Kaskus

Story

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
Supernatural
Quote:


Mungkin agan di sini pernah baca cerita ane yang berjudul pancasona? Kali ini ane akan melanjutkan kisah itu di sini. Yang suka cerita genre fantasi, kasus pembunuhan berantai, gengster werewolf, vampire dan sejenisnya. Silakan mampir. emoticon-Betty

Supernatural

Quote:


INDEKS
Part 1 abimanyu maheswara
Part 2 abimanyu
Part 3 kalla
Part 4 siapa kalla
Part 5 seorang gadis
part 6 Ellea
part 7 taman
Part 8 kamar ellea
Part 9 pagi bersama ellea
Part 10 rencana
Part 11 tentang kalla
part 12 rumah elang
Part 13 kembali aktivitas
part 14 emosi elang
part 15 janin kalla
part 16 elang
Part 17 vin
Part 18 kantor
Part 19 kemunculan kalla
part 20 pulau titik nol kehidupan
part 21 desa terkutuk
Part 22 wira
Part 23 teman lama
Part 24 patung wira
part 25 teror di rumah John
part 26 tato
part 27 simbol aldebaro
part 28 buku
part 29 kantor kalla
part 30 batu saphire
part 31 Lian dan Ayu
part 32 kakak beradik yang kompak
part 33 penyusup
part 34 kalah jumlah
part 35 lorong rahasia
Part 36 masuk lorong
part 37 cairan aneh
part 38 rahasia kalandra
part 39 Nayaka adalah Kalandra
Part 40 kemampuan nayaka
Part 41 Arkie
Part 42 Arkie (2)
Part 43 peperangan
Part 44 berakhir
Part 45 desa abi
part 46 nabila
part 47 cafe abi
Part 48 Maya
part 49 riki kembali, risna terancam
part 50 iblis bertubuh manusia
part 51 bertemu eliza
part 52 Feliz
Part 53 Bisma
Part 54 ke mana bisma
part 55 rahasia mayat
part 56 bisma kabur
part 57 pertemuan tak terduga
part 58 penyelidikan
part 59 tabir rahasia
part 60 kebakaran
part 61 Bajra
part 62 pengorbanan Bajra
part 63 the best team
part 64 masa lalu
part 65 perang dimulai
part 66 kisah baru
part 67 bertemu vin
part 68 san paz
part 69 cafe KOV
part 70 demigod
part 71 california
part 72 Allea dan Ellea
part 73 rumah ellea
part 74 alan cha
part 75 latin kings
part 76 kediaman faizal
part 77 kematian faizal.
part 78 permainan
part 79 ellea cemburu
part 80 rumah
part 81 keributan
part 82 racun
part 83 mayat
part 84 rencana
part 85 kampung....
Part 86 kematian adi
part 87 tiga sekawan
part 88 zikal
part 89 duri dalam daging
part 90 kerja sama
part 91 Abraham alexi Bonar
part 92 terusir
part 93 penemuan mayat
part 94 dongeng manusia serigala
part 95 hewan atau manusia
part 96 Rendra adalah werewolf
part 97 Beta
part 98 melamar
part 99 pencarian lycanoid
part 100 siapa sebenarnya anda
part 101 terungkap kebenaran
part 102 kisah yang panjang
part 103 buku mantra
part 104 sebuah simbol
part 105 kaki tangan
part 106 pertikaian
part 107 bertemu elizabet
part 108 orang asing
part 109 mantra eksorsisme
part 110 Vin bersikap aneh
part 111 Samael
part 112 Linda sang paranormal
part 113 reinkarnasi
part 114 Nayla
part 115 Archangel
part 116 Flashback vin kesurupan
part 117 ritual
part 118 darah suci
part 119 Lasha
part 120 Amon
part 121 masa lalu arya
part 122 sekte sesat
part 123 sekte
part 124 bu rahayu
part 125 dhampire
part 126 penculikan
part 127 pengakuan rian.
part 128 azazil
part 129 ungkapan perasaan
part 130 perjalanan pertama
part 131 desa angukuni
part 132 Galiyan
part 133 hilang
part 134 Hans dan Jean
part 135 lintah Vlad
part 136 rahasia homestay
part 137 rumah kutukan
part 138 patung aneh
part 139 pulau insula mortem
part 140 mercusuar
part 141 kastil archanum
part 142 blue hole
part 143 jerogumo
part 144 timbuktu
part 145 gerbang gaib
part 146 hutan rougarau
part 147 bertemu azazil
part 148 SMU Mortus
part 149 Wendigo
part 150 danau misterius
part 151 jiwa yang hilang
part 152 serangan di rumah
part 153 misteri di sekolah
part 154 rumah rayi
part 155 makhluk lain di sekolah
part 156 Djin
part 157 menjemput jiwa
part 158 abitra
part 159 kepergian faza
part 160 Sabrina
part 161 puncak emosi
part 162 ilmu hitam
part 163 pertandingan basket
part 164 mariaban
part 165 Dagon
part 166 bantuan

INDEKS LANJUT DI SINI INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 16-05-2023 21:45
indrag057Avatar border
bejo.gathelAvatar border
itkgidAvatar border
itkgid dan 12 lainnya memberi reputasi
13
13.5K
222
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread1Anggota
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#72
Part 70 Demigod
Sebuah taman yang cukup rapi dan terawat, duduk di kursi kayu yang memang tidak begitu panjang, membuat Abi terpaksa berdiri di depan dua orang yang kini duduk di hadapannya, Vin dan Allea. Satu yang langsung terlintas sdi pikiran Abi saat mendengar nama Allea. Mereka berdua adalah saudara kembar. Tapi itu baru dugaan sementara saja. Karena Ellea sendiri tidak pernah menceritakan kalau dia punya saudara kembar. Ia adalah anak satu-satunya dari Adrian dan Ruth, yang merupakan anggota seorang pengacara dan ibunya yang bekerja menjadi staf di kedutaan Indonesia yang ada di San Fransisco. Namun, mereka akhirnya kembali ke Indonesia karena beberapa alasan yang tidak diketahui Ellea. Terlebih mereka jarang bertemu putri semata wayangnya itu, karena terlalu sibuk bekerja. Ellea yang juga memiliki kehidupan sendiri, akhirnya jauh dari orang tuanya, hingga kabar kalau ibunya sakit, membuatnya harus kembali.

"Saya nggak ingat apa pun. Sungguh."

"Apa?! Nggak ingat? Tapi barusan kamu bilang namamu Allea?" sergah Vin, merasa dibohongi.

"Iya, karena kalung ini. Di sini ada nama Allea," tunjuk nya pada sebuah liontin dengan ukiran nama Allea di belakangnya. Ada sebuah foto dirinya di sana, dengan background hitam putih, mirip foto jaman dulu. Foto itu juga terlihat lama. Karena wajahnya yang sekarang sudah berbeda dengan yang ada di foto itu.

"Astaga!" jerit Abimanyu frustasi. Ia menjambak rambutnya sendiri.

"Kamu tinggal di mana?"

"Ca' Dorin apartment."

"Tunggu, ingatanmu hilang sejak kapan?"

"Sejak aku ada di sini. Aku juga nggak tau kenapa aku bisa sampai di Venesia. Semua pasport, kartu identitas ku hilang. Aku cuma ingat kalau aku ada di Rumah sakit saat itu. Mungkin karena kecelakaan itu, aku hilang ingatan. Dokter bilang kalau aku sudah ada di Rumah sakit itu sejak seminggu lalu, tapi anehnya aku hilang ingatan seminggu setelahnya. Mereka memanggilku Allea. Dan sampai sekarang aku memakai nama itu."

Vin beranjak, menarik Abimanyu menjauh, berbisik sambil melirik gadis yang masih duduk di kursi cokelat tua itu. "Bi, tapi kemungkinan juga bisa jadi dia Ellea, kan dia hilang ingatan?!" Kalimat barusan entah mengapa menjadikan Abi juga berharap hal yang sama. Mungkin Ellea mengalami kecelakaan dan hilang ingatan. Tapi kalung itu ....

"Ya sudah. Kita antar dia pulang saja dulu. Siapa tau ada petunjuk lain."

_____

Ca' Dorin Apartments

Terletak di gang yang cukup sempit, bagi orang Indonesia ini bagai tempat pemukiman penduduk kumuh tapi di Venesia letak jalan seperti ini kerap di jumpai di beberapa sudut kota. Dengan tatanan tempat yang rapi, bersih dan indah. Cukup nyaman dipandang mata.

Allea mempersilakan mereka berdua masuk ke dalam. Tidak begitu luas apartment miliknya. Pintu masuk langsung dihadapkan pada ranjang luas yang tertata rapi, di sampingnya ada pintu toilet. di bagian depan ranjang adalah dapur mini. Kalau di Indonesia mirip hotel bintang 3 karena tidak begitu luas. "Duduk. Mau minum apa?" tanya Allea, lalu berjalan terus ke dapur.

"Air putih saja," pinta Abimanyu. Vin duduk di ranjang, Abi justru mengamati tiap sudut ruangan ini. Jendela di sini tidak dapat dibuka, tapi dipakai untuk melihat pemandangan gedung di sebelahnya. Abi menyibak korden dan melihat aktifitas orang di bawah mereka. Orang yang lalu lalang membuat Abi sedikit waspada. Karena ia tidak bisa mempercayai siapa kawan siapa lawan. Ia hanya percaya pada Vin seorang.

Allea kembali dengan dua buah gelas dengan air segar di dalamnya. Menyodorkan ke Vin kemudian Abimanyu. Saat gelas itu diberikan ke Abimanyu, kedua tangan mereka bersentuhan, tatapan Abi sedikit lebih lama menatap Allea. Yah, gadis di hadapannya sangat mirip Ellea. Abi sempat berfikir, kalau dia memang benar-benar Ellea yang hilang ingatan.

"Anggap saja rumah sendiri," kata Allea, kemudian masuk ke toilet. Abi meneguk air minum itu, kembali menoleh ke jendela. Jalanan terlihat ramai. Beberapa orang dengan sikap mencurigakan terlihat mendekati gedung ini.

"Vin!" panggil Abi, Vin segera mendekat dan mengamati luar. "Mereka mencurigakan."

"Hm. Iya. Mereka ke sini, Bi. Cabut!"

"Heh! Itu kita tinggalin?" tanya Abi menunjuk ke toilet. Lalu keluarlah orang yang mereka maksud. Ia menatap dua pria itu, bingung. "Kenapa?" tanya Allea.

"Ayok!" Abi segera menarik tangan gadis itu. Vin memimpin di depan, ia mengeluarkan revolver miliknya. Mereka keluar kamar. Saat mereka hendak menuju Lift, Allea menahan tangan Abi yang masih menggengamnya erat. "Jangan lewat sana. Mereka pasti lewat lift, kita lewat tangga darurat saja!" Idenya boleh juga. Vin dan Abi segera mengikutinya yang kini berjalan lebih dulu. Langkah cepat. Bahkan kini mereka mulai berlari menuruni tangga. Entah siapa orang yang kini mengejar mereka, yang pasti mereka harus menghindar lebih dulu.

Mereka sudah sampai di ruas jalan, mobil Vin parkir di seberang jalan, otomatis mereka berlari menyeberangi jalan untuk sampai ke sana. Di saat yang bersamaan, Allea menoleh ke kamarnya, ia melihat orang-orang itu sudah ada di kamarnya. Mereka yang melihat target kabur, panik. Terlihat raut wajah salah satu dari mereka, menjerit sambil menunjuk ke 3 orang yang kini sudah masuk ke dalam mobil.

"Mampus lu!" hardik Vin yang dimaksudkan mengejek orang-orang itu di atas sana. Ia langsung masuk ke mobil dan mereka segera pergi dari sana. Mobil terus melaju, entah ke mana tujuan mereka. Asal pergi dari orang-orang tadi tentunya.

Akhirnya pilihan satu-satunya adalah rumah kediaman Vin. Mirip seperti pencuri, bahkan saat mereka bertiga turun dari mobil, terus mengawasi sekitar. Saat ada orang yang mencurigakan, mereka diam sejenak, sampai orang tersebut benar-benar bukan salah satu dari orang-orang yang sedang mengejar mereka.

Sampai di rumahnya, Vin segera melepas kausnya. Otot tubuhnya terlihat menyembul, membuat Allea sungkan. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain, Abi tersenyum melihat sikapnya. "Mau makan?" tawar Abi mencoba membuat dirinya nyaman di tempat ini, yang berpenghuni kan dua pria yang belum ia kenal sebelumnya. Allea hanya menoleh saat Abi menuju dapur. Gadis itu memperhatikan tempat tinggal Vin yang tidak lebih baik darinya. Abi mulai menyalakan kompor dan mencoba membuat makanan untuk mereka. Perutnya memang sudah kelaparan sekarang.

Allea memutuskan mendekat ke Abimanyu. Memperhatikan apa yang sedang dilakukan pemuda itu. "Bikin apa?" tanya Allea.

Abi menatap gadis itu, tersenyum. "Apa saja yang bisa dijadikan makanan. Si tuan rumah cuma bisa bikin spagheti," sindir Abi melirik ke Vin yang masih memilih pakaian yang hendak ia pakai.

Sepertinya perkataan Abi tidak sampai ke telinganya. Jika sampai Vin mendengarnya, maka sebuah pukulan pasti akan mendarat di kepala Abi. Allea tersenyum. Manis. Abi secara diam-diam mengagumi kecantikan Allea. Namun tangannya tetap bekerja membuat sebuah kudapan yang bisa menyumpal cacing di perutnya.

"Aku bantu," kata Allea, lalu bertanya instruksi apa yang harus ia lakukan sekarang. Mereka membuat sebuah makanan bersama. Membuat Vin tersenyum penuh arti. Ia berdeham sambil berjalan ke meja makan. "Eh, Allea ... Gue Vin, dia Abimanyu," kata Vin memperkenalkan diri. Allea pun baru sadar kalau dia belum tau nama dua pria ini. "Elu di sini kegiatannya apa? Dengan ingatan yang hilang itu?" tanya Vin lagi. Allea yang hendak menghancurkan kentang rebus mendadak diam.

"Aku punya uang."

"Oh. Dari mana?" tanya Vin sedikit menginterogasi. Sementara Abi tetap fokus memasak.

"Tas. Tas punyaku yang ada di Rumah sakit waktu itu ternyata banyak uang di dalamnya."

"..."

"Aku pakai uang itu buat sewa apartment di sana dan buat makan."

"Elu tau nggak kenapa mereka ngejar-ngejar elu?'

"Enggak," sahut Allea menggeleng, menatap dua orang itu bergantian.

"Allea. Kemarin malam, apa kamu yang lari di kejar-kejar orang dan masuk ke San Paz?"

Gerakan tangannya terhenti. "San Paz?" tanyanya seperti tidak tau di mana letak tempat yang disebutkan Abimanyu.

"Iya. Kamu bukan?"

'Sepertinya bukan aku. Aku kemarin demam, jadi tidur cepat. Mungkin kamu salah lihat?"

Abi menarik nafas panjang. Penjelasan itu seolah menyadarkannya kalau yang ini di hadapan mereka bukanlah Ellea. Dan kemungkinan mereka kembar memang yang paling masuk akal saat ini.Vin yang melihat wajah sedih Abi, menepuk bahunya pelan. "Ellea pasti baik-baik saja." Kini penggorengan mulai diambil alih Vin.


"Apa mereka ngejar elu karena uang?" tanya Vin lagi di sela-sela makan malam mereka. Allea diam, lalu menatap Vin datar. "Entahlah. Tapi sepertinya nggak mungkin. Soalnya ini bukan pertama kalinya mereka nyari aku. Dan tas itu tetap utuh di kamar bahkan walau aku tinggal berhari-hari sekalipun."

"Kalau bukan uang terus apa, ya?"

"Dendam? Mungkin?"

Semua mata menatap Abimanyu, mengunyah makanan sambil berpikir kalau kemungkinan ini juga bisa saja terjadi. "Bisa jadi! Ah ingatan elu pakai ilang segala sih, All. Coba kalau elu inget, kita nggak perlu ribet gini. Dan Abi jadi tau, elu itu sebenernya Ellea apa Allea."

"Vin!"

"Tunggu. Sebenernya Ellea itu siapa?" tanyanya penasaran.

"Ellea itu pacar Abi, yang hilang di Venesia. Makanya dia nyari ke sini. Tapi malah ketemunya elu. Mukanya mirip banget elu deh. Makanya tadi kami kira elu Ellea."

"Hm. Tapi kenapa nama kami mirip, ya?" Allea mulai penasaran.

"Bukan cuma nama, tapi wajah juga, suara. Semua yang ada di kamu, sama seperti Ellea," jelas Abimanyu.

Suara beberapa motor yang ada di depan membuat Vin segera beranjak. Ia menyibak korden jendela dan melihat ada beberapa gerombolan orang yang membawa senapan. "Mereka datang!" kata Vin. Ia langsung meraih jaketnya, membuka laci yang ada di lemari bajunya. Melempar senjata api ke Abi.

"Kok aku nggak di kasih?" tanya Allea.

"Emangnya lu bisa pakai pistol?"

"Bisa," jawab Allea lantang. Akhirnya Vin memberikan salah satu senjatanya pada Allea. Gadis itu dengan cekatan memeriksa isi peluru dan kondisi pistol yang ia pegang.

"Elu bisa nembak?" tanya Vin lagi.

"Bisa."

Pintu dikunci, lemari nakas yang ada di ruang tamu Abi geser untuk menahan pintu itu. "Sembunyi!"

Masing-masing menempatkan diri di tempat yang mampu menyembunyikan diri mereka. Bersiap menghadapi musuh yang sedang berjalan ke sini. Allea melihat minyak goreng yang ada di meja dapur. Segera ia ambil dan menuangkan di sekitar pintu. "Yah, minyak gue abis dah!" gumam Vin.

Pintu didobrak dari luar. Beberapa kali. Namun karena penghalang yang ditaruh Abi, membuat pintu itu tidak lantas mudah ditembus, dari sela -sela pintu yang terbuka, Allea mulai membidik.

Dor!

Tepat sasaran. Ia berhasil menembak 1 orang tepat dikepalanya. Abi dan Vin melongo dibuatnya. Sementara Allea tersenyum bangga. "Bisa, kan?" tanyanya menjawab keraguan Vin tadi.

handle pintu ditembak, sebuah tendangan membuat pintu ini rusak. Tembakan dari dua kubu kini bagai hujan peluru di sana. Mereka pun masuk, namun tak menyadari akan adanya minyak goreng yang banjir di lantai. Satu orang terpeleset, membuat teman-temannya yang lain ikut terjatuh. Kesempatan ini tidak di sia-sia kan oleh Abi dan kawan-kawannya. Berondongan tembakan menghabisi nyawa mereka secara beruntun. Tapi tamu tak diundang itu mampu memasuki rumah Vin dalam sekejap. Merasa keadaan makin tak aman, Abi melihat jendela belakangnya. Ia memecahkan lalu menyuruh Allea keluar lebih dulu. "Vin! Ayo!" jerit Abi sambil terus menembak.

"Ah, Damn itu!" umpatnya menuruti saran Abimanyu. Allea masih melindungi dua temannya yang masih ada di dalam. Bidikannya selalu tepat sasaran. Bahkan hanya sekali tembak ia mampu melumpuhkan lawannya. Vin sudah berada di luar. Kini Abi menyusul, tapi naas, punggungnya tertembak. Melihat hal itu Vin memberondong penjahat di dalam dengan AK 47 miliknya, Allea membantu Abi keluar dengan menariknya dari jendela.

"Vin, Ayo!" jerit Allea sambil memapah Abimanyu pergi. Mereka berlari di ruas jalan, dengan memegang senjata api masing-masing. Mobil Vin tidak bisa mereka naiki, karena kunci mobil ada di dalam rumah. Jadi tidak mungkin Vin kembali ke dalam untuk mengambil kunci mobil.

Para musuh itu terus mengejar mereka. Lari mereka pun terus makin cepat sambil bersembunyi, jika tembakan dari arah belakang kembali di ledakan. Di saat genting seperti sekarang, sebuah mobil jeep berhenti di dekat mereka. "Perlu bantuan?" tanya seorang pria di belakang kemudinya.

"Ronal?" tanya Abimanyu seolah tidak percaya. Bukan karena Ronal ada di depan nya sekarang, tapi karena Ronal pandai berbahasa Indonesia. "Masuk!" suruh Ronal. Mereka masuk tepat sekali dengan datangnya orang-orang itu. Tembakan terus di ledakan dari musuh dan mobil terus melaju kencang.

"Waw, malam yang panjang, ya?" tanya Ronal dengan terus mengemudi makin cepat.

"Ron? kau bisa berbahasa Indonesia?" tanya Abi, bingung.

Ronal tersenyum. "Iya. Kejutan."

Mereka sampai di sebuah rumah yang jauh dari kota. Sepanjang jalan tadi hanya ada beberapa rumah yang mereka lihat. "Ayok. Kita masuk dulu," ajak Ronal yang kini mematikan mesin mobilnya dan berjalan menuju sebuah rumah di depan mereka.

"Kalian mau minum apa?" tanya Ronald. Tapi dengan cepat, Abi langsung mendorong tubuh Ronal hingga menabrak tembok belakangnya. Abi terlihat marah sekali. Karena ia merasa ditipu oleh pemuda ini."Hei, kita bisa bicarakan baik-baik, kan?" tanya Ronal dengan mencoba tidak melawan Abimanyu.

"All, sebaiknya kamu obati dulu lukanya. Untung lukanya nggak dalam," kata Ronal seolah tau kedalaman peluru yang menembus punggung Abimanyu. Allea mengambil kotak obat yang ada di kotak P3K dekat bufet TV. "Buka dulu bajumu, Bi. Biar aku bersihkan dulu lukanya."

"Tidak perlu. Kau cukup keluarkan saja pelurunya."

"Tapi!"

"Turuti saja perkataanku." Abi menoleh ke Roni. "Kau belum menjawab pertanyaanku, Ron?!" paksa Abi.

Ronal mengambil minuman dari lemari pendingin, meneguknya lalu duduk.

"Sebenernya aku ini keturunan Turki Indonesia. Mamaku orang Jakarta. Dan gue nggak berniat bohongin lu, Bi. Gue nggak tau elu pihak siapa. Jadi gue waspada."

"...."

"Awal mula kita ketemu, saat kamu ke coffe shopku, itu bukan pertama kalinya ada orang menanyakan perempuan ini,'" tunjuk Ronal ke Allea. "Mereka semua preman. Tanpa memberi nama, cuma foto wanita ini."

"Terus?"

"Sampai saat beberapa hari lalu, aku lihat dia di seret beberapa orang. masuk ke mobil."

"..."

"Anehnya. Malamnya aku lihat dia lagi muncul dengan kondisi baik-baik saja. Aku penasaran. Jadi aku cari tau soal dia. Lewat salah satu temenku. Dia langganan kopi di coffe shopku. Dia juga salah satu geng dari 18th Street gang. Kalian tau, kan, banyak gengster di San Paz.'

"...."

"Dia bilang cewek ini, lagi di cari orang-orangnya Asia boyz sama Wah Ching. Tapi aku nggak tau apa alasannya. Ya, kupikir masalah antar gengster seperti biasanya. Just it."

"Teman lu bisa cari tau, nggak, kalau dia sudah ditemukan dua mafia itu?" Vin menunjuk Allea.

"Lama dia nggak ada kabar. Tapi besok aku coba cari tau. Malam ini kalian tidur aja di sini. Apalagi kau, Abi, harus banyak istirahat. Lukamu harus segera pulih."

Ronal menjelaskan tentang rumah ini, ada beberapa kamar kosong yang memang ada di rumahnya. Keluarganya memang tidak ada di sini. Mereka semua ada di Jakarta. Ron selain bekerja di coffe shop, dia juga seorang mahasiswa berprestasi. Ia mendapat beasiswa di Ca' Foscari University of Venice. Sudah 5 tahun Ronal tinggal di sini. "Aku ke kamar dulu," pamit Ronal berjalan ke arah kamarnya yang ada di ujung koridor. Ia melepas pakaiannya dan mengganti dengan pakaian yang baru. Meraih telepon genggamnya, menghubungi seseorang. "Allea di sini."

Malam ini merupakan malam yang panjang dengan hari yang cukup berat bagi mereka bertiga. Tubuh mereka sudah lelah. Terlebih Abimanyu juga mendapat luka di punggungnya. Allea masuk ke salah satu kamar kosong yang tadi ditunjuk Ronal. Sementara Vin dan Abi lebih memilih tidur di sofa ruang tamu. Mereka merasa belum begitu yakin jika keadaan benar-benar aman. Entah bagaimana caranya, orang-orang itu tetap mampu menemukan dirinya. Entah dari Wah Ching atau Asia Boys. Dan sampai sekarang mereka belum mengerti ada masalah apa, dan apa yang sudah Allea atau Ellea lakukan, hingga kini menjadi buronan.

Abi sendiri belum yakin, siapa gadis yang sejak seharian ini ia lindungi. Tubuhnya lelah. Punggungnya sudah baik-baik saja. Allea dan Ronal belum tau kemampuan Abimanyu. Sekarang ia mampu tidur nyaman walau dengan posisi terlentang seperti sekarang.

"Vin?"

"Hm?" gumam Vin dengan tubuh membelakangi Abimanyu.

"Kalau dia bukan Ellea, bagaimana?"

"Ya, sikat saja, Bi. MIrip, kan?" tanya Vin lalu membalikkan tubuhnya, menatap sahabatnya yang kini menatapnya kesal.

"Cucian kali, disikat."

"Hahaha. Ya, kalau dia buka Ellea, ya kita tetap harus cari Ellea, kan? Itu, kan, yang lu mau. Itu niat elu jauh-jauh ke sini. Nganter nyawa, demi Ellea."

"Berisik lu"

"...." Hanya terdengar suara tawa Vin yang tertahan.

"Eh, Vin, Elu sama Lian, bagaimana? gue pikir dulu lanjut."

Vin langsung menoleh dan duduk di sofa. 'Heh! maksud lu apaan bawa-bawa Lian?"

Abi tidak menjawab, kini ia yang tidur membelakangi Vin yang masih meminta penjelasan. Kepala Abi ia tutup dengan selimut, berusaha terlelap karena tubuh yang lelah, dan mempersiapkan hari esok untuk nvari di mana Ellea berada. Vin benar, Abi jauh-jauh datang ke Venesia karena Ellea. Ia mengorbankan segalanya untuk bisa datang ke sini.

Bukan cinta namanya, kalau nggak ada satu hal pun yang dikorbankan dan diperuangkan. Cinta butuh diperjuangkan. Mulai dari berjuang menemukannya, sejauh apa pun itu. bahkan selelah apa pun dirinya hingga terkadang ia ingin menyerah saja.

"Ellea, jangan takut, ya. Aku akan datang, Ell. Walaupun kamu ada di belahan bumi mana pun, aku akan tetap mencari kamu. Meski jarak memisahkan kita dulu, perasaanku tetap sama, Ell. Hanya kamu, yang aku sayang." gumam Abi dalam lubuk hatinya.

Kata salah satu penulis terkenal, Kalau memang terlihat rumit, lupakanlah. Itu jelas bukan cinta sejati kita. Karena cInta sejati selalu sederhana. pengorbanan yang sederhana, kesetiaan yang tak menuntut apa pun, dan keindahan yang apa adanya.

Yah, Ellea memang layak diperjuangkan.

_______

Di sudut lain kota Venesia. Seorang gadis terikat di kaki dan tangannya. mulutnya disumpal kain yang terlihat kotor karena debu. Ia tengah membuka ikatan tangannya dengan mengoreskan kain pengikat tangannya ke sebuah batu yang ia temukan tadi. Sekitarnya gelap, hanya cahaya bulan yang ada di jendela dengan jeruji besi yang juga ada di sekitarnya. Sendiri. Dalam kegelapan, dengan beberapa luka di beberapa bagian tubuhnya. Namun ia terus bergerak, ingin segera melepaskan diri dari tempat terkutuk ini. Piring makanan yang disiapkan untuknya tidak ia sentuh sedikitpun. Lagipula ia tidak kana bisa makan dengan kondisi terikat seperti sekarang. Ia berteriak. Hingga membangunkan seorang penjaga yang menguap karena baru saja bangun dari tidurnya.

Gadis itu ingin makan, dan pria tadi diminta untuk mendekatkan piring tadi. Ia membuka pintu dan mendorong piring itu mendekat. Tapi sekejap saja, tangannya yang sejak tadi terikat, kini terlepas. Ia menendang bagian tengah selangkangan pria itu, hingga ia tersungkur sambil mengerang kesakitan. kesempatan emas ini tak ia sia-siakan. Ia segera keluar mencari jalan keluar agar dirinya segera terbebas. KAkinya sedikit pincang, karena rasa akit di sebelah kakinya. Hingga ia menemukan sebuahh pintu yang tidak dijaga. Ia segera keluar. dengan langkah terseok, ia mengendap endap mencari jalan keluar lain, lalu ia terjatuh di sebuah tempat. Seorang wanita dengan berbagai acecoris mengulurakan tangan padanya. Ia menatap gadis itu terus dengan tatapan tak percaya. "You are his girlfriend, Demigod?"

"Who? Demigod?"
tariganna
itkgid
obdiamond
obdiamond dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.