, frustrasi.
Rendra lantas kembali menyalakan mobilnya.
Beberapa bulan berlalu. Vin sudah mulai membangun rumah yang berada tak jauh dari rumah Abi berada. Dan tentu rencana pernikahan Vin dan Allea akan dilangsungkan sesegera mungkin. Ellea dan Abimanyu mengalah untuk menunda pernikahan mereka. Karena ternyata Allea kini sedang berbadan dua. Tentu hal ini yang menjadi pemicu agar pernikahan harus segera dilangsungkan.
Rumah Vin dan Allea tinggal tahap finishing, kini bahkan Allea dan Vin sudah mulai mencari perlengkapan rumah tangga, agar saat rumah mereka sudah selesai mereka tinggal mengisinya dengan perabotan dan finally, mereka akan resmi tinggal di sana sebagai sepasang suami istri. Menjadi anak yatim piatu, membuat Allea dan Ellea tidak memerlukan wali dalam pernikahan mereka tentunya. Dan dalam tradisi kepercayaan orang jaman dulu, tidak dianjurkan dua orang saudara untuk menikah dalam waktu yang berdekatan. Hal ini yang membuat Ellea dan Abi rela menunggu untuk beberapa tahun ke depan. Tidak masalah bagi keduanya, karena bagaimana pun juga, Ellea dan Abimanyu pun tinggal satu atap, dan setiap hari bertemu. Bedanya, mereka tidak tidur bersama, sekali pun mereka bisa melakukannya. Tapi Abi tidak ingin melakukan hal tersebut sebelum mereka menikah, berbeda dengan Vin. Rasanya akan lebih istimewa, jika melakukan hal itu setelah menikah, kata Abi.
Tiba hari bahagia Allea dan Vin. Keduanya menikah secara sah di depan warga desa Amethys.
Ronal sebagai wali dari Allea tampak berbahagia. Sejak kematian Jefri, Ronal justru makin dekat dengan mereka. Ia merasa menjadi seorang ayah saat bersama mereka. Pernikahan berjalan lancar. Dan kini Allea resmi menjadi Nyonya Vin Salvino Gunawan. Sebuah mimpi yang sejak lama ingin diwujudkan. Bahkan saat pertama kali melihat dan bertemu Vin, Allea sudah merasakan ikatan batin yang kuat. Begitu pula dengan Vin. Yah, mungkin inilah yang dinamakan jodoh. Buktinya mereka sekarang berjodoh.
Sekalipun Ellea belum menikah dengan Abimanyu, tapi ia tetap tinggal di rumah Abi. Tentu ada Gio juga. Sementara itu rumah Vin dan Allea berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah Abi. Kehidupan mereka berjalan normal layaknya orang-orang pada umumnya. Allea dan Ellea memutuskan membuka butik pakaian wanita dengan menyewa bangunan yang berada tak jauh dari pusat perdagangan di desa. Dan tentu tidak begitu jauh dari café Pancasona. Vin juga sudah memiliki pekerjaan tetap. Ia menjadi kurator.
Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitor pailit di bawah pengawasan hakim pengawas. Vin yang memang seorang lulusan hukum memang cocok bekerja di bidang ini. Sementara Gio ini sudah memiliki bengkel pribadi. Ia memang cukup lihai dalam memperbaiki kendaraan, dan apa pun juga sebenarnya. Semua menemukan kehidupan masing-masing. Berjalan normal dan tenang. Sejauh ini tidak ada lagi teror makhluk aneh ataupun serangan teror dari manusia yang ingin melenyapkan mereka. Hal normal yang entah sekian lama belum pernah mereka rasakan, kini terjadi juga. Walau demikian masalah kecil dan remeh temeh kerap terjadi mengiringi kehidupan mereka. Terutama pertengkaran pasangan muda itu. Entah Ellea dan Abimanyu, atau Vin dan Allea. Wajar saja, karena menikah itu bukan lah akhir bahagia sebuah hubungan, tapi justru awal dari kehidupan kedua orang itu. Setelah menikah maka tabiat dan watak dari masing-masing akan mulai terlihat.
Padahal biasanya mereka hanya mendebarkan hal sepele, tapi respon yang digunakan akan berlebihan. Tapi tetap saja mereka masih saling mencintai apa pun yang terjadi. Seburuk apa pun pasangan. Sejorok apa pun Vin, Allea tetap harus tidur dengan memeluknya, padahal seharian Vin kerap tidak mandi karena saking sibuk nya. Dia hanya meminimalisir bau badan dengan deodoran dan parfum. Tentu didukung pakaian yang wangi setelah disetrika dan di semprot pewangi pakaian. Atau kekesalan Ellea, saat mendapati ketidak pekaan Abimanyu dalam bersikap. Abimanyu memang terkenal pria dingin dan cuek. Walau sebenarnya dia sangat mencintai kekasihnya, Ellea, tapi Abi merupakan tipe pria yang sulit mengungkapkan atau menunjukkan rasa cintanya pada sang kekasih. Apalagi dia buka tipe pria yang pandai merangkai kata-kata manis bak pujangga novel romantis. Terkadang Ellea sangat memahami hal itu, dan maklum adanya, tapi sesekali dia sering menunjukkan respon kesal jika Abi mulai cuek dan sibuk dengan dunianya.
______________
Malam ini sambil menunggu Abi yang masih membereskan café Ellea duduk di salah satu kursi yang ada di halaman depan café Pancasona. Ia selalu setia menunggu kekasihnya menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu, lalu setelah itu mereka pulang bersama-sama. Kening Ellea di kecup, saat Abi berjalan melewatinya setelah mengantar kopi pesanan pelanggan. Ini adalah pelanggan terakhir untuk malam ini. Karena Maya sudah membalik papan bertuliskan 'closed' di depan pintu café. Ini salah satu bentuk pengusiran halus jika masih ada pelanggan yang betah berlama-lama di tempat ini. "Sebentar, ya. Aku mau briefing dulu sama mereka," kata Abi menunjuk ke dalam café di mana para karyawan nya sudah mulai berbenah dan akan selalu mengadakan pertemuan rutin setiap café akan di tutup. Ellea tersenyum menanggapi Abi dan kembali fokus pada buku di tangannya.
Hampir setiap malam Ellea selalu bermimpi aneh. Berjalan-jalan di taman bunga yang indah atau ke tempat yang belum pernah ia bayangkan sebelum nya. Tetapi akhir-akhir ini, ia memimpikan hal buruk hampir setiap malam. Ellea terus mencari informasi tentang status diri nya yang diberi nama pembantu malaikat. Setelah kasus werewolf beberapa bulan lalu, desa mereka masih tenang dan damai. Tidak ada kejadian aneh yang menonjol. Tetapi Ellea merasa tidak nyaman dan seolah merasakan ada hal lain yang akan terjadi di desanya.
Ellea membeli semua buku yang berkaitan dengan Archangel. Ia ingin tau semua hal yang belum ia pahami. Rasa penasaran nya cukup tinggi dan tentu semua juga berhubungan dengan mimpi-mimpi yang ia alami selama ini. Ia penasaran siapa Elisabeth, ia ingin tau di mana ia saat mimpi-mimpi itu datang. Terkadang ia merasa bagai ada di taman Eden, tapi di lain waktu ia merasa ada di neraka.
Malam semakin larut, pengunjung terakhir café sudah mulai pergi dari mejanya. Beberapa lampu café juga sudah di matikan. Abi dan anak buahnya mulai keluar dari tempat itu. Maya melambaikan tangan nya ke Ellea, ia kini lebih sering pulang bersama Rain. Setidaknya Maya tidak terus menerus sendirian. Kedekatan nya dengan Rain menjadi salah satu alasan nya kembali tersenyum dan tertawa seperti Maya yang dulu mereka kenal.
"Hati-hati, May. Rain ... titip Maya," ungkap Ellea dengan senyum tipis dan sorot mata yang memancarkan kelegaan melihat Maya yang sudah kembali ceria.
"Yuk, kita juga harus pulang sekarang," ajak Abi merangkul gadis itu. Ellea menoleh dengan menampilkan senyum bahagia. Ia lantas membereskan bawaannya dan memasukkan ke dalam tas.
"Buku baru?" tanya Abi yang melihat sampul buku yang baru saja ia lihat.
"Huum."
Mobil parkir di seberang jalan yang memang juga merupakan lahan parkir café. Pengunjung terakhir tadi masih ada di sana. Ia tengah memeriksa mesin mobil miliknya. Abi kemudian mendekat mencoba menyapanya sebelum mereka benar-benar pergi.
"Kenapa mobilnya, Mas?" tanyanya sambil ikut melongok ke depan mobil itu. Sang pemilik yang sejak tadi berdiri di sana lantas tersenyum dan menjawab pertanyaan Abi. "Mau saya panggilkan montir? Kebetulan paman saya salah satu montir di sini," tawar Abi yang sudah mengambil ponsel dari jaketnya. Ellea menunggu dengan berdiri tak jauh dari mereka. Ia juga penasaran dan sedikit iba melihat orang itu. Ini sudah malam dengan mobil mogok adalah hal terburuk yang terjadi tentunya.
"Oh, sepertinya tidak perlu, saya sudah menghubungi montir saya. Hanya saja dia belum datang," runtuk nya sambil terus melirik ke pergelangan tangannya. Abi memutuskan pamit dan melanjutkan berjalan ke mobilnya.
"Euh, kopi buatan anda enak," seru pria itu dan mampu menghentikan langkah Abi yang tengah menggandeng Ellea. Mereka berdua menoleh dan tersenyum. " Terima kasih. Mampirlah sering-sering," cetusnya lalu kembali berbalik ke mobilnya.
"Tentu saja."
Jantung Ellea terasa berdesir, tubuhnya juga mendadak kaku. Bukan karena jawaban dari pria itu tentunya. Tetapi melihat ekspresi orang tersebut tadi. Saat Abi membalikkan badannya, Ellea menangkap sesuatu yang aneh dalam diri pria itu. Bola matanya berubah menjadi hitam semuanya. Tetapi itu hanya berlangsung dua detik saja. Tubuh Ellea mengikuti tarikan tangan Abi, tetapi otaknya terasa tetap ada di tempat terakhir ia berdiri tadi.
Setelah masuk ke dalam mobil, Ellea masih diam. Dan hal itu membuat Abi sadar. "Sayang, kenapa?"
"...."
"Ell," panggil Abi sambil menyentuh bahu kanan gadis itu. Ellea tersentak kaget. Ia menoleh ke Abimanyu sambil terlihat gugup. "Hey, kamu kenapa?"
"Eum ... aku nggak apa-apa kok. Cuma capek aja," sahutnya berbohong. Abi tampak diam beberapa saat sambil terus menatap gadis di depannya itu.
"Oke, kita pulang."
Mesin mobil dinyalakan. Jalan keluar parkiran hanya ada satu, dan otomatis mereka harus melewati mobil pria tadi yang mogok. Abi memberikan klakson untuk menyapa terakhir kali, sementara Ellea dengan takut tetap berusaha menatap orang tadi. Ia masih penasaran atas apa yang ia lihat tadi.
"Semoga salah lihat," batin Ellea. Tangannya menarik-narik ujung baju yang ada di pahanya. Netranya terus menatap mata pria tadi. Semua masih tampak normal, tapi tanpa disadari Abimanyu, mata pria itu kembali berubah hitam seluruhnya. Dan tetap hal itu berlangsung hanya sekitar dua detik saja.
Nafas Ellea naik turun tidak teratur. Ia berusaha mencoba tetap tenang di saat hatinya gelisah. Dalam batinnya ia bertanya-tanya, "makhluk apa itu? Ada apa sama matanya?"
Ellea melirik Abi yang terlihat biasa saja. Mungkin ia tidak melihat atau dirinya lah yang sedang berhalusinasi. Dengan ragu-ragu ia mencoba bertanya pada kekasihnya, berharap dia memang melihat hal aneh tadi, dan menepis kalau dirinya sudah mulai tidak waras lagi. "Biyu ..."
"Hm? Kenapa?"
"Kamu lihat tadi nggak?"
"Lihat? Lihat apa?" tanya Abi heran.
"Eum, nggak apa-apa."
"Ell?"
"Nggak apa-apa, Biyu. Aku salah lihat." Sikap Ellea justru tampak aneh dan membuat Abi justru penasaran.
"Maksud kamu lihat apa sih? Cerita dong yang jelas," ujar Abi yang memang sedikit memaksa. Ia memang menyadari kalau kekasihnya sedikit lain, tidak seperti biasanya yang selalu ceria. Walau Abi memang menyadarinya cukup lama. Setelah teror werewolf kala itu. Tapi sekarang Ellea lebih aneh lagi. Ellea mulai menunjukkan sikap gugup lagi. Ia tidak bisa tenang dengan menggerakkan beberapa anggota tubuhnya secara berlebihan.
Tangannya terus menerus menarik dan memutar ujung bajunya, bibirnya bergetar, dan kedua bola matanya tidak pernah fokus menatap satu tempat. Terpaksa Abi meminggirkan mobilnya untuk membicarakan apa yang terjadi pada Ellea.
"Oke. Cerita sama aku." Sorot matanya penuh penekanan pada tiap kalimatnya. Ellea yang awalnya ragu lantas memutuskan memberitahu apa yang ia lihat tadi. Karena bagaimana pun juga, Abi pasti akan terus bertanya sampai dirinya mendapat jawaban yang sebenarnya.
"Orang tadi."
"Orang tadi? Kenapa sama dia?"
"Ada yang aneh, Biyu. Tadi aku lihat sekilas ... kalau bola matanya berubah."
"...."
"Beneran, Biyu. Matanya berubah jadi hitam semua. Tapi itu cuma sebentar. Awal aku lihat pas kita mau jalan ke mobil tadi. Terus pas kita udah naik mobil, hal itu terjadi lagi," seru Ellea penuh semangat.
Abi terus menatapnya datar. Apa yang diucapkan Ellea memang terasa tidak masuk akal, tetapi ia tidak mungkin berbohong. Hanya saja Abi tetap merasa hal itu tidak masuk akal.
"Oke. Nanti kita bahas lagi di rumah, ya. Kita juga cari tau dia siapa. Gimana?" tanya Abi sambil membelai pipi gadis itu. Ellea mengangguk dan mereka melanjutkan perjalanan kembali ke rumah.
Mobil Gio terlihat sudah parkir di depan rumah. Ia memang lebih sering pulang lebih awal daripada Ellea dan Abi. Karena bengkel hanya buka hingga sore hari saja. Mereka sedikit terkejut melihat di rumah tidak hanya ada Gio saja, tetapi juga ada seorang wanita yang diperkirakan seumuran dengan Gio. Mereka berdua terlihat akrab mengobrol di sofa depan TV.
"Siapa, ya?" tanya Ellea pada Abi. Abi mendadak seperti gagap, ia menggaruk kepalanya sambil mencoba mencari jawaban yang wajar. Karena sebenarnya dia tau siapa wanita itu. "Eum mungkin pacar Paman Gio atau masih pendekatan, barangkali," ujarnya.
"Hei ... baru pada pulang? Mampir mana?" tanya Gio yang terlihat kikuk. Ia terlihat gugup saat Ellea menatapnya dan wanita di sampingnya. "Eum, kenalin ini Amy."
Wanita yang bernama Amy itu, justru terlihat supel dan ramah pada Ellea. Ia memperkenalkan dirinya sendiri dengan penuh percaya diri. "Psikolog?" tanya Ellea lagi, memastikan, saat Amy menyebutkan pekerjaannya. Ellea langsung melirik ke arah Abimanyu dengan tatapan sebal.
"Maaf, saya mau ke kamar dulu. Capek!" kata Ellea ketus. Tiga orang itu saling menatap, bingung karena mendapat penolakan tegas dari Ellea. Abi yang beberapa hari ini menyadari perubahan sikap Ellea memang berniat mengajaknya ke psikolog. Tetapi ia tau kalau Ellea secara terang-terangan diajak ke tempat itu, pasti ia akan menolak mentah-mentah. Karena pernah suatu waktu karena intensitas mimpi buruk yang Ellea alami, Abi membahas tentang psikiater padanya. Ellea justru marah dan berteriak dan mengatakan kalau dia tidak gila dan apa yang ia ucapkan memang benar adanya. Dan kini Abi benar-benar kacau karena Ellea menatap benci ke arahnya. Ia merasa gagal.
Amy memegang bahu Abi," pelan-pelan saja. Mungkin malam ini saya pulang saja dulu, besok saya akan ke sini lagi." Amy pulang diantar Gio, karena Gio yang membawanya ke rumah ini, otomatis dia juga yang harus mengantar wanita itu pulang. Apalagi Amy dan Gio memang berteman lama.
Ellea turun dari kamarnya, ia menenteng sebuah tas, dan itu membuat Abi panik. "Sayang, kamu mau ke mana?" tanya Abi yang terus berusaha menghalangi gadis itu terus berjalan ke arah pintu.
"Ell, kamu marah soal Amy? Aku minta maaf, Ell. Please jangan gini," bujuk Abi dengan penuh harap.
"Jadi maksud kamu panggil dia ke sini apa? Aku kan udah bilang, kalau aku nggak perlu psikiater atau apa pun itu, Biyu. Asal kamu tau kalau apa yang aku bilang itu nggak mengada-ada. Aku masih waras. Dan kalau menurut kamu apa yang aku bilang tadi bohong, terserah. Nyesel aku cerita. Percuma aku cerita, Karena kamu nggak percaya sama aku sama sekali. Dan sekarang aku pengen tidur di rumah Allea. Minggir!" tukas Ellea ketus.
Abi berusaha menahan Ellea, ia memegang tangan gadis itu dan terus membujuknya agar mengurungkan niatnya.
"Ell, please. Jangan gini dong, aku minta maaf, ya. Aku janji nggak akan ngulangin hal itu lagi. Aku percaya sama kamu," katanya sambil membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan Ellea. Ia ingin menangkap sorot mata Ellea yang kini diliputi amarah.
"Oke, tapi malam ini aku mau tidur di rumah Allea. Aku pengen sendiri!" Ellea menerobos tubuh Abimanyu yang ada di depannya.
Pemuda itu terpaksa menyingkir dan membiarkan Ellea pergi. Karena apa pun yang ia katakan, akan percuma. Ellea masih kesal, dan ia sadar kalau ini adalah kesalahannya. Tapi ia tidak membiarkan Ellea pergi ke rumah Vin sendirian. Abi mengikuti Ellea dengan tetap menjaga jarak.
Ellea sadar kalau Abi terus mengikutinya, ia lantas berbalik dan otomatis Abi juga ikut berhenti.
"Ngapain kamu?!"
"Aku temenin sampai rumah Allea, oke? Aku harus pastikan kamu aman sampai di sana," bujuk Abi.
"Bi, rumah mereka deket loh. Tuh, keliatan, kan?" tunjuk Ellea ke sebuah bangunan yang memang terlihat dari tempat mereka berdiri.
"Iya aku tau, sayang. Tapi ini udah malam. Aku khawatir kamu kenapa-kenapa."
"Terserah!" kata Ellea lalu kembali meneruskan langkahnya. Abi sedikit lega Karena Ellea tidak melarangnya mengikuti dari belakang. Ia benar-benar harus memastikan Ellea sampai di rumah Vin dengan selamat, hanya itu saja. Saat sampai di dekat rumah Allea, ada sebuah mobil pick up yang mereka kenal. Mobil itu berhenti, dan seseorang mengeluarkan kepalanya dari jendela.
"Pada ngapain malam-malam?" tanya Rendra menatap dua sejoli itu heran. "Eh, Ell, nih buku yang kamu minta. Aku udah dapet." Kalimat Rendra membuat Ellea berhenti dan tertarik pada apa yang hendak pemuda itu berikan. Ellea mendekat ke pintu mobil Rendra, menunggu barang pesanannya.
"Kamu dapat di mana, Ren?"
"Kebetulan kemarin aku ke kota, ke pasar loak, terus ada lihat buku-buku lama. Ada banyak yang aku beli sih, dan yang ini ... punya kamu," ucap Rendra sambil menyodorkan sebuah buku usang dengan sampul sedikit tebal berwarna hijau tua.
Abimanyu ikut mendekat dan penasaran atas transaksi dua orang itu. "Bener, kan, yang itu?" tanya Rendra memastikan. Ellea lantas tersenyum dan seolah amarahnya tadi menguar bersamaan dengan diterimanya buku pemberian Rendra ini.
"Buku apa sih, sayang?" tanya Abi. Ellea langsung mendekap buku itu dalam pelukannya dan menyipitkan mata melirik ke arah Abi yang berdiri menempel dengannya. "Bukan urusan kamu!"
Ternyata amarahnya pada Abimanyu masih awet. Ia lantas segera berjalan masuk ke halaman rumah Allea sambil berteriak memanggil nama saudaranya itu.
"Kenapa sih kalian?" tanya Rendra, heran.
"Hm, biasa. Ngambek," sahut Abi sekedarnya. "Elu dari mana?"
"Biasa. Muter-muter, ngantar barang."
Sebuah mobil berhenti di seberang jalan, Abi dan Rendra mengernyitkan kening pada mobil itu. "Siapa tuh?" tanya Rendra yang melihat sang sopir yang turun dari mobil dan kini berjalan ke arah mereka.
"Oh, itu yang tadi. Pelanggan gue. Mau apa, ya?"
Pria itu tersenyum ke arah Abimanyu sambil membawa secarik kertas. "Oh, kamu lagi. Astaga aku nggak tau kalau ketemu kamu di sini," kata orang itu.
"Iya. Eum, mobilnya udah jadi?"
"Udah nih. Montirnya tadi tersesat, jadi agak lama katanya. Eh eum maaf mau tanya, kalau alamat ini di mana, ya?" tanyanya sambil menyodorkan kertas itu ke Abimanyu. Abi yang memang paham seluk beluk desanya, lantas memberikan arah untuk alamat yang ditangannya itu.
"Oh, oke. Terima kasih. Eum, aku Zio," katanya sambil mengulurkan tangannya. "Eum, aku Abi." Mereka terlihat akrab dalam perkenalan singkat ini, membuat Rendra menata keduanya intens. Dan Ellea yang sedang mengintip dari jendela, melotot. Ia langsung menutup korden saat melihat Zio menatap dingin padanya.
"Ya sudah, terima kasih, Bi." Pamitnya. Abi melambaikan tangannya tanda salam perpisahan. Mobil Zio melaju cukup cepat dan kini hanya meninggalkan asap kendaraan nya saja.
"Siapa sih?" tanya Rendra.
"Kan tadi gue bilang, pelanggan café. "
"Kok aneh, ya?" gumam Rendra sambil menatap arah perginya orang tadi.
"Aneh apanya?" tanya Abi dengan menatap Rendra penasaran. Karena Ellea juga mengatakan hal yang sama, tentang tidak sukaannya pada Zio.
"Eum, aneh aja. Tapi ... entahlah. Yang jelas hati-hati aja sama dia. Perasaan gue nggak enak. Ya udah gue balik. Mendingan elu juga balik, pakai cara lain buat bujuk cewek lu besok. Kalau malam ini percuma aja. Dia lagi emosi banget kayaknya ke elu."
'Iya sih, Ren. Huft!" Kata Abi, frustrasi.
Rendra lantas kembali menyalakan mobilnya.
regmekujo dan 4 lainnya memberi reputasi
5