Kaskus

Story

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
Supernatural
Quote:


Mungkin agan di sini pernah baca cerita ane yang berjudul pancasona? Kali ini ane akan melanjutkan kisah itu di sini. Yang suka cerita genre fantasi, kasus pembunuhan berantai, gengster werewolf, vampire dan sejenisnya. Silakan mampir. emoticon-Betty

Supernatural

Quote:


INDEKS
Part 1 abimanyu maheswara
Part 2 abimanyu
Part 3 kalla
Part 4 siapa kalla
Part 5 seorang gadis
part 6 Ellea
part 7 taman
Part 8 kamar ellea
Part 9 pagi bersama ellea
Part 10 rencana
Part 11 tentang kalla
part 12 rumah elang
Part 13 kembali aktivitas
part 14 emosi elang
part 15 janin kalla
part 16 elang
Part 17 vin
Part 18 kantor
Part 19 kemunculan kalla
part 20 pulau titik nol kehidupan
part 21 desa terkutuk
Part 22 wira
Part 23 teman lama
Part 24 patung wira
part 25 teror di rumah John
part 26 tato
part 27 simbol aldebaro
part 28 buku
part 29 kantor kalla
part 30 batu saphire
part 31 Lian dan Ayu
part 32 kakak beradik yang kompak
part 33 penyusup
part 34 kalah jumlah
part 35 lorong rahasia
Part 36 masuk lorong
part 37 cairan aneh
part 38 rahasia kalandra
part 39 Nayaka adalah Kalandra
Part 40 kemampuan nayaka
Part 41 Arkie
Part 42 Arkie (2)
Part 43 peperangan
Part 44 berakhir
Part 45 desa abi
part 46 nabila
part 47 cafe abi
Part 48 Maya
part 49 riki kembali, risna terancam
part 50 iblis bertubuh manusia
part 51 bertemu eliza
part 52 Feliz
Part 53 Bisma
Part 54 ke mana bisma
part 55 rahasia mayat
part 56 bisma kabur
part 57 pertemuan tak terduga
part 58 penyelidikan
part 59 tabir rahasia
part 60 kebakaran
part 61 Bajra
part 62 pengorbanan Bajra
part 63 the best team
part 64 masa lalu
part 65 perang dimulai
part 66 kisah baru
part 67 bertemu vin
part 68 san paz
part 69 cafe KOV
part 70 demigod
part 71 california
part 72 Allea dan Ellea
part 73 rumah ellea
part 74 alan cha
part 75 latin kings
part 76 kediaman faizal
part 77 kematian faizal.
part 78 permainan
part 79 ellea cemburu
part 80 rumah
part 81 keributan
part 82 racun
part 83 mayat
part 84 rencana
part 85 kampung....
Part 86 kematian adi
part 87 tiga sekawan
part 88 zikal
part 89 duri dalam daging
part 90 kerja sama
part 91 Abraham alexi Bonar
part 92 terusir
part 93 penemuan mayat
part 94 dongeng manusia serigala
part 95 hewan atau manusia
part 96 Rendra adalah werewolf
part 97 Beta
part 98 melamar
part 99 pencarian lycanoid
part 100 siapa sebenarnya anda
part 101 terungkap kebenaran
part 102 kisah yang panjang
part 103 buku mantra
part 104 sebuah simbol
part 105 kaki tangan
part 106 pertikaian
part 107 bertemu elizabet
part 108 orang asing
part 109 mantra eksorsisme
part 110 Vin bersikap aneh
part 111 Samael
part 112 Linda sang paranormal
part 113 reinkarnasi
part 114 Nayla
part 115 Archangel
part 116 Flashback vin kesurupan
part 117 ritual
part 118 darah suci
part 119 Lasha
part 120 Amon
part 121 masa lalu arya
part 122 sekte sesat
part 123 sekte
part 124 bu rahayu
part 125 dhampire
part 126 penculikan
part 127 pengakuan rian.
part 128 azazil
part 129 ungkapan perasaan
part 130 perjalanan pertama
part 131 desa angukuni
part 132 Galiyan
part 133 hilang
part 134 Hans dan Jean
part 135 lintah Vlad
part 136 rahasia homestay
part 137 rumah kutukan
part 138 patung aneh
part 139 pulau insula mortem
part 140 mercusuar
part 141 kastil archanum
part 142 blue hole
part 143 jerogumo
part 144 timbuktu
part 145 gerbang gaib
part 146 hutan rougarau
part 147 bertemu azazil
part 148 SMU Mortus
part 149 Wendigo
part 150 danau misterius
part 151 jiwa yang hilang
part 152 serangan di rumah
part 153 misteri di sekolah
part 154 rumah rayi
part 155 makhluk lain di sekolah
part 156 Djin
part 157 menjemput jiwa
part 158 abitra
part 159 kepergian faza
part 160 Sabrina
part 161 puncak emosi
part 162 ilmu hitam
part 163 pertandingan basket
part 164 mariaban
part 165 Dagon
part 166 bantuan

INDEKS LANJUT DI SINI INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 16-05-2023 21:45
indrag057Avatar border
bejo.gathelAvatar border
itkgidAvatar border
itkgid dan 12 lainnya memberi reputasi
13
13.5K
222
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#69
Part 67 Bertemu Vin
"Elu pernah ketemu Ellea, Vin?" tanya Abi, saat mereka sedang menikmati secangkir kopi saat sore. Menatap matahari yang akan tenggelam, dengan obrolan santai yang sudah lama tidak mereka lakukan. Ini kali pertama nya mereka bertemu lagi. Berbeda dengan Elang dan Shanum, mereka sudah beberapa kali bertemu Vin di sini. Elang yang sering melakukan bisnis ke luar negeri, membuat intensitas pertemuan mereka menjadi lebih sering.

"Pernah," jawab Vin singkat, menghembuskan asap dari rokok yang ia hisap. "Dia nggak pernah hubungin lu?" tanya lalu menatap serius Abi yang duduk di depan nya. Vin merasa kedatangan Abi jauh jauh ke tempat ini adalah untuk sesuatu yang serius. Apalagi kalau bukan tentang kekasihnya, Ellea. Terlebih lagi karena Abi menjadikan nama Ellea sebagai topik penting obrolan mereka sejam tadi.

Abi menggeleng, menikmati kembali kopinya yang ia bawa langsung dari Indonesia. Kopi luwak asli, bukan ternak, adalah salah satu kopi favorit Vin. "Gue pikir, Ellea sudah punya kehidupan sendiri di sini. Dan sempat ikhlas aja sih, Vin. Tapi pas kemarin Shanum bilang soal kabar itu, gue jadi kepikiran. Sebenernya dia ada masalah apa sih, Vin? Elu tau?"

Vin kembali menggeleng," Sekalipun gue pernah ketemu Ellea, tapi itu bukan berarti kami sering ngobrol, Bi. Gue pertama kali ketemu Ellea itu sekitar setahun lalu, di salah satu gondola yang lewat di situ," tunjuk Vin pada aliran air panjang yang memang tidak jauh dari tempat tinggal Vin.

"...." Abi diam, meneguk kembali kopinya.

"Dia malah yang manggil gue loh. Kan ceritanya gue lagi kayak kita sekarang nih, ngopi, ngerokok, sambil main game. Nah terus ada suara manggil nama gue, samar-samar. Gue tengak-tengok dong. Batin gue bilang 'Ini siapa yang manggil, perasaan di sini nggak ada yang kenal gue', Nah gue liat tu bocah lagi dadah-dadah ke gue gini," terang Vin lalu memperagakan tangan nya yang terangkat ke atas, melambai- lambai dengan senyum lebar dan antusias. Dalam bayangan Abi, yang muncul justru ekspresi Ellea, berdiri di atas kapal dengan tangan melambai ke atas, senyum nya khas Ellea. Senyum yang ia rindukan selama beberapa tahun terakhir.

"Terus?" Abi kini bersemangat, namun ia mencoba menahan rasa penasaran yang sebenar nya sudah tidak bisa ia tahan lagi, tapi ia tetap memasang ekspresi cool, khas Abimanyu Maheswara.

"Gue panggil dia dong, 'Ell?! Ngapain lu di situ? Sini! Mampir, ngopi- ngopi.' Nah gue teriak gitu ke dia. Kaget, kan, Bi. Lama banget nggak liat dia, tiba-tiba ketemu di sini, penasaran juga, dia kok bisa di sini bagaimana cerita nya. "

"Terus dia berhenti?"

"Ya kagak. Dia bilang lain kali mampir." Kembali kepulan asap rokok keluar dari mulut Vin.

"Terus yang kedua?"

"Nah yang kedua malah aneh, Bi," cetus Vin lalu menjentikan puntung rokok yang tinggal sedikit ke pot bunga yang ada di pojok balkon kamar nya. Nampak sudah banyak puntung rokok di sana, dan menandakan berapa lama Vin ada di sini. Ia menempatkan tubuh nya menghadap Abi. Abi tetap pada posisinya, seolah bersikap santai dan acuh. Padahal dalam hati nya sungguh penasaran sekali. Apa maksud Vin dengan kata 'aneh' yang baru saja ia lontarkan.

"Kenapa?"

"Gue ini ketemu dia di pusat kota. Bayangin deh kalau elu jadi gue. Ketemu Ellea di pusat kota, lagi beli kopi di coffeshop pinggir jalan dia, gue juga. Rame, kan, itu. Pas gue sapa,"Vin menarik nafas nya, menatap ke arah jalan sebentar lalu kembali lagi ke arah Abimanyu. Ia menceritakan kejadian beberapa bulan lalu.

"Ell?! Astaga ketemu lagi! Wah, perlu nih ngopi bareng, kemaren lu janji mau mampir tempat gue, kan?" tanya Vin bersemangat, dengan mata berbinar, dan senyum lebar. Gadis yang dia ajak bicara malah menatap nya bingung. "Maaf anda siapa, ya?" tanya nya dengan bahasa inggris. Sontak Vin melongo.

"Jangan becanda deh, Ell. Nggak lucu tau, sudah yuk, kita harus ngopi bareng. Pengen ngobrol banyak gue, kabar Abi bagaimana?" tanya Vin lagi, ngotot, bahkan kini menarik gadis itu ke salah satu meja milik coffeshop itu.

Tapi lagi-lagi, tangan Vin justru dihempaskan. Tatapannya tajam dan benar-benar kesal pada Vin. Ellea benar-benar seolah menunjukkan tidak mengenal Vin. Mereka benar-benar seperti orang asing.

"Itu, kan, bingung gue, Bi. Aneh, kan? Sempet gue mikir si Ellea amnesia apa bagaimana, ya. Masa bener-bener lupa sama gue. Kan aneh."

"...."

"Shanum bagaimana? Pas ketemu Ellea?"

"Ya, biasa aja katanya."

"Kapan itu?"

"Sekitar 5 atau 6 bulan lalu kalau nggak salah."

"Eum, itu berarti udah agak lama, ya. Kalau gue kan baru sebulan laluan deh, Bi. Jadi masih anget banget, Bi, kejadiannya. Gue yakin ada yang nggak beres sama Ellea."

"...."

"Ya sudah, tidur gih. Elu capek, kan? Besok baru kita cari Ellea."

"Cari ke mana, Vin?" tanya Abi meneguk habis kopinya.

"Eum, ke coffe shop waktu itu, coba, kali saja dia ada di sana lagi. Soalnya dia pernah ke sana, pasti tempat tinggalnya nggak begitu jauh dari tempat itu, atau tempat kerjanya mungkin. Iya, kan?"

"Bisa jadi sih."

"Ya sudah tidur sana. Di sofa, ya," kata Vin lalu berlalu masuk ke dalam. Abimanyu tidak menanggapi, hanya diam, memandang aliran sungai di depan nya. Tenang tapi masih banyak aktifitas di sana. Padahal hari sudah malam. Abi membuka telepon genggam nya, melihat bagaimana kondisi di San Polo, beserta PETA daerah ini. "Vin, coffe shop itu di mana?" jerit Abimanyu sambil menoleh sedikit ke dalam rumah.

"Namanya King of the Fork. Biasanya disebut KOF," sahut Vin dari dalam, ia melepas kaus yang dipakai lalu masuk ke dalam selimut. Kebiasaannya saat tidur adalah tidak memakai kaus. "Gue tidur duluan. Nanti tutup pintu nya. Kunci!!"

"Iya, bawel!"

_________

Abimanyu sudah merebahkan tubuhnya di sofa, mencoba tidur tapi mata nya enggan terpejam. Ia terus memikirkan keberadaan Ellea. Jujur saja, Abi sangat cemas, terlebih setelah mendengar penuturan Vin tadi. Ada apa dengan Ellea. Apa yang sudah terjadi padanya? Pertanyaan itu terus merongrong pikiran dan hati nya. Ia terus merutuki dirinya sendiri, seharus nya dia mencari Ellea saat mereka sudah tidak lama saling menghubungi. Harusnya dia terus menunggu kabar Ellea dan mencari kabar gadis itu jika ia lama tak berkabar. Seandainya. Seandainya, dan seandainya. Hanya itu yang terus dia pikirkan. Akhirnya Abi beranjak, meraih jaket yang tersampir di hanger dekat pintu masuk. Menoleh sebentar untuk melihat apakah Vin benar-benar sudah tidur. Ia mirip ABG yang tidak boleh keluar malam, alias melewati jam malam yang ditetapkan orang tuanya.

Abi memakai headset di kedua telinganya. Membuka aplikasi maps dan mencari coffe shop yang dimaksud Vin tadi. Menurut google, jaraknya tidak begitu jauh dan bisa ia jangkau dengan berjalan kaki. Abi memakai jaket hodie dan kini menutup kepalanya dengan penutup kepala yang tersampir dari jaketnya. Kedua tangannya merogoh saku jaket, menyembunyikan dari udara dingin malam.

Beberapa menit kemudian, Abi sampai di cafe yang dimaksud. "You arrive at your destination." Abi menatap tempat itu dari kejauhan. Mengamati pengunjung yang masih ramai di sana. Ia mendekat. Memesan kopi untuk sekedar basa basi. Setelah membayar kopi miliknya, ia tak langsung pergi, meneguk kopinya tanpa pergi dari tempat itu.

"Are you traveler?" tanya pegawai coffe shop itu menggunakan Bahasa Inggris. Abi menoleh sambil mengangguk, tersenyum. Pria dengan rambut pirang itu, mengangguk, mengelap meja dan membereskannya dengan cekatan.

"I just arrived."

"What do you think about Venice? Beautiful place, right?"

"Yes, of course. Very beautiful. But actually i'm here looking for someone."

Perkataan Abi mampu menarik perhatian pemuda itu. Dahinya berkerut. Seolah heran dengan pernyataan itu. Seorang pelancong, jauh-jauh ke Venesia hanya untuk mencari keberadaan seseorang.

"Must be someone spesial, right?" IA seolah mampu menebak isi pikiran Abimanyu. Dan kesempatan ini tidak bisa ia sia-sia kan begitu saja.

"Have you ever seen this woman?" tanya Abi menunjukkan foto Ellea yang ia simpan di ponselnya.

Pemuda tadi menatap foto itu, diam beberapa saat sampai akhirnya dia melotot. "Ah, yes, i've seen it! she comes here often. Buy coffe here."

"Is it true? When does she usually come?" tanya Abi dengan mata berbinar seolah mendapat angin segar. Pemuda itu menatap langit seolah jawabn itu ada di atas sana.

"Usually she comes in the afternoon."

"Oke, thanks. And your coffe is delicious," kata Abi, mengangkat gelas kopinya.

"Yeah, of course. that's why many people come here. My coffe must be good."

"Oh ya, can you contact me when she comes? Oh ya, my name is Ronald, you?"

"My name Abimanyu. Just call me Abi."

"Of course." Ia mengambil secarik kertas dari mejanya, "Write here your mobile number," suruhnya. Abi segera menuliskan nomor ponselnya dengan bahagia. Ia tak menyangka kalau warga asli Venesia begitu ramah dan baik. Akhirnya Abi meninggalkan tempat itu dengan perasaan lega. Setidaknya ia punya harapan untuk bisa bertemu Ellea.

Abi memutuskan berjalan-jalan sebentar di sekitar tempat itu. Ini adalah pertama kalinya ia datang ke negeri orang. Abi yang lebih menyukai suasana pedesaan yang tenang, mendadak harus datang ke tempat asing. Tapi tempat ini tidak begitu buruk. Pantas saja banyak orang yang menyukai Venesia dan menjadikan tempat ini tempat bulan madu atau hanya sekedar berwisata bagi orang-orang yang memiliki uang berlebih.

Abi berjalan terus sampai ke Rialto Bridge. Ini adalah jembatan besar yang memanjang di ujung sana. Ia berjalan di tengahnya dan menikmati keindahan malam di atasnya. Dari sini Abi dapat langsung melihat Canal Grande, Canal terbesar di Venice. Melihat kota Venice dari tempat ini, membuat Abi sadar kalau ia benar-benar melihat kota Venice ada di atas air, karena gedung-gedung di sekitarnya terlihat seperti mengapung di atas air. Jembatan ini menghubungkan San Polo dan San Marco.

Abi memutuskan naik gondola untuk mengantarnya pulang. Ia ingin menjajal sensasi naik gondola seperti yang Gio katakan. "Elu harus coba naik gondola, Bi. Ke Venice nggak naik gondola, kayak makan nasi tanpa sayur. Kuraang greget." Itu adalah nasihat dari Gio. Gondola dan Venice memang dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Ia telah menemukan gondola pilihannya. Sambil menunggu penumpang lain, ia terus menikmati pemandangan di sekitar. Gondola ini minimal berpenumpang 4 orang dan maksimal 6 orang. Tak perlu menunggu lama, kini gondola itu sudah mulai berjalan. Mereka sepakat berkeliling tempat itu dan melewati kanal kanal kecil.

30 menit sudah mereka ada di atas gondola, samar namun jelas terlihat Abi menangkap wajah seseorang yang tengah berlari. Wanita itu sangat ia kenal. Di belakangnya ada sekelompok pria yang sedang mengejarnya, meneriakinya dengan berbagai umpatan. Ellea?!

Abi meminta Gondolier itu minggir agar ia bisa turun. Namun posisi mereka yang sulit, membuat gondolier meminta waktu untuk mencari tempat berhenti yang pas. Abi yang tidak sabar, lantas melompat saat gondola dekat dengan pagar pembatas jalan. Penumpang lain menjerit, entah karena khawatir atau takut melihat sikap Abi yang tiba-tiba. Ellea masih terlihat, walau jarak mereka sudah cukup jauh, Abi segera menyusulnya. Berlari sekuat tenaga.

Abi semakin yakin kalau Ellea benar-benar dalam masalah. Kenapa dia dikejar-kejar beberapa orang pria tadi. Apa yang sebenarnya terjadi. Dalam larinya, ia terus memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi, yang mungkin menimpa Ellea.

Saat ia berlari belok ke gang sempit, tiba-tiba seseorang menarik jaketnya hingga Abi jatuh terjungkal ke jalan. Ia hampir marah dan hendak memukul orang itu, namun saat tau kalau yang menariknya adalah Vin, ia lantas diam, dan hendak lari lagi.

"Heh! Mau ke mana lu, Bi?! Gila, ya. Malam-malam malah lari-lari kayak orang ngejar maling!" omel Vin. Menahannya sembari meminta penjelasan.
"Ellea, Vin! Itu Ellea! Dia dikejar orang. Dia pasti dalam masalah!"

"Tunggu, Bi. Lu yakin?! Jangan-jangan salah orang!"

"Yaakin banget gue. Dia Ellea. Ayok buruan kita kejar, nanti ketinggalan!"

"Bi! Stop! Lu tau arah yang mau lu datengin?" tanya Vin. Sementara Abi menggeleng. Ia memang tidak tau dan bahkan ia tidak tau sedang ada di mana. Arah pulang juga dia tidak ingat.

"Di sana daerah terlarang, Bi! Nggak ada orang luar yang bisa masuk ke sana. Kalaupun ada, mereka nggak akan bisa keluar lagi. Di sana tempat bandar narkoba, perampok, pembunuh dan pemerkosa berkumpul. Mafia lah isitlahnya."

"Apa?! Di sini ada tempat kayak begitu? Laah terus Ellea ke sana, Vin. Gue beneran harus ke sana sekarang dong kalau begitu!" Mereka berdebat, Vin yang mati-matian menahan Abimanyu masuk ke kawasan itu, harus sabar menghadapi sahabatnya yang memiliki sifat keras kepala dan nekat. Tidak mudah mengubah cara pandang dan keputusan Abimanyu, apalagi ini menyangkut orang penting dalam hidupnya.

"Dengerin gue, Bi. Kita bakal ke sana buat cari Ellea, tapi bukan sekarang. Sekarang kalau lu nekat ke sana, gue jamin, jangan, kan, ketemu Ellea, lu bisa keluar dalam keadaan selamat saja, itu sudah beruntung banget!"

"Tapi, Vin!" Abimanyu masih khawatir, ia menjambak rambutnya sendiri, emosinya belum terkendali.

"Gue tau. Gue tau apa yang lu rasain, tapi jangan sampai lu mati konyol malam ini. Kita ke sana nggak bisa cuma pakai otot, tapi juga pakai otak, Bi. Di sana berbahaya, Abi! Percaya sama gue!" Suara Vin begitu tinggi, membuat orang-orang di sekeliling mereka memperhatikan dua pria itu.

"...."

"Kita balik. Dan gue bakal jelasin seberbahaya apa tempat itu. Bagaimana?"

"...."

Abimanyu pasrah dan ikut Vin pulang.

___________

Jam sudah menunjukkan pukul 03.15 Waktu bagian Venice. Jam tangan Abi yang belum ia set waktunya, baru menunjukkan angka 21.15 yang berarti WIB. Ia baru sadar kalau sudah berjalan-jalan malam begitu lama. Dan hampir pagi. Vin mengulurkan sebotol air mineral kemasan dingin dari kulkas. Abi segera membuka segel, dan meneguknya hingga separuh botol. Vin duduk di sofa sampingnya, terus menatap pemuda itu dingin.

"Elu ke mana saja? Gue kan bilang, kita cari Ellea besok, sekarang tidur. Kenapa sih elu keras kepala banget? Bahaya tau, Bi. Keluyuran malam-malam gini. Ini bukan Indonesia, yang selalu ada orang ronda dan jaga di poskamling. Elu bisa dirampok, bahkan dibunuh!"

Abimanyu tidak sependapat dengan kalimat Vin barusan, " Elu lupa? kalau gue nggak bisa mati gitu aja?"

"Iya juga, ya. Lu kan manusia jadi-jadian?!" gumam Vin yang mulai melunak. "Ah, kagak-kagak. Pokoknya lu harus ikutin aturan gue. Percaya sama gue, Bi. Kita bakal temuin Ellea besok."

"Iya udahlah. terserah elu saja, Vin. Gue capek. Ngantuk." Abi meletakan botol minum itu dan merebahkan diri di sofa. "Hus! Awas, gue mau tidur. Sana lu ke kasur!" usir Abi.

"God damn it!" umpat Vin dan kemudian menyingkir dari sofa.

"Daerah itu namanya distrik San Paz. Di sana sumber segala kejahatan di tempat ini, Bi," jelas Vin saat mereka tengah menikmati sarapan bersama. Roti tawar menjadi sasaran menu sarapan pagi kali ini. Dengan susu hangat untuk Vin, dan kopi hitam untuk Abimanyu.

"..."

"Segala kejahatan halal di sana, lu bakal bisa nemuin orang pakai ganja dengan bebas ya cuma di sana, bahkan orang bunuh orang juga di sana hal wajar."

"Oh, mirip Kampung Ambon, ya, kalau di Indonesia?"

"Nah, mirip." Vin menjelaskan kondisi tempat itu sambil mengoles selai kacang di roti tawar yang ia pegang. Sementara Abi langsung menggigit potongan besar lembaran roti berwarna putih itu ke dalam mulutnya. Ia tidak suka hal yang terlalu manis, baginya selai kacang itu sangat manis untuk takarannya.

"Terus bagaimana?"

"Ya kita ke sana," jawab Vin santai, meneguk habis susunya hingga tak bersisa. Abi diam, mengunyah roti pelan sambil menatap Vin tajam. "Kenapa?" tanya Vin bingung.

"Kemaren elu larang gue ke sana, sekarang kita justru mau ke sana, Vin?!"

"Hehe."

"Setan lu!"

Sarapan selesai. Mereka bersiap akan ke tempat yang tadi sudah dibicarakan. Distrik San Paz, adalah sebuah tempat khusus di mana segala bisnis gelap dan kotor bergerak bebas. Di sana halal bagi orang jika akan memakai narkoba, melakukan seks bebas, bahkan di sepanjang jalan akan ditemukan wanita PSK yang bersedia menjajakan tubuhnya. Dari berbagai etnis dan Ras. Membunuh orang di tempat umum pun kerap terjadi, bahkan tawuran antar gengster sudah merupakan hal lumrah di sana.

Ada sekitar 17 gengster di San Paz. Semua punya kedudukan dan wilayahnya sendiri-sendiri. Mereka punya aturan yang tidak dapat diganggu gugat. Jika ada anggota geng lain yang melanggar, maka akan terjadi pertumpahan darah di sana. Dan polisi tidak bisa masuk ke kawasan ini dengan bebas. gengster di sini sudah membayar pajak besar dan hal itu mereka mendapat hak untuk bergerak di wilayah itu. Tapi sebulan sekali polisi akan datang untuk memeriksa tempat itu, dan melaporkan segala kegiatan di dalam, tanpa akan adanya penangkapan tentunya.

Mereka sampai di gerbang San Paz, ada 2 orang penjaga di depan gerbang itu. Membawa senapan yang terus mereka genggam. Tempat ini di kelilingi tembok tinggi dan berduri di atasnya. Vin dengan percaya diri masuk, namun ia ditahan dua orang tadi. Ia diinterogasi beberapa pertanyaan sederhana, lalu saat ia menyebutkan ingin bertemu Diego, lantas dua orang itu mempersilakan mereka masuk.

Dengan dikawal satu penjaga, mereka mengikuti ke mana orang itu membawanya. Tempat ini ramai. Bahkan mirip pasar pada umumnya, banyak pedagang yang membuka ruko dan lapak di sepanjang jalan. Itu hanya sebuah kamuflase, karena perdagangan yang sesungguhnya justru ada di dalamnya.

Mereka melewati kaum gipsi yang sedang ada di wilayah mereka. Mereka menatap mereka berdua terutama pada Abimanyu. "Demigot!" jerit salah seorang wanita yang berpenampilan gotik dan khas kaum gipsi. Ia menunjuk Abimanyu dengan tatapan aneh, dan terus menyebutnya, "Demigot!"

Vin dan Abi menoleh sampai mereka tidak terlihat lagi, karena mereka sudah mulai ke belokan yang dekat dengan tempat tujuan mereka.

"Demigot apaan?" tanya Abimanyu yang penasaran. Ia berbisik pada Vin yang terlihat diam sejak tadi.

Vin menoleh, mendekatkan kepalanya, "Manusia setengah dewa."

'Hah? Gue?" tanya Abi menunjuk dirinya sendiri.

"Mungkin. Demigot itu istilah untuk manusia setengah dewa di latin sana. Yah, kali saja bokap lu turunan Zeus."

"Tapi kok mereka bisa bilang gitu sih?"

"Heh. Manusia pembasmi kejahatan! Elu bego apa kurang pinter sih? Belum pernah ketemu orang gipsi, ya?" tanya Vin meledek.

"Lah mana pernah ketemu. Gue kan orang dusun."

"Pantes! Tapi tau, kan, orang gipsi itu apa?"

"Iya tau lah. Pernah baca di internet."

"Nah, pinter. Jadi omongan itu bisa jadi bener, bisa jadi ngawur, tergantung bagaimana kita menyikapi nya."

"Ah, bodo ah." Abi kembali tidak peduli hal itu. Terlebih saat mereka sampai di sebuah tempat, di mana penjaga tadi berhenti. Ia mempersilakan masuk. Lalu berteriak nama "Diego"

Seorang pria blasteran Indonesia Turki itu muncul. Ia memiliki jambang tipis khas pria tampan Turki pada umum nya. "Hai, Vin?" tanya nya menunjuk Vin yang terlihat garang, mereka bahkan sekilas mirip. Dari postur tubuh dan wajah. Abi baru menyadari kalau Vin adalah warga keturunan, sama seperti Diego. "Masuk," ajak Diego.

Tempat itu ramai. Penuh pria yang sedang berjudi. Di ruangan lain ada orang yang sedang menghisap sabu beramai - ramai. Dan ruangan lain ada adegan panas dari sepasang pria dan wanita. Mereka langsung memalingkan wajah dari sana, dan terus mengikuti Diego.
itkgid
regmekujo
obdiamond
obdiamond dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.