Kaskus

Story

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
Supernatural
Quote:


Mungkin agan di sini pernah baca cerita ane yang berjudul pancasona? Kali ini ane akan melanjutkan kisah itu di sini. Yang suka cerita genre fantasi, kasus pembunuhan berantai, gengster werewolf, vampire dan sejenisnya. Silakan mampir. emoticon-Betty

Supernatural

Quote:


INDEKS
Part 1 abimanyu maheswara
Part 2 abimanyu
Part 3 kalla
Part 4 siapa kalla
Part 5 seorang gadis
part 6 Ellea
part 7 taman
Part 8 kamar ellea
Part 9 pagi bersama ellea
Part 10 rencana
Part 11 tentang kalla
part 12 rumah elang
Part 13 kembali aktivitas
part 14 emosi elang
part 15 janin kalla
part 16 elang
Part 17 vin
Part 18 kantor
Part 19 kemunculan kalla
part 20 pulau titik nol kehidupan
part 21 desa terkutuk
Part 22 wira
Part 23 teman lama
Part 24 patung wira
part 25 teror di rumah John
part 26 tato
part 27 simbol aldebaro
part 28 buku
part 29 kantor kalla
part 30 batu saphire
part 31 Lian dan Ayu
part 32 kakak beradik yang kompak
part 33 penyusup
part 34 kalah jumlah
part 35 lorong rahasia
Part 36 masuk lorong
part 37 cairan aneh
part 38 rahasia kalandra
part 39 Nayaka adalah Kalandra
Part 40 kemampuan nayaka
Part 41 Arkie
Part 42 Arkie (2)
Part 43 peperangan
Part 44 berakhir
Part 45 desa abi
part 46 nabila
part 47 cafe abi
Part 48 Maya
part 49 riki kembali, risna terancam
part 50 iblis bertubuh manusia
part 51 bertemu eliza
part 52 Feliz
Part 53 Bisma
Part 54 ke mana bisma
part 55 rahasia mayat
part 56 bisma kabur
part 57 pertemuan tak terduga
part 58 penyelidikan
part 59 tabir rahasia
part 60 kebakaran
part 61 Bajra
part 62 pengorbanan Bajra
part 63 the best team
part 64 masa lalu
part 65 perang dimulai
part 66 kisah baru
part 67 bertemu vin
part 68 san paz
part 69 cafe KOV
part 70 demigod
part 71 california
part 72 Allea dan Ellea
part 73 rumah ellea
part 74 alan cha
part 75 latin kings
part 76 kediaman faizal
part 77 kematian faizal.
part 78 permainan
part 79 ellea cemburu
part 80 rumah
part 81 keributan
part 82 racun
part 83 mayat
part 84 rencana
part 85 kampung....
Part 86 kematian adi
part 87 tiga sekawan
part 88 zikal
part 89 duri dalam daging
part 90 kerja sama
part 91 Abraham alexi Bonar
part 92 terusir
part 93 penemuan mayat
part 94 dongeng manusia serigala
part 95 hewan atau manusia
part 96 Rendra adalah werewolf
part 97 Beta
part 98 melamar
part 99 pencarian lycanoid
part 100 siapa sebenarnya anda
part 101 terungkap kebenaran
part 102 kisah yang panjang
part 103 buku mantra
part 104 sebuah simbol
part 105 kaki tangan
part 106 pertikaian
part 107 bertemu elizabet
part 108 orang asing
part 109 mantra eksorsisme
part 110 Vin bersikap aneh
part 111 Samael
part 112 Linda sang paranormal
part 113 reinkarnasi
part 114 Nayla
part 115 Archangel
part 116 Flashback vin kesurupan
part 117 ritual
part 118 darah suci
part 119 Lasha
part 120 Amon
part 121 masa lalu arya
part 122 sekte sesat
part 123 sekte
part 124 bu rahayu
part 125 dhampire
part 126 penculikan
part 127 pengakuan rian.
part 128 azazil
part 129 ungkapan perasaan
part 130 perjalanan pertama
part 131 desa angukuni
part 132 Galiyan
part 133 hilang
part 134 Hans dan Jean
part 135 lintah Vlad
part 136 rahasia homestay
part 137 rumah kutukan
part 138 patung aneh
part 139 pulau insula mortem
part 140 mercusuar
part 141 kastil archanum
part 142 blue hole
part 143 jerogumo
part 144 timbuktu
part 145 gerbang gaib
part 146 hutan rougarau
part 147 bertemu azazil
part 148 SMU Mortus
part 149 Wendigo
part 150 danau misterius
part 151 jiwa yang hilang
part 152 serangan di rumah
part 153 misteri di sekolah
part 154 rumah rayi
part 155 makhluk lain di sekolah
part 156 Djin
part 157 menjemput jiwa
part 158 abitra
part 159 kepergian faza
part 160 Sabrina
part 161 puncak emosi
part 162 ilmu hitam
part 163 pertandingan basket
part 164 mariaban
part 165 Dagon
part 166 bantuan

INDEKS LANJUT DI SINI INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 16-05-2023 21:45
indrag057Avatar border
bejo.gathelAvatar border
itkgidAvatar border
itkgid dan 12 lainnya memberi reputasi
13
13.5K
222
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#56
Part 54 Ke Mana Bisma?
Jalur menuju kawasan home stay terlihat sepi. Beberapa hari ini memang sudah tidak ada pengunjung karena isolasi desa ini sejak kasus kasus yang menimpa beberapa pekan terakhir.

"Terus kita harus cari ke mana?" tanya Nabila sambil fokus menatap jalanan sekitar.

"Coba kita berhenti dan periksa satu persatu!" kata Adi.

Semua orang turun dan memeriksa tiap rumah di sekitar mereka. Tidak terlihat ada tanda tanda kehidupan di sana. Hingga saat mereka berkumpul kembali, Abi melihat ke jalanan beraspal yang kini mereka injak. "Ini?" gumamnya menunjuk bekas ban yang hanya ada satu saja di jalur ini. Ia lalu mengikuti ke arah perginya jejak ban mobil itu.

"Pasti dia ke sana!" kata Abimanyu menunjuk ujung jalan yang akan membawa mereka ke air terjun. Semua orang kembali naik mobil dan melanjutkan perjalanan. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat ada mobil milik Abi terparkir di salah satu rumah. Mereka langsung yakin kalau Bisma ada di rumah tersebut.

Gio yang sampai terlebih daahulu lantas berusaha membuka pintu. Terkunci. Ia menatap yang lain dan meminta persetujuan. "Apa?" tanya Abi yang tidak paham maksud Gio. Gio hanya mendengus sebal lalu menendang pintu itu kuat-kuat. "Ini maksud gue!" kata Gio yang ditanggapi dengan wajah melongo mereka semua.

"Ayo masuk. Anggap aja rumah sendiri," kata Adi yang ngeloyor masuk begitu saja. Di belakangnya ada Nabila yang juga antusias mengikuti yang lain. Abimanyu hanya garuk garuk kepala. "Terus siapa yang harus ganti rugi kerusakan ini?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Mereka masuk dan memeriksa setiap bagian ruangan. Tapi sejauh ini, tidak ada apa pun yang mereka temukan di sini. Padahal sudah jelas kalau mobil yang dibawa Bisma tadi ada di depan rumah ini. Tapi kenapa tetap mereka tidak menemukan apa pun di sini. Bahkan seolah tempat ini sudah lama tidak dimasuki manusia.

"Aneh! Kenapa nggak ada orang, ya?"

"Eum, mungkin ada ruang rahasia! Biasanya hal seperti ini sering terjadi, kan?" Nabila berasumsi dan memang apa yang ia katakan sangat wajar.

"Kalau gitu, cari ruangan rahasia itu!"

Mereka berpencar. Menelusuri tiap sudut ruangan. Kamar bahkan sudah berantakan. Banyak furniture mereka pindah dari tempat asalnya. Tapi tidak ada satu pun yang mereka temukan. Dan ruangan rahasia itu seakan benar-benar rahasia.

Mereka duduk di dapur, meneguk air mineral yang tersedia di lemari pendingin. Mereka sudah lelah. Dan hari sudah gelap.

"Nggak ada makanan di sini, ya?" tanya Gio sambil mencari bahan makanan yang mungkin bisa mereka konsumsi. Nabila ikut mencari di lemari. "Eh ini ada mie instant. Mau?" tanya gadis itu pada mereka semua. Mereka mengangguk, ah bukan mereka, hanya Gio saja. Alhasil, Nabila mulai menyalakan kompor untuk membuat makan malam ala kadarnya. Adi beranjak mendekati Abimanyu yang tengah menatap sebuah lukisan di depannya.

"Kenapa?"

"Aneh. Kenapa lukisan sebagus ini malah ditaruh di dapur, ya. Padahal di ruang tamu lebih cocok. Di sana juga nggak ada pajangan apa apa." Pertanyaan Abimanyu barusan membuat pikiran Adi juga terbuka. Ia pun berpikir kalau hal ini aneh. Adi lantas mendekat ke lukisan wanita yang terkenal seantero dunia ini. Lalu terpaku pada matanya. "Bi, matanya aneh." Abimanyu ikut mendekat dan setuju dengan perkataan Adi barusan. Mereka saling pandang, lalu jari telunjuk Adi menyentuh gambaran mata aneh itu. Adi melotot karena yang ia sentuh justru bukan permukaan yang rata dan halus, melainkan seperti sebuah bulatan kelereng yang menyembul. Adi lantas menekan mata itu.

Pintu rahasia yang mereka cari kini terbuka. Semua orang terkejut dan sempat mundur dari pintu itu. Rasa cemas langsung ada pikiran mereka. Takut kalau ada seseorang yang menyerang tiba-tiba dari dalam ruangan gelap di sana. Setelah ditunggu beberapa saat, mereka akhirnya memutuskan masuk ke dalam.

Satu demi satu anak tangga mereka tapaki. Lampu menyala tiap kaki mereka menginjak tiap anak tangga yang terus membawa mereka ke bawah. Mereka tetap waspada, mengingat ini adalah tempat yang misterius. Kini sebuah ruangan besar terpampang di depan mereka. Tapi tidak ada satu orang pun yang ada di dalamnya. Kembali mereka mencari. Hingga salah satu dari mereka berseru. "Mereka kabur, lagi," kata Abimanyu sambil menunjuk sebuah lorong lain.

Lampu flash dinyalakan. Lorong gelap mulai mereka masuki. Perlahan namun pasti, mereka terus masuk makin dalam. Beruntung hanya ada satu jalur jalan yang ada di sini, mereka tidak perlu menentukan pilihan ataupun takut salah jalan. Ada sebuah pintu dengan sinar di pinggirnya. Pintu ini sangat mudah di tarik dari dalam. dan kini mereka ada di tengah hutan desa.

"Ini jalan rahasia juga rupanya?"

"Tempat ini kan dulu pernah jadi markas prajurit jaman dulu. Jadi wajar aja kalau ada dan bahkan banyak tempat dan lorong rahasia," ujar Adi.

"Tapi mana Feliz? Apa kita gagal lagi nyari dia?" tanya Nabila.

"Ini sudah malam. mendingan kita pulang saja. Percuma juga kita cari, nggak akan ketemu." Abi mengakhiri hari ini dan kembali mencari jalan pulang.

Nabila baru memasuki rumah. Melangkah dengan gontai, lalu menghempaskan tubuhnya kasar ke sofa ruang tengah. Dua orang temannya masih sibuk dengan tugas mereka dengan laptop yang masih menyala. Mereka menatap Nabila heran. "Dari mana saja lu?" tanya Ayashi.

"Ada urusan." Nabila menanggapi dengan malas-malasan.

"Bil, makan dulu sana. Tadi gue masak nasi goreng, itu masih satu piring buat elu di meja makan," tukas Sintia dengan mata yang tak lepas dari layar lebar di depannya.

"Oke, thanks." Nabila beranjak lalu berjalan ke dapur untuk melihat hasil karya Sintia. Ia membuka tudung saji dan menaikan sebelah bibirnya. "Lumayan juga tampilannya. Semoga rasanya tidak mengecewakan, ya, Sin," gumamnya menoleh ke ruang tengah. Seolah- olah Sintia mampu mendengar perkataannya. Padahal gadis di ruang tengah itu sedang memakai earphone dengan menyetel musik keras-keras.

Nabila memutuskan mandi terlebih dahulu. Mengguyur tubuhnya dengan air dingin pasti akan membuat pikirannya kembali segar. Ia hampir frustasi menghadapi segala masalah pelik yang menimpa desa ini.

Nabila menggulung rambutnya yang basah dengan handuk. Masuk ke kamarnya dengan membawa piring yang berisikan nasi goreng buatan Sintia. Ia sangat ingat, beberapa bulan lalu hampir keracunan karena Sintia salah memasukkan garam yang diganti dengan tawas.

Ia mengunci pintu kamar. Menyalakan laptop dan melakukan sebuah panggilan skipe dengan seseorang.

"Dia lolos."

"Dia pasti tau kalau kalian sudah mengetahui jati dirinya."

"Lalu saya harus bagaimana, ketua?"

"Saya yakin, Feliz sudah tewas dibunuh. Tunggu saja kabarnya. Dan temukan dia sebelum ia bertemu target selanjutnya. Kali ini kau harus berhasil, Rose! Jika tidak kita akan kehilangan jejaknya lagi!"

Panggilan berakhir. Nabila mendengus sebal. Ia segera melahap nasi goreng buatan Sintia dengan lahap. Tak peduli apakah makanan ini beracun atau tidak. Yang jelas, dia serasa ingin mati saja. Nabila menyalakan sebuah fitur yang menampilkan sebuah kamar. Kamar Bisma! Sebelum pergi, dia sudah memasang kamera CCTV di beberapa sudut kamar itu. Memantau keadaan di sana dari laptopnya. Ia sangat yakin, Bisma akan pulang.

Kepala Nabila sudah mendarat mulus di atas meja, Laptop masih menyala dan belum menampilkan apa pun yang ia tunggu sejak tadi. Hingga Nabila tertidur karena rasa penat selama seharian ini. Ah, tidak. Sejak ia bertugas datang ke desa ini. Tidak ada yang tau jati dirinya yang sebenarnya. Bahkan Ayashi dan Sintia sekalipun.

Ponsel Nabila bergetar. Ia segera meraihnya asal, dan menerima panggilan itu tanpa melihat siapa penelponnya.

"Ya?"

"Gue denger elu ditugasin di desa Amethys?" Suara serak di seberang sana, mampu membuat mata Nabila melotot dan membetulkan posisi duduknya. Rasa kantuknya mendadak lenyap.

"Ehem. Memangnya kenapa?" tanya Nabila, berusaha menormalkan nada bicaranya.

"Elu harus bekerja keras, Bil. Jangan sampai lengah. Atau elu nggak bakal bisa pulang."

"Gue pasti bisa. Liat aja nanti."

"Yah, semoga saja."

Nabila mengakhiri panggilan itu. Bibirnya mengerucut dan mulai melontarkan kalimat umpatan.

"Damn! Untung saja gue sayang. Coba kalau enggak, gue lempar ini hape ke tembok. Dasar cowok angkuh!"

Ia menjambak rambutnya, frustasi. Namun seketika matanya kembali membulat sempurna saat melihat pergerakan di layar laptopnya. Walau keadaan gelap, tapi ia mampu melihat seseorang yang masuk ke kamar Bisma. Nabila belum bisa memastikan siapa orang yang sedang mengendap endap di sana. Ia memakai pakaian hitam dengan masker dan topi hitam. Sontak ia segera meraih jaketnya dan pergi keluar.

"Lah mau ke mana, Bil?" tanya Ayashi yang masih terjaga dengan tontonan bola di TV. Jam sudah menunjukkan pukul 00.30 malam. Namun Nabila tetap pergi sambil menyambar kunci mobil. "Sebentar doang. Mau ... beli pembalut. Gue dapet!" kata Nabila berbohong.

"Ya udah gue temenin, ya."

"Eh nggak usah. Kasihan Sintia nanti sendirian. Kalau ada apa-apa bagaimana?"

"Lah tapi elu juga kan ...."

"Gue nggak apa-apa. Percaya deh, Yash. Pergi dulu, ya." Nabila hilang dari balik pintu. Ayashi hanya melongo melepas kepergian Nabila. Dan kembali pada tontonan bola yang sejak tadi ia saksikan.

Nabila mengemudi dengan kecepatan penuh. Ia berusaha secepat mungkin sampai di rumah Bisma. Upaya untuk menangkap pelaku pembunuhan berantai ini harus segera dilakukan. Jangan sampai lepas lagi, karena ia tengah mengemban misi khusus.

Nabila sampai di dekat rumah Bisma. Ia sengaja parkir agak jauh dari rumah itu, agar kehadirannya tidak terendus targetnya. Nabila mulai menyiapkan segala sesuatunya. Ia juga memakai masker untuk menutupi identitasnya. Tak lupa senjata yang ia punya. Sebuah dessert eagle mark XIX buatan Amerika ini memang selalu ia bawa. Setelah mengisi dengan peluru, Nabila lantas berjalan mengendap endap ke rumah Bisma.

Rumah itu sudah gelap. Hanya lampu di teras saja yang masih menyala. Nabila lantas mulai memanjat tembok. Ia cukup cekatan hingga dalam sekejap tubuhnya sudah berada di jendela lantai dua. Ini adalah jendela koridor yang menghubungkan dengan kamar Bisma. Nabila membuka jendela itu pelan. Beruntung tidak di kunci dari dalam. Kaki mulai menapaki lantai yang terbuat dari kayu ini. Perlahan tapi pasti, ia segera menuju kamar Bisma.

Terdengar suara gaduh dari dalam kamar. Nabila langsung membuka pintu dan merangsek masuk ke dalam. Seketika itu juga, seorang pria di dalam menyerang Nabila dengan brutal. Mereka terlibat perkelahian yang cukup sengit. Nabila rupanya pandai bela diri.

"Berhenti!" jerit Nabila sambil mengacungkan senapannya ke atas. Pria yang masih mengenakan masker itu diam saat dirinya akan melompat dari jendela kamar. Ia menoleh sedikit, dan dapat dengan jelas ia lihat kalau di tangan Nabila ada sebuah pistol yang mampu membunuhnya seketika. "Berhenti atau aku tembak!" ancam Nabila serius.

Tapi tiba-tiba ada seseorang yang menodongkan senjata di kepalanya. Nabila diam, dan melirik untuk mencari tau siapa orang yang ada di belakang. "Letakan pistolmu!" suruh orang yang berpenampilan sama seperti yang ia todongkan pistol di depannya. DI saat yang bersamaan, orang yang dia fikir adalah Bisma, melompat dari jendela ke bawah. Hal itu membuat perhatian mereka teralih pada jendela yang pecah di sana. Kesempatan ini tidak ia lewatkan begitu saja. Nabila berbalik dan kini mereka berdua saling menodongkan pistol. Namun sebuah suara tembakan di luar membuat Nabila menutup telinga, dan membuat orang di depannya kabur begitu saja. "Ah, sial!" umpat Nabila dan berlari ke arah tangga mengejarnya.

Orang itu berlari ke hutan. Nabila terus mengejarnya. Sampai ia melihat dua orang yang sedang berkelahi. Nabila berhenti sebentar, ternyata Abimanyu dan seorang pria bermasker. Abi menoleh ke Nabila. " Kejar yang satunya!" jerit Abimanyu menunjuk ke arah belakangnya. Nabila mengangguk dan melanjutkan berlari mengajar targetnya yang lain.

"Berhenti!" raung Nabila sambil menodongkan pistol. Tak lama bunyi letusan senjata terdengar dan membuat kebisingan di dalam hutan. Lari orang itu justru makin cepat, hingga Nabila akhirnya menembak kaki kanannya. Dan, tepat sasaran. Ia terperosok jatuh. Mengerang namun tetap berlari. Hingga ia sampai di ujung pulau. Pria itu menoleh ke arah Nabila yang makin lama makin dekat. "Hei mau apa lo?! Berhenti!"

Namun ia justru menjatuhkan diri ke jurang yang menghubungkan langsung dengan laut. Nabila kecewa sekali. Ia bahkan meraung sambil merutuki dirinya sendiri, menatap hamparan air laut yang sudah membawa tubuh tadi hilang.

"Sudah. Jangan disesali. Kita berharap aja kalau dia tewas kena karang di bawah sana," ujar sebuah suara yang sangat familiar di telinganya. Abimanyu masih berdiri di sampingnya, ikut melihat ke bawah tebing. Dengan suara bisik ombak yang memecah batu karang. Yah, semoga dia mati. Walau mereka tidak tau siapa orang tadi. Yang jelas, dia dan Bisma satu komplotan.

______

Nabila baru memasuki rumah. Melangkah dengan gontai, lalu menghempaskan tubuhnya kasar ke sofa ruang tengah. Dua orang temannya masih sibuk dengan tugas mereka dengan laptop yang masih menyala. Mereka menatap Nabila heran. "Dari mana saja lu?" tanya Ayashi.

"Ada urusan." Nabila menanggapi dengan malas-malasan.

"Bil, makan dulu sana. Tadi gue masak nasi goreng, itu masih satu piring buat elu di meja makan," tukas Sintia dengan mata yang tak lepas dari layar lebar di depannya.

"Oke, thanks." Nabila beranjak lalu berjalan ke dapur untuk melihat hasil karya Sintia. Ia membuka tudung saji dan menaikan sebelah bibirnya. "Lumayan juga tampilannya. Semoga rasanya tidak mengecewakan, ya, Sin," gumamnya menoleh ke ruang tengah. Seolah- olah Sintia mampu mendengar perkataannya. Padahal gadis di ruang tengah itu sedang memakai earphone dengan menyetel musik keras-keras.

Nabila memutuskan mandi terlebih dahulu. Mengguyur tubuhnya dengan air dingin pasti akan membuat pikirannya kembali segar. Ia hampir frustasi menghadapi segala masalah pelik yang menimpa desa ini.

Nabila menggulung rambutnya yang basah dengan handuk. Masuk ke kamarnya dengan membawa piring yang berisikan nasi goreng buatan Sintia. Ia sangat ingat, beberapa bulan lalu hampir keracunan karena Sintia salah memasukkan garam yang diganti dengan tawas.

Ia mengunci pintu kamar. Menyalakan laptop dan melakukan sebuah panggilan skipe dengan seseorang.

"Dia lolos."

"Dia pasti tau kalau kalian sudah mengetahui jati dirinya."

"Lalu saya harus bagaimana, ketua?"

"Saya yakin, Feliz sudah tewas dibunuh. Tunggu saja kabarnya. Dan temukan dia sebelum ia bertemu target selanjutnya. Kali ini kau harus berhasil, Rose! Jika tidak kita akan kehilangan jejaknya lagi!"

Panggilan berakhir. Nabila mendengus sebal. Ia segera melahap nasi goreng buatan Sintia. Tak peduli apakah makanan ini beracun atau tidak. Yang jelas, dia serasa ingin mati saja. Nabila menyalakan sebuah fitur yang menampilkan sebuah kamar. Kamar Bisma! Sebelum pergi, dia sudah memasang kamera CCTV di beberapa sudut kamar itu. Memantau keadaan di sana dari laptopnya. Ia sangat yakin, Bisma akan pulang.

Kepala Nabila sudah mendarat mulus di atas meja, Laptop masih menyala dan belum menampilkan apa pun yang ia tunggu sejak tadi. Hingga Nabila tertidur karena rasa penat selama seharian ini. Ah, tidak. Sejak ia bertugas datang ke desa ini. Tidak ada yang tau jati dirinya yang sebenarnya. Bahkan Ayashi dan Sintia sekalipun.

Ponsel Nabila bergetar. Ia segera meraihnya asal, dan menerima panggilan itu tanpa melihat siapa penelponnya.

"Ya?"

"Gue denger elu ditugasin di desa Amethys?" Suara serak di seberang sana, mampu membuat mata Nabila melotot dan membetulkan posisi duduknya. Rasa kantuknya mendadak lenyap.

" Memangnya kenapa?" tanya Nabila, berusaha menormalkan nada bicaranya.

"Elu harus bekerja keras, Bil. Jangan sampai lengah. Atau elu nggak bakal bisa pulang."

"Gue pasti bisa. Liat aja nanti."

"Yah, semoga saja."

Nabila mengakhiri panggilan itu. Bibirnya mengerucut dan mulai melontarkan kalimat umpatan.

" Untung saja gue sayang. Coba kalau enggak, gue lempar ini hape ke tembok. Dasar cowok angkuh!"

Ia menjambak rambutnya, frustasi. Namun seketika matanya kembali membulat sempurna saat melihat pergerakan di layar laptopnya. Walau keadaan gelap, tapi ia mampu melihat seseorang yang masuk ke kamar Bisma. Nabila belum bisa memastikan siapa orang yang sedang mengendap endap di sana. Ia memakai pakaian hitam dengan masker dan topi hitam. Sontak ia segera meraih jaketnya dan pergi keluar.

"Lah mau ke mana, Bil?" tanya Ayashi yang masih terjaga dengan tontonan bola di TV. Jam sudah menunjukkan pukul 00.30 malam. Namun Nabila tetap pergi sambil menyambar kunci mobil. "Sebentar doang. Mau ... beli pembalut. Gue dapet!" kata Nabila berbohong.

"Ya udah gue temenin, ya."

"Eh nggak usah. Kasihan Sintia nanti sendirian. Kalau ada apa-apa bagaimana?"

"Lah tapi elu juga kan ...."

"Gue nggak apa-apa. Percaya deh, Yash. Pergi dulu, ya." Nabila hilang dari balik pintu. Ayashi hanya melongo melepas kepergian Nabila. Dan kembali pada tontonan bola yang sejak tadi ia saksikan.

Nabila mengemudi dengan kecepatan penuh. Ia berusaha secepat mungkin sampai di rumah Bisma. Upaya untuk menangkap pelaku pembunuhan berantai ini harus segera dilakukan. Jangan sampai lepas lagi, karena ia tengah mengemban misi khusus.

Nabila sampai di dekat rumah Bisma. Ia sengaja parkir agak jauh dari rumah itu, agar kehadirannya tidak terendus targetnya. Nabila mulai menyiapkan segala sesuatunya. Ia juga memakai masker untuk menutupi identitasnya. Tak lupa senjata yang ia punya. Sebuah dessert eagle mark XIX buatan Amerika ini memang selalu ia bawa. Setelah mengisi dengan peluru, Nabila lantas berjalan mengendap endap ke rumah Bisma.

Rumah itu sudah gelap. Hanya lampu di teras saja yang masih menyala. Nabila lantas mulai memanjat tembok. Ia cukup cekatan hingga dalam sekejap tubuhnya sudah berada di jendela lantai dua. Ini adalah jendela koridor yang menghubungkan dengan kamar Bisma. Nabila membuka jendela itu pelan. Beruntung tidak di kunci dari dalam. Kaki mulai menapaki lantai yang terbuat dari kayu ini. Perlahan tapi pasti, ia segera menuju kamar Bisma.

Terdengar suara gaduh dari dalam kamar. Nabila langsung membuka pintu dan merangsek masuk ke dalam. Seketika itu juga, seorang pria di dalam menyerang Nabila dengan brutal. Mereka terlibat perkelahian yang cukup sengit. Nabila rupanya pandai bela diri.

"Berhenti!" jerit Nabila sambil mengacungkan senapannya ke atas. Pria yang masih mengenakan masker itu diam saat dirinya akan melompat dari jendela kamar. Ia menoleh sedikit, dan dapat dengan jelas ia lihat kalau di tangan Nabila ada sebuah pistol yang mampu membunuhnya seketika. "Berhenti atau aku tembak!"

Tapi tiba-tiba ada seseorang yang menodongkan senjata di kepalanya. Nabila diam, dan melirik untuk mencari tau siapa orang yang ada di belakang. "Letakan pistolmu!" suruh orang yang berpenampilan sama seperti yang ia todongkan pistol di depannya. DI saat yang bersamaan, orang yang dia fikir adalah Bisma, melompat dari jendela ke bawah. Hal itu membuat perhatian mereka teralih pada jendela yang pecah di sana. Kesempatan ini tidak ia lewatkan begitu saja. Nabila berbalik dan kini mereka berdua saling menodongkan pistol. Namun sebuah suara tembakan di luar membuat Nabila menutup telinga, dan membuat orang di depannya kabur begitu saja. "Ah, sial!" umpat Nabila dan berlari ke arah tangga mengejarnya.

Orang itu berlari ke hutan. Nabila terus mengejarnya. Sampai ia melihat dua orang yang sedang berkelahi. Nabila berhenti sebentar, ternyata Abimanyu dan seorang pria bermasker. Abi menoleh ke Nabila. " Kejar yang satunya!" jerit Abimanyu menunjuk ke arah belakangnya. Nabila mengangguk dan melanjutkan berlari mengajar targetnya yang lain.

"Berhenti!"
unclevello
tariganna
obdiamond
obdiamond dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.