- Beranda
- Stories from the Heart
Supernatural
...
TS
ny.sukrisna
Supernatural
Quote:
Mungkin agan di sini pernah baca cerita ane yang berjudul pancasona? Kali ini ane akan melanjutkan kisah itu di sini. Yang suka cerita genre fantasi, kasus pembunuhan berantai, gengster werewolf, vampire dan sejenisnya. Silakan mampir.


Quote:
INDEKS
Part 1 abimanyu maheswara
Part 2 abimanyu
Part 3 kalla
Part 4 siapa kalla
Part 5 seorang gadis
part 6 Ellea
part 7 taman
Part 8 kamar ellea
Part 9 pagi bersama ellea
Part 10 rencana
Part 11 tentang kalla
part 12 rumah elang
Part 13 kembali aktivitas
part 14 emosi elang
part 15 janin kalla
part 16 elang
Part 17 vin
Part 18 kantor
Part 19 kemunculan kalla
part 20 pulau titik nol kehidupan
part 21 desa terkutuk
Part 22 wira
Part 23 teman lama
Part 24 patung wira
part 25 teror di rumah John
part 26 tato
part 27 simbol aldebaro
part 28 buku
part 29 kantor kalla
part 30 batu saphire
part 31 Lian dan Ayu
part 32 kakak beradik yang kompak
part 33 penyusup
part 34 kalah jumlah
part 35 lorong rahasia
Part 36 masuk lorong
part 37 cairan aneh
part 38 rahasia kalandra
part 39 Nayaka adalah Kalandra
Part 40 kemampuan nayaka
Part 41 Arkie
Part 42 Arkie (2)
Part 43 peperangan
Part 44 berakhir
Part 45 desa abi
part 46 nabila
part 47 cafe abi
Part 48 Maya
part 49 riki kembali, risna terancam
part 50 iblis bertubuh manusia
part 51 bertemu eliza
part 52 Feliz
Part 53 Bisma
Part 54 ke mana bisma
part 55 rahasia mayat
part 56 bisma kabur
part 57 pertemuan tak terduga
part 58 penyelidikan
part 59 tabir rahasia
part 60 kebakaran
part 61 Bajra
part 62 pengorbanan Bajra
part 63 the best team
part 64 masa lalu
part 65 perang dimulai
part 66 kisah baru
part 67 bertemu vin
part 68 san paz
part 69 cafe KOV
part 70 demigod
part 71 california
part 72 Allea dan Ellea
part 73 rumah ellea
part 74 alan cha
part 75 latin kings
part 76 kediaman faizal
part 77 kematian faizal.
part 78 permainan
part 79 ellea cemburu
part 80 rumah
part 81 keributan
part 82 racun
part 83 mayat
part 84 rencana
part 85 kampung....
Part 86 kematian adi
part 87 tiga sekawan
part 88 zikal
part 89 duri dalam daging
part 90 kerja sama
part 91 Abraham alexi Bonar
part 92 terusir
part 93 penemuan mayat
part 94 dongeng manusia serigala
part 95 hewan atau manusia
part 96 Rendra adalah werewolf
part 97 Beta
part 98 melamar
part 99 pencarian lycanoid
part 100 siapa sebenarnya anda
part 101 terungkap kebenaran
part 102 kisah yang panjang
part 103 buku mantra
part 104 sebuah simbol
part 105 kaki tangan
part 106 pertikaian
part 107 bertemu elizabet
part 108 orang asing
part 109 mantra eksorsisme
part 110 Vin bersikap aneh
part 111 Samael
part 112 Linda sang paranormal
part 113 reinkarnasi
part 114 Nayla
part 115 Archangel
part 116 Flashback vin kesurupan
part 117 ritual
part 118 darah suci
part 119 Lasha
part 120 Amon
part 121 masa lalu arya
part 122 sekte sesat
part 123 sekte
part 124 bu rahayu
part 125 dhampire
part 126 penculikan
part 127 pengakuan rian.
part 128 azazil
part 129 ungkapan perasaan
part 130 perjalanan pertama
part 131 desa angukuni
part 132 Galiyan
part 133 hilang
part 134 Hans dan Jean
part 135 lintah Vlad
part 136 rahasia homestay
part 137 rumah kutukan
part 138 patung aneh
part 139 pulau insula mortem
part 140 mercusuar
part 141 kastil archanum
part 142 blue hole
part 143 jerogumo
part 144 timbuktu
part 145 gerbang gaib
part 146 hutan rougarau
part 147 bertemu azazil
part 148 SMU Mortus
part 149 Wendigo
part 150 danau misterius
part 151 jiwa yang hilang
part 152 serangan di rumah
part 153 misteri di sekolah
part 154 rumah rayi
part 155 makhluk lain di sekolah
part 156 Djin
part 157 menjemput jiwa
part 158 abitra
part 159 kepergian faza
part 160 Sabrina
part 161 puncak emosi
part 162 ilmu hitam
part 163 pertandingan basket
part 164 mariaban
part 165 Dagon
part 166 bantuan
INDEKS LANJUT DI SINI INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 16-05-2023 21:45
itkgid dan 12 lainnya memberi reputasi
13
13.5K
222
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ny.sukrisna
#73
Part 71 California
Langkahnya tertatih, tanpa alas kaki dengan kedua kaki yang kotor, karena debu, jalanan becek, dan darahnya sendiri. Ia terluka di beberapa bagian tubuhnya. Telah mengalami penyiksaan selama beberapa hari, membuat tubuhnya ringan, lemah, tapi tetap saja ia harus segera pergi dari tempat ini. Tawaran wanita gipsi tadi tak lantas membuatnya tergiur, ia lebih memilih mencari tempat persembunyian lain.
Karena orang-orang itu pasti akan dengan sangat mudah menemukannya, apalagi jika jaraknya sedekat itu dengan mereka. Dalam perjalanan yang entah ke mana, ia teringat perkataan wanita gipsi tadi. 'Pacar Demigod?'
"Maksudnya apa sih?" gumamnya. Ia bersandar di sudut tembok yang ada di jalan sempit tak jauh dari tempat tinggalnya. Ia menoleh ke tempat sampah yang ada di sampingnya. Tempat sampah itu cukup besar, itu mirip tempat pembuangan akhir jika ada di Indonesia. Ia menoleh, dan melihat ada sebotol air mineral yang masih banyak isinya. Diambillah botol itu dan meneguknya hingga habis. Botol ia lempar kembali ke tempat sampah. "Ah, higienis. Kan, di dalam botol airnya." Ia menggumam berusaha menepis pikiran buruknya sendiri tentang kotornya tempat sampah itu, dan tindakannya meminum air dari sana. Tapi ia tidak membawa uang sama sekali untuk membeli air minum.
Jarak tempuh ke tempat tinggalnya cukup jauh. Ia kembali melangkah dengan berbagai ingatan tentang apa yang telah ia alami beberapa waktu terakhir. Berawal dari kematian ibunya yang tiba-tiba. Kemudian disusul sang ayah yang mengalami kecelakaan aneh. Ellea mulai merasakan adanya keanehan di sekitarnya. Ia datang ke Venesia karena menemukan sepucuk surat usang yang ia temukan di dalam brangkas ayahnya saat mereka masih di California. Keluarga Ellea memutuskan kembali ke California untuk pengobatan ibunya, Ruth. Di sana banyak kejadian aneh yang terjadi. Ellea merasa hidupnya tidak tenang, seperti ada beberapa orang yang mengintainya. Dan kejadian buruk satu persatu datang. Ibunya yang sudah berhasil menjalani operasi, dan kondisinya sudah stabil, justru tiba-tiba ditemukan meninggal. Dokter bilang kalau Ruth mengalami pembuluh darah yang pecah pasca operasi dan penggumpalan di kepala yang tiba-tiba terdeteksi setelah kematiannya. Padahal dokter James bilang kalau keadaan Ruth sudah stabil dan seminggu lagi bisa pulang.
Saat pemakaman sang ibunda, Ellea melihat sebuah mobil aneh yang parkir di ujung jalan. Mereka menatap ke arah makam Ruth, Ellea tidak mengingat bahkan mengenal siapa orang-orang di sana. Saat ia memberitahu pada sang Ayah, justru Adrian bersikap gugup. Berusaha menghindari tatapan mereka. Itu bukan ayahnya yang selama ini ia kenal. Adrian menjadi lemah sejak Ruth meninggal. Ia tidak lagi pergi ke kantor dan hanya diam di rumah. Sekalipun mereka ada di California, perusahaan Adrian memang memiliki banyak cabang di mana-mana. Ia juga bisa mengontrol semua pekerjaan dari laptop miliknya, karena di setiap cabang akan ada orang kepercayaannya yang bertugas mengurus perusahaan. Jiwa Adrian sedang tidak stabil, ia takut jika ia bertindak justru merusak segalanya.
Malam itu, teringat jelas diingatan Ellea, saat itu ia tengah di rumah sendirian. Ayahnya sedang menemui seseorang, katanya rekan bisnis. Tapi sampai tengah malam, Adrian tak juga pulang. Ellea menunggunya semalaman di depan tv, ruang tengah. Perapian bahkan sudah padam beberapa jam lalu saat ia mendengar suara keributan di luar rumahnya. Ellea menggelliat, menguap, untuk membuang sisa kantuk yang menggelayut di matanya. Ia benar-benar terganggu dengan suara di depan rumahnya.
Pukul 02.00 dini hari. Dan ia tidak tau ke mana ayahnya pergi. Ellea beranikan diri mengintip keluar. Memastikan kalau suara berisik dari di luar mungkin dari ayahnya. Memang ada beberapa suara manusia yang dengar, tapi ia tetap berpikir positif. Mungkin ayahnya pulang dengan rekannya karena mabuk atau apalah. Biasanya itu yang terjadi di negara ini. Tapi begitu ia menyibak korden dan mendapati banyak orang asing di luar sana, membawa senjata tajam bahkan senjata api, ia ketakutan.
"Cari! Temukan bagaimana pun caranya!" suruh seseorang dengan bahasa dan logat Spanyol yang khas, Ellea memang belajar sedikit-sedikit tentang banyak bahasa sejak ia pergi dari Indonesia. Ia tidak punya banyak kegiatan, jadi inilah yang ia lakukan untuk mengisi waktunya selagi menunggu Ruth di Rumah Sakit.
"Bagaimana dengan putrinya? Dia masih di dalam, kan?' tanya rekannya.
"Kau tuli? Bukan, kah, Austin menyuruh kita menghabisi mereka semua?"
Ellea benar-benar terkejut mendengarnya. Ia lantas pergi menjauh dari pintu, berlari ke pintu belakang rumahnya. Saat ia membuka pintu itu, rupanya kawanan orang tadi sudah berpencar di semua sudut rumahnya, dan Ellea ketahuan. Ia mundur, ketakutan. Ia tau kalau mereka bukan hanya merampok rumah ini, tapi juga berniat membunuhnya. Ellea mundur perlahan saat mereka memergokinya akan keluar. Dengan langkah seribu ia segera berlari ke lantai dua rumahnya. Orang-orang itu lantas mengejarnya.
'Mereka siapa? Dan mau apa, sih? Apa maksudnya cari dan temukan? Apa yang mereka cari? Terus, Austin?! Siapa dia? Dan katanya ... habisi saja mereka? Papah?' Semua pertanyaan itu membuatnya gelisah dengan rasa ketakutan yang luar biasa.
Ia tidak lantas masuk ke kamarnya, meraih tali di koridor lantai dua, dan menariknya ke bawah. Itu adalah ruang rahasia milik keluarganya. Di sana ada banyak barang milik ayahnya dan beberapa buku koleksi pribadi Adrian. Tangga kayu turun dan membuat Ellea bisa naik ke atas dengan mudah. Sampai di atas, ia kembali menutup jalan masuknya dan tali ia ambil agar mereka tidak bisa mengetahui keberadaannya.
Tubuh Ellea bergetar, ia ketakutan di tengah suasana genting ini. Sendirian di tengah penjahat yang ingin merampok rumahnya. Hanya saja, apa yang mereka cari? Dua kata yang bersinonim sama, yang tadi ia dengar, merupakan tanda tanya besar di hati Ellea. Cari dan temukan. Itu berarti ada 1 benda yang benar-benar mereka inginkan. Tapi apa itu. Begitulah pikiran Elea berkecamuk.
'Papa di mana?' Ia sembunyi di sudut gelap ruang rahasia itu. Sebenarnya ini bukan ruang rahasia pada umumnya. Karena ruangan ini banyak ditemukan di rumah-rumah yang ada di California. Itulah mengapa Ellea ketakutan, karena kemungkinan ia ditemukan sangatlah besar.
Suara langkah kaki bergerombol terdengar sampai atas. Ellea terus beringsut mundur takut persembunyiannya diketahui. Tapi setelah beberapa jam berlalu, mereka justru pergi dari rumahnya. Terdengar suara mesin mobil yang di gas kencang. Ellea mengintip melalu lubang udara di dekatnya. Mereka pergi. Semua.
Ia ragu tapi penasaran, akhirnya ia benar-benar turun ke bawah. Keluar dari tempat persembunyiannya. Saat ia turun, ia terkejut saat melihat rumahnya berantakan. Semua perabotan terbalik, pajangan dari kaca atau keramik, pecah. Sofa, kursi, meja dan ranjang berantakan. Ia segera berlari ke kamar Adrian dan Ruth. Semau ruangan sama kacaunya. Tapi anehnya perhiasan Ruth dan sertifikat tanah dan rumah yang ada di brankas tidak mereka ambil. Padahal posisi brangkas sudah terbuka. Lalu apa yang mereka cari?
Ellea yang masih ketakutan, lantas kembali ke atas. Ia memutuskan tinggal di sana. Malam ini walau tidurnya terganggu, tapi ia tetap terlelap saat merebahkan tubuhnya di karpet bulu yang ia bawa dari bawah.
Hari sudah beranjak siang, saat telepon di rumahnya berdering. Ellea bergegas bangun dan turun ke bawah. Lututnya lemas saat mendengar kabar kematian Adrian. Polisi memberitahu kalau Adrian terlibat kecelakaan semalam. Lagi. Ia mendengar kabar duka, bahkan saat ibunya belum sepekan dimakamkan. Air matanya bahkan sudah kering karena menangis kematian Ruth, dan sekarang ... Adrian menyusul wanita itu. Makam Ruth dan Adrian berdampingan. Ellea benar-benar putus asa. Ia bahkan tidak lagi banyak bicara. Ia menjadi ketakutan saat melihat orang asing yang mendekatinya. Batinnya terluka, hatinya merana.
Setelah pemakaman Adrian, Ellea kembali pulang ke rumahnya. Keadaan rumahnya masih sama. Ia tidak berniat membereskannya. Karena tidak ada tenaga bahkan niatnya untuk hidup sebenarnya tinggal setengahnya saja. Ia merasa tidak ada harapan lagi untuk hidup, tidak ada Adrian dan Ruth, lalu untuk apa dia hidup.
Ia pergi, ke sebuah gedung pencakar langit paling tinggi di California. Berdiri di atas gedung dengan melebarkan kedua tangannya, air matanya menetes, bahkan mengalir deras. Ia merasa ketakutan dan sendirian. Ia ingin mati tapi terlalu takut untuk terjun ke bawah.
"Hei!" seseorang menarik tubuhnya menjauh dari pagar pembatas, membuat Ellea terjatuh di atas tubuhnya. Ia pria yang cukup tampan dengan jambang tipis di dagunya. Menatap Ellea dengan keheranan. "Mau mati?" tanyanya dengan bahasa Indonesia. Ellea terkejut mendengar seseorang mengajaknya bicara dengan bahasa Indonesia. Ia pikir pria ini adalah warga asli tempat ini, tapi ia salah. "Orang Indonesia, kan?"
Ellea mengangguk, ia segera bangun dan kedua terlihat tersipu dengan posisi tadi. "Kamu? Orang Indonesia juga?" tanyanya.
Ia mengangguk. Menoleh ke tempat tadi Ellea berdiri, " Ada masalah apa sampai ingin mati?" tanyanya lagi.
Ellea diam. Air matanya mengalir sebagai bentuk jawaban dari pertanyaan barusan. "Ya sudah, ayok kita pergi."
Mereka pergi meninggalkan tempat itu. Dan kembali ke rumah Ellea. Sampai pintu rumah, Ellea ragu mengajak pria ini masuk. "Eh, nggak usah masuk nggak apa-apa. Aku antar kamu sampai sini, soalnya aku harus balik ke Venesia. Aku Ronal, kamu?" tanya pemuda itu memperkenalkan diri. "Ellea."
Mereka terlibat beberapa obrolan singkat sebelum Ellea masuk rumah dan Ronal ke bandara. Tapi tiba-tiba Ronal mencegah gadis itu masuk, saat ia melihat ada beberapa bayangan mondar mandir di dalam rumahnya. Ia dapat melihat itu dari luar karena jendela rumah Ellea yang tidak memakai korden. Ronal berbisik, memberitahukan hal itu pada gads pemilik rumah ini. Ellea kembali panik. Ia takut.
"Aku minta minum, ya," kata Ronal dengan suara lantang. Ellea melotot tanda tidak mengerti dengan jalan pikiran Ronal. "Kau ikut aku ke dalam, ambil pasportmu. Kita pergi dari sini."
"Tapi, mereka ..."
"Aku yang urus mereka!"
Ellea yang merasa Ronal bisa diandalkan lantas mengikuti saran itu. Mereka masuk, sunyi. Para penyusup masih bersembunyi di tempat masing-masing. "Oh iya, mana buku yang kau janjikan, Ell?"
"Oh, eum ada di atas," sahut Ellea kikuk. Ia tak pandai beracting. Berbeda dengan Ronal yang terlihat tenang.
"Baiklah, ayo kita ambil. Aku akan memilih sendiri."
Mereka naik, hingga sampai kamar Ellea. Pintu di tutup. Ellea bergegas mengambil pasport miliknya dan beberapa surat berharga lainnya. Ronal berjaga di pintu dan mengintip. Orang-orang itu kini menampakkan diri, berjalan mendekati kamar Ellea. Ronal mengunci pintu dan menahannya dengan kursi. "Kita keluar lewat jendela." Ronal menggandeng Ellea hingga sampai jendela kamar itu. "Turun, Ell. Kau harus cepat sebelum mereka menerobos masuk!"
Ellea menurut, turun lebih dulu. "Aku tahan pintu sebentar, kau lari ke ujung jalan sana, tunggu aku di sana. Oke?" titah Ronal, dan entah mengapa Ellea menurutinya. Baginya hanya Ronal yang kini bisa ia percaya.
Saat Ellea turun perlahan, Ronal justru menggeledah semua ruangan ini. Tapi ia langsung menatap satu benda yang unik. Kotak musik milik Ellea dengan bentuk bundar tapi lambang di atas kotak musik ini yang menarik. Ronal mengambilnya dan membuka bagian dalam mesin pemutar musiknya. Ia tersenyum saat memasukkan benda kecil itu ke ke dalam saku jaketnya.
Kini Ronal turun, dan di saat bersamaan pintu kamar Ellea berhasil didobrak paksa. Mereka melihat Ronal yang turun dari jendela. Tembakan melayang hampir mengenai kepala Ronal jika ia tidak menghindari. Ronal melompat sampai kakinya menginjak halaman samping rumah ini. Jeritan dan tembakan kembali menyerangnya. Ronal lari. Ia sempat terjatuh di aspal jalan, karena tangan kanannya tertembak. Tapi ia kembali berlari dan menyusul Ellea yang sudah menunggunya.
___________
Mereka sampai bandara. Ronal bahkan tidak memerdulikkan luka ditangannya. Ia hanya membalutnya asal dengan syal milik Ellea. Tawaran Ellea ia tolak saat mengajaknya ke Rumah sakit, baginya kota ini tak lagi aman. Dia dan Ellea harus segera pergi ke Venesia, sesuai dengan pesan yang beberapa menit lalu masuk ke dalam telepon genggamnya.
Ia sempatkan membalas pesan itu sebelum mereka naik pesawat. [Ellea sudah bersamaku]
______
Ellea kembali berjalan, kini memori itu membuatnya tersenyum. saat pertama kali bertemu Ronal hingga semua kejadian yang telah ia alami begitu sampai ke Venesia.
ada satu hal yang masih membuatnya penasaran. "apa maksudnya Demigod tadi, ya?" Ia tau kalau arti demigod adalah manusia setengah dewa. Dan Ellea merasa tidak berpacaran dengan Hercules atau Poseidon dan rasnya. tapi entah kenapa sebuah wajah kini ada di ingatananya.
"Abimanyu? ah, nggak mungkin. Ngapain dia ke sini ?" gumamnya mematahkan harapan yang ia bangun sendiri.
Ellea sampai di apartmentnya. Telapak kakinya lecet karena berjalan tanpa alas kaki. Sementara jarak tempuhnya cukup jauh dari tempatnya di sekap. Ia lantas masuk ke kamar mandi dan segera membasuh tubuhnya yang lengket dan bau. Entah sudah berapa lama ia tidak mandi, bahkan ia baru kali ini dapat menghirup udara bebas, bersih dan tidak pengap. Pintu di tutup, ia mulai menanggalkan semua pakaian yang menempel pada tubuhnya. Air mengguyur tubuh mungil Ellea. Ia meringis saat luka yang berada di beberapa titik sudut tubuhnya terguyur air.
Kembali memori ingatan terlintas saat kedua netranya terpejam, di bawah guyuran air yang keluar dari showwer atasnya, Ellea kembali mengingat beberapa kejadian di masa lalu. Ia tiba ke Venesia bersama Ronal, orang yang baru saja ia jumpai tapi sudah banyak menolongnya. Ellea teringat saat ia teritdur di ruang atas rumahnya, di California, gadis itu menemukan sebuah kotak, yang tersimpan di bawah kolong lemari yang menyimpan buku-buku bekas milik Adrian. Ellea tidak sengaja melihat kotak itu saat tertidur di lantai kayu di sana.
Penasaran ia mengambil kotak itu yang sebenarnya sulit di jangkau, Ellea bahkan harus menggunakan sebatang rotan yang ia temukan di dekat lemari buku, Ellea dengan susah payang mendorong kotak itu agar perlahan keluar dari ruang gelap sana, saat kotak itu berhasil keluar ia tersenyum bahagia, entah apa alasannya tapi ia seolah menemukan harta karun rahasia di sana. Ellea membuka kotak itu, dahinya berkerut saat menemukan selongsong pistol, dengan foto dua anak bayi yang berpakaian sama. Ia menatap lekat-lekat foto itu, merasa kalau bayi di foto adalah dirinya, ia membalik foto itu dan melihat sebuah alamat. "Venesia?"
Karena alasan itulah Ellea memutuskan mengikuti Ronal pergi ke Venesia. Setidaknya dia tidak sendirian jika orang-orang jahat itu mencarinya lagi. Bahkan Ronal yang membantunya menemukan Apartment ini.
Tubuh Ellea sudah kembali segar, ia membalut tubuhnya dengan handuk dan keluar mencari kotak obat. Kini luka-luka yang ia terima terlihat jelas, sudah bersih dan bisa ia obati sendiri. Masih dengan tubuh terbalut handuk, ia mulai mengoleskan gel penghilang rasa sakit yang ia dapatkan dari Ronal.
"Kenapa Austin mau bunuh aku?" gumamnya dengan sebuah pertanyaan yang mengganjal, saat teringat penyekapan yang ia alami kemarin. Ia bahkan tidak mengenal siapa Austin. "Terus siapa Alan Cha?" Ia segera memakai bajunya. Koper masih utuh, tidak satupun barang yang ia taruh di lemari. Entahlah, rasanya mungkin ia harus secepat itu kabur sewaktu-waktu. Ellea memakai jaket tebal dan penutup kepala. Berusaha menyamarkan penampilannya agar tidak dikenali orang lain, terutama kelompok Asia Boyz, kawanan Austin, yang pasti kini menyadari kalau Ellea sudah tidak ada di markas mereka lagi. buronannya kabur. Dan San Paz pasti geger.
Ellea keluar dari kamarnya, menoleh ke sekitar memeriksa keadaan. Pistol yang ia temukan di rumahnya, di California, ia simpan di belakang tubuh. Berjaga-jaga jika ada hal buruk terjadi lagi padanya.
Dengan berbekal alamat yang ia temukan di belakang foto bayi ini, ia lantas pergi ke alamat tersebut. Ia ingin mengetahui siapa yang ada di alamat ini. Sejak ia datang ke Venesia, Ellea belum sempat mencari alamat ini. Satu-persatu anak buah Austin membuatnya terus disibukkan dengan aksi melarikan diri.
Malam ini, ia bertekad, untuk menemukan alamat tersebut. Walau ini sudah tengah malam, Ellea nekat pergi. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali bisa tidur nyenyak. Tidak ada bedanya siang atau malam. Baginya semua sama. Semua hal yang ia alami tidak bisa membuat tidurnya nyenyak, bahkan di malam hari sekalipun. Sejak kematian ibunya, ia tidak pernah merasakan lagi tidur yang cukup. Rasa sedih itu masih menggerogoti hati Ellea, kala teringat Ruth. Harapannya sirna sekejap, saat tau Ruth menghembuskan nafas terakhirnya. sejam saat itu, ia tidak bisa terlelap seperti biasanya. Ia bahkan kerap tertidur sendiri karena saking lelahnya. Dan terbangun karena terkejut, bisa karena mimpi buruk atau hal lain, seperti teror Austin.
Ellea mencari taksi. Jalanan yang sudah sepi membuatnya kesulitan mencari transportasi umum tersebut. Hingga ia melihat Ronal di kejauhan. Matanya berbinar, tangannya mulai menjulur ke atas, dan memanggil nama pemuda itu." Ron?!" jerit Ellea dengan senyum sumringah khas dirinya.
Ronal tengak tengok mencari sumber suara yang memanggil namanya. Ia baru keluar dari toko kelontong yang jika di Indonesia mirip minimarket yang berjejer di tiap jalanan kota. Di sini toko kelontong seperti ini adalah milik pribadi, perorangan, bukan franchiseer perusahaan besar.
Tidak terlalu sulit mencari sosok yang memanggilnya, Ronal tersenyum lalu berlari kecil ke arah Ellea. Ia sempat terkejut karena melihat gadis itu lagi. Padahal seingatnya, Ia melihat Ellea di bawa gerombolan orang beberapa waktu lalu. dan yang di rumahnya ada Allea.
"Kamu mau ke mana?" tanya Ronal heran melihat penampilan Ellea yang tertutup, bahkan ia sempat tak mengenali saat pertama kali melihat. Ia mirip seorang pria dengan setelan seperti itu. apalagi kepalanya tertutup jaket hodie hitam.
"Ke sini." Ellea menunjukkan foto di tangannya dengan sebuah alamat yang membuat Ronal menarik nafas panjang. "Aku penasaran sama alamat ini. Ini ada di dalam fotoku waktu bayi. Dan siapa dia?" tanya Ellea menunjuk bayi yang ada di sampingnya. Ronal menatap gadis di depannya beberapa saat. Ia tak tahan lagi untuk menceritakan hal ini. hal yang mungkin bisa menjadi berguna untuk mereka nanti.
"Kamu ikut aku dulu. Ada yang pengen ketemu kamu," ajak Ronal, langsung menarik tangan Ellea. Gadis itu bingung, tapi ia tetap menurut saja. Ia yakin Ronal bukan salah satu orang yang menginginkan kematiannya. Rumahnya dengan toko kelontong itu tidaklah jauh. Ronal memang pergi ke sana untuk membeli beberapa kebutuhan untuk makan malam. Allea berencana memasak di rumahnya. ia yang tidak pernah kedatangan tamu lantas kebingungan karena lemari pendinginnya hanya terisi botol air mineral saja.
Hanya beberapa blok kini mereka sampai di rumah Ronal. Ellea memang pernah ke sini sebelumnya. Saat pertama kali ia sampai di Venesia, tempat ini yang ia datangi bersama Ronal. Rumah Ronal. Tapi ia tidak masuk ke dalam. Karena saat itu, Ronal berjanji akan mengajaknya mencari tempat penginapan.
" Tunggu! Siapa yang mau ketemu aku? "tanya Ellea menahan tangan Ronal saat mereka hendak masuk ke dalam. Ia baru sadar kalau di tempat ini, dirinya tidak mengenal siapa pun.
"Yang jelas bukan salah satu dari mereka. Dan aku yakin kamu bakal seneng liat mereka." Pernyataan yang membuat tanda tanya besar di kepala Ellea. Ia tidak terpikiran satu nama pun di sana. Siapa orang yang akan membuatnya bahagia jika bertemu dengannya? Tidak ada satupun, pikirnya.
Pintu dibuka. Jantung Ellea berdetak makin cepat. Penasaran juga takut.
Karena orang-orang itu pasti akan dengan sangat mudah menemukannya, apalagi jika jaraknya sedekat itu dengan mereka. Dalam perjalanan yang entah ke mana, ia teringat perkataan wanita gipsi tadi. 'Pacar Demigod?'
"Maksudnya apa sih?" gumamnya. Ia bersandar di sudut tembok yang ada di jalan sempit tak jauh dari tempat tinggalnya. Ia menoleh ke tempat sampah yang ada di sampingnya. Tempat sampah itu cukup besar, itu mirip tempat pembuangan akhir jika ada di Indonesia. Ia menoleh, dan melihat ada sebotol air mineral yang masih banyak isinya. Diambillah botol itu dan meneguknya hingga habis. Botol ia lempar kembali ke tempat sampah. "Ah, higienis. Kan, di dalam botol airnya." Ia menggumam berusaha menepis pikiran buruknya sendiri tentang kotornya tempat sampah itu, dan tindakannya meminum air dari sana. Tapi ia tidak membawa uang sama sekali untuk membeli air minum.
Jarak tempuh ke tempat tinggalnya cukup jauh. Ia kembali melangkah dengan berbagai ingatan tentang apa yang telah ia alami beberapa waktu terakhir. Berawal dari kematian ibunya yang tiba-tiba. Kemudian disusul sang ayah yang mengalami kecelakaan aneh. Ellea mulai merasakan adanya keanehan di sekitarnya. Ia datang ke Venesia karena menemukan sepucuk surat usang yang ia temukan di dalam brangkas ayahnya saat mereka masih di California. Keluarga Ellea memutuskan kembali ke California untuk pengobatan ibunya, Ruth. Di sana banyak kejadian aneh yang terjadi. Ellea merasa hidupnya tidak tenang, seperti ada beberapa orang yang mengintainya. Dan kejadian buruk satu persatu datang. Ibunya yang sudah berhasil menjalani operasi, dan kondisinya sudah stabil, justru tiba-tiba ditemukan meninggal. Dokter bilang kalau Ruth mengalami pembuluh darah yang pecah pasca operasi dan penggumpalan di kepala yang tiba-tiba terdeteksi setelah kematiannya. Padahal dokter James bilang kalau keadaan Ruth sudah stabil dan seminggu lagi bisa pulang.
Saat pemakaman sang ibunda, Ellea melihat sebuah mobil aneh yang parkir di ujung jalan. Mereka menatap ke arah makam Ruth, Ellea tidak mengingat bahkan mengenal siapa orang-orang di sana. Saat ia memberitahu pada sang Ayah, justru Adrian bersikap gugup. Berusaha menghindari tatapan mereka. Itu bukan ayahnya yang selama ini ia kenal. Adrian menjadi lemah sejak Ruth meninggal. Ia tidak lagi pergi ke kantor dan hanya diam di rumah. Sekalipun mereka ada di California, perusahaan Adrian memang memiliki banyak cabang di mana-mana. Ia juga bisa mengontrol semua pekerjaan dari laptop miliknya, karena di setiap cabang akan ada orang kepercayaannya yang bertugas mengurus perusahaan. Jiwa Adrian sedang tidak stabil, ia takut jika ia bertindak justru merusak segalanya.
Malam itu, teringat jelas diingatan Ellea, saat itu ia tengah di rumah sendirian. Ayahnya sedang menemui seseorang, katanya rekan bisnis. Tapi sampai tengah malam, Adrian tak juga pulang. Ellea menunggunya semalaman di depan tv, ruang tengah. Perapian bahkan sudah padam beberapa jam lalu saat ia mendengar suara keributan di luar rumahnya. Ellea menggelliat, menguap, untuk membuang sisa kantuk yang menggelayut di matanya. Ia benar-benar terganggu dengan suara di depan rumahnya.
Pukul 02.00 dini hari. Dan ia tidak tau ke mana ayahnya pergi. Ellea beranikan diri mengintip keluar. Memastikan kalau suara berisik dari di luar mungkin dari ayahnya. Memang ada beberapa suara manusia yang dengar, tapi ia tetap berpikir positif. Mungkin ayahnya pulang dengan rekannya karena mabuk atau apalah. Biasanya itu yang terjadi di negara ini. Tapi begitu ia menyibak korden dan mendapati banyak orang asing di luar sana, membawa senjata tajam bahkan senjata api, ia ketakutan.
"Cari! Temukan bagaimana pun caranya!" suruh seseorang dengan bahasa dan logat Spanyol yang khas, Ellea memang belajar sedikit-sedikit tentang banyak bahasa sejak ia pergi dari Indonesia. Ia tidak punya banyak kegiatan, jadi inilah yang ia lakukan untuk mengisi waktunya selagi menunggu Ruth di Rumah Sakit.
"Bagaimana dengan putrinya? Dia masih di dalam, kan?' tanya rekannya.
"Kau tuli? Bukan, kah, Austin menyuruh kita menghabisi mereka semua?"
Ellea benar-benar terkejut mendengarnya. Ia lantas pergi menjauh dari pintu, berlari ke pintu belakang rumahnya. Saat ia membuka pintu itu, rupanya kawanan orang tadi sudah berpencar di semua sudut rumahnya, dan Ellea ketahuan. Ia mundur, ketakutan. Ia tau kalau mereka bukan hanya merampok rumah ini, tapi juga berniat membunuhnya. Ellea mundur perlahan saat mereka memergokinya akan keluar. Dengan langkah seribu ia segera berlari ke lantai dua rumahnya. Orang-orang itu lantas mengejarnya.
'Mereka siapa? Dan mau apa, sih? Apa maksudnya cari dan temukan? Apa yang mereka cari? Terus, Austin?! Siapa dia? Dan katanya ... habisi saja mereka? Papah?' Semua pertanyaan itu membuatnya gelisah dengan rasa ketakutan yang luar biasa.
Ia tidak lantas masuk ke kamarnya, meraih tali di koridor lantai dua, dan menariknya ke bawah. Itu adalah ruang rahasia milik keluarganya. Di sana ada banyak barang milik ayahnya dan beberapa buku koleksi pribadi Adrian. Tangga kayu turun dan membuat Ellea bisa naik ke atas dengan mudah. Sampai di atas, ia kembali menutup jalan masuknya dan tali ia ambil agar mereka tidak bisa mengetahui keberadaannya.
Tubuh Ellea bergetar, ia ketakutan di tengah suasana genting ini. Sendirian di tengah penjahat yang ingin merampok rumahnya. Hanya saja, apa yang mereka cari? Dua kata yang bersinonim sama, yang tadi ia dengar, merupakan tanda tanya besar di hati Ellea. Cari dan temukan. Itu berarti ada 1 benda yang benar-benar mereka inginkan. Tapi apa itu. Begitulah pikiran Elea berkecamuk.
'Papa di mana?' Ia sembunyi di sudut gelap ruang rahasia itu. Sebenarnya ini bukan ruang rahasia pada umumnya. Karena ruangan ini banyak ditemukan di rumah-rumah yang ada di California. Itulah mengapa Ellea ketakutan, karena kemungkinan ia ditemukan sangatlah besar.
Suara langkah kaki bergerombol terdengar sampai atas. Ellea terus beringsut mundur takut persembunyiannya diketahui. Tapi setelah beberapa jam berlalu, mereka justru pergi dari rumahnya. Terdengar suara mesin mobil yang di gas kencang. Ellea mengintip melalu lubang udara di dekatnya. Mereka pergi. Semua.
Ia ragu tapi penasaran, akhirnya ia benar-benar turun ke bawah. Keluar dari tempat persembunyiannya. Saat ia turun, ia terkejut saat melihat rumahnya berantakan. Semua perabotan terbalik, pajangan dari kaca atau keramik, pecah. Sofa, kursi, meja dan ranjang berantakan. Ia segera berlari ke kamar Adrian dan Ruth. Semau ruangan sama kacaunya. Tapi anehnya perhiasan Ruth dan sertifikat tanah dan rumah yang ada di brankas tidak mereka ambil. Padahal posisi brangkas sudah terbuka. Lalu apa yang mereka cari?
Ellea yang masih ketakutan, lantas kembali ke atas. Ia memutuskan tinggal di sana. Malam ini walau tidurnya terganggu, tapi ia tetap terlelap saat merebahkan tubuhnya di karpet bulu yang ia bawa dari bawah.
Hari sudah beranjak siang, saat telepon di rumahnya berdering. Ellea bergegas bangun dan turun ke bawah. Lututnya lemas saat mendengar kabar kematian Adrian. Polisi memberitahu kalau Adrian terlibat kecelakaan semalam. Lagi. Ia mendengar kabar duka, bahkan saat ibunya belum sepekan dimakamkan. Air matanya bahkan sudah kering karena menangis kematian Ruth, dan sekarang ... Adrian menyusul wanita itu. Makam Ruth dan Adrian berdampingan. Ellea benar-benar putus asa. Ia bahkan tidak lagi banyak bicara. Ia menjadi ketakutan saat melihat orang asing yang mendekatinya. Batinnya terluka, hatinya merana.
Setelah pemakaman Adrian, Ellea kembali pulang ke rumahnya. Keadaan rumahnya masih sama. Ia tidak berniat membereskannya. Karena tidak ada tenaga bahkan niatnya untuk hidup sebenarnya tinggal setengahnya saja. Ia merasa tidak ada harapan lagi untuk hidup, tidak ada Adrian dan Ruth, lalu untuk apa dia hidup.
Ia pergi, ke sebuah gedung pencakar langit paling tinggi di California. Berdiri di atas gedung dengan melebarkan kedua tangannya, air matanya menetes, bahkan mengalir deras. Ia merasa ketakutan dan sendirian. Ia ingin mati tapi terlalu takut untuk terjun ke bawah.
"Hei!" seseorang menarik tubuhnya menjauh dari pagar pembatas, membuat Ellea terjatuh di atas tubuhnya. Ia pria yang cukup tampan dengan jambang tipis di dagunya. Menatap Ellea dengan keheranan. "Mau mati?" tanyanya dengan bahasa Indonesia. Ellea terkejut mendengar seseorang mengajaknya bicara dengan bahasa Indonesia. Ia pikir pria ini adalah warga asli tempat ini, tapi ia salah. "Orang Indonesia, kan?"
Ellea mengangguk, ia segera bangun dan kedua terlihat tersipu dengan posisi tadi. "Kamu? Orang Indonesia juga?" tanyanya.
Ia mengangguk. Menoleh ke tempat tadi Ellea berdiri, " Ada masalah apa sampai ingin mati?" tanyanya lagi.
Ellea diam. Air matanya mengalir sebagai bentuk jawaban dari pertanyaan barusan. "Ya sudah, ayok kita pergi."
Mereka pergi meninggalkan tempat itu. Dan kembali ke rumah Ellea. Sampai pintu rumah, Ellea ragu mengajak pria ini masuk. "Eh, nggak usah masuk nggak apa-apa. Aku antar kamu sampai sini, soalnya aku harus balik ke Venesia. Aku Ronal, kamu?" tanya pemuda itu memperkenalkan diri. "Ellea."
Mereka terlibat beberapa obrolan singkat sebelum Ellea masuk rumah dan Ronal ke bandara. Tapi tiba-tiba Ronal mencegah gadis itu masuk, saat ia melihat ada beberapa bayangan mondar mandir di dalam rumahnya. Ia dapat melihat itu dari luar karena jendela rumah Ellea yang tidak memakai korden. Ronal berbisik, memberitahukan hal itu pada gads pemilik rumah ini. Ellea kembali panik. Ia takut.
"Aku minta minum, ya," kata Ronal dengan suara lantang. Ellea melotot tanda tidak mengerti dengan jalan pikiran Ronal. "Kau ikut aku ke dalam, ambil pasportmu. Kita pergi dari sini."
"Tapi, mereka ..."
"Aku yang urus mereka!"
Ellea yang merasa Ronal bisa diandalkan lantas mengikuti saran itu. Mereka masuk, sunyi. Para penyusup masih bersembunyi di tempat masing-masing. "Oh iya, mana buku yang kau janjikan, Ell?"
"Oh, eum ada di atas," sahut Ellea kikuk. Ia tak pandai beracting. Berbeda dengan Ronal yang terlihat tenang.
"Baiklah, ayo kita ambil. Aku akan memilih sendiri."
Mereka naik, hingga sampai kamar Ellea. Pintu di tutup. Ellea bergegas mengambil pasport miliknya dan beberapa surat berharga lainnya. Ronal berjaga di pintu dan mengintip. Orang-orang itu kini menampakkan diri, berjalan mendekati kamar Ellea. Ronal mengunci pintu dan menahannya dengan kursi. "Kita keluar lewat jendela." Ronal menggandeng Ellea hingga sampai jendela kamar itu. "Turun, Ell. Kau harus cepat sebelum mereka menerobos masuk!"
Ellea menurut, turun lebih dulu. "Aku tahan pintu sebentar, kau lari ke ujung jalan sana, tunggu aku di sana. Oke?" titah Ronal, dan entah mengapa Ellea menurutinya. Baginya hanya Ronal yang kini bisa ia percaya.
Saat Ellea turun perlahan, Ronal justru menggeledah semua ruangan ini. Tapi ia langsung menatap satu benda yang unik. Kotak musik milik Ellea dengan bentuk bundar tapi lambang di atas kotak musik ini yang menarik. Ronal mengambilnya dan membuka bagian dalam mesin pemutar musiknya. Ia tersenyum saat memasukkan benda kecil itu ke ke dalam saku jaketnya.
Kini Ronal turun, dan di saat bersamaan pintu kamar Ellea berhasil didobrak paksa. Mereka melihat Ronal yang turun dari jendela. Tembakan melayang hampir mengenai kepala Ronal jika ia tidak menghindari. Ronal melompat sampai kakinya menginjak halaman samping rumah ini. Jeritan dan tembakan kembali menyerangnya. Ronal lari. Ia sempat terjatuh di aspal jalan, karena tangan kanannya tertembak. Tapi ia kembali berlari dan menyusul Ellea yang sudah menunggunya.
___________
Mereka sampai bandara. Ronal bahkan tidak memerdulikkan luka ditangannya. Ia hanya membalutnya asal dengan syal milik Ellea. Tawaran Ellea ia tolak saat mengajaknya ke Rumah sakit, baginya kota ini tak lagi aman. Dia dan Ellea harus segera pergi ke Venesia, sesuai dengan pesan yang beberapa menit lalu masuk ke dalam telepon genggamnya.
Ia sempatkan membalas pesan itu sebelum mereka naik pesawat. [Ellea sudah bersamaku]
______
Ellea kembali berjalan, kini memori itu membuatnya tersenyum. saat pertama kali bertemu Ronal hingga semua kejadian yang telah ia alami begitu sampai ke Venesia.
ada satu hal yang masih membuatnya penasaran. "apa maksudnya Demigod tadi, ya?" Ia tau kalau arti demigod adalah manusia setengah dewa. Dan Ellea merasa tidak berpacaran dengan Hercules atau Poseidon dan rasnya. tapi entah kenapa sebuah wajah kini ada di ingatananya.
"Abimanyu? ah, nggak mungkin. Ngapain dia ke sini ?" gumamnya mematahkan harapan yang ia bangun sendiri.
Ellea sampai di apartmentnya. Telapak kakinya lecet karena berjalan tanpa alas kaki. Sementara jarak tempuhnya cukup jauh dari tempatnya di sekap. Ia lantas masuk ke kamar mandi dan segera membasuh tubuhnya yang lengket dan bau. Entah sudah berapa lama ia tidak mandi, bahkan ia baru kali ini dapat menghirup udara bebas, bersih dan tidak pengap. Pintu di tutup, ia mulai menanggalkan semua pakaian yang menempel pada tubuhnya. Air mengguyur tubuh mungil Ellea. Ia meringis saat luka yang berada di beberapa titik sudut tubuhnya terguyur air.
Kembali memori ingatan terlintas saat kedua netranya terpejam, di bawah guyuran air yang keluar dari showwer atasnya, Ellea kembali mengingat beberapa kejadian di masa lalu. Ia tiba ke Venesia bersama Ronal, orang yang baru saja ia jumpai tapi sudah banyak menolongnya. Ellea teringat saat ia teritdur di ruang atas rumahnya, di California, gadis itu menemukan sebuah kotak, yang tersimpan di bawah kolong lemari yang menyimpan buku-buku bekas milik Adrian. Ellea tidak sengaja melihat kotak itu saat tertidur di lantai kayu di sana.
Penasaran ia mengambil kotak itu yang sebenarnya sulit di jangkau, Ellea bahkan harus menggunakan sebatang rotan yang ia temukan di dekat lemari buku, Ellea dengan susah payang mendorong kotak itu agar perlahan keluar dari ruang gelap sana, saat kotak itu berhasil keluar ia tersenyum bahagia, entah apa alasannya tapi ia seolah menemukan harta karun rahasia di sana. Ellea membuka kotak itu, dahinya berkerut saat menemukan selongsong pistol, dengan foto dua anak bayi yang berpakaian sama. Ia menatap lekat-lekat foto itu, merasa kalau bayi di foto adalah dirinya, ia membalik foto itu dan melihat sebuah alamat. "Venesia?"
Karena alasan itulah Ellea memutuskan mengikuti Ronal pergi ke Venesia. Setidaknya dia tidak sendirian jika orang-orang jahat itu mencarinya lagi. Bahkan Ronal yang membantunya menemukan Apartment ini.
Tubuh Ellea sudah kembali segar, ia membalut tubuhnya dengan handuk dan keluar mencari kotak obat. Kini luka-luka yang ia terima terlihat jelas, sudah bersih dan bisa ia obati sendiri. Masih dengan tubuh terbalut handuk, ia mulai mengoleskan gel penghilang rasa sakit yang ia dapatkan dari Ronal.
"Kenapa Austin mau bunuh aku?" gumamnya dengan sebuah pertanyaan yang mengganjal, saat teringat penyekapan yang ia alami kemarin. Ia bahkan tidak mengenal siapa Austin. "Terus siapa Alan Cha?" Ia segera memakai bajunya. Koper masih utuh, tidak satupun barang yang ia taruh di lemari. Entahlah, rasanya mungkin ia harus secepat itu kabur sewaktu-waktu. Ellea memakai jaket tebal dan penutup kepala. Berusaha menyamarkan penampilannya agar tidak dikenali orang lain, terutama kelompok Asia Boyz, kawanan Austin, yang pasti kini menyadari kalau Ellea sudah tidak ada di markas mereka lagi. buronannya kabur. Dan San Paz pasti geger.
Ellea keluar dari kamarnya, menoleh ke sekitar memeriksa keadaan. Pistol yang ia temukan di rumahnya, di California, ia simpan di belakang tubuh. Berjaga-jaga jika ada hal buruk terjadi lagi padanya.
Dengan berbekal alamat yang ia temukan di belakang foto bayi ini, ia lantas pergi ke alamat tersebut. Ia ingin mengetahui siapa yang ada di alamat ini. Sejak ia datang ke Venesia, Ellea belum sempat mencari alamat ini. Satu-persatu anak buah Austin membuatnya terus disibukkan dengan aksi melarikan diri.
Malam ini, ia bertekad, untuk menemukan alamat tersebut. Walau ini sudah tengah malam, Ellea nekat pergi. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali bisa tidur nyenyak. Tidak ada bedanya siang atau malam. Baginya semua sama. Semua hal yang ia alami tidak bisa membuat tidurnya nyenyak, bahkan di malam hari sekalipun. Sejak kematian ibunya, ia tidak pernah merasakan lagi tidur yang cukup. Rasa sedih itu masih menggerogoti hati Ellea, kala teringat Ruth. Harapannya sirna sekejap, saat tau Ruth menghembuskan nafas terakhirnya. sejam saat itu, ia tidak bisa terlelap seperti biasanya. Ia bahkan kerap tertidur sendiri karena saking lelahnya. Dan terbangun karena terkejut, bisa karena mimpi buruk atau hal lain, seperti teror Austin.
Ellea mencari taksi. Jalanan yang sudah sepi membuatnya kesulitan mencari transportasi umum tersebut. Hingga ia melihat Ronal di kejauhan. Matanya berbinar, tangannya mulai menjulur ke atas, dan memanggil nama pemuda itu." Ron?!" jerit Ellea dengan senyum sumringah khas dirinya.
Ronal tengak tengok mencari sumber suara yang memanggil namanya. Ia baru keluar dari toko kelontong yang jika di Indonesia mirip minimarket yang berjejer di tiap jalanan kota. Di sini toko kelontong seperti ini adalah milik pribadi, perorangan, bukan franchiseer perusahaan besar.
Tidak terlalu sulit mencari sosok yang memanggilnya, Ronal tersenyum lalu berlari kecil ke arah Ellea. Ia sempat terkejut karena melihat gadis itu lagi. Padahal seingatnya, Ia melihat Ellea di bawa gerombolan orang beberapa waktu lalu. dan yang di rumahnya ada Allea.
"Kamu mau ke mana?" tanya Ronal heran melihat penampilan Ellea yang tertutup, bahkan ia sempat tak mengenali saat pertama kali melihat. Ia mirip seorang pria dengan setelan seperti itu. apalagi kepalanya tertutup jaket hodie hitam.
"Ke sini." Ellea menunjukkan foto di tangannya dengan sebuah alamat yang membuat Ronal menarik nafas panjang. "Aku penasaran sama alamat ini. Ini ada di dalam fotoku waktu bayi. Dan siapa dia?" tanya Ellea menunjuk bayi yang ada di sampingnya. Ronal menatap gadis di depannya beberapa saat. Ia tak tahan lagi untuk menceritakan hal ini. hal yang mungkin bisa menjadi berguna untuk mereka nanti.
"Kamu ikut aku dulu. Ada yang pengen ketemu kamu," ajak Ronal, langsung menarik tangan Ellea. Gadis itu bingung, tapi ia tetap menurut saja. Ia yakin Ronal bukan salah satu orang yang menginginkan kematiannya. Rumahnya dengan toko kelontong itu tidaklah jauh. Ronal memang pergi ke sana untuk membeli beberapa kebutuhan untuk makan malam. Allea berencana memasak di rumahnya. ia yang tidak pernah kedatangan tamu lantas kebingungan karena lemari pendinginnya hanya terisi botol air mineral saja.
Hanya beberapa blok kini mereka sampai di rumah Ronal. Ellea memang pernah ke sini sebelumnya. Saat pertama kali ia sampai di Venesia, tempat ini yang ia datangi bersama Ronal. Rumah Ronal. Tapi ia tidak masuk ke dalam. Karena saat itu, Ronal berjanji akan mengajaknya mencari tempat penginapan.
" Tunggu! Siapa yang mau ketemu aku? "tanya Ellea menahan tangan Ronal saat mereka hendak masuk ke dalam. Ia baru sadar kalau di tempat ini, dirinya tidak mengenal siapa pun.
"Yang jelas bukan salah satu dari mereka. Dan aku yakin kamu bakal seneng liat mereka." Pernyataan yang membuat tanda tanya besar di kepala Ellea. Ia tidak terpikiran satu nama pun di sana. Siapa orang yang akan membuatnya bahagia jika bertemu dengannya? Tidak ada satupun, pikirnya.
Pintu dibuka. Jantung Ellea berdetak makin cepat. Penasaran juga takut.
obdiamond dan 7 lainnya memberi reputasi
8