Part 1.O

Apakah Ini?


Senin, 18 agustus 2006/2007, aku lupa tahunnya.

Hari ini akan diadakan upacara peringatan hari kemerdekaan Indonesia di sekolahku. Pihak sekolah dari SDN 3 dan SDN 4 juga mengadakan beberapa lomba untuk para siswa. Seperti lomba makan kerupuk, balap karung, sepak bola dll. Di kelasku sendiri sudah disiapkan beberapa siswa untuk mengikuti lomba2 itu sebagai perwakilan kelas.

Aku sendiri mengajukan diri untuk ikut dalam tim sepak bola kelas 4, yg terdiri dari gabungan siswa kelas 4A dan 4B, tentunya kawan baikku juga akan mengajukan diri untuk ikut dalam tim tersebut. Lomba sepak bola hanya diadakan khusus untuk kelas 4-6.

Pagi hari sebelum upacara berlangsung, aku dan Argo terlibat dalam perbincangan yg lumayan serius.

"Goo.. lu mau main dimana?" Tanyaku.

"Gw sayap aja biasa, lu di tengah sering2 umpan ke gw ya, umpan segitiga aja biar gw bisa masuk kaya latihan kemarin" ucap Argo. (Umpan segitiga yg dimaksud Argo adalah trough pass/umpan terobosan yg pake tombol segitiga di stik PS2)

Argo memang terkenal pelari yg kencang dan lincah di kompleks perumahan kami, bahkan ketika kami menjadi lawan di lapangan, seringkali aku harus mentackle bola dan kakinya untuk menghentikan lari Argo, maklum tubuhku agak bongsor jadi tidak bisa mengimbangi kecepatan lari Argo. (Maap bro)

"Okee kalo lu oke!" Jawabku.
"Tapi mungkin kita bisa lawan kelas 6 bro, bisa menang kagak ya?" Lanjutku.

"Elaaah, mereka badan doang gede, gw ajak lari ngos2an itu. Lagian badan lu kan gede, bisa lah di tengah.. lu slengkatin aja itu kakinya" jawab Argo.

"Ohh iyaa, pinter juga lu" ucapku.

"Jelaaaass... yaudah gw mau ambil topi dulu di kelas, udah pada kumpul di lapangan itu.." ucap Argo seraya beranjak menuju kelasnya.

Aku yg sudah membawa topi langsung berjalan menuju ke lapangan. Dengan melangkah pelan aku sibuk mengencangkan ikat pinggang dan merapikan bajuku sembari menunggu Argo yg tengah mengambil topinya di kelas.

Pandanganku mengarah ke barisan SD 4, yaa tidak lain dan tidak bukan untuk mencari keberadaan Putri. Setelah beberapa saat aku mencari, tiba2 aku melihat ada sebuah tangan yg melambai ke arahku dari dalam barisan itu. Aku menghentikan langkah sejenak dan memperhatikan lebih jelas. Ternyata itu bidadari kecilku, dia melambaikan tangan untuk yg kedua kalinya. Aku pun langsung melambaikan tangan ke arahnya.


"Udaaah ayooo.. pake dadah2an lu.." ucap Argo sambil merangkul pundakku.

Aku hanya tersenyum kecil menanggapinya. Lalu kami pun mengikuti kegiatan upacara bendera di lapangan.


Setelah kegiatan upacara selesai, aku dan teman2 yg ikut dalam tim sepak bola kelas 4 langsung mengganti seragam kami dengan baju olahraga.


Singkat cerita kami sudah bersiap di lapangan sembari melakukan pemanasan seperti pesepakbola profesional, padahal mah biasanya main ya main aja gak pake pemanasan.

Dari kejauhan aku kembali melihat Putri tengah berjalan dengan Yellin dari arah kantin. Sepertinya mereka berjalan menuju lapangan, belum sempat aku menyapa Putri Pak Bahri sudah meniup peluit panjang di lapangan sebagai tanda pertandingan sepak bola dibuka dan akan dimulai.

Aku dan Argo yg berdiri bersebelahan langsung merapat ke arah Pak Bahri. Pertandingan akan berlangsung selama 40menit, lalu setelah Pak Bahri menjelaskan peraturan dan skema pertandingannya kami pun bersalaman dengan siswa perwakilan kelas 5 SD 3.



Priiiiiiiiiiiit!!!

Pertandingan pun dimulai dengan kelas kami yg melakukan kick off.

Seperti biasa, spesialisasiku adalah menjadi jenderal lapangan tengah yg bertugas mengatur arah serangan dan tempo permainan.
Kemarin aku dan Argo sempat menuliskan nomor punggung di baju olahraga kami menggunakan cat di rumah Argo, dengan Argo yg memakai angka 10 dan aku memakai nomor 14 seperti idolaku dulu, Xabi Alonso.

Setelah beberapa kali melakukan sentuhan bola, aku melihat ada peluang untuk Argo bisa melakukan sprint ke arah tengah pertahanan defender lawan, dengan sigap aku langsung memberikan umpan terobosan untuknya. Argo yg melihat bola umpanku menuju kearahnya, langsung melakukan sprint dan melepas first time shoot ke gawang lawan, daaaannn...


Priiiiiittt!!
Bola masuk dengan kencang ke gawang lawan dan membuat tim kami memimpin dengan skor 1-0.
Sebenarnya tim kami beberapa kali mendapatkan serangan yg massive, namun berkat Dwiki yg menjaga gawang kami, semua serangan itu berhasil dimentahkan.
Kami pun sempat melakukan counter attack untuk beberapa kali, namun sayang tidak membuahkan hasil sama sekali.



Priiiiit!! Priiiitt!! Priiiiiiit!!

Peluit tanda berakhirnya pertandingan pun telah ditiup oleh Pak Bahri. Di pertandingan pertama kami menang melawan tim dari siswa kelas 5 SD 3. Ada sedikit perasaan bangga bisa mengalahkan kakak kelas yg usianya terpaut 1tahun diatasku.

Setelah pertandingan pertama kami selesai aku dan Argo duduk berselonjor di samping lapangan sambil melihat pertandingan selanjutnya.

"Waaaahh.. tadi operan lu mantep banget fii.." ucap Argo seraya mengangkat tangan untuk melakukan tos ke arahku.

Aku langsung menepuk tangannya.

"Santaaaii.. biasa aja bro, kalo bukan lu mungkin gak gol tadi" jawabku.

"Ini kalo kelas 6 menang, kita lawan kelas 6 bro.." lanjut Argo.

"Iyaa yaa.. waduuh berat ini.." jawabku.

"Gapapa daah.. kalo kalah ya maklum beda 2tahun.." seloroh Argo.

Sembari mendengar perkataan Argo, tiba2 aku melihat Putri yg sedang berjalan ke arahku bersama Yellin, entah kenapa tiba2 perasaanku agak gugup karna keadaan di sekolah sedang ramai, aku takut disoraki oleh siswa lain. Apalagi posisiku dan Argo tepat di pinggir lapangan yg bisa dilihat dari berbagai sudut sekolah.


"Rafiii.. Argoo.." ucap Putri menyapa kami.

"Ehh put.., ini siapa?" Tanya Argo.

"Kamu belum kenal ya? Ini Yellin temen sekelas aku.. kenalan dong" ucap Putri.

Argo terlebih dahulu mengulurkan tangannya pada Yellin, lalu mereka pun saling berkenalan.

"Ini fii diminum.. capek kan?" Ucap Putri seraya memberikan satu plastik es teh padaku.

"Laah gw mana Put?" Timpal Argo.

"Ohh kamu mau juga? Nih beli aku bayarin.." jawab Putri memberikan uang pada Argo.

"Elaaaah.. males gw jalannya, beliin dong" lanjut Argo.

"Bodooooo.. beli sendiri.." jawab Putri.

Aku hanya tersenyum kecil melihat tingkah mereka.
Sepintas aku melihat Yellin yg sedang memperhatikan Argo. Sepertinya dia tertarik pada kawanku ini.

"Oyyy jangan pacaran disini wooyy.." teriak seseorang dari kejauhan.

Aku terkejut dan langsung melihat dari arah suara itu, ternyata itu adalah Andi yg sedang berdiri di depan kelas Argo.

"Jangan iri kamu Ndii.." ucap Putri seraya menjulurkan lidahnya lalu duduk disampingku.
Yellin terlihat masih berdiri menghadap lapangan sambil meminum es yg ada ditangannya.

"Goo, ajak ngobrol tuh si Yellin.." bisikku pada Argo.

"Malu bego.. baru kenal" jawab Argo.

"Yellin , jangan berdiri disitu nanti kena bola.." ucap Putri.

"Iyaa Yel.. sini aja disamping Argo bersih itu bisa buat duduk.." ucapku menimpali.

Argo sedikit menyikut lenganku.

"Kaleum bro.." bisikku pada Argo.

Beberapa saat kemudian akhirnya Yellin duduk disamping Argo dan mereka pun mulai berbincang. Aku hanya tersenyum kecil melihat mereka, sampai kemudian Putri menepuk pundakku dan berkata..

"Tadi kamu keren fii.." ucap Putri seraya memberikan sebungkus tissue.

"Engga ah biasa aja.." jawabku menerima tissue itu dan meminum es pemberian Putri.

"iiihhh rafii.. sok cool banget sih.." ucap Putri memanyunkan bibirnya.

"Wkwkwkwwkk engga.. emang biasa aja kok, keren itu kalo aku bisa nendang bola sambil terbang" ucapku sambil tertawa.

"Tauu ah.. kamu nyebelin.." lanjut Putri.

"Iyaa dehh iyaa.. makasih esnya ya cantiknya mamah.." bisikku meledek.

Belum sempat aku tertawa dan mendengar ocehan Putri lagi, tiba2 lenganku terasa sangat nyeri dan pedas.

"Ataaaahh taaaahh taaaahh.." ucapku menahan sakit.

"Mau nyebelin lagi?" Ucap Putri sambil mengangkat alisnya.

"Enggaa.. ampuun.." jawabku seraya mengelus lengan.

Selama pertandingan berlangsung aku dan Putri hanya melihat dan sedikit berkomentar dengan beberapa kejadian di lapangan. Lalu beberapa saat kemudian pertandingan pun selesai, Pak Bahri memberi waktu 30menit untuk anak kelas 6 beristirahat. Mereka memenangkan pertandingan tersebut dengan skor telak 4-0.

Argo dan aku pun berpamitan pada Putri dan Yellin untuk kembali melakukan pemanasan di lapangan.

30menit telah usai, kami diharuskan untuk kembali melakukan persiapan pertandingan. Terlihat para siswa kelas 6 yg tengah berjalan memasuki lapangan, aku agak gerogi melihat postur tubuh mereka yg tinggi dan berbadan sedikit lebih besar dariku.


"Siaap yaa.. main cantik, sportif" ucap Pak Bahri.

"Siaap pak.." jawab para siswa yg sudah berkumpul di lapangan.

Setelah melakukan undian koin, kelas kami kembali mendapat kesempatan untuk mengambil kick off.


Priiiiiiiitt!!!!

Pertandingan pun dimulai.

Awal pertandingan seringkali terjadi perebutan bola di daerah tengah, tentunya membuat aku sedikit kualahan mengimbangi pemain tengah mereka. Gerakannya sangat lincah dan agresif, keadaan itu memaksaku untuk berfikir cepat bagaimana solusinya.

Setelah beberapa kali tim kami melakukan serangan, ada kesempatan bola rebound menuju ke arahku tepat beberapa meter di depan gawang mereka. Tanpa membuang waktu aku langsung menembakkan bola itu ke arah gawang, aku menendang dengan kaki bagian luar yg membuat arah bola menjadi melengkung dan melewati pemain belakang mereka di depanku.


Priiiiiiiiitt!!!

Bola yg kutembakkan tadi ternyata melesat masuk ke pojok atas gawang mereka.

"Wuuuhuuuu.. mantep fiii..!!" Ucap Argo seraya berlari mendekat lalu menaiki punggungku.
"Kaleum bro.. bisa menang ini.." ucapku pada Argo.

Kedudukan sementara menjadi 1-0 untuk tim kami.
Lalu setelah mereka ketinggalan skor, tempo serangan mereka semakin menjadi-jadi. Aku terpaksa harus mundur untuk membantu pertahanan. Seorang siswa kelas 6 berbadan tinggi dan agak kurus lah yg paling merepotkan. Nuridin yg menjadi pemain belakang kami, sempat beberapa kali kerepotan dan akhirnya terpaksa melakukan tackling cukup keras pada siswa tersebut.

Setelah Nuridin melakukan tackling yg cukup keras itu, tiba2 ada seorang siswa kelas 6 yg berlari dan langsung mendorong Nuridin hingga tersungkur. Aku yg panik takut terjadi sesuatu pun berlari dan berusaha melerai mereka.

"Eehh broo udah bro, sorry sorry.." ucapku pada siswa kelas 6 itu.

"Tau apa lu monyet, gausah ikut campur lu anjg!!" Umpatnya.

Mendengar ucapannya yg mencaci maki di depan mukaku, aku langsung tersulut emosi.

"Santai anjg!! Kenapa lu ngatain gw bgsd??!!" Ucapku seraya melompat dan menendang dadanya hingga tersungkur.

Dia terlihat memegangi dadanya sambil meringis kesakitan, namun tanpa mempedulikan hal itu aku kembali menghampiri dan menindihnya. Tanpa ragu lehernya kucengkeram dengan kuat serta tangan kananku yg sudah mengepal dan bersiap memukul wajahnya.

"Buuuggg!!" Tanganku mendarat telak di pelipis kanannya.

"Woyy udah woyy!!" Teriak seseorang.

"Buuugg!!!"
Aku merasakan sebuah hantaman cukup keras di bagian tengkukku. Setelah itu pandanganku menjadi hitam dan gelap, tubuhku tidak bisa merasakan apapun.




Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri. tiba2 aku merasakan usapan tangan di keningku berkali2. Aku berusaha membuka mata, namun pening di kepala yg teramat sakit membuat semakin berat usahaku untuk membuka mata.


"Fiii.. rafii.. banguuun" samar2 aku mendengar suara yg begitu lembut dan sebuah isak tangis lirih di telingaku. Pikiranku langsung teringat pada Putri.

Aku kembali berusaha membuka mata. Kali ini aku paksakan dengan menahan rasa pening di kepalaku. Setelah beberapa kali aku mencoba, akhirnya sedikit demi sedikit samar2 aku bisa melihat cahaya kecil dari mataku.


"Rafiii.. bangun dong.."
Kali ini aku merasakan sentuhan di lenganku.

Setelah beberapa saat, akhirnya aku berhasil membuka mata dan menatap langit2 berwarna putih. Ingin sekali aku menggerakkan leherku namun terasa sangat nyeri, lantas aku hanya bisa menatap langit2 berwarna putih yg sepertinya itu adalah sebuah asbes.

"Aku dimana?" Ucapku lirih.

Setelah aku bertanya, isak tangis lirih yg sempat kudengar tadi tiba2 berhenti.

"Rafiiii.. kamu udah bangun.. alhamdulillah yaa Allah.." ucap seseorang yg suaranya tak asing lagi bagiku. Iyaa itu suara Putri.

"Aku dimana?" Ucapku lagi.

"Kamu sekarang di rumah sakit fii.. ini aku Putri.. bangun yaa, jangan merem lagi.." ucap Putri dengan suara parau seraya mengusap keningku.

Aku hanya diam mencoba mengingat kembali apa yg terjadi padaku saat itu. Namun ingatanku hanya sebatas memukul seorang siswa kelas 6 tadi.

"Kamu mau minum? Bisa duduk engga? Ehh pake sendok ya.." ucap Putri.

Aku hanya menganggukkan kepala. Setelah itu aku merasakan ada sebuah benda dingin menempel di bibirku, aku membuka mulut perlahan dan air mengucur masuk kedalam tenggorokanku, ku lakukan itu berulang kali hingga tersedak.

"Uhuukk uhuukk!"

"Yaa Allah pelan2 rafii.. udah yaa nanti lagi minumnya.." ucap Putri.

Aku hanya menganggukkan kepala pelan. Lalu terdengar sebuah kursi yg bergeser dan usapan di keningku.

"Masih pusing ya? Aku panggilin bapak sama ibu kamu sebentar ya" ucap Putri yg akan beranjak dari kursinya.

"Aku mau liat kamu sebentar" ucapku lirih.

Putri kembali mendekat dan berdiri disampingku, kali ini wajahnya terlihat jelas. Entah mengapa timbul rasa tenang setelah melihat senyum Putri.

"Kamu tadi pingsan di lapangan, kata Argo kamu berantem terus dipukul dari belakang.. aku gamau kamu berantem lagi ya.. aku takuuut.." ucap Putri kembali menitikan air matanya.

"Aku mau belain Nuridin tadi.." jawabku parau.

"Iyaa.. tapi aku gamau kamu berantem lagi.. aku gamau liat kamu kaya gini lagii.." lanjut Putri seraya mengusap keningku.

"Iyaa.." ucapku tersenyum kecil.

"Yaudah aku panggilin bapak sama ibu kamu dulu ya, tadi bapak kamu disini tapi ibu kamu gak bisa masuk karna bawa adek kamu, nanti aku gendong adek kamu dulu" ujar Putri.

"Makasih ya Put.." ucapku lirih.

Putri menganggukkan kepalanya seraya tersenyum manis. Beberapa saat kemudian Putri beranjak keluar pergi, lalu tak lama berselang bapak dan ibuku datang.

"Alhamdulillah yaa Allah.." ucap ibuku seraya memelukku.

"Aduuh sakit bu.." jawabku menahan nyeri di tengkukku karna tertekan.

"Ehh iyaa maaf maaf Ibu gak sengaja.. pak kayaknya harus panggil dokter buat ngecek keadaan mamas" ucap Ibu pada bapak.

"Iyaa bentar.." jawab bapak seraya pergi meninggalkan kami.

"Kamu berantem ya tadi? Ibu kan udah bilang jangan berantem di sekolah, yg akur sama temennya.. jadi gini kan.. mana lagi yg sakit?" Tanya Ibu.

"Aku mau belain Nuridin tadi, dia di dorong kakak kelas" jawabku singkat.

"Iyaa Ibu udah tau, tadi Pak Bahri udah cerita. Yaudaah sekali ini aja yaa.. besok2 ga boleh berantem lagi.. Ibu gamau kamu kenapa2.. apalagi sampe kaya gini.." lanjut Ibu.

"Iyaa Buu.. aku gapapa kok" jawabku.

"Gapapa gimana? Pingsan gitu gapapa.. udah nanti setelah kenaikan kelas kita pindah ke Te*** lagi terus kamu balik ke sekolah lama yaa.., kebetulan minggu lalu bapak dapet surat tugas di Te*** lagi.." ucap Ibu.

"Hahh?? Kok gitu Bu? Aku males pindah2 lagi.." jawabku.

"Yaa mau gimana, kita kan harus ikut lokasi kerja bapak, kasian bapak kalo berangkat pulangnya kejauhan.." lanjut Ibu.

"Hmmmmmm.." aku hanya menghela nafas.






To be continued.


Sebenarnya sebelum kejadian ini, masih ada beberapa cerita menarik tentang Putri. Tapi karna Part Putri sudah banyak gw putusin buat siap2 mengakhiri part Putri ya gansis. Takutnya thread gw bikin kalian bosen, dan karna alasan gw udah ga kuat lagi kalo harus nostalgia cerita tentang Putri jadi ya mau gamau harus lanjut Part berikutnya.

Ohh iyaa satu lagi gansis, karna keterbatasan waktu nulis gw yg harus terpotong karna gw sudah mulai nguli lagi di Korea. Mungkin gw bakal up Part-Part berikutnya satu minggu sekali ya. Tapi gak menutup kemungkinan bisa lebih cepat dari itu. (Ceilee yakin banget ada yg suka sama thread gw awowkwowkwowk).