- Beranda
- Stories from the Heart
Nan and Sexaworld
...
TS
beavermoon
Nan and Sexaworld

Spoiler for Peringatan:
Cerita ini mengandung unsur seksual vulgar.
Jika belum boleh, disarankan untuk tunggu sampai waktunya.
Jika sudah boleh, mainkan imajinasimu.
Jika belum boleh, disarankan untuk tunggu sampai waktunya.
Jika sudah boleh, mainkan imajinasimu.
Pernahkah kalian menggunakan aplikasi kencan? Apa alasannya? Mencari jodoh? Mencoba peruntungan? Atau mencari pelarian dari sakit hati?
Nanda mulai pengalamannya dengan aplikasi kencan untuk pertama kalinya. Bukan tanpa sebab, sakit hati menjadi alasannya. Ia pun mencoba mencari pelarian di aplikasi tersebut, hingga tak diduga, ia kembali menemukan perasaannya di sana.
Lantas, apakah ia akan kembali jatuh cinta setelah sakit hati sebelumnya?
Spoiler for Episode:
1. Bersemi dengan Indah.
2. Terlalu Lama? Tidak, bahkan Terlalu Cepat. (Part 1)
3. Terlalu Lama? Tidak, bahkan Terlalu Cepat. (Part 2)
4. Terlalu Lama? Tidak, bahkan Terlalu Cepat. (Part 3)
5. Langit Abu-Abu. (Part 1)
6. Langit Abu-Abu. (Part 2)
7. Pelampiasan dari Sisa Kenangan. (Part 1)
8. Pelampiasan dari Sisa Kenangan. (Part 2)
9. When The World Is Yours...
10. Take Your Time...
11. Semua Orang Punya Rahasia.
12. Nan... (Part 1)
13. Nan... (Part 2)
14. Perdebatan Batin. (Part 1)
15. Perdebatan Batin. (Part 2)
16. Tak Sengaja...
17. Di Bawah Hujan, Semuanya Terungkap.
18. Upaya Maksimal. (Part 1)
19. Upaya Maksimal. (Part 2)
20. Dilema. (Part 1)
21. Dilema. (Part 2)
22. Maaf, dan Terima Kasih... (Part 1)
23. Maaf, dan Terima Kasih... (Part 2)
24. When The World is Mine... (FINALE)
Behind The Nan...
2. Terlalu Lama? Tidak, bahkan Terlalu Cepat. (Part 1)
3. Terlalu Lama? Tidak, bahkan Terlalu Cepat. (Part 2)
4. Terlalu Lama? Tidak, bahkan Terlalu Cepat. (Part 3)
5. Langit Abu-Abu. (Part 1)
6. Langit Abu-Abu. (Part 2)
7. Pelampiasan dari Sisa Kenangan. (Part 1)
8. Pelampiasan dari Sisa Kenangan. (Part 2)
9. When The World Is Yours...
10. Take Your Time...
11. Semua Orang Punya Rahasia.
12. Nan... (Part 1)
13. Nan... (Part 2)
14. Perdebatan Batin. (Part 1)
15. Perdebatan Batin. (Part 2)
16. Tak Sengaja...
17. Di Bawah Hujan, Semuanya Terungkap.
18. Upaya Maksimal. (Part 1)
19. Upaya Maksimal. (Part 2)
20. Dilema. (Part 1)
21. Dilema. (Part 2)
22. Maaf, dan Terima Kasih... (Part 1)
23. Maaf, dan Terima Kasih... (Part 2)
24. When The World is Mine... (FINALE)
Behind The Nan...
Diubah oleh beavermoon 01-04-2023 20:22
bukhorigan dan 2 lainnya memberi reputasi
3
4K
Kutip
30
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beavermoon
#17
Spoiler for 15. Perdebatan Batin. (Part 2):
“Aku boleh nanya-nanya ngga Di?” Tanya Nanda.
“Boleh kok Mas, mau nanya apa?” Ucapnya.
“Anggep aja aku suka sama kamu, terus suatu ketika aku minta kamu buat berhenti dari Sexaworld. Kamu bakalan ikutin atau gimana?” Tanya Nanda.
“Tapi Mas Nanda ngga beneran suka sama aku kan?” Tanya Diandra balik.
“Ngga kok, perumpamaan aja. Aku sama Batak udah bikin perjanjian ngga tertulis, kalau kita anggep kamu jadi adik kita. Tugas kita jagain kamu, sekalipun dia juga belum tau kalau kamu ada di Sexaworld.” Jelas Nanda.
“Kok aku terharu ya…”
Nanda tersenyum lalu menepuk pundak Diandra pelan.
“...makasih ya Mas. Nah, menanggapi pertanyaan Mas Nanda, kalau emang aku juga suka sama Mas Nanda, ada kemungkinan kalau aku mau berhenti. Eh, bentar…”
Nanda menatapnya heran.
“...Mas Nanda, lagi suka sama perempuan dari Sexaworld?” Ucapnya.
Ekspresi Nanda cukup menggambarkan jawaban dari apa yang Diandra tanya, tentu saja Diandra cukup dibuat terkejut setelah mengetahui itu. Ia mendekatkan posisi duduknya ke arah Nanda.
“Beneran Mas?” Tanya Diandra sekali lagi.
Nanda mengangguk pelan, “Baru kamu yang tau, bahkan Batak aja belum aku ceritain. Niatku hari ini juga mau ngasih tau dia, malah keduluan sama kamu.”
“Kok bisa Mas? Bukannya orang-orang di Sexaworld cuma mau bersetubuh doang sekalipun disegmen kencan buta?” Tanya Diandra.
“Kalau kamu nanya kenapa bisa, aku ngga paham. Kamu pernah ngga sih ketemu sama seseorang yang baru kamu kenal, dia memperlakukan kamu dengan baik, dan tiba-tiba kamu suka sama dia.?” Ucap Nanda.
“Mas Nanda kurang apa soal memperlakukan aku, sangat baik, tapi jujur aja aku ngga pernah sedikitpun suka sama Mas Nanda. Bukan ngga deh, belum kali ya.” Jawab Diandra.
“Itu yang jadi perdebatan antara kepala aku sama perasaan aku kali ya, apa bener ini namanya suka atau cuma selewat aja karena udah lama juga sendirian.” Jawab Nanda.
“Tapi menurutku ya Mas, kalau emang Mas bisa langsung suka sama orang yang baru dikenal, mungkin emang udah waktunya Mas menjalin hubungan lagi sama seseorang. Terlepas apapun yang dia lakukan, semuanya kembali ke Mas Nanda sih.” Jelas Diandra.
Andreas datang mendekat, mereka pun menyadari kedatangannya. Tentu saja tatapan mereka dibuat heran dengan seseorang yang datang bersamanya.
“Nah, kenalkan ini Abangku, dan ini adekku.” Ucap Andreas.
Perempuan itu mengulurkan tangannya kepada Diandra terlebih dahulu sambil memperkenalkan namanya, kemudian ia berlanjut menuju Nanda.
“Kita mau pindah meja aja Bang?” Tanya Andreas.
Nanda melihat isyarat berupa kedipan mata yang diberikan oleh Andreas.
“Boleh, pilihin aja mejanya, gue sama Diandra nyusul.” Jawabnya.
Andreas kembali mengedipkan matanya untuk berterima kasih, mereka pun berpindah ke salah satu meja yang ada di pinggir. Diandra dan Silvi duduk di tengah sementara Andreas dan Nanda menempati pinggir sofa.
“Kak Silvi udah sering ke Paladin?” Tanya Diandra.
“Ngga sering, beberapa kali aja. Kalian pasti regulerya di sini.” Ucapnya.
“Aku sih baru boleh sekarang Kak, Mas Nanda sama Bang Batak yang udah jadi penghuni tetap di sini.” Jawab Diandra.
Silvi sempat melirik ke arah Andreas, “Adik kamu lucu banget ya, gemesin.”
“Sudah pasti dong, siapa dulu Abangnya.” Sahut Andreas.
Silvi kembali menatap Diandra, “Eh ngomong-ngomong, aku suka deh sama kemeja yang kamu pake. Ini brand apa kalau boleh tau?”
“Aku lupa Kak…” Diandra mendekat ke arah Silvi, “Kak Silvi bisa liat deh, maaf ya Kak nyuruh-nyuruh.”
“Nggapapa kok, aku liat ya…” Silvi melihat label kemeja Diandra, “oalah pantesan, aku sama sekali belum punya brand ini.”
“Serius Kak? Masa sih?” Tanya Diandra penasaran.
“Iya karena buat aku…”
Nanda dan Andreas beradu pandang dan saling memberikan isyarat tak terucap.
“Cemana nih Bang? Malah seru mereka berdua.” Tanya Andreas.
“Biarin aja, kasih mereka waktu.” Jawab Nanda.
“Gagal lagi kayaknya aku.” Keluh Andreas.
“Diandra jadi pemikat buat Silvi, dia bakalan jadi lebih deket sama lo.” Jelas Nanda.
“Serius kau Bang?” Tanya Andreas lagi.
“Percaya sama gue.” Jawabnya.
Sebuah isyarat yang jika dilihat oleh orang lain hanyalah kedipan mata, kepala yang bergerak ke kiri dan ke kanan, dan anggukan kepala. Datanglah seorang pelayan yang membawakan ember stainless berisi es batu dan juga satu botol minuman baru. Pelayan tersebut juga meletakkan empat gelas kosong di hadapan mereka.
“Terima kasih ya…” Andreas membuka botol tersebut, “mari kita minum dulu.”
Andreas memasukkan es batu ke dalam masing-masing gelas, kemudian minuman dituangkan seperlunya. Mereka mengangkat gelas masing-masing, Kling!
Malam semakin larut dengan suasananya, Nanda melihat ke arah Andreas dan juga Silvi yang sedang menikmati alunan lagu di tengah kerumunan beberapa orang.
“Mas Nanda ngga suka ke tengah ya?” Tanya Diandra.
“Beberapa tahun lalu mungkin iya. Sekarang udah ngga.” Jawabnya.
“Aku mau gabung Bang Batak sama Kak Silvi deh Mas, kepalaku lumayan pusing.” Ucap Diandra.
“Yaudah kamu ke sana aja, jangan jauh-jauh dari mereka tapi.” Pinta Nanda.
“Oke, tinggal sebentar ya Mas.”
Diandra pun meninggalkan Nanda untuk bergabung bersama Andreas dan Silvi. Kedatangan Diandra membuat Andreas melihat ke arah Nanda. Sebuah isyarat kembali Nanda lempar kepadanya, Andreas menganggukkan kepalanya dan membiarkan Diandra berdiri di antara mereka.
Nanda menyalakan sebatang rokok, kemudian ia menyandarkan badannya seraya minum secara perlahan. Ting! Nanda mengambil ponselnya dari saku kemeja, matanya sedikit terbuka lebar setelah membaca pesan masuk dari Kinan.
“Kamu sendirian aja di Paladin?” Kinan.
Nanda sempat melihat sekeliling, namun dengan pencahayaan yang kurang, ia tidak dapat melihat dengan jelas. Ia pun membalas pesan Kinan.
“Kamu di Paladin juga? Aku ngga liat kamu.”
Ting! “Aku punya ilmu buat tau lokasi kamu di mana.” Kinan.
“Aku percaya lagi.”
Ting! “Hahaha. Aku juga punya ilmu buat teleportasi dan pindah ke depan kamu sekarang.” Kinan.
Nanda menatap ke depan, pandangannya sedikit ke arah atas, kemudian ia pun tersenyum begitu saja. Didapatinya Kinan yang sudah berdiri di hadapannya dengan mengenakan dress berwarna biru tua. Nanda pun berdiri sambil melihat Kinan secara keseluruhan hingga akhirnya mereka beradu pandang.
“Kamu kenapa ngeliatinnya begitu?” Tanya Kinan.
“Cantik.” Jawabnya singkat.
Kinan dibuat sedikit malu dengan ucapan Nanda.
“Makasih ya. Ngomong-ngomong, kamu sama siapa?” Tanya Kinan.
“Temen-temen aku, mereka lagi di sana semua…” Nanda menunjuk ke arah bawah, “kamu sendiri sama siapa ke sini?”
Kinan menunjukkan ponselnya kepada Nanda, “Aku lagi ada tamu, dia ngajakin aku ke sini.”
Keterpanaan Nanda nampak sedikit memudar dari wajahnya, mengetahui bahwa Kinan sedang bersama dengan orang lain. Dengan segera ia mencoba kembali fokus pada pembicaraan bersama Kinan.
“Nggapapa kamu nemuin aku di sini?” Tanya Nanda.
“Kayaknya aku ngga bisa lama-lama, nanti dia malah nyariin. Kalau gitu aku ke sana lagi ya, titip salam sama temen-temen kamu.” Ucap Kinan.
Nanda mengangguk pertanda setuju, Kinan pun sempat melempar senyum sebelum akhirnya ia berjalan menjauh untuk kembali menemui tamunya. Nanda tak sedikitpun melepas pandangannya hingga kepalanya hampir mengarah ke belakang.
“Mas…”
Pandangan Nanda kembali ke arah depan, ia melihat Diandra bersama dengan Andreas dan Silvi sudah kembali menemaninya.
“...liatin apa sampai begitu?” Tanya Diandra.
“Bukan liatin apa, tapi liatin siapa.” Sahut Andreas.
Nanda menyandarkan badannya, “Gue kira ada kenalan yang gue kenal, ternyata salah. Soalnya kalau sampai bener, bisa ada skandal nanti.”
“Skandal apa Mas? Perselingkuhan?” Tanya Diandra.
“Ya begitu deh.” Jawab Nanda berbohong.
“Eh ngomong-ngomong perselingkuhan, aku ada rumor nih mengenai salah satu staf dari salah satu divisi di Kantor kita.” Sahut Andreas.
“Siapa Bang?” Tanya Diandra penasaran.
“Jadi, kurang lebih satu bulan lalu…”
Andreas seperti menyelamatkan Nanda dari kebohongan yang baru saja ia buat, mereka pun larut dalam perbincangan mengenai rumor yang beredar di Kantor. Malam berlanjut dengan sengaja, menemani Nanda yang sedang berjalan untuk kembali ke rumahnya.
Ia sengaja untuk pulang menggunakan bus, membiarkan Andreas menikmati malam bersama Silvi, dengan syarat mengantarkan Diandra pulang terlebih dahulu.
Ting! Nanda mengambil ponselnya, ada sebuah pesan masuk dari Kinan.
“Kamu udah pulang?”
Nanda membalas pesan tersebut, pandangannya tertuju pada ponselnya selagi berjalan. Ia pun tiba di dalam kamar, setelah meletakkan tas di atas meja, Nanda segera merebahkan dirinya di atas kasur. Ting!
“Istirahat, biar besok bisa tetep kerja.”
Nanda tak membalas pesan Kinan, ia merentangkan tangannya lalu menatapi langit-langit kamarnya dalam diam. Kembali terlintas soal Kinan, yang ia temui dengan tidak sengaja. Perdebatan batin yang tidak akan menemukan ujung selagi tidak ada tindakan dari Nanda sendiri. Ia memilih untuk memejamkan mata dan melupakan ini semua, hanya untuk sementara.
“Boleh kok Mas, mau nanya apa?” Ucapnya.
“Anggep aja aku suka sama kamu, terus suatu ketika aku minta kamu buat berhenti dari Sexaworld. Kamu bakalan ikutin atau gimana?” Tanya Nanda.
“Tapi Mas Nanda ngga beneran suka sama aku kan?” Tanya Diandra balik.
“Ngga kok, perumpamaan aja. Aku sama Batak udah bikin perjanjian ngga tertulis, kalau kita anggep kamu jadi adik kita. Tugas kita jagain kamu, sekalipun dia juga belum tau kalau kamu ada di Sexaworld.” Jelas Nanda.
“Kok aku terharu ya…”
Nanda tersenyum lalu menepuk pundak Diandra pelan.
“...makasih ya Mas. Nah, menanggapi pertanyaan Mas Nanda, kalau emang aku juga suka sama Mas Nanda, ada kemungkinan kalau aku mau berhenti. Eh, bentar…”
Nanda menatapnya heran.
“...Mas Nanda, lagi suka sama perempuan dari Sexaworld?” Ucapnya.
Ekspresi Nanda cukup menggambarkan jawaban dari apa yang Diandra tanya, tentu saja Diandra cukup dibuat terkejut setelah mengetahui itu. Ia mendekatkan posisi duduknya ke arah Nanda.
“Beneran Mas?” Tanya Diandra sekali lagi.
Nanda mengangguk pelan, “Baru kamu yang tau, bahkan Batak aja belum aku ceritain. Niatku hari ini juga mau ngasih tau dia, malah keduluan sama kamu.”
“Kok bisa Mas? Bukannya orang-orang di Sexaworld cuma mau bersetubuh doang sekalipun disegmen kencan buta?” Tanya Diandra.
“Kalau kamu nanya kenapa bisa, aku ngga paham. Kamu pernah ngga sih ketemu sama seseorang yang baru kamu kenal, dia memperlakukan kamu dengan baik, dan tiba-tiba kamu suka sama dia.?” Ucap Nanda.
“Mas Nanda kurang apa soal memperlakukan aku, sangat baik, tapi jujur aja aku ngga pernah sedikitpun suka sama Mas Nanda. Bukan ngga deh, belum kali ya.” Jawab Diandra.
“Itu yang jadi perdebatan antara kepala aku sama perasaan aku kali ya, apa bener ini namanya suka atau cuma selewat aja karena udah lama juga sendirian.” Jawab Nanda.
“Tapi menurutku ya Mas, kalau emang Mas bisa langsung suka sama orang yang baru dikenal, mungkin emang udah waktunya Mas menjalin hubungan lagi sama seseorang. Terlepas apapun yang dia lakukan, semuanya kembali ke Mas Nanda sih.” Jelas Diandra.
Andreas datang mendekat, mereka pun menyadari kedatangannya. Tentu saja tatapan mereka dibuat heran dengan seseorang yang datang bersamanya.
“Nah, kenalkan ini Abangku, dan ini adekku.” Ucap Andreas.
Perempuan itu mengulurkan tangannya kepada Diandra terlebih dahulu sambil memperkenalkan namanya, kemudian ia berlanjut menuju Nanda.
“Kita mau pindah meja aja Bang?” Tanya Andreas.
Nanda melihat isyarat berupa kedipan mata yang diberikan oleh Andreas.
“Boleh, pilihin aja mejanya, gue sama Diandra nyusul.” Jawabnya.
Andreas kembali mengedipkan matanya untuk berterima kasih, mereka pun berpindah ke salah satu meja yang ada di pinggir. Diandra dan Silvi duduk di tengah sementara Andreas dan Nanda menempati pinggir sofa.
“Kak Silvi udah sering ke Paladin?” Tanya Diandra.
“Ngga sering, beberapa kali aja. Kalian pasti regulerya di sini.” Ucapnya.
“Aku sih baru boleh sekarang Kak, Mas Nanda sama Bang Batak yang udah jadi penghuni tetap di sini.” Jawab Diandra.
Silvi sempat melirik ke arah Andreas, “Adik kamu lucu banget ya, gemesin.”
“Sudah pasti dong, siapa dulu Abangnya.” Sahut Andreas.
Silvi kembali menatap Diandra, “Eh ngomong-ngomong, aku suka deh sama kemeja yang kamu pake. Ini brand apa kalau boleh tau?”
“Aku lupa Kak…” Diandra mendekat ke arah Silvi, “Kak Silvi bisa liat deh, maaf ya Kak nyuruh-nyuruh.”
“Nggapapa kok, aku liat ya…” Silvi melihat label kemeja Diandra, “oalah pantesan, aku sama sekali belum punya brand ini.”
“Serius Kak? Masa sih?” Tanya Diandra penasaran.
“Iya karena buat aku…”
Nanda dan Andreas beradu pandang dan saling memberikan isyarat tak terucap.
“Cemana nih Bang? Malah seru mereka berdua.” Tanya Andreas.
“Biarin aja, kasih mereka waktu.” Jawab Nanda.
“Gagal lagi kayaknya aku.” Keluh Andreas.
“Diandra jadi pemikat buat Silvi, dia bakalan jadi lebih deket sama lo.” Jelas Nanda.
“Serius kau Bang?” Tanya Andreas lagi.
“Percaya sama gue.” Jawabnya.
Sebuah isyarat yang jika dilihat oleh orang lain hanyalah kedipan mata, kepala yang bergerak ke kiri dan ke kanan, dan anggukan kepala. Datanglah seorang pelayan yang membawakan ember stainless berisi es batu dan juga satu botol minuman baru. Pelayan tersebut juga meletakkan empat gelas kosong di hadapan mereka.
“Terima kasih ya…” Andreas membuka botol tersebut, “mari kita minum dulu.”
Andreas memasukkan es batu ke dalam masing-masing gelas, kemudian minuman dituangkan seperlunya. Mereka mengangkat gelas masing-masing, Kling!
Malam semakin larut dengan suasananya, Nanda melihat ke arah Andreas dan juga Silvi yang sedang menikmati alunan lagu di tengah kerumunan beberapa orang.
“Mas Nanda ngga suka ke tengah ya?” Tanya Diandra.
“Beberapa tahun lalu mungkin iya. Sekarang udah ngga.” Jawabnya.
“Aku mau gabung Bang Batak sama Kak Silvi deh Mas, kepalaku lumayan pusing.” Ucap Diandra.
“Yaudah kamu ke sana aja, jangan jauh-jauh dari mereka tapi.” Pinta Nanda.
“Oke, tinggal sebentar ya Mas.”
Diandra pun meninggalkan Nanda untuk bergabung bersama Andreas dan Silvi. Kedatangan Diandra membuat Andreas melihat ke arah Nanda. Sebuah isyarat kembali Nanda lempar kepadanya, Andreas menganggukkan kepalanya dan membiarkan Diandra berdiri di antara mereka.
Nanda menyalakan sebatang rokok, kemudian ia menyandarkan badannya seraya minum secara perlahan. Ting! Nanda mengambil ponselnya dari saku kemeja, matanya sedikit terbuka lebar setelah membaca pesan masuk dari Kinan.
“Kamu sendirian aja di Paladin?” Kinan.
Nanda sempat melihat sekeliling, namun dengan pencahayaan yang kurang, ia tidak dapat melihat dengan jelas. Ia pun membalas pesan Kinan.
“Kamu di Paladin juga? Aku ngga liat kamu.”
Ting! “Aku punya ilmu buat tau lokasi kamu di mana.” Kinan.
“Aku percaya lagi.”
Ting! “Hahaha. Aku juga punya ilmu buat teleportasi dan pindah ke depan kamu sekarang.” Kinan.
Nanda menatap ke depan, pandangannya sedikit ke arah atas, kemudian ia pun tersenyum begitu saja. Didapatinya Kinan yang sudah berdiri di hadapannya dengan mengenakan dress berwarna biru tua. Nanda pun berdiri sambil melihat Kinan secara keseluruhan hingga akhirnya mereka beradu pandang.
“Kamu kenapa ngeliatinnya begitu?” Tanya Kinan.
“Cantik.” Jawabnya singkat.
Kinan dibuat sedikit malu dengan ucapan Nanda.
“Makasih ya. Ngomong-ngomong, kamu sama siapa?” Tanya Kinan.
“Temen-temen aku, mereka lagi di sana semua…” Nanda menunjuk ke arah bawah, “kamu sendiri sama siapa ke sini?”
Kinan menunjukkan ponselnya kepada Nanda, “Aku lagi ada tamu, dia ngajakin aku ke sini.”
Keterpanaan Nanda nampak sedikit memudar dari wajahnya, mengetahui bahwa Kinan sedang bersama dengan orang lain. Dengan segera ia mencoba kembali fokus pada pembicaraan bersama Kinan.
“Nggapapa kamu nemuin aku di sini?” Tanya Nanda.
“Kayaknya aku ngga bisa lama-lama, nanti dia malah nyariin. Kalau gitu aku ke sana lagi ya, titip salam sama temen-temen kamu.” Ucap Kinan.
Nanda mengangguk pertanda setuju, Kinan pun sempat melempar senyum sebelum akhirnya ia berjalan menjauh untuk kembali menemui tamunya. Nanda tak sedikitpun melepas pandangannya hingga kepalanya hampir mengarah ke belakang.
“Mas…”
Pandangan Nanda kembali ke arah depan, ia melihat Diandra bersama dengan Andreas dan Silvi sudah kembali menemaninya.
“...liatin apa sampai begitu?” Tanya Diandra.
“Bukan liatin apa, tapi liatin siapa.” Sahut Andreas.
Nanda menyandarkan badannya, “Gue kira ada kenalan yang gue kenal, ternyata salah. Soalnya kalau sampai bener, bisa ada skandal nanti.”
“Skandal apa Mas? Perselingkuhan?” Tanya Diandra.
“Ya begitu deh.” Jawab Nanda berbohong.
“Eh ngomong-ngomong perselingkuhan, aku ada rumor nih mengenai salah satu staf dari salah satu divisi di Kantor kita.” Sahut Andreas.
“Siapa Bang?” Tanya Diandra penasaran.
“Jadi, kurang lebih satu bulan lalu…”
Andreas seperti menyelamatkan Nanda dari kebohongan yang baru saja ia buat, mereka pun larut dalam perbincangan mengenai rumor yang beredar di Kantor. Malam berlanjut dengan sengaja, menemani Nanda yang sedang berjalan untuk kembali ke rumahnya.
Ia sengaja untuk pulang menggunakan bus, membiarkan Andreas menikmati malam bersama Silvi, dengan syarat mengantarkan Diandra pulang terlebih dahulu.
Ting! Nanda mengambil ponselnya, ada sebuah pesan masuk dari Kinan.
“Kamu udah pulang?”
Nanda membalas pesan tersebut, pandangannya tertuju pada ponselnya selagi berjalan. Ia pun tiba di dalam kamar, setelah meletakkan tas di atas meja, Nanda segera merebahkan dirinya di atas kasur. Ting!
“Istirahat, biar besok bisa tetep kerja.”
Nanda tak membalas pesan Kinan, ia merentangkan tangannya lalu menatapi langit-langit kamarnya dalam diam. Kembali terlintas soal Kinan, yang ia temui dengan tidak sengaja. Perdebatan batin yang tidak akan menemukan ujung selagi tidak ada tindakan dari Nanda sendiri. Ia memilih untuk memejamkan mata dan melupakan ini semua, hanya untuk sementara.
*
i4munited dan oktavp memberi reputasi
2
Kutip
Balas