Kaskus

Story

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
Supernatural
Quote:


Mungkin agan di sini pernah baca cerita ane yang berjudul pancasona? Kali ini ane akan melanjutkan kisah itu di sini. Yang suka cerita genre fantasi, kasus pembunuhan berantai, gengster werewolf, vampire dan sejenisnya. Silakan mampir. emoticon-Betty

Supernatural

Quote:


INDEKS
Part 1 abimanyu maheswara
Part 2 abimanyu
Part 3 kalla
Part 4 siapa kalla
Part 5 seorang gadis
part 6 Ellea
part 7 taman
Part 8 kamar ellea
Part 9 pagi bersama ellea
Part 10 rencana
Part 11 tentang kalla
part 12 rumah elang
Part 13 kembali aktivitas
part 14 emosi elang
part 15 janin kalla
part 16 elang
Part 17 vin
Part 18 kantor
Part 19 kemunculan kalla
part 20 pulau titik nol kehidupan
part 21 desa terkutuk
Part 22 wira
Part 23 teman lama
Part 24 patung wira
part 25 teror di rumah John
part 26 tato
part 27 simbol aldebaro
part 28 buku
part 29 kantor kalla
part 30 batu saphire
part 31 Lian dan Ayu
part 32 kakak beradik yang kompak
part 33 penyusup
part 34 kalah jumlah
part 35 lorong rahasia
Part 36 masuk lorong
part 37 cairan aneh
part 38 rahasia kalandra
part 39 Nayaka adalah Kalandra
Part 40 kemampuan nayaka
Part 41 Arkie
Part 42 Arkie (2)
Part 43 peperangan
Part 44 berakhir
Part 45 desa abi
part 46 nabila
part 47 cafe abi
Part 48 Maya
part 49 riki kembali, risna terancam
part 50 iblis bertubuh manusia
part 51 bertemu eliza
part 52 Feliz
Part 53 Bisma
Part 54 ke mana bisma
part 55 rahasia mayat
part 56 bisma kabur
part 57 pertemuan tak terduga
part 58 penyelidikan
part 59 tabir rahasia
part 60 kebakaran
part 61 Bajra
part 62 pengorbanan Bajra
part 63 the best team
part 64 masa lalu
part 65 perang dimulai
part 66 kisah baru
part 67 bertemu vin
part 68 san paz
part 69 cafe KOV
part 70 demigod
part 71 california
part 72 Allea dan Ellea
part 73 rumah ellea
part 74 alan cha
part 75 latin kings
part 76 kediaman faizal
part 77 kematian faizal.
part 78 permainan
part 79 ellea cemburu
part 80 rumah
part 81 keributan
part 82 racun
part 83 mayat
part 84 rencana
part 85 kampung....
Part 86 kematian adi
part 87 tiga sekawan
part 88 zikal
part 89 duri dalam daging
part 90 kerja sama
part 91 Abraham alexi Bonar
part 92 terusir
part 93 penemuan mayat
part 94 dongeng manusia serigala
part 95 hewan atau manusia
part 96 Rendra adalah werewolf
part 97 Beta
part 98 melamar
part 99 pencarian lycanoid
part 100 siapa sebenarnya anda
part 101 terungkap kebenaran
part 102 kisah yang panjang
part 103 buku mantra
part 104 sebuah simbol
part 105 kaki tangan
part 106 pertikaian
part 107 bertemu elizabet
part 108 orang asing
part 109 mantra eksorsisme
part 110 Vin bersikap aneh
part 111 Samael
part 112 Linda sang paranormal
part 113 reinkarnasi
part 114 Nayla
part 115 Archangel
part 116 Flashback vin kesurupan
part 117 ritual
part 118 darah suci
part 119 Lasha
part 120 Amon
part 121 masa lalu arya
part 122 sekte sesat
part 123 sekte
part 124 bu rahayu
part 125 dhampire
part 126 penculikan
part 127 pengakuan rian.
part 128 azazil
part 129 ungkapan perasaan
part 130 perjalanan pertama
part 131 desa angukuni
part 132 Galiyan
part 133 hilang
part 134 Hans dan Jean
part 135 lintah Vlad
part 136 rahasia homestay
part 137 rumah kutukan
part 138 patung aneh
part 139 pulau insula mortem
part 140 mercusuar
part 141 kastil archanum
part 142 blue hole
part 143 jerogumo
part 144 timbuktu
part 145 gerbang gaib
part 146 hutan rougarau
part 147 bertemu azazil
part 148 SMU Mortus
part 149 Wendigo
part 150 danau misterius
part 151 jiwa yang hilang
part 152 serangan di rumah
part 153 misteri di sekolah
part 154 rumah rayi
part 155 makhluk lain di sekolah
part 156 Djin
part 157 menjemput jiwa
part 158 abitra
part 159 kepergian faza
part 160 Sabrina
part 161 puncak emosi
part 162 ilmu hitam
part 163 pertandingan basket
part 164 mariaban
part 165 Dagon
part 166 bantuan

INDEKS LANJUT DI SINI INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 16-05-2023 21:45
indrag057Avatar border
bejo.gathelAvatar border
itkgidAvatar border
itkgid dan 12 lainnya memberi reputasi
13
13.5K
222
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#64
Part 62 Pengorbanan Bajra
Bajra adalah salah satu teman Gio. Ia juga hacker yang sudah pensiun dari dunianya. Lebih memilih pergi dari hiruk pikuknya dunia dengan membangun sebuah rumah pohon di sini. Sebelumnya mereka sudah sering bertemu. Bahkan Gio yang membawa Bajra ke desa ini. Menyelamatkan orang itu dari pembunuh yang mengincarnya beberapa tahun lalu. Bajra seolah mati dari dunia luar. Tidak ada yang tau kalau Bajra ternyata bersembunyi di sini, rumah pohon ini.

"Jadi apa yang ingin kalian tau?" tanya Bajra yang kini duduk di kursi dengan barisan layar monitor di sekitarnya. Ia memiliki ruang khusus untuk pekerjaannya. Mungkin sekarang itu bukan pekerjaan lagi baginya, tapi bagai sebuah candu. Ia sering mengamati seluruh desa, kota, bahkan dunia yang ingin ia temukan. Tidak perlu datang ke tempat itu, karena Bajra bisa mengetahui semua yang terjadi di suatu tempat.

"Panti asuhan Santo Yoseph," ucap Abimanyu, dingin. Bajra melirik ke pemuda itu. "Elu anaknya Arya, ya?" tanya Bajra. Abimanyu lantas menoleh dengan dahi berkerut saat mendengar nama ayahnya disebut.

"Anda kenal ayah saya?"

Bajra tak langsung menjawab, ia melirik sekilas ke Gio yang terlihat pura-pura tidak mendengar. Bajra tersenyum. "Kenal. Dia orang yang hebat." Jemari Bajra kembali menari di atas keyboard dengan terampil. Satu persatu layar monitor menampilkan gambar di beberapa tempat yang ingin mereka lihat. Salah satunya Rumah Sakit yang sejak tadi ingin mereka datangi.

"Ini tempat yang disinyalir paling mencurigakan. Rumah sakit rasanya bukan tempat yang harus kita telusuri. Justru ini," tunjuk Bajra ke bangunan bertingkat dengan beberapa anak kecil di sana. 'Siapa yang kita cari? Biar aku bisa liat fotonya untuk memudahkan pencarian."

Nabila menempatkan diri duduk di kursi samping Bajra dan mengeja nama-nama orang terkait. Dalam hitungan menit wajah orang yang ingin mereka lihat langsung muncul di layar monitor. Semua daftar riwayat hidupnya, silsilah keluarga dan semua yang berhubungan dengan orang itu.

"Jadi mereka semua anak panti asuhan di sana." Nabila mulai paham bagaimana David merekrut anggotanya dengan segala keterbatasannya.

"Betul. Semua anak panti yang sudah diadopsi dia rekrut lagi dan dijadikan tentara berani matinya sendiri. Luar biasa, Pak tua, ini." Bajra menyilangkan kedua tangan di depan dadanya, memutar tubuhnya dikursi yang ia duduki. kursi yang memang dapat berputar dan menjadi hiburan tersendiri untuk Baajra.

"Bagaimana kalau kita datangi panti itu. Pasti mereka ada di sana, iya, kan?"

"Iya. Mereka pasti di sana, Jra, cek lokasi mereka. Bair kita bisa langsung cari ke titiknya. Nggak perlu cari lagi. Gila luas banget tempatnya."

Bajra kembali mengetik dan menampilkan aktifitas di dalam panti. Semua mata mencari keberadaan orang-orang yang teridentifikasi sebagai pelaku penyerangan kemarin.

"Itu Mahesa!" seru Nabila menunjuk seseorang yang berjalan di koridor. Yang lain terus mencari di monitor berbeda. Semua aktfitas di panti itu terpampang jelas. Dari ruang makan, aula, sampai tiap sudut kamar dapat mereka lihat dari monitor di depan.

"Bentar. Kok bisa kita lihat semua ini sejelas ini. Kalau Anda pakai satelit, nggak sejelas ini, kan? Ini CCTV?" tanya Rizal yang merasa ada keganjilan.

"Tepat sekali. CCTV." Bajra mengiyakan pendapat dan analisa Rizal yang memang ditunggunya sejak tadi.

"Jadi kamu taruh CCTV di sana?" tanya Nabila tak habis pikir.

"Bukan cuma di sana. Di seluruh desa."

"Hah??!"

"Gila!"

"Eh, eh ... Gini. Si Bajra ini memang punya gangguan jiwa sih. Dia suka mengintip hidup orang, kerjaan dia dulu bikin candu. Jadi dia memang harus melakukan hal ini. Kalian tau kalau orang sakau karena narkoba? Nah dia ini sakau kalau nggak ngeliat kehidupan orang lain," jelas Gio, entah itu berlebihan atau tidak.

"Tapi kapan lu taruh CCTV di sana? Terus caranya?"

Bajra menunjuk ke tembok di sudut kanan mereka. "Karena itu!" Sebuah pengharum ruangan dan AC menjadi fokus mereka sekarang. "Gue selalu pasang CCTV di semua tempat yang pakai jasa service AC tempat gue, dan pengharum ruangan itu. Bukan cuma itu, air galon dan semua benda elektronik yang pernah gue service, pasti ada kamera CCTV nya."

"Psikopat!" gumam Nabila melirik sini ke pria di sampingnya.

"Whatever," sahut Bajra santai. Ia kembali mengetik beberapa kalimat dan menampilkan barisan angka dan huruf. Lalu sebuah PETA panti asuhan terpampang di depan mereka. "Kalian mau masuk ke sana, kan? Biar gue pandu, tanpa diketahui orang."

"Tunggu sebentar. Kita ke sana mau apa?" tanya Ridwan.

"Tentu saja menculik David beserta pengikutnya."

"Tapi bukti? Harusnya kita hanya mencari bukti saja, kan?"

"Bukti? Ada kok. Rekaman semua kegiatan mereka ada di sini. Gue tinggal cari tanggal dan jam nya. Semua rencana mereka ada di sini. CCTV gue selalu hidup."

'Jadi selama ini elu tau soal kasus kasus ini?" tanya Gio.

"Tau."

"Tapi kenapa elu nggak lapor polisi?" bentak Gio, kesal. Ia bahkan hampir ingin memukul Bajra. KArena telah membiarkan sebuah kejahatan berlarut-larut.

"Itu bukan urusan gue, Gi. Lagian kalau sampai gue turun tangan, gue bisa mati. Lu lupa alasan gue ngumpet di sini? Gila saja kalau sampai gue keluar cuma buat nyelamatin kehidupan orang lain dan gue sendiri mati sia-sia!"

Abimanyu menahan tubuh Gio yang masih tersulut emosi. Ia paham alasan Gio semarah ini dan alasan Bajra bersikap seperti itu. "Sudah, paman. Yang paling penting sekarang kita harus hentikan mereka, bersama-sama. Kalau Om Bajra nggak bantu kita juga kita belum tentu bisa, kan?"

"Om? Astaga. Baru kali ini ada yang manggil gue sesopan itu," gumam Bajra, terus mengetik dan berusaha membobol beberapa sandi rahasia yang ia temukan di sistem komputer milik David. "Gila!" pekik Bajra.

"Kenapa?" tanya Adi, kini menggantikan posisi Nabila, duduk di samping nya.

"David itu bukan komunitas perseorangan."

"Maksud lo?"

"Rupanya mereka punya semacam komunitas. "

"Komunitas apa maksud nya?"

"Gue nemuin ada semacam komunikasi rahasia dan banyak data yang mereka saling bagikan. Sebentar gue coba ambil file nya." Semua diam sambil menunggu hasil yang membuat mereka penasaran. Komunitas? Komunitas apa? Orang sakit jiwa, kan? Atau para psikopat seluruh negara?

Beberapa foto mulai terpampang di layar. Tak hanya foto tapi juga video. Bajra membuka sebuah foto yang ternyata kumpulan korban pembunuhan yang selama ini mereka cari. Bahkan bukan hanya pembunuhan yang dilakukan 7 dan satu tahun belakang, tapi juga 20 tahun lalu. Semua korban David ada di sana. Sengaja mereka abadikan dan mereka rekam tiap kejadiannya. Benar- benar gila.
"Gi, coba lu ikut buka ini," suruh Bajra. Adi mengalah dan membiarkan Gio duduk di kursinya.

Dua orang hacker yang sudah pensiun kini berkolaborasi mengungkap kasus yang awalnya mereka pikir hanya kasus biasa. Nyatanya semua kejadian seolah saling berhubungan.

"Fuck! Mereka bener-bener membuat sebuah komunitas. Ini bukan lagi skala daerah, tapi nasional. Dan... 'BD coorporation' kalian tau perusahaan apa ini?" tanya Gio menatap Abi dan Adi. Kedua pria itu menggeleng dengan tampang bingung.

"BD coorporation? Perusahaan apaan itu?"

"Black Demon Coorporation!" kata Gio menekankan pada tiap kata. Matanya penuh kebencian dan dendam saat mengucapkan kalimat itu. Adi dan Gio saling tatap. Nama itu membuat mereka bagai terlempar ke masa lalu. Nama Black Demon bagai menjadi momok yang menakutkan. Semua hal yang pernah terjadi dulu, seolah kembali masuk ke dalam ingatan mereka, terutama Adi dan Gio.

Beruntung Abimanyu hanya memiliki sedikit memori tentang Black Demon, karena saat tragedi itu terjadi dia belum ada di bumi. Tapi dia sering mendengar cerita itu dari ayahnya, ibunya dan dua orang pamannya itu. 18

"Nggak salah lu sebut nama itu?" tanya Adi memastikan. Raut wajahnya berubah serius.

"Yes, thats right. Gue coba kulik lagi, siapa orang-orang di balik black demon ini. Apa mereka orang-orang yang sama seperti black demon dulu, atau cuma namanya aja yang sama."

Menunggu adalah sesuatu yang membosankan. Mereka masih ada di ruangan ini, diam dan menunggu hasil yang tengah Gio dan Bajra cari. Ini bukan komunitas dalam skala kecil, tapi sudah mencakup skala luas. Bahkan tak menutup kemungkinan kalau ternyata Black Demon Coorporation memiliki banyak cabang di luar negeri.

"Ketemu!" Layar monitor menampilkan sebuah gedung bertingkat, bergaya mewah. Sebuah perusahaan yang bergerak di ekspor impor itu rupanya memiliki kegiatan gelap lain. Mereka cukup berpengaruh di pasar gelap, penjualan senjata api ilegal, perdagangan manusia, dan salah satu nama yang cukup berpengaruh dalam situs deep web. Penyetok film dan gambar yang tidak memiliki nurani. Menyediakan hiburan untuk orang-orang yang berjiwa sakit, karena menginginkan tontonan gila, seperti adegan pembunuhan dan mutilasi atau bahkan menguliti manusia. Mereka bahkan menerima jasa membunuh untuk orang yang mampu membayar dengan bayaran tinggi.

"Gila. Gue bakal bener-bener mati sekarang. Fuck!" umpat Bajra, frustasi.

______

Black Demon Coorporation.

Sebuah perusahaan yang bergerak dalam kegiatan eksport dan import ini berpusat di Ibukota. Sebuah perusahaan besar dengan nama BD Coorporation. Tidak ada yang tau kalau BD Coorporation ini adalah perusahaan dengan 2 jenis bisnis yang berbanding terbalik. Ibaratnya saat matahari muncul, kantor mereka aktif dan mampu membuat perekonomian berkembang pesat. Dalam pasar saham perusahaan itu mampu membuat terobosan baru dan banyak memenangkan saham dari berbagai perusahaan lain. Tapi itu berbeda saat gedung itu sudah tutup. Mereka masih beroperasi tapi dengan cara berbeda. Sisi gelap kini mereka tunjukkan. Mereka memiliki nama besar di pasar gelap internasional. Terlibat dengan penjualan senjata api ilegal, human traficking, sampai situs deep web. Mereka membunuh manusia yang dianggap lemah dan sebagian suruhan orang yang mempunyai uang. Membunuh dengan cara tak biasa. Entah dibuat seperti misteri, memutilasi, atau bahkan dibuat seakan pembunuhan yang mampu menggegerkan dunia. Mereka melakukan itu karena semata-mata untuk menghilangkan dahaga para orang kaya yang tidak punya kerjaan.

"Apakah mereka Black Demon yang sama?" tanya Adi, berbisik. Padahal suaranya dapat jelas didengar semua orang yang ada di sini. Namun ia hanya fokus pada Gio, karena hanya Gio yang tau sejarah Black Demon.

"Nggak tau, Di. Yang jelas, mereka sama berbahayanya. Kalau pun mungkin mereka Black Demon yang dulu, pasti mereka ini generasi baru. Dan niat mereka akan sama seperti pendahulunya. Hanya saja pasti caranya berbeda, iya, kan?"

"Tunggu dulu. Black Demon yang dulu? Maksud kalian apa?" tanya Nabila, penasaran.

Gio, Adi, dan Abimanyu saling pandang. Abi kemudian menyingkir karena merasa ini bukan hak nya untuk bercerita. Ia hanya tau dari ayahnya, itu pun simpang siur. Gio melirik ke Adi, menandakan kalau Adi yang harus menceritakan perihal Black Demon.

"Kalian pasti penasaran, kenapa Abimanyu bisa selamat dari banyak kejadian. Dia bahkan bisa menyembuhkan dirinya sendiri seperti kemarin. Karena ini ada hubungannya dengan black demon ingin kalian tau."

"Dia menjadi pengikut iblis?" tanya Rizal, menunjuk ke Abimanyu yang duduk di kursi dekat jendela, menatap sekitarnya. Pemandangan alam memang selalu menenangkan bagi dirinya, di tengah rasa gundah yang masih mengusik pikirannya.

"Hust! Sembarangan Ini bocah!"

Akhirnya Adi menjelaskan semua tentang Abimanyu beserta asal usulnya. Lagi. Pemuda itu mendengar semua kisah itu terulang. Ada nyeri dalam dadanya mendengar kisah kedua orang tuanya, dan kini ia hanya bisa mendengar saja. Sosok panutan untuk dirinya sendiri dan orang sekitarnya yang tau bagaimana sepak terjang Arya, Nayla, dan Wira. Tentu juga tentang asal usul Black Demon.

"Jadi Black Demon yang sudah kalian bunuh dulu, masih ada?" tanya Rizal.

"Nah kita nggak tau apa Black Demon ini sama dengan apa yang kami hadapi dulu atau hanya namanya saja yang kebetulan sama. Untuk membuktikan kita harus ketemu langsung."

"Tapi mereka nggak bisa mati, kan?"

"Dan kita punya Abimanyu, kan?"

_______

Nabila memamerkan keahliannya. Memasak. Yah, memang bukan hal yang aneh kalau wanita bisa memasak. Setidaknya ia bersikap layaknya chef terkenal. Membuat Gio dan Adi kewalahan membantu Nabila yang lebih mirip ibu tiri. Bajra harus mengganti pengharum ruangan di sebuah sekolah, dan membiarkan tamunya menguasai harta bendanya selama beberapa jam. Semoga saja saat pulang nanti Bajra tidak terkena serangan jantung melihat dapurnya berantakan.

Rizal yang paham bagaimana kekasihnya memilih menghindar saat perintah bantuan memasak ia luncurkan beberapa menit lalu. "Aku mau ngobrol sama Abimanyu. Ada hal penting. " Kalimat itu mampu meyakinkan Nabila kalau Rizal memang memiliki hal yang lebih penting ketimbang membantunya memasak. Alhasil Gio dan Adi kini menjadi asisten pribadi Nabila. "Pastanya jangan terlalu lembek! Ulangi!" Itu baru satu keluhan, dan Nabila berencana memasak banyak makanan untuk malam ini.

Rizal terkekeh pelan, saat berjalan menuju Abi yang memilih menikmati udara malam di balkon ruang tengah. Rumah ini cukup nyaman. Tenang dan membuat mereka sangat menikmati hidup yang sempat rumit beberapa saat lalu. Rizal mendekat, duduk di samping Abi. Abi diam, bahkan tak menoleh barang sedetik saja. "Kopi," kata Rizal, menyodorkan secangkir kopi panas yang baru ia buat. Di tangan kanannya ia sudah meneguk kopi miliknya sendiri.

"Thanks." Aroma kopi ia hirup dalam-dalam. Tenang. Ia menoleh ke sang pembuat kopi. "Enak."

"Yakin? Oh siapa dulu dong," ucap Rizal bangga pada dirinya sendiri.

Kembali hening.

"Eum, gue ikut berduka cita soal orang tua lu. Nggak nyangka, mereka meninggal dengan cara seperti itu. Dan sorry kalau sikap gue kadang bikin elu kesel." Obrolan dua pria ini mengalir. Mencoba saling mengerti satu sama lain. Memperbaiki hubungan yang sejak awal agak canggung. Rizal awalnya merasa cemburu saat melihat Abimanyu dan Nabila dekat. Walau sikap Abimanyu memang terkesan dingin, tapi ia merasakan kalau ada sesuatu yang menarik dalam diri Abi yang membuat orang ingin selalu dekat dengannya. Ia cemas kalau Nabila akan berpaling darinya, karena kehadiran Abimanyu.

"Hahaha! Jadi elu kira gue sama Nabila ada hubungan?" tanya Abi dengan tawa meledak. Rizal berusaha menutup mulut Abi karena malu jika apa yang ia pikirkan akan sampai di telinga Nabila. "Gila lu! Jangan kenceng-kenceng ketawanya, kuyak!" omel Rizal dengan berbisik.

"Astaga, Zal. Pantes saja, kalau liat gue elu sinis banget. Sorry saja ya, gini-gini gue punya pacar. Cewek gue ini lebih cantik dari Nabila," jelas Abi. Sebenarnya ia tidak yakin kalau hubungannya dengan Ellea masih bisa disebut 'pacaran'. Mengingat mereka sudah tidak ada komunikasi sama sekali. Bahkan mendengar kabar gadis itu pun sudah tidak pernah lagi. Tapi demi menjaga perasaan Rizal, ia terpaksa mengatakan hal itu.

"Ya wajarlah, Bi. Elu cakep. Pinter. Mana ada cewek yang nggak jatuh cinta. Eh cewek lu orang mana?"

"Dia lagi ke luar negeri. Ibunya sakit. Jadi fokus merawat ibunya dulu. " Ia kembali meneguk kopi buatan Rizal. Memang kopi ini lumayan enak. Rizal berbakat membuat kopi. Mungkin kalau Rizal sudah tidak bekerja menjadi polisi mereka bisa jadi partner kerja. Lagi pula semua pegawai cafe yang ia rekrut, ternyata musuh dalam selimut. Abi bagai dikhianati. Sakit, tapi tidak berdarah.

"Eum kalau soal kemampuan elu yang bisa menyembuhkan diri itu, bagaimana? Sakit nggak?"

Kembali Abi terkekeh dan hampir tersedak karena kopinya yang menyangkut di tenggorokan. Ia menoleh ke Rizal dengan tampang lucu. "Ya sakitlah. Dipikir kalau gue bisa nyembuhin diri artinya luka itu nggak sakit? Hampir mati gue, Zal. Sakitnya sama."

"Enak dong, Bi. Nggak bisa mati?"

"Di enakin aja lah. Lagian mungkin memang ini udah takdir Tuhan. Dengan kemampuan gue ini, berkali-kali gue hampir mati, tapi masih bisa selamat sampai sekarang. Dengan konsekuensi, masalah terus datang ke gue. Tugas gue harus selesaikan semua itu. Mungkin memang itu alasan kenapa gue hidup di dunia ini."

"Iya, memang itu takdir. Menjadi seseorang yang seperti elu itu ngga mudah. Gue salut sama elu, elu kuat, Bi. Elu juga nggak egois. Gue beruntung bisa kenal sama elu, banyak hal yang gue pelajari dari elu."

"Lebay, lu, ah. Nabila kelar masak belum?" tanya Abi menatap ke arah dapur. Rizal melakukan hal yang sama. "Sayaang, sudah belum? Lapar," jerit Rizal.

Mereka sudah duduk rapi di kursi meja makan. ada beberapa jenis makanan di atas meja. Semua adalah hasil karya mereka bertiga. Nabila, Gio, dan Adi. Saat akan memulai makan, suara mobil Bajra terdengar di luar. "Balik dia? Pas banget waktunya makan," kata Gio menoleh ke arah pintu.

Tapi setelah ditunggu beberapa lama, Bajra malah tak kunjung masuk. Mereka agak cemas, sampai akhirnya Gio beranjak untuk memeriksanya. Sampai dekat pintu, Gio ragu untuk mendekat lagi. Suasana di luar rumah terasa aneh. Sangat sunyi. Ia yakin ada yang tidak beres. Gio menoleh ke teman-temannya seolah minta persetujuan, apakah pintu ini harus dibuka atau tidak. Mereka yang akan makan akhirnya merasa kalau keadaan di luar memang aneh. Adi menyusul Gio, Abi dan Rizal hanya berdiri mematung di tempat mereka.

Gio mengangguk pada Adi. Korden pintu ia buka pelan. Di luar ada Bajra yang berdiri dengan tatapan aneh. Gio yang memperhatikannya lantas hanya diam sambil mengamati keadaan di luar. Tapi tiba-tiba Bajra batuk, dan mengeluarkan darah segar dari mulutnya. Gio yang melihat hal itu lalu segera membuka pintu. Adi yang akan menahannya malah terlambat. Bajra ada di depan mereka dengan kondisi berantakan. Terlihat banyak luka lebam dan darah di sekitar wajahnya. Kakinya ditekuk satu, menandakan kondisinya tidak bisa berdiri tegak. Ia terluka. Tangan Bajra memegangi perutnya sejak tadi. Gio mendekat dan bertanya apa yang terjadi. BAjra hanya mengedipkan matanya sekali lalu roboh menabrak tubuh Gio. Di saat itu ia bisa melihat kalau Bajra tertusuk sebuah pisau di perutnya.

"Lari," bisik Bajra dekat ditelinga Gio.

"Apa? Lu kenapa, Jra?! Siapa yang ngelakuin ini?!" raung Gio yang melihat temannya sekarat.

"Gi! Lari!" Adi menarik tubuh Gio yang masih memeluk Bajra. Dan sebuah tembakan melesat mengenai pipi Gio. Nyaris saja. Gio menatap ke arah datangnya peluru dengan penuh kebencian. Tubuhnya bergetar, dengan wajah yang merah padam.

"Paman, masuk ke dalam!" jerit Abimanyu yang kini memegang senapan MG3 dan mulai menembak secara brutal ke halaman yang ia sebut hutan itu. Di saat bersamaan hal itu di manfaatkan Adi untuk menarik Gio masuk ke dalam rumah. "Bajra, Di!" jerit Gio yang meminta agar tubuh Bajra juga di bawa masuk, walau sebenarnya ia sudah tewas.

Acara makan malam yang sudah dirancang Nabila gagal total. Kini ia malah memegang senapan dan mulai menembak satu persatu musuh di luar. Namun amunisi yang makin menipis membuat mereka kebingungan. Bajra memiliki banyak senjata, tapi tidak untuk peluru. Dan senjata tanpa peluru itu suatu kebodohan. Senjata ini memang koleksinya sejak dulu, tapi karena kehidupannya yang aman - aman saja sejak tinggal di sini, membuatnya tidak kembali menyetok amunisi seperti biasanya. Ia sering memakai senjata hanya untuk menembak tikus atau babi hutan.

"Kita kehabisan peluru, bagaimana dong?" tanya Nabila yang bersembunyi di balik sofa. Musuh masih menghujani mereka dengan ratusan peluru. Berdiri sedikit saja, maka nyawa mereka taruhannya.

"Kita harus pergi, tapi bagaimana caranya?" Rizal menambahi. Adi menatap sebuah pintu yang ada di dekat dapur. "Nggak ada jalan keluar lain, sekalipun kita bisa keluar lewat pintu itu, tapi mereka sudah mengelilingi kita!"

"Adi benar. Kita tetap akan mati," sahut Gio, putus asa.
bejo.gathel
itkgid
obdiamond
obdiamond dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.