- Beranda
- Stories from the Heart
You Are My Destiny
...
TS
loveismyname
You Are My Destiny

2008
“SAH!”
Serta merta, kalimat Tahmid bergema ke seluruh ruangan musholla di pagi yang cerah ini. Begitu banyak wajah bahagia sekaligus haru terlihat. Proses akad nikah memang seharusnya menjadi sesuatu yang sakral, yang membawa kebahagiaan bagi setiap orang yang melaluinya.
Aku termasuk orang yang berbahagia itu. Di hadapan seorang laki-laki yang barusan menjabat tanganku, yang selanjutnya, beliau secara resmi akan kupanggil Papa, aku tidak bisa menyembunyikan rasa haruku. Di sampingku, seorang wanita yang telah kupilih untuk mendampingiku seumur hidup, terus menerus menutup mukanya dengan kedua tangan, mengucap syukur tiada terkira.
Hai Cantik, semoga kamu bahagia juga di sana. Tunggu kami ya.
Spoiler for PERHATIAN !!:
Spoiler for DISCLAIMER !!:
Enjoy

Note : Gue akan berusaha agar cerita ini bisa selesai. Update, sebisa dan semampu gue aja, karena cerita ini sebenarnya sudah gue selesaikan dalam bentuk Ms.Word. Tapi maaf, gue gak bisa setiap hari ngaskus. mohon pengertiannya.
Index
prolog
part 1 the meeting
part 2 how come?
part 3 why
part 4 swimming
part 5 second meeting
part 6 aku
part 7 love story
part 8 mbak adelle
part 9 got ya!!
part 10 third meeting
part 11 kejadian malam itu
part 12 4th meeting
part 13 family
part 14 putus
part 15 comeback
part 16 morning surprise
part 17 we are different
Intermezzo - behind the scenes
Intermezzo - behind the scenes 2
part 18 aku di sini untukmu
part 19 a morning with her
part 20 don't mess with me 1
part 21 don't mess with me 2
part 22 my life has changed
part 23 mati gue !!
part 24 old friend
part 25 kenapa sih
Intermezzo - behind the scenes 3
part 26 halo its me again
part 27 balikan?
part 28 happy independent day
part 29 duet
part 30 sorry, i cant
part 31 night call
part 32 preparation
part 33 lets get the party started
part 34 sweetest sin
part 35 late 2001
part 36 ramadhan tiba
part 37 itu hurts
part 38 sebuah nasihat
part 39 happy new year
part 40 ombak besar
part 41 don't leave me
part 42 my hero
part 43 my hero 2
part 44 desperate
part 45 hah??
part 46 goodbye
part 47 ombak lainnya
part 48 no party
part 49 self destruction
part 50 diam
part 51 finally
part 52 our journey begin
part 53 her circle
part 54 my first kiss
part 55 sampai kapan
part 56 lost control
part 57 trauma
part 58 the missing story
part 59 akhirnya ketahuan
part 60 perencanaan ulang
part 61 komitmen
part 62 work hard
part 63 tembok terbesar
part 64 melihat sisi lain
part 65 proud
part 66 working harder
part 67 shocking news
part 68 she's gone
Intermezzo behind the scenes 4
part 69 time is running out
part 70 one more step
part 71 bali the unforgettable 1
part 72 bali the unforgettable 2
intermezzo behind the scenes 5
part 73 a plan
part 74 a plan 2
part 75 ultimatum
part 76 the day 1
part 77 the day 2
part 78 the day 3
part 79 judgement day
part 80 kami bahagia
part 81 kami bahagia 2
part 82 we are family
part 83 another opportunity
part 84 new career level
part 85 a gentlemen agreement
part 86 bidadari surga
part 87 pertanyaan mengejutkan
part 88 new place new hope
part 89 cobaan menjelang pernikahan 1
part 90 cobaan menjelang pernikahan 2
part 91 hancur
part 92 jiwa yang liar
part 93 tersesat
part 94 mungkinkah
part 95 faith
part 96 our happiness
part 97 only you
part 98 cepat sembuh sayang
part 99 our journey ends
part 100 life must go on
part 101 a new chapter
part 102 Bandung
part 103 we meet again
part 104 what's wrong
part 105 nginep
part 106 Adelle's POV 1
part 107 a beautiful morning
part 108 - terlalu khawatir
part 109 semangat !!
part 110 kejutan yang menyenangkan
part 111 aku harus bagaimana
part 112 reaksinya
part 113 menjauh?
part 114 lamaran
part 115 good night
part 116 satu per satu
part 117 si mata elang
part 118 re united
part 119 hari yang baru
part 120 teguran keras
part 121 open up my heart
part 122 pelabuhan hati
part 123 aku akan menjaganya
part 124 masih di rahasiakan
part 125 surprise
part 126 titah ibu
part 127 kembali
part 128 congratulation 1
part 129 congratulation 2
part 130 you are my destiny
epilog 1
epilog 2
epilog 3
epilog 4
epilog 5
side stry 1 mami and clarissa
side story 2 queen
side story 3 us (adelle's pov 2)
tamat
Diubah oleh loveismyname 03-06-2023 11:22
yputra121097703 dan 72 lainnya memberi reputasi
71
101.6K
953
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
loveismyname
#32
Part 21 - Don't Mess with Me 2
“Gol, kalo gue bilang, gue suka sama lu, lu percaya gak?” Mbak Adelle berkata sambil menatapku dalam.
Aku hanya terdiam. Sebuah rasa tiba-tiba berkobar di dalam dada. Rasa yang sudah lama ku pendam, dan aku tidak ingin rasa itu muncul lagi.
Bukan, bukan rasa cinta, tapi….
DENDAM !
Jantungku berdebar kencang sekali.
“Gue serius Gol. Gue.. suka sama lu.” Tangannya meraih jemariku dan hendak di genggam erat.
Aku membiarkannya, rasa dendam itu semakin membesar, dan menimbulkan benci di dalam hati.
“Mbak, gue mau ngasih tau lu sesuatu. Tolong dengerin.” Aku memandang Mbak Adelle serius. Sebisa mungkin aku menahan diri agar tidak lepas kontrol.
“Tenang Gooll.. Dia bukan wanita itu. Dia Mbak Adelle, teman masa kecilmu yang baik hati.” hati kecilku terus berusaha memperingatkan.
Aku menarik nafas, mencoba tenang walau sulit sekali. keringatku mengucur deras, membasahi keningku.
“Untuk cewek secantik lu, mungkin sudah melalui beberapa tahap percintaan. Lu mungkin bisa dengan mudah membuat pria bertekuk lutut dengan kecantikan lu. lu bisa milih, siapa yang bakal lu terima, dan siapa yang akan lu buang !!! Tapi mungkin, sekarang lu mulai lelah dengan semua itu. Lu mulai menutup diri, mulai bosan dengan semua hal tentang cowok yang terkesan selalu mendekati lu atas dasar ingin memiliki. Lu segera membuat barrier tinggi dengan memberi kesan jutek, atau pendiem. Di tahap ini juga, lu akan mudah di buat terkesima, dengan cowok yang kayaknya tidak terlalu menginginkan elu. Ketika didekati, dia seolah cuek. Sampai akhirnya lu akan berterus terang kalau lu ingin memilikinya, karena sang cowok yang tidak terpancing dengan tingkah laku lu.”
Aku menghentikan sejenak kata-kataku. Mengatur nafasku yang mulai tersengal, karena menahan emosi. Dendam ini begitu merapuhkanku.
“Mbak, yang terjadi sama gue adalah kebalikan dari apa yang lu alami. Cowok sejelek gue, sepemalu gue, sependiem gue, se kere gue, terlalu sering di buat mainan oleh cewek seperti lu. Gue pernah dibuat taruhan oleh genk yang berisi wanita cantik terkenal di sekolah, untuk kemudian, di campakkan gitu aja. Gue pernah dipermainkan. Diajak jadian, terus, difitnah ngerebut cewek orang. Gue digebukin abis-abisan. padahal gue gak tau apa-apa. Gak tau apa yang ada di otak mereka. Mereka kayak bangga untuk melakukan itu. Padahal, apa untungnya sih? Gue sudah berusaha menghilang dari pergaulan sekolah. Ada atau nggaknya gue, ga akan jadi pengaruh buat mereka.”
Aku kembali mengatur nafas, emosiku makin menguat, karena memoriku dipaksa untuk mengingat hal pahit itu.
Mbak Adelle tiba-tiba mengencangkan genggamannya di jariku. Badannya bergetar, dan kepalanya menunduk.
“Sejak saat itu, gue bertekad upgrade diri gue, sehingga gue pantas untuk dimiliki. Gue ngeband, latihan vocal dengan vocalist band gue, sehingga gue punya kemampuan olah vocal yang lumayan. Gue berlatih beladiri lebih giat, dan rajin olahraga, agar shape tubuh gue ga jelek-jelek amat. Untuk otak, gue lumayan punya kemampuan, dan gue ga perlu repot untuk membuat diri gue sok cool dan sok alim. Gue dasarnya udah minderan dan pemalu. Setelah itu, gue mulai berani memilih, wanita mana yang akan gue miliki.”
Di sini, emosiku semakin tidak terkontrol.
“Mbak, lu denger! gue bukannya sok nolak lu, sok jual mahal di hadapan cewek cantik kayak lu Mbak. Bukan! Gue anggap, apa yang lu rasain sekarang ke gue, cuma sekedar euphoria belaka karena, lu udah terlalu sering, terlalu mudah, terlalu effortless, untuk membuat cowok bertekuk lutut sama lu. Lu cuma heran aja, ada cowok kayak gue yang seolah ga tertarik sama lu dan lu tertantang untuk menaklukannya!! Jadi stop berbicara seolah-olah lu tertarik sama gue Mbak. Gue ga akan geer!!”
aku berbicara panjang lebar, menumpahkan semua perasaan mengganjal yang ada di hatiku.
“lagian lu ngapain tiba-tiba nembak gitu, hah!! Kita ini temen dari kecil Mbak !! lu lebih tua dari gue !! dan kita baru aja ketemu lagi. Bullshit kalo lu bilang lu suka sama gue! Apa dasarnya Mbak? Karena lu ngerasa gue bisa dimainin ??” Aku kembali menyerangnya dengan kata-kataku.
Aku hampir kelepasan !! Ingin sekali aku menamparnya. Aku teringat wanita setan yang mempermainkanku dulu. Dadaku serasa panas. Otakku di penuhi dendam yang membara.
Cih !! dia pasti hanya mau mempermainkanku.
“STOP GOL !!” Mbak Adelle tiba-tiba berteriak. “Huhuhuhu…hiks..huhuhuhu.” dia menangis tersedu-sedu. Jemarinya masih menggenggam erat tanganku, dan tangan satunya, dia gunakan untuk menutup mukanya.
“I’m sorry Gol. So Sorry, huhuhuhuhu.” Mbak Adelle berkata sambil terus menangis. Air mata sudah membanjiri wajahnya.
Mbak Adelle, mengambil tissue di atas meja dan terisak perlahan,
“Hiks.. gue ga bermaksud begitu Gol. Gue beneran suka sama lu Gol.” Mbak Adelle berkata pelan dan sedikit memohon.
“Bullshit !” Aku berkata sambil memalingkan wajah. Menatap ke arah taman.
“Lu sekarang yang denger gue ya !” Mbak Adelle menatapku tegas, dan mendesis.
“Semua yang lu bilang bener Gol. Gue emang bosan dengan semua tingkah laku cowok, yang ujungnya pengen ngedapetin gue. Justru, gue ngerasa kayak piala bergilir buat mereka. Ada kebanggaan buat mereka ketika ngedapetin gue. Tapi, ketika gue pengen serius, mereka malah menjauh. Malah, ada yang tega selingkuh. Kayak, ‘nih gue udah dapetin adelle’ terus? Ya udah!!”
Mbak Adelle menarik nafas. Wajahnya masih banjir air mata.
“Gol, gue juga pengen dicintai sepenuh hati, bukan untuk sebuah kebanggaan laki-laki doang. Gue juga pengen serius. Gue bahkan sempet mau ngerusak muka gue LU TAU NGGAK !!! HUAAA…..” Tangis Mbak Adelle meledak.
Di titik ini, aku tidak bisa menahan simpatiku padanya. Rasa benciku tiba-tiba menguap hilang entah kemana. Instant !! Aku bergerak mendekat dan merangkulnya, dan membiarkan dia menangis di bahuku. Aku membelai rambutnya perlahan.
“kalo aja Bang Dika ga bangun malam itu, gue mungkin udah berakhir di meja operasi, karena nekat mau nyiram air keras ke muka gue sendiri. Gue putus asa Gol. Cowok yang sangat gue sayang, selingkuh, dengan alasan yang gak jelas. Padahal waktu baru jadian, dia bangga banget. Gue kayak trofi yang dia arak bergilir. Dipamerkan ke sana ke sini. Saat itu gue benci sama wajah gue sendiri Gol. Huhuhuhuhu….” Mbak Adelle menangis di bahuku.
What?? Aku sontak merasa jijik dengan sikap ku tadi. Api dendam yang tadi membara, berganti dengan rasa kasihan. Mbak Adelle masih terisak, namun sudah mulai tenang. Dia masih bersandar di bahuku, tangannya masih menggenggam jemariku erat.
“Gol lu tau? Gue gak tiba-tiba suka sama lu. Bukan dari pertemuan kemaren juga. Setahun yang lalu, waktu ada promosi UKM di kampus, gue kaget setengah mati, karena ngeliat lu. Gue yang udah lama ga ketemu lu, ga tau kenapa, ngerasa lu udah jauh berbeda dari yang gue kenal waktu kecil. Gue sempet mendekat ke stand taekwondo. Di situ ada lu yang lagi jelasin benefit dari taekwondo. Gue kagum banget Gol. Lu baru kelas 2 SMA, tapi cara lu berbicara, keliatan dewasa banget. Suara lu terdengar rapih, runtut, dan berwibawa.”
“Sejak saat itu, I try to reach you. Gue mulai suka sama lu Gol, dan makin lama makin nyiksa tau gak ? udah lama gue gak ngerasain perasaan sedalam ini sama cowok !! gue terobsesi sama lu !!” Mbak Adelle berseru sambil menatapku sayu.
“Gue nongkrong di aula tiap lu latihan, sampe buntutin lu supaya bisa seangkot. Tapi waktu seangkot pun, lu ga notice gue ya Gol. Hiks.” Mbak Adelle bercerita sambil menahan isak tangisnya.
Aku terkejut bukan main. Ternyata dia selama ini memperhatikanku. Aku teringat, saat pertama kali kami bertemu lagi. dia berkata sering seangkot denganku, dan aku tidak menyadarinya. Ternyata, dia membuntutiku.
“Terus, kita ngumpul lagi, dan kejadian yang gue ga duga dateng. Dari awal, gue udah sadar, anak cewek banyak yang kaget ngeliat lu. gue tau kok, mereka caper sama lu. Lu udah jauh berubah Gol. Padahal, waktu itu gue udah pede bisa ngedeketin lu. Gue ngerasa, gue menang satu langkah dari mereka, karena gue udah tau, kalo lu rutin beraktifitas di kampus gue. Eh ternyata, ada yang bergerak lebih cepat. Trixie contohnya.” Mbak Adelle melirikku penuh makna sambil tersenyum. Waduh, dia mengamati sampai sedetail itu !!
“Gol, emang gue ga pantes, mendapatkan sebuah cinta sejati? Gue juga pengen loh Gol, di kagumi, terus tau-tau, dinyanyiin sebuah lagu, tulus banget. Gue juga pengen ngerasain ketulusan Gol. HIks…” Mbak Adelle kembali terisak.
“Lu akan menemukan itu Mbak. Tapi bukan sama gue.” Aku berusaha menenangkannya.
“Jangan pernah mendahului Tuhan Gol. You’ll never know..” Mbak Adelle menyanggahku.
“Mbak, maafin sikap gue tadi ya. gue.. gue.. reflek aja tadi. Gue…” Kata-kataku dipotong Mbak Adelle.
“Sstt.. gue yang minta maaf Gol. Trauma lu sampe sedalam itu ya Gol? what have they done to you?” Mbak Adelle membelai pipiku lembut.
Kami akhirnya membisu. Mbak Adelle masih bersandar di bahuku, tangannya masih menggenggam jemariku. Jujur, aku tidak mengira bahwa Mbak Adelle mempunyai kepahitan atas kisah cintanya. Semua misteri tentangnya, seolah terkuak pagi ini.
“Gol, ntar malem nginep di rumah gue ya.” Mbak Adelle kembali ke sifat dasarnya, suka ngasal.
“Ogah amat.” Aku menjawab santai.
“terus, gue sendirian dong?” Mbak Adelle menegakkan tubuhnya lalu menatapku sambil memajukan bibirnya. Merajuk.
Ah, aku harus akui, Mbak Adelle memang cantik sekali. Bahkan dalan keadaan habis menangis.
“Yaelah, lu kan punya temen Mbak. Magda kek, Afei kek, koboi kek. Pacul atau bang ihsan juga boleh.” Aku juga ikut ngasal.
“Hahahaha, lu mau buat rumah gue di grebek satpam? Karena buat keributan ?” Mbak Adelle tertawa geli. Suasana mulai mencair.
“Lagian, berlagak ga mau ikut balik ke Bandung sih lu.” Aku menegurnya.
“Yahhh, kan gue kangen Gol, nongkrong di komplek.” Dia kembali merengut.
“Lah si Mbak ART kemana?” Aku bertanya.
“Dia pulkam juga. kita kan rencana sampe sabtu. Ya dia juga pulang hari itu kali.” Mbak Adelle menjawab.
“yah udah, nanti malem abis controlling, anak-anak suruh nongkrong di sini aja Mbak. Atau kita bakar-bakaran deh, patungan. Gimana?” aku mengusulkan.
“Ayyookkk. Good idea !!” Mbak Adelle kembali ceria. Cantik sekali.
“Gol.” Mbak Adelle kembali memanggilku.
”Gue masih merasa yakin, gue bisa ngedapetin cinta sejati yang tulus dari hati. Dan, gue masih akan nyoba, mendapatkan itu dari lu. gue gak akan nyerah!” Mbak Adelle berkata hal itu, sambil tersenyum kepadaku. Lalu, kepalanya kembali bersandar di bahuku.
Duuh si tukang nyender!
“Gol, gue ga terlihat murahan di mata lu kan?” Mbak Adelle bertanya padaku.
Aku menjawabnya, dengan mengeluarkan uang 500 rupiah lecek dari kantongku.
“Lu sangat murah sekali Mbak. Nih, gue bayar lu buat bersandar di bahu gue pagi ini. Mayanlah, buat orang yang ga punya pacar kayak gue, bisa merasakan kehangatan.” Aku berkata semakin asal-asalan.
“HUAHAHAHAHAHAH, SIALAAANNN!!” Mbak Adelle tertawa tanpa ampun. “TAMBAHIN GOPEK LAGI DONG OM, BIAR PAS SEREBU.” Lanjutnya sambil terbahak-bahak.
“HUAHAHAHAHAHAHAH” Kami akhirnya tertawa bersama.
What a morning drama…..
Aku hanya terdiam. Sebuah rasa tiba-tiba berkobar di dalam dada. Rasa yang sudah lama ku pendam, dan aku tidak ingin rasa itu muncul lagi.
Bukan, bukan rasa cinta, tapi….
DENDAM !
Jantungku berdebar kencang sekali.
“Gue serius Gol. Gue.. suka sama lu.” Tangannya meraih jemariku dan hendak di genggam erat.
Aku membiarkannya, rasa dendam itu semakin membesar, dan menimbulkan benci di dalam hati.
“Mbak, gue mau ngasih tau lu sesuatu. Tolong dengerin.” Aku memandang Mbak Adelle serius. Sebisa mungkin aku menahan diri agar tidak lepas kontrol.
“Tenang Gooll.. Dia bukan wanita itu. Dia Mbak Adelle, teman masa kecilmu yang baik hati.” hati kecilku terus berusaha memperingatkan.
Aku menarik nafas, mencoba tenang walau sulit sekali. keringatku mengucur deras, membasahi keningku.
“Untuk cewek secantik lu, mungkin sudah melalui beberapa tahap percintaan. Lu mungkin bisa dengan mudah membuat pria bertekuk lutut dengan kecantikan lu. lu bisa milih, siapa yang bakal lu terima, dan siapa yang akan lu buang !!! Tapi mungkin, sekarang lu mulai lelah dengan semua itu. Lu mulai menutup diri, mulai bosan dengan semua hal tentang cowok yang terkesan selalu mendekati lu atas dasar ingin memiliki. Lu segera membuat barrier tinggi dengan memberi kesan jutek, atau pendiem. Di tahap ini juga, lu akan mudah di buat terkesima, dengan cowok yang kayaknya tidak terlalu menginginkan elu. Ketika didekati, dia seolah cuek. Sampai akhirnya lu akan berterus terang kalau lu ingin memilikinya, karena sang cowok yang tidak terpancing dengan tingkah laku lu.”
Aku menghentikan sejenak kata-kataku. Mengatur nafasku yang mulai tersengal, karena menahan emosi. Dendam ini begitu merapuhkanku.
“Mbak, yang terjadi sama gue adalah kebalikan dari apa yang lu alami. Cowok sejelek gue, sepemalu gue, sependiem gue, se kere gue, terlalu sering di buat mainan oleh cewek seperti lu. Gue pernah dibuat taruhan oleh genk yang berisi wanita cantik terkenal di sekolah, untuk kemudian, di campakkan gitu aja. Gue pernah dipermainkan. Diajak jadian, terus, difitnah ngerebut cewek orang. Gue digebukin abis-abisan. padahal gue gak tau apa-apa. Gak tau apa yang ada di otak mereka. Mereka kayak bangga untuk melakukan itu. Padahal, apa untungnya sih? Gue sudah berusaha menghilang dari pergaulan sekolah. Ada atau nggaknya gue, ga akan jadi pengaruh buat mereka.”
Aku kembali mengatur nafas, emosiku makin menguat, karena memoriku dipaksa untuk mengingat hal pahit itu.
Mbak Adelle tiba-tiba mengencangkan genggamannya di jariku. Badannya bergetar, dan kepalanya menunduk.
“Sejak saat itu, gue bertekad upgrade diri gue, sehingga gue pantas untuk dimiliki. Gue ngeband, latihan vocal dengan vocalist band gue, sehingga gue punya kemampuan olah vocal yang lumayan. Gue berlatih beladiri lebih giat, dan rajin olahraga, agar shape tubuh gue ga jelek-jelek amat. Untuk otak, gue lumayan punya kemampuan, dan gue ga perlu repot untuk membuat diri gue sok cool dan sok alim. Gue dasarnya udah minderan dan pemalu. Setelah itu, gue mulai berani memilih, wanita mana yang akan gue miliki.”
Di sini, emosiku semakin tidak terkontrol.
“Mbak, lu denger! gue bukannya sok nolak lu, sok jual mahal di hadapan cewek cantik kayak lu Mbak. Bukan! Gue anggap, apa yang lu rasain sekarang ke gue, cuma sekedar euphoria belaka karena, lu udah terlalu sering, terlalu mudah, terlalu effortless, untuk membuat cowok bertekuk lutut sama lu. Lu cuma heran aja, ada cowok kayak gue yang seolah ga tertarik sama lu dan lu tertantang untuk menaklukannya!! Jadi stop berbicara seolah-olah lu tertarik sama gue Mbak. Gue ga akan geer!!”
aku berbicara panjang lebar, menumpahkan semua perasaan mengganjal yang ada di hatiku.
“lagian lu ngapain tiba-tiba nembak gitu, hah!! Kita ini temen dari kecil Mbak !! lu lebih tua dari gue !! dan kita baru aja ketemu lagi. Bullshit kalo lu bilang lu suka sama gue! Apa dasarnya Mbak? Karena lu ngerasa gue bisa dimainin ??” Aku kembali menyerangnya dengan kata-kataku.
Aku hampir kelepasan !! Ingin sekali aku menamparnya. Aku teringat wanita setan yang mempermainkanku dulu. Dadaku serasa panas. Otakku di penuhi dendam yang membara.
Spoiler for i hate her:
Cih !! dia pasti hanya mau mempermainkanku.
“STOP GOL !!” Mbak Adelle tiba-tiba berteriak. “Huhuhuhu…hiks..huhuhuhu.” dia menangis tersedu-sedu. Jemarinya masih menggenggam erat tanganku, dan tangan satunya, dia gunakan untuk menutup mukanya.
“I’m sorry Gol. So Sorry, huhuhuhuhu.” Mbak Adelle berkata sambil terus menangis. Air mata sudah membanjiri wajahnya.
Mbak Adelle, mengambil tissue di atas meja dan terisak perlahan,
“Hiks.. gue ga bermaksud begitu Gol. Gue beneran suka sama lu Gol.” Mbak Adelle berkata pelan dan sedikit memohon.
“Bullshit !” Aku berkata sambil memalingkan wajah. Menatap ke arah taman.
“Lu sekarang yang denger gue ya !” Mbak Adelle menatapku tegas, dan mendesis.
“Semua yang lu bilang bener Gol. Gue emang bosan dengan semua tingkah laku cowok, yang ujungnya pengen ngedapetin gue. Justru, gue ngerasa kayak piala bergilir buat mereka. Ada kebanggaan buat mereka ketika ngedapetin gue. Tapi, ketika gue pengen serius, mereka malah menjauh. Malah, ada yang tega selingkuh. Kayak, ‘nih gue udah dapetin adelle’ terus? Ya udah!!”
Mbak Adelle menarik nafas. Wajahnya masih banjir air mata.
“Gol, gue juga pengen dicintai sepenuh hati, bukan untuk sebuah kebanggaan laki-laki doang. Gue juga pengen serius. Gue bahkan sempet mau ngerusak muka gue LU TAU NGGAK !!! HUAAA…..” Tangis Mbak Adelle meledak.
Di titik ini, aku tidak bisa menahan simpatiku padanya. Rasa benciku tiba-tiba menguap hilang entah kemana. Instant !! Aku bergerak mendekat dan merangkulnya, dan membiarkan dia menangis di bahuku. Aku membelai rambutnya perlahan.
“kalo aja Bang Dika ga bangun malam itu, gue mungkin udah berakhir di meja operasi, karena nekat mau nyiram air keras ke muka gue sendiri. Gue putus asa Gol. Cowok yang sangat gue sayang, selingkuh, dengan alasan yang gak jelas. Padahal waktu baru jadian, dia bangga banget. Gue kayak trofi yang dia arak bergilir. Dipamerkan ke sana ke sini. Saat itu gue benci sama wajah gue sendiri Gol. Huhuhuhuhu….” Mbak Adelle menangis di bahuku.
What?? Aku sontak merasa jijik dengan sikap ku tadi. Api dendam yang tadi membara, berganti dengan rasa kasihan. Mbak Adelle masih terisak, namun sudah mulai tenang. Dia masih bersandar di bahuku, tangannya masih menggenggam jemariku erat.
“Gol lu tau? Gue gak tiba-tiba suka sama lu. Bukan dari pertemuan kemaren juga. Setahun yang lalu, waktu ada promosi UKM di kampus, gue kaget setengah mati, karena ngeliat lu. Gue yang udah lama ga ketemu lu, ga tau kenapa, ngerasa lu udah jauh berbeda dari yang gue kenal waktu kecil. Gue sempet mendekat ke stand taekwondo. Di situ ada lu yang lagi jelasin benefit dari taekwondo. Gue kagum banget Gol. Lu baru kelas 2 SMA, tapi cara lu berbicara, keliatan dewasa banget. Suara lu terdengar rapih, runtut, dan berwibawa.”
“Sejak saat itu, I try to reach you. Gue mulai suka sama lu Gol, dan makin lama makin nyiksa tau gak ? udah lama gue gak ngerasain perasaan sedalam ini sama cowok !! gue terobsesi sama lu !!” Mbak Adelle berseru sambil menatapku sayu.
“Gue nongkrong di aula tiap lu latihan, sampe buntutin lu supaya bisa seangkot. Tapi waktu seangkot pun, lu ga notice gue ya Gol. Hiks.” Mbak Adelle bercerita sambil menahan isak tangisnya.
Aku terkejut bukan main. Ternyata dia selama ini memperhatikanku. Aku teringat, saat pertama kali kami bertemu lagi. dia berkata sering seangkot denganku, dan aku tidak menyadarinya. Ternyata, dia membuntutiku.
“Terus, kita ngumpul lagi, dan kejadian yang gue ga duga dateng. Dari awal, gue udah sadar, anak cewek banyak yang kaget ngeliat lu. gue tau kok, mereka caper sama lu. Lu udah jauh berubah Gol. Padahal, waktu itu gue udah pede bisa ngedeketin lu. Gue ngerasa, gue menang satu langkah dari mereka, karena gue udah tau, kalo lu rutin beraktifitas di kampus gue. Eh ternyata, ada yang bergerak lebih cepat. Trixie contohnya.” Mbak Adelle melirikku penuh makna sambil tersenyum. Waduh, dia mengamati sampai sedetail itu !!
“Gol, emang gue ga pantes, mendapatkan sebuah cinta sejati? Gue juga pengen loh Gol, di kagumi, terus tau-tau, dinyanyiin sebuah lagu, tulus banget. Gue juga pengen ngerasain ketulusan Gol. HIks…” Mbak Adelle kembali terisak.
“Lu akan menemukan itu Mbak. Tapi bukan sama gue.” Aku berusaha menenangkannya.
“Jangan pernah mendahului Tuhan Gol. You’ll never know..” Mbak Adelle menyanggahku.
“Mbak, maafin sikap gue tadi ya. gue.. gue.. reflek aja tadi. Gue…” Kata-kataku dipotong Mbak Adelle.
“Sstt.. gue yang minta maaf Gol. Trauma lu sampe sedalam itu ya Gol? what have they done to you?” Mbak Adelle membelai pipiku lembut.
Kami akhirnya membisu. Mbak Adelle masih bersandar di bahuku, tangannya masih menggenggam jemariku. Jujur, aku tidak mengira bahwa Mbak Adelle mempunyai kepahitan atas kisah cintanya. Semua misteri tentangnya, seolah terkuak pagi ini.
“Gol, ntar malem nginep di rumah gue ya.” Mbak Adelle kembali ke sifat dasarnya, suka ngasal.
“Ogah amat.” Aku menjawab santai.
“terus, gue sendirian dong?” Mbak Adelle menegakkan tubuhnya lalu menatapku sambil memajukan bibirnya. Merajuk.
Ah, aku harus akui, Mbak Adelle memang cantik sekali. Bahkan dalan keadaan habis menangis.
“Yaelah, lu kan punya temen Mbak. Magda kek, Afei kek, koboi kek. Pacul atau bang ihsan juga boleh.” Aku juga ikut ngasal.
“Hahahaha, lu mau buat rumah gue di grebek satpam? Karena buat keributan ?” Mbak Adelle tertawa geli. Suasana mulai mencair.
“Lagian, berlagak ga mau ikut balik ke Bandung sih lu.” Aku menegurnya.
“Yahhh, kan gue kangen Gol, nongkrong di komplek.” Dia kembali merengut.
“Lah si Mbak ART kemana?” Aku bertanya.
“Dia pulkam juga. kita kan rencana sampe sabtu. Ya dia juga pulang hari itu kali.” Mbak Adelle menjawab.
“yah udah, nanti malem abis controlling, anak-anak suruh nongkrong di sini aja Mbak. Atau kita bakar-bakaran deh, patungan. Gimana?” aku mengusulkan.
“Ayyookkk. Good idea !!” Mbak Adelle kembali ceria. Cantik sekali.
“Gol.” Mbak Adelle kembali memanggilku.
”Gue masih merasa yakin, gue bisa ngedapetin cinta sejati yang tulus dari hati. Dan, gue masih akan nyoba, mendapatkan itu dari lu. gue gak akan nyerah!” Mbak Adelle berkata hal itu, sambil tersenyum kepadaku. Lalu, kepalanya kembali bersandar di bahuku.
Duuh si tukang nyender!
“Gol, gue ga terlihat murahan di mata lu kan?” Mbak Adelle bertanya padaku.
Aku menjawabnya, dengan mengeluarkan uang 500 rupiah lecek dari kantongku.
“Lu sangat murah sekali Mbak. Nih, gue bayar lu buat bersandar di bahu gue pagi ini. Mayanlah, buat orang yang ga punya pacar kayak gue, bisa merasakan kehangatan.” Aku berkata semakin asal-asalan.
“HUAHAHAHAHAHAH, SIALAAANNN!!” Mbak Adelle tertawa tanpa ampun. “TAMBAHIN GOPEK LAGI DONG OM, BIAR PAS SEREBU.” Lanjutnya sambil terbahak-bahak.
“HUAHAHAHAHAHAHAH” Kami akhirnya tertawa bersama.
What a morning drama…..
yuaufchauza dan 21 lainnya memberi reputasi
22
Tutup