cuacarino123740Avatar border
TS
cuacarino123740
Andai Ditawari Naik Haji, Puryono Marbut Masjid di Jaksel Pilih Bangun Rumah


Penulis: Rizky Syahrial | Editor: Irfan Maullana

JAKARTA, KOMPAS.com - Marbut Masjid Nurul Huda, Puryono (45) mengaku enggan menerima tawaran naik haji andai ada dermawan yang ingin membiayainya.

Kata dia, lebih baik uangnya dipergunakan untuk membangun rumah di kampung halamannya, Tegal, Jawa Tengah, agar istri dan anaknya merasa nyaman.

"Bisa haji ditanggung orang lain, tapi keluarga saya sedih jadi percuma," ujar Yono panggilan akrabnya saat ditemui di Masjid Nurul Huda, Kemang Timur, Jakarta Selatan, Kamis (12/4/2023).

"Lebih baik saya minta uangnya saja untuk bangun rumah, (demi) kenyamanan keluarga saya," tambah dia.

Yono yang digaji Rp 250.000 per minggu dari kotak amal mengeluhkan kondisi keluarganya yang tinggal di gubuk tua warisan orangtuanya. Dia mengaku bahwa keluarganya kerap merasa resah jika ada bagian rumah yang rusak.

"Saya rumah saja enggak punya. Rumah di kampung warisan orangtua saya, rumah sementara saja lah ibaratnya," kata dia.

"Kalau rumah kan ada tempat tidurnya bagus gitu ya, kalau rumah saya enggak bisa dibetulin ya rusak. Namanya gubuk tua, ya begitu lah," kata Yono sambil menahan tangis.

Kata Yono, andai mendapatkan tawaran itu, ia khawatir ibadah hajinya nanti malah tidak mabrur karena di balik itu ada keluarganya yang mengalami kesulitan. Karenanya da merasa tidak tega dengan hal itu.

"Kalau saya itu ibaratnya naik haji belum mampu, walaupun saya dinaikkan haji, tapi saya sedih kondisi keluarga saya, nanti hajinya enggak mabrur," tambah Yono.

"Daripada dinaikkan haji naik pesawat, biayanya mahal, dan sebagainya, saya lebih memilih untuk keluarga saya," pungkas dia.

kompas.com

Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh cuacarino123740 14-04-2023 12:40
riyopw
nomorelies
b42l4t4k
b42l4t4k dan 15 lainnya memberi reputasi
16
2K
92
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.2KThread40.4KAnggota
Tampilkan semua post
cuacarino123740Avatar border
TS
cuacarino123740
#5

Suatu ketika, setelah selesai menjalani ritual ibadah haji, Abdurrahman Abdullah ibn Al Mubarak beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua Malaikat yang turun dari langit, dan mendengar percakapan keduanya.

"Berapa orang yang datang tahun ini untuk berhaji ?" tanya salah satu Malaikat kepada malaikat lainnya.

"Enam ratus ribu jama'ah" jawab Malaikat yang ditanya.

"Berapa banyak dari mereka yang diterima ibadah hajinya ?"

"Tidak satupun"

Percakapan itu membuat sang Abdullah Al Mubarak gemetar.

"Apa ?" ia menangis dalam mimpinya. "Semua orang - orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia ?" Fikirnya.

Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar percakapan kedua malaikat itu.

"Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, akan tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh ibadah haji mereka diterima oleh Allah"

"Kenapa bisa begitu ?"

"Itu kehendak Allah"

"Siapa orang tersebut ?"

"Ali bin Al Muwaffaq, tukang sol sepatu di Kota Dimasyq (Damaskus)"

Mendengar ucapan itu, Abdullah Al Mubarak pun langsung terbangun dari tidurnya. Sepulang haji, ia tak langsung pulang menuju rumah, akan tetapi langsung menuju kota Damaskus, Syiria. Hatinya terus bergetar dan bertanya - tanya.

Sesampai disana, ia langsung mencari sang tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ia tanya, apakah ada tukang sol sepatu yang bernama Ali bin Al Muwaffaq.

"Ada, di tepi kota" jawab salah seorang tukang sol sepatu sambil menunjuk arahnya.

Sampai disana ia mendapati seorang tukang sol sepatu yang berpakaian amat lusuh, "Benarkah anda bernama Ali bin Al Muwaffaq?" tanya ibn al Mubarak.

"Betul tuan, ada yang bisa saya bantu ?"

"Saya hendak tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur, padahal anda tidak berangkat haji".

"Wah saya sendiri tidak tahu tuan"

"Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini"

Maka Ali bin Al Muwaffaq pun bercerita, "Sejak puluhan tahun yang lalu. Setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan, hingga akhirnya pada tahun ini, saya memiliki 350 dirham, cukup untuk saya berhaji, saya sudah siap berhaji"

"Tapi anda batal berangkat haji"

"Benar"

"Apa yang terjadi ?"

"Ketika itu, Istri saya hamil, dan mengidam. Waktu saya hendak berangkat, saat itu dia ngidam berat"

"Suamiku, adakah engkau mencium bau masakan yang nikmat ini ?"

"Iya, sayang"

"Cobalah kau cari, siapakah yang masak sehingga baunya begitu nikmat. Mintalah sedikit untukku" Pintanya.

"Kemudian sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh. Disitu ada seorang janda dan enam anaknya. Saya mengatakan kepadanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit. Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya" Ungkap Ali bin Al Muwaffaq

Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan, "tidak boleh, Tuan"

"Dijual berapapun akan saya beli"

"Makanan itu tidak dijual, Tuan" katanya sambil berlinang air mata.

"Kenapa ?"

Sambil menangis, janda itu menjawab, "Daging ini halal untuk kami dan haram untuk Tuan"

Dalam hati Ali bin Al Muwaffaq bertanya "Bagaimana mungkin ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim ?" Karena itu saya mendesaknya lagi "Kenapa ?"

"Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Di rumah sama sekali tak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk kami masak, dan kami makan" Dengan sesenggukan janda itu menjelaskan.

Mendengar ucapan tersebut, saya menangis, kemudian kembali pulang. Aku ceritakan perihal kejadian itu pada istriku, iapun menangis. Hingga akhirnya, kami memasak makanan dan mendatangi rumah janda tersebut.

"Ini kami bawakan masakan untukmu"

Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka. "Pakailah uang ini untukmu sekeluarga. Gunakanlah untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi"

Mendengar cerita tersebut, Abdullah Al Mubarak pun tak bisa menahan air matanya, ternyata inilah amalan yang dilakukan oleh Sa'id Ibn Muhafah sehingga Allah menerima amalan hajinya meskipun dirinya tidak berkesempatan menunaikan ibadah haji.
4l3x4ndr4
estilo.com
anu.ku.l
anu.ku.l dan 10 lainnya memberi reputasi
9
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.