- Beranda
- Stories from the Heart
You Are My Destiny
...
TS
loveismyname
You Are My Destiny

2008
“SAH!”
Serta merta, kalimat Tahmid bergema ke seluruh ruangan musholla di pagi yang cerah ini. Begitu banyak wajah bahagia sekaligus haru terlihat. Proses akad nikah memang seharusnya menjadi sesuatu yang sakral, yang membawa kebahagiaan bagi setiap orang yang melaluinya.
Aku termasuk orang yang berbahagia itu. Di hadapan seorang laki-laki yang barusan menjabat tanganku, yang selanjutnya, beliau secara resmi akan kupanggil Papa, aku tidak bisa menyembunyikan rasa haruku. Di sampingku, seorang wanita yang telah kupilih untuk mendampingiku seumur hidup, terus menerus menutup mukanya dengan kedua tangan, mengucap syukur tiada terkira.
Hai Cantik, semoga kamu bahagia juga di sana. Tunggu kami ya.
Spoiler for PERHATIAN !!:
Spoiler for DISCLAIMER !!:
Enjoy

Note : Gue akan berusaha agar cerita ini bisa selesai. Update, sebisa dan semampu gue aja, karena cerita ini sebenarnya sudah gue selesaikan dalam bentuk Ms.Word. Tapi maaf, gue gak bisa setiap hari ngaskus. mohon pengertiannya.
Index
prolog
part 1 the meeting
part 2 how come?
part 3 why
part 4 swimming
part 5 second meeting
part 6 aku
part 7 love story
part 8 mbak adelle
part 9 got ya!!
part 10 third meeting
part 11 kejadian malam itu
part 12 4th meeting
part 13 family
part 14 putus
part 15 comeback
part 16 morning surprise
part 17 we are different
Intermezzo - behind the scenes
Intermezzo - behind the scenes 2
part 18 aku di sini untukmu
part 19 a morning with her
part 20 don't mess with me 1
part 21 don't mess with me 2
part 22 my life has changed
part 23 mati gue !!
part 24 old friend
part 25 kenapa sih
Intermezzo - behind the scenes 3
part 26 halo its me again
part 27 balikan?
part 28 happy independent day
part 29 duet
part 30 sorry, i cant
part 31 night call
part 32 preparation
part 33 lets get the party started
part 34 sweetest sin
part 35 late 2001
part 36 ramadhan tiba
part 37 itu hurts
part 38 sebuah nasihat
part 39 happy new year
part 40 ombak besar
part 41 don't leave me
part 42 my hero
part 43 my hero 2
part 44 desperate
part 45 hah??
part 46 goodbye
part 47 ombak lainnya
part 48 no party
part 49 self destruction
part 50 diam
part 51 finally
part 52 our journey begin
part 53 her circle
part 54 my first kiss
part 55 sampai kapan
part 56 lost control
part 57 trauma
part 58 the missing story
part 59 akhirnya ketahuan
part 60 perencanaan ulang
part 61 komitmen
part 62 work hard
part 63 tembok terbesar
part 64 melihat sisi lain
part 65 proud
part 66 working harder
part 67 shocking news
part 68 she's gone
Intermezzo behind the scenes 4
part 69 time is running out
part 70 one more step
part 71 bali the unforgettable 1
part 72 bali the unforgettable 2
intermezzo behind the scenes 5
part 73 a plan
part 74 a plan 2
part 75 ultimatum
part 76 the day 1
part 77 the day 2
part 78 the day 3
part 79 judgement day
part 80 kami bahagia
part 81 kami bahagia 2
part 82 we are family
part 83 another opportunity
part 84 new career level
part 85 a gentlemen agreement
part 86 bidadari surga
part 87 pertanyaan mengejutkan
part 88 new place new hope
part 89 cobaan menjelang pernikahan 1
part 90 cobaan menjelang pernikahan 2
part 91 hancur
part 92 jiwa yang liar
part 93 tersesat
part 94 mungkinkah
part 95 faith
part 96 our happiness
part 97 only you
part 98 cepat sembuh sayang
part 99 our journey ends
part 100 life must go on
part 101 a new chapter
part 102 Bandung
part 103 we meet again
part 104 what's wrong
part 105 nginep
part 106 Adelle's POV 1
part 107 a beautiful morning
part 108 - terlalu khawatir
part 109 semangat !!
part 110 kejutan yang menyenangkan
part 111 aku harus bagaimana
part 112 reaksinya
part 113 menjauh?
part 114 lamaran
part 115 good night
part 116 satu per satu
part 117 si mata elang
part 118 re united
part 119 hari yang baru
part 120 teguran keras
part 121 open up my heart
part 122 pelabuhan hati
part 123 aku akan menjaganya
part 124 masih di rahasiakan
part 125 surprise
part 126 titah ibu
part 127 kembali
part 128 congratulation 1
part 129 congratulation 2
part 130 you are my destiny
epilog 1
epilog 2
epilog 3
epilog 4
epilog 5
side stry 1 mami and clarissa
side story 2 queen
side story 3 us (adelle's pov 2)
tamat
Diubah oleh loveismyname 03-06-2023 11:22
yputra121097703 dan 72 lainnya memberi reputasi
71
101.6K
953
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
loveismyname
#35
Part 22 - My Life Has Changed
Aku terbangun di pagi hari, dengan badan pegal dan dalam keadaan bingung.
“Lah gue dimana?”
Sebuah ruangan asing, gelap, bahkan baunya berbeda dengan kamarku. Aku menggerakkan badan untuk bangun, ketika sadar ada sebuah kaki, berada di atas kaki ku.
“Anjrit, kaki siapa nih?”
Ruangan ini gelap sekali, aku sulit mengenali dan melihat sekitar.
Aku terdiam sebentar, mencoba mengingat.
“Ahh, rumah Mbak Adelle.”
Aku beranjak ke kamar mandi, hendak sholat subuh, setelah bersusah payah, menyingkirkan kaki berbulu lebat dan berat yang ternyata milik Pacul.
Kami laki-laki tidur seperti jejeran ikan asin yang sedang di jemur, di ruang tengah. Sedangkan Afei, Koboi, Magda, Dinda, tidur di kamar Mbak Adelle.
Acara semalam berlangsung meriah. Seru. Banyak yang hadir, sekitar 15 orang. Kami membuat ayam bakar, bercengkerama, sambil bernyanyi-nyanyi sampai sekitar jam 2 dini hari, dan beberapa dari kami memilih untuk pulang.
Apakah aku ikut bernyanyi? Jangan harap ! Sekalipun A Krisna menjanjikan hadiah seplastik gorengan jika aku mau bernyanyi. Ih, memangnya, aku cowok apaan?
Aku meraba-raba untuk sampai ke kamar mandi, sambil mencoba mencari jam dinding untuk mengetahui, jam berapa saat ini. Lampu dapur menyala, aku coba ke arah dapur, siapa tahu ada jam.
Jam 4.50 pagi. Itu yang terlihat pada jam dinding di dapur. Berarti sudah masuk waktu Subuh. Aku menuju kamar mandi. Setelah menyelesaikan urusanku, aku bingung. Mau sholat di mana nih? Aku juga tidak menemukan sajadah.
Aha, ada karpet di ruang tamu. Aku memilih untuk sholat di sana saja.
Selesai sholat dan sedikit berdzikir Subuh, aku melangkah ke luar rumah. Begitu sampai di teras, aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
“Anjrit berantakan amat. Nih bocah pada gila kali ya. Rumah orang sampe ancur gini.”
Aku mulai bekerja membersihkan area teras, taman dan garasi rumah. Caper atau kerajinan? Tidak dua-duanya. Aku bukan anak rajin sebenarnya, cuma tidak terbiasa kotor. Aku akan risih sendiri, jika berada di tempat kotor. Di tambah, aku yang izin ke Tante Birdie untuk acara ini, aku merasa tidak enak dengan beliau.
Untungnya, semua peralatan untuk bersih-bersih, ada di taman, dan air bisa mengalir dari keran, jadi aku tidak kesulitan untuk membersihkan tempat ini.
Matahari mulai menyinari bumi, ketika aku selesai. Badanku berkeringat.
“Lumayan. Olah raga pagi.” Gumamku.
Aku beristirahat di pinggir kolam ikan sambil memberi makan ikan-ikan tersebut, dengan pakan yang tersedia di samping kolam.
“Enak juga ya, punya kolam ikan begini.”
Tiba-tiba, sebuah tangan melingkar di lengan kananku, dan sebuah kepala di sandarkan di bahuku.
“ASTAGHFIRULLAH!!” Aku terkejut, karena merasakan geli di tanganku.
“Apaan sih lu Mbak! Gue pikir binatang apaan. Geli tangan gue kena rambut lu.” Aku ngedumel kepada sesuatu, yang ternyata Mbak Adelle, itu.
“Hmmmm.” Mbak Adelle hanya menggumam, dengan mata terpejam.
“udah sholat subuh belum lu?” Aku bertanya.
“Hmmm.. imamin.” jawab Mbak Adele yang masih beler.
“hahahahahah. Muka lu Mbak. Beler gitu. Masih ileran pula.” Aku tertawa terbahak-bahak melihat muka Mbak Adelle.
Mbak Adelle memakai kaus gombrong warna putih bergambar Mickey Mouse yang lagi-lagi, sudah belel. Bercelana pendek se paha. Ini kalau sekarang, Namanya celana gemes ya? Rambutnya masih ‘rambut singa’.
Aku geli sekali. “Woy cowok-cowok kampus ‘ituh’!! Nih primadona kampus kalian kek gini tampangnya. Masih pada naksir lu?” aku tertawa dalam hati.
“Gih sholat sono. Udah siang nih. Gue udah sholat dari tadi. Udah ah jangan nyender mulu, badan gue keringetan abis beres-beres.” Aku menggoyangkan lenganku yang dipeluknya.
Mbak Adelle langsung gelagapan kaget.
“Ya ampun Gol. Lu ga usah beres-beres. Nanti bareng aja, ah lu mah! Gue jadi ga enak kan?” Mbak Adelle merajuk. “lu bangun dari jam berapa?” lanjut Mbak Adelle.
“Jam 5 kurang lah. Udah sana sholat dulu. Gue masih mau ngadem, keringetan.” Aku memerintahnya.
Mbak Adelle pun berlalu. Aku masih duduk di teras menikmati pagi. Aku suka sekali pagi hari. Mungkin terbiasa berangkat sekolah di pagi buta, aku jadi ketagihan untuk menikmati suasana pagi.
“Mau sarapan apa Gol?” Mbak Adelle sudah duduk di sampingku. Wajahnya sudah lebih enak di lihat. Rambutnya sudah di sisir rapi, dan sebagian wajahnya, masih terlihat basah.
“Ga tau.” Jawabku singkat, namun aku sadar, aku harus segera makan. Saat ini sudah jam 6 kurang 5 menit.
“gue sih mau masak nasi goreng aja ah. Tuh anak-anak, udah di bikinin nasi, malah ayamnya di gadoin. Sayang masih agak banyak. Gue goreng semua aja ya.” Ujar Mbak Adelle.
“Mmm, boleh tau ga, lu masak pake bumbu apa?” Aku bertanya hati-hati.
Maksudku, kalau nasi goreng rumahan, yang hanya berbumbu dasar, perutku masih bisa menerima. Tapi kalau bumbu instan, atau yang terlalu pedas, aku lebih baik jajan di luar saja.
“ya Cuma bawang merah, putih sama cabe paling. Sama kecap. Enak deh buatan gue, walaupun gitu doang.” Mbak Adelle promosi. “Gue buatnya pake cinta.” Tiba-tiba Mbak Adelle berbisik sambil tersenyum.
“Iya deh. Gue mau. Tapi jangan pedes-pedes ya. Eh itu mayat-mayat gue buang kemana ya enaknya?” aku menunjuk ke deretan anak cowok yang sedang tertidur pulas.
“HUAHAHAHAHAHA. Lu kubur di ponteng aja gol!” Mbak Adelle tertawa lepas.
Mbak Adelle sudah di dapur, bersama koboi dan Dinda. Magda dan Afei masih tidur. Ah si Sanchai, aku ingin melihat wajah ketika dia tidur.
AKu mindik-mindik ke atas, ke kamar Mbak Adelle. Cuma karena penasaran dengan wajah Afei, aku sampai nekat ke atas. Biarin deh, di bilang cabul, karena mengintip.
Ketika sampai lantai atas,
“Lah, kok dia malah tidur di sofa? Gimana sih Mbak Adelle!”
Aku melihat Afei tertidur meringkuk di sofa, di samping kamar Mbak Adelle. Aku segera menghampirinya dan bersimpuh di sampingnya. Getaran hebat, kembali memenuhi jantungku. Perasaan itu, sebuah euphoria yang meledak-ledak. Cantik sekali dia ketika tidur.
Aku membelai rambutnya pelan. Dia membuka mata perlahan. Mata sipitnya memandangku teduh, lalu tersenyum, manis sekali.
“Pagi.” Aku menyapanya. “Kok tidur di sini?”
“di tendang Magda.” Ucapnya sambil cemberut.
“Pfffttt.. hihihihihhiih.”Aku tidak bisa menahan tawa. Afei juga tertawa kecil.
“bangun yuk, Mbak Adelle lagi masak di dapur.” Aku mengajaknya. Afei langsung terbangun dan duduk di sofa.
Kami kembali bertatapan dalam, lalu saling tersenyum. Kali ini, walau api dalam hatiku sangat berkobar, aku bisa menahannya untuk tidak berbuat macam-macam.
Afei kemudian memegang jemariku erat, sambil tersenyum lembut. Aku menyambut genggamannya, sambil menariknya untuk berdiri. Kami bergandengan sampai di depan anak tangga. Aku bahagia sekali bergandengan dengannya.
“Magda ga di bangunin?” Afei berkata pelan.
“Ssstt, itu tugasnya pacul ntar.” Aku berkata sambil tersenyum jahil.
“hahahahahah, jahat ih.” Afei tertawa geli.
Kami menuruni tangga, tentunya tidak lagi bergandengan. Aku langsung mengarah ke kumpulan anak cowok.
“A, bangun A, udah sore.” Aku membangunkan A Krisna dan iseng berbohong soal waktunya.
“Anjing, jam berapa nih !! gue telat ke kantor dong!” A Krisna panik dan heboh sendiri. “Ah tapi biarin deh, cuti gue masih banyak.” lanjutnya.
Lah nih orang malah tiduran lagi.
Tak lama, karena teriakan A Krisna, anak-anak cowok pun bangun. Mereka tidak langsung ke kamar mandi, melainkan leyeh-leyeh di sofa ruang tengah.
“Cul, bangunin Magda tuh. Di bangunin susah banget. Anak-anak cewek udah pada masak di dapur, dia doang masih tidur.” Aku mengompori Pacul yang langsung di sambut dengan semangat.
“Wah ga bisa di biarin nih.” Pacul langsung berlari ke atas.
Tak lama…
“WOYY LAEEE, BANGUN BAHH!! SUDAH SIANG INI !! MALAS KALI KAU!!” Suara Pacul menggelegar.
Namun kemudian, terdengar suara berisik yang diikuti teriakan Magda.
“BODATTTT!! BERISIK KALI KAU PAGI-PAGI!”
“AMPOONNN MAGDA !!”
“Huahahahahahaha!!” kami semua tertawa.
Ya, hidupku berubah sejak kembali bersama mereka. Hidupku, jadi sedikit berwarna.
“Lah gue dimana?”
Sebuah ruangan asing, gelap, bahkan baunya berbeda dengan kamarku. Aku menggerakkan badan untuk bangun, ketika sadar ada sebuah kaki, berada di atas kaki ku.
“Anjrit, kaki siapa nih?”
Ruangan ini gelap sekali, aku sulit mengenali dan melihat sekitar.
Aku terdiam sebentar, mencoba mengingat.
“Ahh, rumah Mbak Adelle.”
Spoiler for nginep:
Aku beranjak ke kamar mandi, hendak sholat subuh, setelah bersusah payah, menyingkirkan kaki berbulu lebat dan berat yang ternyata milik Pacul.
Kami laki-laki tidur seperti jejeran ikan asin yang sedang di jemur, di ruang tengah. Sedangkan Afei, Koboi, Magda, Dinda, tidur di kamar Mbak Adelle.
Acara semalam berlangsung meriah. Seru. Banyak yang hadir, sekitar 15 orang. Kami membuat ayam bakar, bercengkerama, sambil bernyanyi-nyanyi sampai sekitar jam 2 dini hari, dan beberapa dari kami memilih untuk pulang.
Apakah aku ikut bernyanyi? Jangan harap ! Sekalipun A Krisna menjanjikan hadiah seplastik gorengan jika aku mau bernyanyi. Ih, memangnya, aku cowok apaan?
Aku meraba-raba untuk sampai ke kamar mandi, sambil mencoba mencari jam dinding untuk mengetahui, jam berapa saat ini. Lampu dapur menyala, aku coba ke arah dapur, siapa tahu ada jam.
Jam 4.50 pagi. Itu yang terlihat pada jam dinding di dapur. Berarti sudah masuk waktu Subuh. Aku menuju kamar mandi. Setelah menyelesaikan urusanku, aku bingung. Mau sholat di mana nih? Aku juga tidak menemukan sajadah.
Aha, ada karpet di ruang tamu. Aku memilih untuk sholat di sana saja.
Selesai sholat dan sedikit berdzikir Subuh, aku melangkah ke luar rumah. Begitu sampai di teras, aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
“Anjrit berantakan amat. Nih bocah pada gila kali ya. Rumah orang sampe ancur gini.”
Aku mulai bekerja membersihkan area teras, taman dan garasi rumah. Caper atau kerajinan? Tidak dua-duanya. Aku bukan anak rajin sebenarnya, cuma tidak terbiasa kotor. Aku akan risih sendiri, jika berada di tempat kotor. Di tambah, aku yang izin ke Tante Birdie untuk acara ini, aku merasa tidak enak dengan beliau.
Untungnya, semua peralatan untuk bersih-bersih, ada di taman, dan air bisa mengalir dari keran, jadi aku tidak kesulitan untuk membersihkan tempat ini.
Matahari mulai menyinari bumi, ketika aku selesai. Badanku berkeringat.
“Lumayan. Olah raga pagi.” Gumamku.
Aku beristirahat di pinggir kolam ikan sambil memberi makan ikan-ikan tersebut, dengan pakan yang tersedia di samping kolam.
“Enak juga ya, punya kolam ikan begini.”
Tiba-tiba, sebuah tangan melingkar di lengan kananku, dan sebuah kepala di sandarkan di bahuku.
“ASTAGHFIRULLAH!!” Aku terkejut, karena merasakan geli di tanganku.
“Apaan sih lu Mbak! Gue pikir binatang apaan. Geli tangan gue kena rambut lu.” Aku ngedumel kepada sesuatu, yang ternyata Mbak Adelle, itu.
“Hmmmm.” Mbak Adelle hanya menggumam, dengan mata terpejam.
“udah sholat subuh belum lu?” Aku bertanya.
“Hmmm.. imamin.” jawab Mbak Adele yang masih beler.
“hahahahahah. Muka lu Mbak. Beler gitu. Masih ileran pula.” Aku tertawa terbahak-bahak melihat muka Mbak Adelle.
Mbak Adelle memakai kaus gombrong warna putih bergambar Mickey Mouse yang lagi-lagi, sudah belel. Bercelana pendek se paha. Ini kalau sekarang, Namanya celana gemes ya? Rambutnya masih ‘rambut singa’.
Aku geli sekali. “Woy cowok-cowok kampus ‘ituh’!! Nih primadona kampus kalian kek gini tampangnya. Masih pada naksir lu?” aku tertawa dalam hati.
“Gih sholat sono. Udah siang nih. Gue udah sholat dari tadi. Udah ah jangan nyender mulu, badan gue keringetan abis beres-beres.” Aku menggoyangkan lenganku yang dipeluknya.
Mbak Adelle langsung gelagapan kaget.
“Ya ampun Gol. Lu ga usah beres-beres. Nanti bareng aja, ah lu mah! Gue jadi ga enak kan?” Mbak Adelle merajuk. “lu bangun dari jam berapa?” lanjut Mbak Adelle.
“Jam 5 kurang lah. Udah sana sholat dulu. Gue masih mau ngadem, keringetan.” Aku memerintahnya.
Mbak Adelle pun berlalu. Aku masih duduk di teras menikmati pagi. Aku suka sekali pagi hari. Mungkin terbiasa berangkat sekolah di pagi buta, aku jadi ketagihan untuk menikmati suasana pagi.
“Mau sarapan apa Gol?” Mbak Adelle sudah duduk di sampingku. Wajahnya sudah lebih enak di lihat. Rambutnya sudah di sisir rapi, dan sebagian wajahnya, masih terlihat basah.
“Ga tau.” Jawabku singkat, namun aku sadar, aku harus segera makan. Saat ini sudah jam 6 kurang 5 menit.
“gue sih mau masak nasi goreng aja ah. Tuh anak-anak, udah di bikinin nasi, malah ayamnya di gadoin. Sayang masih agak banyak. Gue goreng semua aja ya.” Ujar Mbak Adelle.
“Mmm, boleh tau ga, lu masak pake bumbu apa?” Aku bertanya hati-hati.
Maksudku, kalau nasi goreng rumahan, yang hanya berbumbu dasar, perutku masih bisa menerima. Tapi kalau bumbu instan, atau yang terlalu pedas, aku lebih baik jajan di luar saja.
“ya Cuma bawang merah, putih sama cabe paling. Sama kecap. Enak deh buatan gue, walaupun gitu doang.” Mbak Adelle promosi. “Gue buatnya pake cinta.” Tiba-tiba Mbak Adelle berbisik sambil tersenyum.
“Iya deh. Gue mau. Tapi jangan pedes-pedes ya. Eh itu mayat-mayat gue buang kemana ya enaknya?” aku menunjuk ke deretan anak cowok yang sedang tertidur pulas.
“HUAHAHAHAHAHA. Lu kubur di ponteng aja gol!” Mbak Adelle tertawa lepas.
Mbak Adelle sudah di dapur, bersama koboi dan Dinda. Magda dan Afei masih tidur. Ah si Sanchai, aku ingin melihat wajah ketika dia tidur.
AKu mindik-mindik ke atas, ke kamar Mbak Adelle. Cuma karena penasaran dengan wajah Afei, aku sampai nekat ke atas. Biarin deh, di bilang cabul, karena mengintip.
Ketika sampai lantai atas,
“Lah, kok dia malah tidur di sofa? Gimana sih Mbak Adelle!”
Aku melihat Afei tertidur meringkuk di sofa, di samping kamar Mbak Adelle. Aku segera menghampirinya dan bersimpuh di sampingnya. Getaran hebat, kembali memenuhi jantungku. Perasaan itu, sebuah euphoria yang meledak-ledak. Cantik sekali dia ketika tidur.
Spoiler for love:
Aku membelai rambutnya pelan. Dia membuka mata perlahan. Mata sipitnya memandangku teduh, lalu tersenyum, manis sekali.
“Pagi.” Aku menyapanya. “Kok tidur di sini?”
“di tendang Magda.” Ucapnya sambil cemberut.
“Pfffttt.. hihihihihhiih.”Aku tidak bisa menahan tawa. Afei juga tertawa kecil.
“bangun yuk, Mbak Adelle lagi masak di dapur.” Aku mengajaknya. Afei langsung terbangun dan duduk di sofa.
Kami kembali bertatapan dalam, lalu saling tersenyum. Kali ini, walau api dalam hatiku sangat berkobar, aku bisa menahannya untuk tidak berbuat macam-macam.
Afei kemudian memegang jemariku erat, sambil tersenyum lembut. Aku menyambut genggamannya, sambil menariknya untuk berdiri. Kami bergandengan sampai di depan anak tangga. Aku bahagia sekali bergandengan dengannya.
“Magda ga di bangunin?” Afei berkata pelan.
“Ssstt, itu tugasnya pacul ntar.” Aku berkata sambil tersenyum jahil.
“hahahahahah, jahat ih.” Afei tertawa geli.
Kami menuruni tangga, tentunya tidak lagi bergandengan. Aku langsung mengarah ke kumpulan anak cowok.
“A, bangun A, udah sore.” Aku membangunkan A Krisna dan iseng berbohong soal waktunya.
“Anjing, jam berapa nih !! gue telat ke kantor dong!” A Krisna panik dan heboh sendiri. “Ah tapi biarin deh, cuti gue masih banyak.” lanjutnya.
Lah nih orang malah tiduran lagi.
Tak lama, karena teriakan A Krisna, anak-anak cowok pun bangun. Mereka tidak langsung ke kamar mandi, melainkan leyeh-leyeh di sofa ruang tengah.
“Cul, bangunin Magda tuh. Di bangunin susah banget. Anak-anak cewek udah pada masak di dapur, dia doang masih tidur.” Aku mengompori Pacul yang langsung di sambut dengan semangat.
“Wah ga bisa di biarin nih.” Pacul langsung berlari ke atas.
Tak lama…
“WOYY LAEEE, BANGUN BAHH!! SUDAH SIANG INI !! MALAS KALI KAU!!” Suara Pacul menggelegar.
Namun kemudian, terdengar suara berisik yang diikuti teriakan Magda.
“BODATTTT!! BERISIK KALI KAU PAGI-PAGI!”
“AMPOONNN MAGDA !!”
“Huahahahahahaha!!” kami semua tertawa.
Ya, hidupku berubah sejak kembali bersama mereka. Hidupku, jadi sedikit berwarna.
Diubah oleh loveismyname 05-04-2023 09:06
yuaufchauza dan 15 lainnya memberi reputasi
16
Tutup