Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang
Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
40.2K
1.2K
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#91
Spoiler for Testament:

CHAPTER 34 - INI BUKAN MASALAH HATI..


Terkadang kehidupan ini nampaknya terlihat begitu mudah untuk dijalani dan gampang diucapkan untuk orang yang udah berhasil melewati ujian cobaan hidupnya dengan lancar, seperti sebuah pepatah jawa Sawang Sinawang(saling memandang) yang berarti sebuah perilaku yang membanding-bandingkan kehidupan diri sendiri dengan orang lain. Demikian juga dengan kehidupanku sekarang ini, aku rasakan sebagai sesuatu yang semu dengan apa yang sedang aku lakukan dan aku kejar. Padahal di seberang jalan yang udah dipersiapkan orang tuaku, terbentang sebuah pilihan jalan yang lurus dan pasti. Orang-orang dengan skeptisnya bilang kalo aku adalah orang yang bodoh karena menyia-nyiakan kesempatan dan peluang yang udah diberikan orang tuaku.
Kenapa aku mau sampai bersakit-sakit menyengsarakan diriku dan akhirnya sampai keluar dari zona nyamanku?
Dinamika gejolak jiwa muda inilah mungkin banyak yang mengalaminya, tapi mayoritas banyak yang ga berani mengambil resiko untuk melawan arus dan mengikuti kata hatinya karena mungkin kebanyakan udah merasa nyaman dan puas dengan pencapaian dan apa yang udah dimilikinya sekarang.

" Kamu kenapa mutusin Siska hanya karena dia udah ngeprank bikin kamu cemburu kek gitu, Ka? "
" Apa kamu ga ngerasa kalo kamu sedang dikerjain, Siska ?
" Ucap Fanny dengan nada tinggi.

" Sob, kamu keterlaluan banget..! "
" Semua orang juga tau kalo itu hanya prank buat kamu
. " Kata-kata Fanny dan Rio itu membuatku makin ga peduli dengan semua ucapan yang menyalahkanku karena terlalu gegabah mengambil keputusan sepihak. Dengan memutuskan hubungan pacaran yang aku lakukan. Kakak-kakakku di rumah juga menyalahkan aku kenapa aku sampai tega memutuskan hubungan dengan Siska yang baru seusia jagung, baru berjalan 6 bulan, hanya karena kesalahpahaman sepele seperti itu. Aku membiarkan semua ucapan teman-temanku tanpa sedikitpun aku berinteraksi membalas perbincangan dengan mereka semuanya. Bagiku sekarang semuanya hanya sekedar ungkapan bullshit yang diucapkan berulangkali. Aku kembali menjadi sosok yang " most hatred " layak untuk dilempari hadiah telur busuk kalo mereka bertemu langsung denganku. Mungkin di beberapa waktu kali ini aku akan menjalani peran sebagai tokoh antagonis tengil yang pantas dikecam dan dihujat semua orang.
Hanya ibukulah satu-satunya orang yang selalu mengerti dan memahami apa yang sedang aku perbuat sekarang. Ibuku ga pernah sekalipun menyalahkan dengan apa yang sudah menjadi keputusanku.
Ketidakpedulianku dengan orang-orang di sekitarku sedikit banyak udah menstigma pribadiku sebagai anak yang anti sosial dan apatis dengan lingkungan.

Siska rupanya masih terus memendam kekecewaan terhadapku, keesokan harinya dia datang nyamperin ke sekolahku. Aku udah ga mempedulikan kehadirannya yang emang udah aku perkirakan sebelumnya. Hari ini aku hanya masuk setengah hari, di jam istirahat aku langsung cabut pulang, menuju ke tempat kerjaku. HPku bergetar terus-terusan, aku tau itu panggilan dari Siska maupun kakakku mbak Anna yang terus-terusan ngehubungi aku. Sejenak aku ngeliat layar ponselku, banyak sekali notifikasi SMS, dan panggilan tak terjawab dari pagi hari. Aku ga mau ambil pusing lagi, segera aku matikan ponselku
" Aku udah cukup capek, aku pingin lepas. "

Berhubung jam kerjaku masih lama, aku iseng main-main ke kantor di lantai 2 yang biasanya hanya dipakai untuk urusan administrasi sama ngambil gaji karyawan. Aku kenal baik sama beberapa karyawan bagian administrasinya. Salah satunya Mbak Dewi yang umurnya kira-kira seusia kakakku yang pertama.

" Kamu kan masuk kerjanya masih nanti sore, Ka. " Ucap mbak Dewi.
" Iya aku dari sekolah langsung kesini. "
" Kamu pasti kabur ya sebelum pulang, hehehe
.." tebak mbak Dewi tersenyum.
" Iya, mbak. Aku males sekolah, bosen hanya gitu-gitu aja."
" Kamu itu ada-ada aja. "
" Mbak, internet disini bisa dipakai
? " Tanyaku.
" Ya bisalah, kamu mau main game online ya?" Tanya mbak Dewi mendelik.
" Engga, aku pingin liat Friendsterku. " Jawabku.
" Loh..kok kamu masih main Friendster? "Tanya Mbak Dewi.
" Ya teman-temanku masih pada main ini semuanya. "
" Coba kamu main yang baru, Ka. Facebook ini jelas bakalan jadi trend nih
. "

Mbak Dewi membuka akunnya dan aku ngeliat sesuatu yang baru saat itu. Mbak Dewi menunjukkan fitur-fitur baru Facebook yang bisa menghubungkan kembali atau mencari teman lama yang udah lama terputus kabarnya.

" Wah ternyata aku rada ketinggalan nih." Batinku

Ga pake lama aku segera mendaftar dengan menggunakan email lamaku yang masih make domain @hotmail.com.
Waktu aku nyari nama-nama temanku di kolom pencarian, rata-rata mereka udah ada yang sudah punya akun tapi banyak juga yang belum. Aku ga kaget waktu aku menuliskan sebuah nama, dia ternyata baru daftar beberapa hari yang lalu. Di profilnya tertulis lengkap biodata dan di status info bionya adalah in a relationship with namaku yang tentu aja baru terdaftar disitu. Aku aja baru meng-add as a friend Mbak Dewi, satu-satunya teman yang aku punya di list pertemanan akunku. Spontan aku langsung mengubah nama biodata profil yang aku pake sekarang adalah nama kecilku di rumah dan make profil picture kartun seperti kebiasaanku. Aku agak penasaran dengan beberapa foto yang diuploadnya, termasuk foto kami berdua, nampak disitu dia tersenyum manis memeluk aku dengan mesra. Ada beberapa komentar yang agak membuatku sedikit ga lagi masa bodo.

" Jangan-jangan foto ini buat ngeprank dia ya Sis"
Siska menjawab komentar temannya,
" Enak aja, ini asli bebeb aku dong" disitu dia membalas komentarnya hari ini di jam 09.00 waktu istirahat tadi.
Aku hanya menghela nafas panjang saat dia baru aja menuliskan statusnya " Rasanya nyesek dan nyesel banget, aku takut dia mulai menghilang dan pergi dariku.." #NP. Bryan Adams (please forgive me)
Aku menghentikan kegiatanku, rasanya cukup buat aku menstalking akun Facebook Siska. Sebelum pikiranku kembali ruwet dengan semua hal yang malas buat aku sesali.


XXXXX



Ga tau bagaimana aku harus mulai menceritakan scene ini. Sebelum film Transporteryang dimainkan Jason Statham diputar di bioskop, aku udah menjalani profesi sampingan seperti ini, tapi yang aku lakukan bahasa kasarnya adalah tukang culik. Semuanya berawal dari pertemuanku dengan teman Helen, si waiters binal yang sering ngasih aku minum gratisan kalo aku main ke tempat kerjanya. Yang jelas teman Helen ini seorang pria dewasa yang mempunyai kedudukan yang lumayan di sebuah perusahaan swasta nasional. Alex namanya, dia awalnya heran ngeliat aku yang masih bersekolah SMA tapi udah kerja dan bergaul dengan orang-orang dewasa di club. Yang jelas Alex pernah diceritain Helen soal aku yang "menjemput paksa" mantan pacar Clara, si Billy secara rapi dan senyap.

" Saka, kamu mau kerja sampingan dengan hasil yang lumayan besar?" Tanya Alex waktu pertama kalinya dia janjian bertemu dengan aku di sebuah kedai fast food.
" Kerja apa, bang? " Tanyaku datar.
" Kerjaan seperti yang kamu lakukan di gudang kosong dengan Helen." Ucap Alex dengan senyuman penuh arti.

Aku langsung ngeh, mau kemana arah pembicaraan ini.
" Aku kerja buat siapa?" Tanyaku sedikit penasaran.
" Tugas kamu cuma ngambil secara halus dan senyap, kalo bisa kerjanya jangan grusa-grusu sampai diketahui orang banyak. "
" Jangan pake kekerasan, tapi kalo terpaksa, aku percaya kamu udah paham dan ngerti dengan apa yang akan kamu lakukan."
" Untuk sementara kamu kerja buat aku dulu.
" ucapnya memandang serius.

" Aku setuju aja kalo ga ada sampai menghilangkan nyawa. "
" Aku ga mau kalo sampai ada tindakan yang menjurus dan mengarah ke penghilangan nyawa."
" Aku akan lepas tangan. "
" Tugasku itu ibarat hanya sebagai transporter, hanya pengantar dan penjemput.
" Deal or no deal ?
. " Ucapanku makin ngaco, entah atas dorongan dari siapa aku bertindak di luar pemikiranku.
" Emang seperti itu, aku hanya akan memberikan pelajaran dan efek jera sama pria yang menurut informasi adalah PIL (Pria Idaman Lain) istriku. " Jawab Alex mengangguk.
" Dan untuk tugas kamu mengintai, dan bisa membawa target yang akan kamu bawa ke tempat yang nanti aku tentukan. "
" Kamu akan aku bayar
.. " ucap Alex mempertontonkan layar ponselnya yang sudah terketik beberapa angka nominal yang menurutku waktu itu jumlahnya lumayan besar untuk anak seumuran sekolah sepertiku.
" Gimana? " Tanya Alex tersenyum.

Aku sedikit ternganga melihat nominal yang ditawarkan, spontan aku tersenyum..
mengangguk dan menyetujui tawarannya. Ya..sesimpel itu pikiranku waktu itu tanpa memikirkan dampaknya. Aku cuma memikirkan hasilnya yang bagiku saat itu lumayan besar.


Secara ga sadar aku sudah memasuki dunia yang dekat dengan kriminalitas. Waktu itu aku belum berpikir jauh ke depan, karena saat itu aku lebih tergiur dengan tawaran nominal uang yang akan aku dapatkan kalo sampai berhasil menyelesaikan misi dari Alex.

Di dojang tempat latihanku, ada seniorku yang kerja sebagai tenaga pengamanan VIP (bodyguard). Aku banyak belajar dari dia, tentang protokol security system yang biasanya dilakukan para pengawal pejabat ataupun tokoh VIP. Bukan rahasia umum biasanya tenaga pengawal kek gitu banyak ngambil dari latar belakang golongan militer yang mencari tambahan penghasilan. Suami kakakku Mbak Anna di waktu senggangnya dinas, sering bekerja sebagai tenaga pengamanan VIP yang bernaung dibawah kesatuannya. Hal itu bukan rahasia umum, aku dulu sering ikut latihan bersama dan sparing dengan anggota sasana kakak iparku yang kebetulan juga seorang sensei di kesatuannya. Itu aku make kemampuan karateku yang lebih dulu aku kuasai daripada taekwondo. Aku cukup kenal banyak anggotanya dan sering berlatih di sasana mereka. Bagaimana sistem pengamanan VIP aku sedikit banyak sudah mengetahui walaupun ga secara detil. Jadi untuk masalah stalking, pengintaian dan eksekusi target, dulu aku berlatih sendiri dari berbagai sharing pengalaman dengan para seniorku. Skip...


XXXXX



Meskipun aku jarang berada di rumah, bukan berarti aku lepas kendali menjadi anak yang liar. Ibuku selalu memantau perkembanganku di luar melalui kakak iparku yang kedua yang biasanya menitipkan aku ke bang Rizal.

" Bang Erwin minta ke abang buat ngijinin kamu libur kerja dulu dari gudang. " Ucap bang Rizal di malam hari waktu aku udah hampir menyelesaikan kerjaanku.
" Lah..kenapa emangnya aku kudu libur? " Tanyaku keheranan dengan maksud bang Rizal
" Abang ga tau, tapi abang iparmu minta ke abang gitu. "
" Katanya itu perintah dari ibumu, Ka. "
" Kamu disuruh menenangkan diri dan konsentrasi dulu dengan urusan buat Unas di sekolahmu
. " Ujar bang Rizal dengan tatapan yang serius.

Aku cuma diam aja, kalo ibuku udah ikut campur urusanku, percuma aku ga akan menang berdebat dengan ibuku.
Malam ini aku pulang ke rumah dengan agak malas, setelah tau besok aku ga kerja lagi untuk sementara. Aku harus beraktivitas apa biar ga kembali memikirkan tentang hal yang udah aku lepaskan dan hindari buat memikirkannya. Ah.. rasanya aku pingin segera cepat-cepat lulus sekolah dan bisa kerja merantau jauh seperti ayahku di masa mudanya.

Aku nyampe di rumah udah hampir tengah malam. Tumben ibuku ga membukakan aku pintu. Padahal keknya ibuku belum tidur, lampu di ruang tamu belum dimatikan dan TV juga masih nyala. Aku mematung ga bergerak saat ngebuka pintu dan surprise dengan siapa yang sedang menonton TV.
" Ngapain dia sampai nekad kesini sampai malam? " Batinku saat ngeliat Siska yang tertidur dengan badannya tertutup rapat selimutku di sofa ruang tamu. Aku bergerak perlahan masuk ke kamarku biar ga membangunkan dia yang udah lelap tertidur. Saat aku selesai mencuci muka, ibuku perlahan mendekati aku, rupanya ibuku dengar dan tau aku barusan pulang.

" Ibu ga bisa ngelarang Siska yang ngotot nungguin kamu. "
" Tadi dia kesini diantar orangtuanya."
" Nanti Siska suruh tidur di kamar kamu. "
" Kamu tidur di sofa..! Awas kalo sampai macem-macem
.! " Ucap ibuku berbisik dengan menuding dan memelototiku.
Aku hanya mengangguk.
" Besok anterin dulu Siska ke sekolahnya ."
" Ibu ijinin kamu besok make mobil ayah
.!" Sambung ibuku kembali dengan menatapku tajam.

" Sis..bangun..!! "
Perlahan aku memanggil namanya, Siska kelihatannya udah sangat lelap tidur. Sampai panggilanku beberapa kali ga dihiraukannya, aku terpaksa menyentuh jemarinya.
" Sis..bangun..!! "
" Kamu pindah ke dalam
.." ucapku agak keras, aku menggoyangkan tangannya.
Siska perlahan membuka matanya, dia tersenyum tipis dan bangun. Dia ternyata udah niat buat nginep di rumahku. Terlihat dari piyama rumah yang dipakainya sekarang.
" Kamu baru pulang kerja, Sak? " Tanyanya dengan suara yang serak khas suara orang yang bangun tidur.
Aku mengangguk.
" Iya. "
Pandanganku masih aku fokuskan ke layar TV yang menayangkan acara apa aku juga ga tau, aku jarang ngeliat TV.
" Kamu ga lapar? " Tanyanya lagi.
" Engga. " Jawabku acuh.
" Aku lapar dan haus. " Ucapnya manja.
Aku meliriknya dengan ekor mataku, dia sedang menunjukkan senyum jahilnya.
" Bentar aku belikan di jalan raya depan, biasanya ada kang nasgor. " Ucapku bergegas berdiri.
" Ehh..ga usah, Sak. ! " Jawabnya memegang tanganku.
" Kata ibumu kamu biasanya kalo malam sering nikus bikin mie instan."
" Buatin ya, please.
.!! " Pinta Siska dengan suara yang dibuat kek anak kecil dengan aksen manja yang dibuat-buat.
Aku masih mikir.
" Aku harus bersikap gimana ya? " Batinku berpikir keras untuk mengambil sikap kek apa sekarang ini.
" Oke" aku bergegas beranjak ke dapur untuk membuat semangkok mie instan dan membuatkan teh hangat.
Sekilas aku melirik jam di ruang makan rumahku, udah hampir jam 23.30 tengah malam.
" Aku harus kembali bersikap wajar dan biasa, seperti dulu sebelum pacaran . " Batinku bertekad.

" Nih..! " Aku menyerahkan semangkok mie di meja.
" Buruan dimakan, trus tidur !"
" Aku ngantuk banget
. " Ucapku dengan gesture yang aku buat seacuh mungkin.
Aku ngambil bantal dan guling di kamarku.

" Aku ga abis kalo segini banyaknya."
" Bantuin makan ya, Sak
." Ucap Siska masih dengan merajuk manja.
Aku diem aja. Aku tau dia terus ngajak aku ngomong biar aku selalu berinteraksi dengan obrolan dan ucapannya.

" Kamu nanti tidur di kamarku.!" Ucapku merebahkan badanku di sofa yang sebagian masih didudukinya.
" Padahal aku pingin ngobrol sebentar. " Ucapnya pelan.
" Ssstt...! "
" Aku ga mau kita nanti digerebek orang kampung
. " Jawabku acuh berbalik membelakanginya.
" Saka..!! " Panggilnya dengan menarik-narik kaosku.
" Yaelah, aku ngantuk.."
" Besok pagi kita kudu sekolah. "
" Buruan tidur, aku ga mau besok kesiangan
." Jawabku dengan menutupi telingaku dengan guling.

Siska mengambil selimutku yang ada di bawah kakiku.
" Geser.. selimutnya jangan ditindih pake kaki..!" Siska mencubit kakiku.
Hadeh..ada aja tingkah polah Siska buat narik perhatian.
" Nih anak ga ngantuk apa ya? " Pikirku. Mataku udah sepet banget, mana tadi aku seharian lupa bawa minuman jadi hari ini aku puasa minum alkoholemoticon-Gila

" Saka.." panggil Siska pelan di dekat telingaku. Aku yang membelakanginya, diem aja pura-pura udah tidur.

" Aku minta maaf."
"Aku nyesel udah bikin prank gitu ke kamu."
" Kapan nanti aku mau ajak saudara mamaku itu buat nemuin kamu."
" Kita balikan lagi ya ?
." Bisik Siska dengan mengecup lembut pipiku.

Aku kembali meresapi ucapannya. Aku mengingat kembali rangkaian peristiwa yang membuatku yakin untuk mengakhiri hubungan ini. Bukan hanya masalah prank yang udah dia lakukan kemarin, tanpa sepengetahuan dia aku beberapa kali memergoki Siska keluar berdua dengan teman laki-lakinya entah siapa aja. Aku tau dia bukan orang yang mudah untuk diajak keluar. Apa ini juga kesalahanku yang ga bisa menjaga dan menemaninya tiap waktu? Karena kebiasaannya yang hobi jalan-jalan dan hang out. Apakah di usiaku yang masih muda ini aku ga punya niatan komitmen ke hubungan ini ? Padahal kemarin aku udah terang-terangan ke Siska untuk berkomitmen menjaga sikapku, menjaga jarak dan hati ama semua teman-teman cewekku. Mungkin aku ngerasa dunianya sungguh berbanding terbalik dengan duniaku yang sekarang aku jalani dengan keseriusan.

" Sebenarnya kamu yang belum siap untuk mempunyai hubungan dengan seseorang." Nuraniku lembut berbicara.

" Saka..cewek muda jaman sekarang wajar keluar berdua dengan teman cowoknya, yang penting di rumah dia balik sayang lagi ke pacarnya..dasar kamu aja yang katrok dan culun." Logikaku kembali mendebatku.

" Emangnya kamu hidup di jaman yang butuh sebuah kesetiaan untuk jadi ukuran kebahagiaan ? " Nalarku kembali mencibirku.

" Kalian berdua itu sebenarnya masih lebih cocok untuk bersahabat aja, belum waktunya untuk pacaran..kalian itu masih labil pemikiran dan perilaku. " Nuraniku memberikan perspektif argumentasi yang masuk diakal.


Dia selalu sukses membuat hidupku porak-poranda dengan kecantikan dan pesonanya, serta sikap anggun yang dimilikinya, kecerobohan dan segala tentangnya.

Sebuah rumah nyaman sederhana yang aku idamkan selama ini, belum terlihat ada pada dirinya..
Apakah aku harus merenovasi sebuah bangunan yang udah lama berdiri megah dengan merubahnya menjadi sebuah pondok yang hanya terbuat dari anyaman bambu untuk menghadapi kerasnya cobaan berbagai musim ?
Entahlah...emoticon-Traveller


We're gonna take you back
Through the pages of the past
Just another lonely boy
I could laugh and play
And live in any other way
Then the devil took my soul
The fortune and the fame
I knew I was not the same
And I know I'd never return
Looking at the sky
I know I would never die
And forever shining through
Wish the sky would say
That blue would turn to grey
And I know I'd be there
Life was like a fantasy
Taken by reality
Does anyone remember me











(Nyambung engga ya)emoticon-Kalah



Diubah oleh akukiyut 02-04-2023 17:41
namakuve
hitnaru714
simounlebon
simounlebon dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.