Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang

Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
40.2K
1.2K
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.7KAnggota
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#134
Quote:

Spoiler for let her cry:


CHAPTER 41 - BATAS SEBUAH JAWABAN

Apa yang aku pikirkan semalam tentang Ajeng akhirnya menjadi perdebatan dalam benakku, hal itu akhirnya menjadi teman diskusi di diriku dalam perjalanan panjangku menyusuri jalanan ke arah keluar dari kotaku. Kota itu rasanya terlihat sangat jauh dari sini, emang sengaja aku berangkat dari rumahku setelah subuh. Semalam aku hanya terlelap memejamkan mata selama 3 jam aja. Jalanan masih terbilang sepi dan ga seberapa ramai dengan lalu lalang kendaraan besar. Sudah hampir pukul 08.00 saat aku memasuki tapal batas masuk ke kota ini, masih harus menempuh jarak sejam lagi untuk sampai ke desa di lereng pegunungan itu. Aku sengaja ga ngasih tau keberadaanku ama Eva, biarlah dia nanti surprise dengan kehadiranku di rumah mungilnya. Aku sengaja berhenti sejenak di pertengahan jalan dekat dengan desa neneknya Eva. Aku mampir di sebuah warkop sederhana yang menyajikan racikan kopi hitam yang menurutku sangat nikmat.

" Bagaimana kalo ternyata dia minta kamu untuk balikan ama dia, Ka? " Pertanyaan Ajeng tentang Eva dari semalam selalu terngiang-ngiang di kepalaku. Bagaimanapun juga aku pernah menyayangi Eva banget. Tapi kalo ingat kemarahan dan sikap ngambek karena kecemburuannya, aku rada sakit hati kalo diperlakukan dan dicampakkan seperti aku bukanlah siapa-siapa lagi baginya. Untuk balikan lagi dengan Eva, hal itu seperti pilihan yang abu-abu bagiku.

" Umur kita hanya terpaut 4 tahun lho, Ka. "
" Rasanya aku masih seimbang kalo berdampingan ama kamu. "
" Yang jelas, Minggu depan kamu adalah suamiku, titik ga pake koma-koma'an
. " Ucap Ajeng sewot, obrolan semalam itulah yang paling aku inget.

Hanya dalam hitungan hari dan jam, perkenalan dan keakrabanku dan Ajeng udah seperti kenal bertahun-tahun lamanya, rasanya aku dan dia langsung klop untuk obrolan tentang masalah sebuah hubungan. Dia emang udah dewasa banget pemikirannya, aku semalam bertanya ama Ajeng kenapa dia sampai terpikirkan ngehubungi aku untuk dijadikan teman buat datang ke resepsi pernikahan mantannya. Apa hanya karena wajahku yang menurutnya mudah untuk diakali dan dibohongi.

" Kenapa kamu bisa berasumsi kek gitu, Ka? " Tanya Ajeng sinis
" Ya aku ga tau, Jeng. "
" Padahal teman kamu juga banyak. "
" Mana mereka semua udah kerja dan mapan. "
" Ngapain kamu ngajak aku yang masih anak sekolahan, Jeng
. " Ucapku tersenyum.
" Saka.."
" Waktu kamu pertama kali muncul di front desk resepsionis, aku mosok tau kalo kamu masih sekolah, sayang. "
" Setauku yang biasa datang ke kantor ya orang seumuran pekerja. "
" Ga tau.. waktu itu rasanya jantungku deg-degan waktu kamu ngomong nanya ke aku
. " Ajeng mencubit pipiku.

Terlihat jalanan mulai terlihat ramai, tapi aku kembali ngerasa sepi karena pikiranku tetap berdebat dengan nalarku, bagaimana mungkin semalam sebelum Ajeng mangajak aku bercumbu, dia tiba-tiba menembak aku duluan untuk jadi kekasihnya.

" Bulan depan ikut anterin aku pulang mudik ya, yang. "
" Tolong bantuin aku di depan orang tuaku. "
" Biar mereka ga keukeuh jodohin aku ama anak teman mereka. "
" Selama ini aku bilang ke orang tuaku kalo aku udah punya pacar baru yang lebih segalanya dari mantanku
. "
Ucapan Ajeng semalam itu malah ngebuat aku rasanya ga punya pilihan untuk menolak permintaannya, apalagi setelah kita sempat bercumbu. Aku ngerasa Ajeng udah sedikit ngejebakku, untungnya aku ga sampai mau diajak bercinta. Kalo misal semalam aku sampai "bertamu ke dalam" rumah Ajeng, aku yakin 100% Ajeng akan bersikap menuntutku secara dominan.

Hampir ga kerasa aku udah sampai di depan rumah mungil yang Eva tempati.
Aku sengaja berhenti rada jauh dari rumahnya, sekitar 50 meteran. Aku ingin memastikan apakah Eva ada di rumahnya.

Quote:


Sengaja aku ngechat Eva buat bikin dia makin kaget dengan kedatanganku.

" Va.."
" Kamu tuh ya." Eva muncul dengan senyuman yang dipaksakan.
Ternyata dia disini sekarang emang tinggal sendiri.
" Kamu disini beneran sendirian, Va? " Tanyaku dengan celingukan ngeliat kondisi dalam rumahnya ini.
" Iya, walaupun kadang ada budeku maupun Silvia yang nemani aku. "
" Kamu berangkat jam berapa dari rumah, Ka
? " Tanya Eva, dia terlihat sibuk mengaduk minuman buat aku.
" Abis subuh aku berangkat . " Jawabku.
Aku menaruh bungkusan paper bag yang semalam beli bareng Ajeng di atas meja.
" Wah apa ini kok kamu pake repot- repot bawa ini segala. "
Eva langsung ngebuka bungkusan yang aku bawa, dia sangat surprise waktu aku banyak membelikan dia keperluan perlengkapan cewek.

" Kamu ga salah, Ka. " Ucap Eva tersenyum genit. .
" Emangnya aku salah belikan gitu? "
" Emang kamu disini udah punya banyak barang pribadi ?
" Tanyaku ngeledeknya.

Eva menggeleng.

" Kamu tau darimana coba ukurannya? "
" Wong kamu ga pernah megang langsung gitu..wekk. "
" Kamu ga malu waktu beli ini?
" tanya Eva menjulurkan lidahnya.
" Temenku yang bantu belikan, Va. "
" Kalo ukuran aku emang ga tau. "
" Aku cuma membayangkan aja sih
. " Jawabku sambil ngelirik Eva.
Eva memandangku ga berkedip.
" Aku emang g*bl*k seg* bl*knya cewek ya. "
" Ada cowok yang idaman banget dimata cewek lain. "
" Aku dulu malah milih cowok buluk yang cuman menang di harta orangtuanya. "
" Hanya gara-gara aku nurutin emosi dan cemburu
."
" Udah, Va. "
" Semua udah terjadi dan berlalu
. "

Eva tersenyum mengangguk walaupun dia terlihat udah berlinang air mata. Eva bergegas membawa bingkisan yang aku bawa ke dalam kamarnya. Aku menikmati segelas kopi yang Eva buatkan, ditemani dengan sebat yang setia.

Quote:


Aku senyum-senyum sendiri chatting dengan Ajeng. Dia pasti lagi abis keramas dehemoticon-Wowcantik

" Ka.." panggilan Eva samar aku dengar dari dalam rumahnya.
" Apa, Va? " Jawabku ngeliat ke arah dalam rumah.
" Sini deh "
" Masuk aja, ga ada siapa-siapa disini. "
" Ini kamu liat dulu
. " Seru Eva.
Aku beranjak ke dalam rumah. Aku berhenti di sebuah kamar yang pasti ini kamar Eva, pintunya terbuka sedikit.
" Liat, Ka. "
Aku melongok ke dalam arah suara Eva di kamar.
Eva terlihat sedang mencoba sesuatu yang aku belikan semalam.
" Pas ya. " Goda Eva tersenyum genit.

Aku mengangguk lemah dan hanya menelan ludah waktu ngeliat pemandangan Eva yang mencoba bra baru yang aku belikan.emoticon-Genit
Emang terlihat pas buat ngebungkus t*t*knya yang aku kira ukurannya medium, sama kek punya Ajeng. Eva terus memandangiku dengan senyum yang jelas pasti untuk menggodaku berbuat khilaf.

" Yaelah mentang-mentang disini ga ada siapa-siapa, ada pemandangan cewek yang tersenyum menggoda dengan kondisi setengah telanjang. "
" Perfecto, mantul pak Eko
..! "emoticon-Genit Batinku berbicara.

" Kamu kok punya pemikiran beliin aku lingerie, Ka. "
" Punyaku ketinggalan di rumah
. " Ucapannya bagiku terasa seperti panggilan yang melambai-lambai terus menerus untuk ngeliat ke arahnya.
" Yang inisiatif beliin temanku, Va. " Jawabku pelan.
" Temanmu apa pacarmu yang kamu tungguin di rumah sakit itu? " Ucap Eva mendekat di sampingku.
" Ini cewek..emang mancing mania.. mantap..! " Batinku saat aku ngelirik Eva yang emang sengaja ngegoda aku. Dia hanya memakai bra dan lingerie berdiri di sampingku.

" Kamu ga nafsu ama aku, Ka? "
" Dari dulu aku sering nunggu kamu. "
" Seringkali aku inisiatif duluan yang mancing. "
" Kamu cuma diem aja. "
" Apa kamu ga normal, Ka
? " Ujar Eva dengan sedikit nada tinggi.

Kata-kata terakhir Eva itu bagiku seperti sebuah hinaan. Aku langsung menatap tajam ke arahnya. Eva terlihat makin berani ngegoda dengan senyum yang dibuat sebinal mungkin.

" Kamu tau kan, dari pertama kita ketemu. "
" Aku langsung suka ama kamu. "
" Aku kan emang suka sama cowok putih dan muka-muka oriental.
" Eva langsung mendekap dan memelukku erat.
Aku masih diam dan membiarkan Eva memeluk tubuhku.
" Saka.."
" Andai kemarin aku hamil anak kamu. "
" Ga bakalan aku aborsi janin itu. "
" Biarpun aku diusir dari rumah sekalipun.
" Bisik Eva di telingaku.

" Aku ga mau punya anak diluar nikah, Va. " Jawabku pelan.

Eva meraih wajahku, dia kemudian mencium bibirku. Agak lama kami berciuman dan bercumbu sampai akal sehatku kembali.

" Va. "
" Udah ya. "
" Aku ga enak sama keluargamu kalo sampai mereka tau aku kek memanfaatin kamu
. " Ucapku melepas pelukanku di tubuh Eva

" Lagian pintu depan kebuka, kalo sampai ada orang yang masuk dan gerebek kita..amsyong dah. " Ucapku bergegas beranjak ke ruang tamu.
Aku takut kalo tiba-tiba budenya Eva nongol dan ngedapati aku sedang mencumbu keponakannya yang abis ngegugurin kehamilannya, kesannya aku kurang ajar banget.

Eva udah balik menemani aku di ruang tamu, dia udah berpakaian tapi masih jelas dia ada upaya buat selalu ngegoda aku.

" Kamu ga mau bikin aku senang, Va? "
" Mosok udah aku belikan, kok malah ga kamu pake sih
. " Ucapku sinis ngelirik ke dadanya. Dia memakai t-shirt tipis warna putih tapi di dalamnya ga memakai bra. Di sebelahnya ada sweater Hoodie yang akan dipakainya kalo-kalo ada orang yang bertamu kesini.
" Hehehe.. abis aku gerah, Ka. " Jawabnya mencubit tanganku.

WTF? emoticon-Mad

" Ini daerah pegunungan, Va. "
" Emangnya kamu gerah abis dari Somalia ?
" Ucapku masih dengan pandangan yang terpaku untuk ngeliat ke arah dadanya. Gimana ga mau ngeliat ke arah dadanya, wong ada pemandangan nyeplak ngintip di bajunya.emoticon-Wowcantik
Mungkin Eva sengaja ngegoda aku, apa mungkin hari ini libidonya sedang tinggi-tingginya karena katanya cewek kalo udah pernah bercinta dia akan semakin ketagihan dan penasaran (ini dulu katanya Ajeng yang cerita ke aku awal dia bercinta, setelah lepas perawan. Dia bilang ada perasaan untuk selalu kesitu tapi dia bisa meredamnya. itu juga ternyata ga terlalu sering bercinta dengan mantannya, pengakuannya hanya 3x)

" Keluar yuk, Ka? " Ajak Eva.
" Kemana sih. "
" Aku belum gajian. "
" Aku ga punya banyak uang lho, Va
. " Jawabku.
" Halah, disini ga usah keluar duit terlalu banyak. "
" Kita bisa have fun kok."
" Disana dulu, kamu ngajak aku ngamen aja, aku happy-happy aja gitu
. " Eva tersenyum lebar.
Aku mengangguk mengiyakan ajakannya.

" Nih anak emang sengaja, bikin aku khilaf deh. " Batinku saat membonceng Eva yang memelukku dari belakang. Tapi seringkali dia iseng you know what i mean, tangannya yang dilingkarkan ke perutku seringkali sengaja meraba dan membangunkan " juniorku ".

" Va.."
" Apasih, Ka ?
. " Jawabnya tersenyum genit, aku menepikan motor di jalanan yang sepi, di sebuah kawasan menuju ke arah keluar dari desanya.
" Kalo tanganmu nakal kek gitu. "
" Trus aku mupeng. "
" Ya udah..ayok kita ngelakuin, xixixi
.. " jawabnya cepat, aku belum sempat menyelesaikan ucapanku udah disela aja.
" Eva..kamu kok ga belajar dari kesalahan yang kamu lakukan kemarin. " Ucapku, aku memandang tajam kedalaman matanya dengan serius.
" Maaf.."
" Kalo untuk ke orang lain aku akan protektif banget, Ka. "
" Tapi, kalo buat kamu, aku ga bisa.."
" Aku tau kamu ga akan mungkin aku miliki. "
" Makanya aku rela kamu hamili. "
" Aku pingin punya anak dari kamu, yang. "


" Stop.. stop sampai disitu kamu punya pemikiran kek gitu. "
" Pokoknya kalo kamu masih pingin aku kunjungi terus, kamu harus janji ama aku. "
" Aku hanya pingin kamu kembali meneruskan hidup kamu."
" Seperti yang kemarin kamu kejar."
" Aku ga mau sampai ngebuat kamu harus berhenti. "
" Teruslah berharap ama cita-citamu, Va. "
"Aku yakin seyakin-yakinnya kamu bisa meraihnya
." Ucapku.

Aku mengarahkan motorku ke tempat dimana ada wisata air terjun dan tempat bermain anak. Aku jadi ingat waktu kami ngelewatin sebuah ayunan walaupun ga berbentuk bebek, aku berhenti sejenak.
Eva terlihat langsung menangis.

" Sampai sekarang aku selalu nangis kalo ngeliat ayunan, apalagi bentuknya bebek. "
" Aku selalu inget kamu, Ka. "
" Dulu aku pertama kali ngeliat ada cowok chinese duduk ngelamun sendirian. "
" Pandangan matanya bingung kek dia memikirkan lagi banyak masalah. "
" Sampai Windy temanku bilang buat gantian nyoba ayunan, kamu ga dengar dan ga peduli
. " Ucap Eva tersenyum sedih.

Aku hanya mengangguk, mengingat lagi momen dimana masa-masa sulit hidupku beberapa bulan lalu.

" Itu aku udah naksir ama kamu, Ka. "
" Waktu kamu pergi dari taman, aku berharap nanti pas pulang akan ketemu kamu lagi, dan aku akan beranikan diri buat kenalan. "
" Ternyata kamu udah pergi. "
" Hingga akhirnya kita ketemu beberapa jam kemudian di outlet kerjaku. "
" Kamu tau, waktu itu bahagianya hatiku ga bisa diungkapkan dengan kata-kata. "
" Udah dompetku kamu yang temukan, aku kenalan ama kamu, aku ngajak kamu makan, trus kamu nganterin aku di kostanku.
" Eva berbicara dengan ekspresi senyum kebahagiaannya yang tergambar dari lesung pipinya yang muncul dengan indah disaat lengkungan sudut bibirnya terbentuk.

" Aku saat itu ga punya siapa-siapa. "
" Cuma Kipli lah teman dari aku masih kecil yang ngebantu aku disaat aku ga punya uang
. " Jawabku tersenyum getir. Aku langsung teringat kepada Kipli beberapa hari yang lalu aku masih berkunjung ke kostannya buat ngajak dia makan-makan dan ngobrol-ngobrol mengingat tentang masa kecil kami dulu, dan ditemani oleh " Orang Tua " sebagai pengasuh setia kami.

Aku dan Eva melipir ke sebuah warung di tempat wisata itu untuk makan siang dan menghangatkan badan dengan jahe. Udara dingin mulai merambat ke seluruh badan, beruntung aku udah mengantisipasi dengan membawa jaket tebal. Sedangkan Eva cuma make sweater Hoodie yang ga seberapa hanya untuk menutupi tubuhnya yang hanya memakai kaos tipis tanpa make BH .emoticon-Hammer (S)

" Ka, dingin" Ucapnya, Eva bergeser duduknya langsung di sampingku nyari kehangatan. Aku langsung melepas jaket yang aku pake, sambil celingukan ngeliat di warung ga ada pengunjung lainnya. Eva aku suruh ngelepas sweaternya. Bahaya kalo oas dia make kaos ada orang yang ngeliat kalo dia ga pake daleman.

" Makanya jangan bandel. " Bisikku mencubit pipinya.
" Biarin..aku cuma bandel ama kamu aja, wekk. "
" Dingin..pulang yuk ke rumahku. "
" Jangan kuatir nanti aku angetin. "
" Nanti kamu nginep semalam lho, Ka
. "
Bisiknya, Eva ngusel-ngusel di badanku kek anak kucing yang nyari kehangatan induknya.

" Enak aja.. emangnya aku masakan pake diangetin segala. "
" Aku kudu pulang, Va. "
" Tugas sekolahku banyak. "
" 2 bulan lagi aku Unas lho.
" Jawabku refleks aku memeluk Eva yang sekarang posisi badannya di depan pangkuanku.

Daripada bikin perhatian orang-orang disekitar. Aku ngajak Eva pulang, lagian waktu udah siang, disini kabutnya tengah hari udah rajin turun.
Di perjalanan pulang, hujan gerimis sedikit mengguyur, ini hujan karena kabut bukan hujan dari langit. Terpaksa aku sedikit basah kuyup, beruntung di ranselku selalu tersedia beberapa kaos ganti, daleman boxer dan celana bersih.

" Va, aku numpang mandi ya. " Aku mengeluarkan pakaian bersih dari dalam tas ransel.
" Iya, kamar mandinya di belakang ya, Ka. " Jawab Eva. Dia bergegas menutup semua pintu dan jendela, rupanya ini bukan hujan kabut. Hujannya langsung deres dan gede.
" Wah alamat nunggu hujan reda nih kalo mau balik pulang. " Batinku bergegas mandi.

" Ini handuk bersih. " Ucap Eva di depan pintu.
" Mana, Va.? " Jawabku.
" Bukain dulu pintunya, Ka. " Teriak Eva karena suara derasnya hujan ngalahin suara omongan kita. Aku hanya membuka sedikit pintu kamar mandi, tanganku aku keluarkan untuk mengambil handuk yang diberikan Eva.
Eva bukannya ngasih handuk, dia malah ngedorong pintu dan masuk ke dalam.

" Ehhh.. ehh..." Teriakku gelagapan, karena Eva udah nyelonong masuk aja, aku otomatis berbalik membelakanginya karena aku udah telanjang.
" Aku ikutan mandi sekalian, Ka. "
" Kita kan ga pernah mandi bareng, yang
. " Ucapnya dengan tersenyum memandang bagian belakang badanku, aku membelakanginya.
" Mulus banget sih badan kamu. "
" Halah, gitu aja malu
. ! " Eva menggoda dengan menowel punggungku, dia dengan santainya melepas semua pakaiannya sambil senyum-senyum menggoda.
Aku hanya terdiam ngeliat Eva yang kini udah tanpa busana di depanku.

" Ini ngapain coba, hadap sana segala. "
" Ayo mandi, keburu dingin banget
. " Eva menarik badanku untuk dihadapkan ke arahnya. Dia memeluk erat badanku dan mengguyurkan badan kami dengan air yang dinginnya kek air kulkas.
Aku hanya diam menuruti kemauan Eva, karena jujur aku juga menikmati banget berpelukan dengan orang yang aku sayangi. Apalagi gerakan badan Eva yang menggoda tubuhku untuk bereaksi, kami akhirnya saling bersentuhan dan saling meraba.

" Kenalin dong..ini siapa namanya.. hehehe? " Ucap Eva tersenyum lebar, tangannya udah nakal banget, mengelus-elus " juniorku" yang udah berdiri dengan gagahnya.

" Va.."
" Jangan.. Aku takut khilaf. "
" Kamu ga sayang ama aku, Ka? "
" Selalu aja nolak
. " Ucapnya cemberut.
Tapi tangannya tetap sibuk memanjakan juniorku dibawah.
" Aku takut kamu hamil lagi, Va. " Jawabku.
" Ga bakalan, Ka. "
" Aku kemarin sempat minta KB implan ke dokter yang ngerawat aku
. " Jawabnya langsung memblowjob juniorku. Walaupun Eva ga semahir Ajeng, aku sempat ngerasa kalo sekarang Eva adalah istriku yang memberikan kenikmatan luar biasa. Walaupun sebentar aku masih ngilu, semalam aku dibuat Ajeng muntah 2 kali. Disaat aku terbuai kenikmatan yang Eva berikan, sepintas kilatan bayangan wajah Siska dengan senyum cantiknya muncul di pelupuk mataku, bergantian dengan senyum kepuasan Ajeng saat semalam mencapai puncak bersama.
Aku hanya bisa pasrah mengelus rambut Eva. Dia berdiri untuk melangkah lebih jauh ke tahap akhir sebuah tujuan, aku langsung menahan badannya untuk ga meneruskan niatnya.

" Va.."
" Maaf, aku ga bisa kalo sampai melangkah ke tahap itu
. " Ucapku yang langsung disambut Eva dengan tatapan kekecewaan.
" Kenapa, Ka? "
" Jangan kuatir. "
" Sekarang aku ga mungkin hamil
. " Ucapnya lirih.
" Aku akan ngasih perjakaku. "
" Ama dia.."
" Aku harap kamu ngerti, Va
.." bisikku di telinganya. Eva aku peluk erat supaya dia tetap tenang dengan ucapan yang barusan aku lontarkan.
Eva langsung menangis sesenggukan.
Walaupun dibawah sana juniorku udah protes karena ga selesai dan nanggungemoticon-Hammer (S)

" Ternyata dia amat berarti banget buat kamu ya, Ka. "
" Sampai godaan kek gini kamu masih bisa tolak
. " Ucap Eva tersenyum pahit.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk untuk menjawab ucapannya.

Jam 4 sore aku berpamitan pulang ke Eva. Aku berjanji kalo akan rutin mengagendakan mengunjungi dia, disela kesibukanku kerja.
" Aku janji untuk selalu datang mengunjungi kamu, Va. "
" Sampai kamu kuat berdiri dan kembali menghadapi kenyataan hidup
. " Ucapku.
" Aku ngerti kok.." hanya ucapan itu yang Eva ucapkan berulang-ulang disela isak tangisnya waktu memelukku erat.
Aku terdiam nanar membiarkan Eva menangis sesenggukan untuk menumpahkan kekesalan dan kekecewaannya padaku,
terutama tadi kami yang sama-sama kentang...emoticon-Wagelaseh

(Nyambung lagi aja dongs) emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 03-05-2023 02:46
hitnaru714
aghora
simounlebon
simounlebon dan 21 lainnya memberi reputasi
22
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.