Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pilottempur1718Avatar border
TS
pilottempur1718
Soal Kata Maneh ke Pejabat, Budayawan: Dari Dulu Sudah Biasa
Soal Kata Maneh ke Pejabat, Budayawan: Dari Dulu Sudah Biasa

Bandung - Muhammad Sabil, seorang guru SMK di Cirebon, Jawa Barat sedang dirundung masalah. Gegara kata maneh yang ditulis di unggahan Instagram Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Sabil dipecat dari sekolah tempatnya bekerja.

Bukan cuma itu, Sabil sempat mendapat hujatan dari netizen karena kata maneh yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti 'kamu' itu. Kata maneh dianggap kasar oleh sebagian orang.

Namun beda untuk Hawe Setiawan, akademisi dari Universitas Pasundan sekaligus seorang budayawan Sunda.

Bagi Hawe, maneh adalah kata yang biasa-biasa saja. Hawe mengatakan, maneh punya pasangan dalam bahasa Sunda, yakni aing atau saya.

"Kata maneh itu kata yang lumrah dipakai menurut saya, pasangannya aing. Kalau sekarang kata aing jadi populer, kenapa kata maneh nggak boleh, yang penting dia ekspresif," kata Hawe saat diwawancarai detikJabar, Jumat (17/3/2023).

Kemudian Hawe memaparkan penggunaan kata maneh kepada seorang pejabat, seperti halnya yang dilakukan Sabil kepada Ridwan Kamil. Menurut dia, maneh sudah sejak dulu sering digunakan untuk menyebut seseorang, bahkan pejabat sekalipun.

Bahkan kata maneh sendiri tertuang dalam lirik lagu Sunda berjudul Ayang-ayang Gung. Menariknya, lagu ini memang diperuntukan untuk mengkritisi seorang pejabat.

"Bagaimana kalau kata maneh dipakai untuk pejabat pemerintah? Kan dari dulu juga sudah biasa. Saya mengutip lagu anak-anak, Ayang-ayang Gung. Di situ ungkapan naha maneh kitu, kata maneh di situ kan ditunjukkan ke pejabat pemerintah," tegasnya.

Lagu Ayang-ayang Gung sendiri punya lirik sebagai berikut: Ayang-ayanggung, gung goongna rame, menak Ki Mas Tanu, nu jadi wadana, naha manéh kitu, tukang olo-olo, loba anu giruk, ruket jeung Kumpeni, niat jadi pangkat, katon kagorengan, ngantos Kangjeng Dalem, lempa lempi lempong, jalan ka Batawi ngemplong.

"Jadi buat saya lumrah kalau kata maneh dipakai masyarakat di ruang publik, terutama di dalam konteks kritik sosial dan itu pas. Saya kira pas banget," ujar Hawe.

Hawe juga mengungkapkan, Ridwan Kamil sebagai seorang pejabat daerah harus belajar kepada Ki Mas Tanu, sosok fiktif yang ada di penggalan lirik Ayang-ayang Gung. Menurut dia, lagu tersebut punya pesan mendalam yang ditujukan memang untuk orang seperti Ridwan Kamil.

"Gubernur Ridwan Kamil harus belajar ke sosok Ki Mas Tanu sosok fiktif di lagu itu. Jangan sampai jadi tukang olo-olo (sombong), maunya dibikin senang aja. Atau ruket jeung kumpeni, apa ya, kongkalikong sama korporasi, niat jadi pangkat, katon kagorengan, karena ambisi kekuasaan jadi kesusahan. Belajarlah pada Ki Mas Tanu," tegasnya.
detik.com

lubizers
raptordeltadunn
salvation101
salvation101 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.5K
46
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.3KThread41.9KAnggota
Tampilkan semua post
redp00lAvatar border
redp00l
#8
btw cuman rk yang belum dapet julukan aneh2
mungkin setelah ini dijuluki yangmulia maneh emoticon-Ngakak
sontolnbongol
Kepala.Jenggot
lubizers
lubizers dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.