- Beranda
- Stories from the Heart
Nan and Sexaworld
...
TS
beavermoon
Nan and Sexaworld

Spoiler for Peringatan:
Cerita ini mengandung unsur seksual vulgar.
Jika belum boleh, disarankan untuk tunggu sampai waktunya.
Jika sudah boleh, mainkan imajinasimu.
Jika belum boleh, disarankan untuk tunggu sampai waktunya.
Jika sudah boleh, mainkan imajinasimu.
Pernahkah kalian menggunakan aplikasi kencan? Apa alasannya? Mencari jodoh? Mencoba peruntungan? Atau mencari pelarian dari sakit hati?
Nanda mulai pengalamannya dengan aplikasi kencan untuk pertama kalinya. Bukan tanpa sebab, sakit hati menjadi alasannya. Ia pun mencoba mencari pelarian di aplikasi tersebut, hingga tak diduga, ia kembali menemukan perasaannya di sana.
Lantas, apakah ia akan kembali jatuh cinta setelah sakit hati sebelumnya?
Spoiler for Episode:
1. Bersemi dengan Indah.
2. Terlalu Lama? Tidak, bahkan Terlalu Cepat. (Part 1)
3. Terlalu Lama? Tidak, bahkan Terlalu Cepat. (Part 2)
4. Terlalu Lama? Tidak, bahkan Terlalu Cepat. (Part 3)
5. Langit Abu-Abu. (Part 1)
6. Langit Abu-Abu. (Part 2)
7. Pelampiasan dari Sisa Kenangan. (Part 1)
8. Pelampiasan dari Sisa Kenangan. (Part 2)
9. When The World Is Yours...
10. Take Your Time...
11. Semua Orang Punya Rahasia.
12. Nan... (Part 1)
13. Nan... (Part 2)
14. Perdebatan Batin. (Part 1)
15. Perdebatan Batin. (Part 2)
16. Tak Sengaja...
17. Di Bawah Hujan, Semuanya Terungkap.
18. Upaya Maksimal. (Part 1)
19. Upaya Maksimal. (Part 2)
20. Dilema. (Part 1)
21. Dilema. (Part 2)
22. Maaf, dan Terima Kasih... (Part 1)
23. Maaf, dan Terima Kasih... (Part 2)
24. When The World is Mine... (FINALE)
Behind The Nan...
2. Terlalu Lama? Tidak, bahkan Terlalu Cepat. (Part 1)
3. Terlalu Lama? Tidak, bahkan Terlalu Cepat. (Part 2)
4. Terlalu Lama? Tidak, bahkan Terlalu Cepat. (Part 3)
5. Langit Abu-Abu. (Part 1)
6. Langit Abu-Abu. (Part 2)
7. Pelampiasan dari Sisa Kenangan. (Part 1)
8. Pelampiasan dari Sisa Kenangan. (Part 2)
9. When The World Is Yours...
10. Take Your Time...
11. Semua Orang Punya Rahasia.
12. Nan... (Part 1)
13. Nan... (Part 2)
14. Perdebatan Batin. (Part 1)
15. Perdebatan Batin. (Part 2)
16. Tak Sengaja...
17. Di Bawah Hujan, Semuanya Terungkap.
18. Upaya Maksimal. (Part 1)
19. Upaya Maksimal. (Part 2)
20. Dilema. (Part 1)
21. Dilema. (Part 2)
22. Maaf, dan Terima Kasih... (Part 1)
23. Maaf, dan Terima Kasih... (Part 2)
24. When The World is Mine... (FINALE)
Behind The Nan...
Diubah oleh beavermoon 01-04-2023 20:22
bukhorigan dan 2 lainnya memberi reputasi
3
4K
Kutip
30
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beavermoon
#6
Spoiler for 5. Langit Abu-Abu. (Part 1):
"Dari mana lo baru dateng? Jam berapa ini?"
Nanda mempertanyakan kenapa Andreas baru datang, tentu saja dengan status terlambat. Sudah terlewat hampir satu jam ia terlambat, juga dengan nafas yang terengah-engah.
"Minta maaf aku Bang..." nafasnya terengah-engah, "aku ketiduran semalam, lelah kali aku."
"Abis ngapain lo di Paladin?" Tanya Nanda.
Andreas duduk di kursinya, "Bukan masalah di Paladin Bang, masalahnya setelah dari Paladin itu aku janji dengan perempuan lewat aplikasi yang baru kutemui ini."
"Aplikasi?" Tanya Nanda bingung.
Andreas mengeluarkan ponsel dari saku mejanya, kemudian ia menunjukkan sebuah aplikasi dari ponselnya kepada Nanda.
"Sexaworld?" Tanya Nanda lagi.
Andreas mengangguk, "Iya Bang, Sexaworld. Jadi aplikasi ini bisa kasih lihat perempuan-perempuan yang ada di sekitar kita, dan bisa kita bungkus juga."
"Bungkus?" Tanya Nanda.
"Jadi gini Bang, contoh aja kali ya..."
Andreas mendemonstrasikan bagaimana cara menggunakan Sexaworld dari ponselnya.
"...kita cari orang terdekat dari lokasi kita, tunggu dulu bentar, nah muncul daftar-daftar perempuannya. Nanti kita kontak orangnya untuk negosiasi, kalau deal langsung bungkus." Jelas Andreas.
"Jadi semalem lo bungkus?" Tanya Nanda.
Andreas mengangguk, "Ngga nyangka kali aku Bang ketemu sama perempuan cantik di aplikasi macam itu, ternyata jago juga mainnya, jadilah ku kasih bonus semalam."
Nanda menggelengkan kepala, "Nah, sekarang lo gue kasih bonus yaitu kerjain tugas-tugas yang udah lo diemin dari beberapa hari lalu, abis itu langsung serahin ke Kepala Divisi."
"Eh kenapa aku Bang?..." Andreas nampak panik, "mana berani aku ketemu dia abis terlambat."
"Urusan lo." Jawab Nanda.
Nanda meninggalkan Andreas yang nampak panik untuk kembali menatap layar komputernya. Siang pun tiba, Nanda menatap ke arah Andreas yang baru saja kembali dari ruangan tertutup. Wajahnya nampak kosong hingga ia menyadari bahwa Nanda menatapnya, Andreas pun menggelengkan kepalanya.
"Gara-gara kau nih Bang, aku kena sama Pak Guna. Mana abis kena sembur, aku disuruh bawa gelasnya ke pantry,padahal ada Santo." Ucap Andreas.
"Lo masih mau nyalahih gue juga?" Tanya Nanda.
Andreas duduk di bangkunya, "Ngga sih Bang, aku cuma cerita aja. Oh iya, cemana kalau malam ini kau ikut aku ketemu sama salah satu kenalanku?" Ucap Andreas.
"Kenalan? Kenalan dari mana?" Tanya Nanda.
"Alamak, lupa dia rupanya. Itu loh Bang, Sexaworld. Ikutlah nanti malam, Naya lagi di luar kota kan?" Ucap Andreas.
"Ngga janji ya gue." Jawab Nanda.
"Segala pakai janji kau Bang, udah ikut aja tak usah banyak nego-nego." Ucap Andreas.
Andreas pun meninggalkan Nanda untuk kembali mengerjakan pekerjaanya yang harus ia kerjakan. Nanda hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu juga kembali menyelesaikan pekerjaannya. Hingga tak terasa, sore pun tiba dengan sinarnya yang menghangatkan.
Nanda sudah berada di halaman depan Kantor, sebatang rokok yang sudah menyala pun berada di mulutnya. Tak lama berselang, datanglah Andreas dengan mobilnya.
"Ayo Bang kita berangkat." Ajak Andreas.
"Ngga deh, gue mau langsung balik aja." Jawab Nanda.
"Serius kau Bang?" Tanya Andreas.
Nanda mengangguk, "Ada kerjaan nih yang harus gue selesaiin, lagian juga gue di sana mau ngapain? Ngeliatin lo nyosor-nyosor ke dia doang?"
"Kau main juga lah Bang, mentok-mentok kau begini..."
Andreas menggoyang-goyangkan tangannya di dekat kelaminnya, tentu saja yang ia lakukan mengundang tawa bagi mereka berdua.
"...udahlah kalau begitu, aku berangkat ya Bang." Ucap Andreas.
Mobil yang dikemudikan Andreas pun pergi meninggalkan Nanda yang masih berdiri dalam diam. Satu batang rokok sudah habis, Nanda memutuskan untuk berjalan menuju Halte bersama dengan beberapa orang lain.
Beberapa saat berlalu, Nanda pun turun di Halte seperti biasa. Langkahnya nampak ringan, sesekali matanya menatap ke arah sekeliling sambil menunggu panggilannya dijawab oleh Naya. Beberapa langkah berlalu, panggilannya tak juga dijawab, Nanda memutuskan untuk kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku kemejanya. Nanda menghentikan langkahnya di depan sebuah gerobak yang menjual cemilan berbentuk sate panjang.
"Saya mau empat ya." Ucapnya.
Pedagang itu membuatkan pesanan miliknya, Nanda memberikan sejumlah uang dengan nominal pas kepada pedagang tersebut.
"Terima kasih ya." Ucap Nanda.
Nanda membalikkan badan dan deg!, tanpa sengaja ia berbenturan ringan dengan seseorang yang mau datang ke arah Nanda sebelumnya.
"Eh, maaf maaf. Nggapapa?" Tanya Nanda.
"Nggapapa kok." Jawab orang tersebut.
Nanda kembali melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke rumah. Beberapa menit berlalu dengan sengaja, Nanda sudah berada di dalam kamar untuk meletakkan tas di atas meja. Ia pun meletakkan cemilan yang sudah ia bawa di samping tas. Tangannya membuka kancing kemeja dari atas, pun juga dengan celana yang ia kenakan. Tanpa busana, Nanda masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya setelah seharian beraktifitas.
Dalam keheningan malam, Nanda memandangi langit seorang diri. Sebatang rokok sudah berada di antara jari tangan kanannya, dibiarkan sengaja hingga abunya sedikit memanjang.
"Bagus juga langitnya, tumben..."
Gumpalan awan yang gelap menutupi sebagian wajah bulan, angin berhembus cukup kencang, dan tak lama berselang hujan pun turun begitu saja. Nanda masuk ke dalam kamar dengan segera lalu menutup pintu balkon.
"...mendadak hujan, alam emang ngga mudah ditebak dengan segala rahasianya." Ucapnya seorang diri.
Nanda memutuskan untuk merebahkan dirinya di atas kasur, tangannya meraih ponsel yang ada di atas meja tanpa mengubah posisinya. Sebuah foto menjadi latar belakang, dirinya dan juga Naya. Nanda membuka pesan, namun belum ada juga balasan dari Naya.
"Mungkin dia sibuk." Ucapnya.
Nanda memutuskan untuk kembali meletakkan ponselnya di atas meja, lalu ia memandangi langit-langit kamar tanpa memikirkan apa-apa, hingga akhirnya ia memiringkan badannya lalu memejamkan mata.
Drrt! Drrt! Drrt!
*
Pagi menyambut dengan udara sejuk, ditambah dengan sisa hujan semalam. Nanda membuka matanya secara perlahan, membiarkan pandangannya kembali fokus untuk beberapa saat. Ia bangun untuk duduk di tepi kasur, memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, lalu berdiri dengan sempurna. Nanda meregangkan tangannya ke atas hingga membuatnya berjinjit, kemudian berlalu menuju kamar mandi hanya sekedar mencuci mukanya. Tak membutuhkan waktu lama hingga ia berlalu menuju dapur untuk membuat secangkir kopi instan yang ada di persediaan. Ia membawa cangkir itu, menyempatkan diri untuk mengambil ponsel di atas meja, lalu membawanya ke balkon. Masih nampak sisa hujan semalam, ada beberapa genangan air yang tersisa. Nanda meminum kopi secara perlahan, kemudian ia melihat ponselnya.
"Panggilan Tak Terjawab : Batak Andreas (12)"
"Ngapain Batak sampai 12 kali?" Tanya Nanda seorang diri.
Nanda sempat menyalakan sebatang rokok sebelum ia mencoba menghubungi Andreas, sayangnya beberapa kali percobaan pun tidak membuat Andreas bangun dari tidurnya, terlebih libur di akhir pekan. Meninggalkan itu semua, Nanda kembali meminum kopinya, sesekali menghisap rokok yang ada di tangannya.
Drrt! Nanda menatap ke layar ponselnya yang menerima sebuah pesan baru, ia pun kembali meraih ponselnya.
"Kayaknya aku ngga pulang hari ini, ada pekerjaan tambahan di sini. Kamu nggapapa kan? Minggu depan aku pulang kok." Naya.
Nanda tersenyum, "Iya nggapapa, kabarin aja kalau kamu ada waktu buat ngobrol. Minggu depan mau dijemput apa ngga?".
Drrt! "Nanti malem ya kita ngobrol. Ngga usah, yang ada malah ngerepotin. Aku mau mandi dulu ya. Love you."
"Love you more."
Nanda meletakkan ponselnya lalu memandang jauh ke arah depan, dimana nampak beberapa atap gedung berbaris dengan rapi. Ia menghela nafas panjang dengan sengaja, menikmati pagi yang masih sejuk udaranya.
Tanpa terasa siang pun tiba, Nanda sedang menatap ke layar televisi dengan tangannya yang sibuk dengan kendali game konsol. Sebuah permainan petualangan telah ia mulai untuk mengisi hari liburnya.
"Mana kuncinya ya?" Tanyanya seorang diri.
Teka-teki dalam permainan berhasil membuat Nanda berpikir lebih keras, beberapa kali percobaan sudah ia lakukan namun hasilnya masih tetap sama. Nanda bangun dari sandarannya untuk mencoba meraih fokus yang lebih, sampai akhirnya ia berhasil mendapatkan kunci untuk membuka gerbang di dalam permainan itu.
Drrt! Drrt! Sebuah panggilan masuk berhasil membuat Nanda berpaling ke layar ponselnya, Andreas kembali menghubunginya pada siang hari ini. Nanda pun menjawab panggilan tersebut.
"Halo, kenapa Tak? Semalem gue udah tidur." Ucapnya.
"Kau sibuk ngga Bang hari ini?" Tanya Andreas.
"Ngga, Naya ngga jadi pulang juga. Kenapa Tak?" Tanya Nanda.
"Temui aku di Kedai Serampang sekarang bisa Bang?" Ajaknya.
"Mau ngapain Tak hari libur..."
"Ada yang mau aku tanya..." Andreas memotong ucapan Nanda, "penting kali ini Bang, ku tunggu ya di sana." Ucapnya.
Andreas memutuskan panggilan tanpa menunggu jawaban Nanda, yang tentu saja mengundang tanya. Nanda sempat menerka-nerka apa yang menjadi urusan penting bagi Andreas untuk menemuinya selain hari kerja.
"Yaudahlah sekalian jalan-jalan ke luar." Ucapnya seorang diri.
Nanda pun bergegas mengambil dompetnya yang ada di atas meja, setelah memastikan semuanya, akhirnya ia ke luar lalu mengunci pintu. Setibanya di lantai dasar, Nanda menuju Halte untuk naik bus ke tempat di mana Andreas mengajaknya. Beberapa menit berlalu dengan sengaja, Nanda turun di salah satu Halte lalu lanjut berjalan menuju sebuah jalan yang lebih kecil dan menanjak. Beberapa langkah berlalu, Nanda melihat Andreas yang sudah duduk sambil memainkan ponselnya.
"Ada apaan sih Tak?" Tanya Nanda.
Andreas bangun dari duduknya, "Bang, kau mau pesan minum sama makan dulu? Biar aku yang bayar kali ini."
"Kenapa lo gelisah gitu?" Tanya Nanda penasaran.
"Kau duduk dulu Bang..." Andreas berjalan ke arah pintu masuk, "aku pesankan minum sama makanan."
Nanda menatapnya dengan heran, akhirnya ia pun duduk sambil menyalakan rokok. Beberapa saat berlalu, Andreas datang membawakan minuman dan cemilan ke arahnya.
"Ada apaan sih Tak? Ngga biasanya lo kayak gini?" Tanya Nanda kesekian kalinya.
Andreas menghela nafas, "Kau ngga capek kan Bang? Isi kepala kau lagi baik-baik saja kan? Kau ngga lagi emosi kan? Ngga lagi mau hantam orang kan?"
"Lama-lama lo yang gue pukul." Ucap Nanda.
"Eh jangan Bang..." Andreas mengangkat tangannya, "mati aku dipukul sama kau yang lebih besar dari aku, minimal koma lah."
"Jadi ada apaan Tak?" Tanya Nanda.
"Kau dengarkan penjelasanku dulu ya. Jadi gini Bang, kau ingat kan semalam aku ada janji sama perempuan dari Sexaworld?..."
Nanda mengangguk pelan.
"...aku ketemu dia di Apartemen Sina, sambil nunggu dia aku duduk saja di kursi lobi sambil main ponsel. Aku dengar tuh Bang suara lift terbuka, mataku langsung liat ke arah sana. Ku kira aku ketemu sama dia, aku malah liat Naya ke luar sama laki-laki..."
Kedua mata Nanda terbuka dengan lebar.
"...dengarkan dulu ya Bang. Kukira aku salah liat, pas aku selesai dan turun lagi ke lobi, aku papasan sama dia tapi dia ngga sadar ada aku. Biar kau ngga anggap aku pembual, kau liat sendiri aja Bang..."
Andreas memberikan ponsel miliknya, ada sebuah foto Naya dengan sangat jelas sedang berlaku mesra dengan lelaki entah siapa. Nanda nampak bingung untuk melakukan apa, Andreas yang menyadari akan hal itu pun mengambil kembali ponselnya.
"...aku cuma mau yakinkan aja Bang, apa Naya benar-benar tugas ke luar kota? Apa kau benar-benar tau Bang?" Tanya Andreas.
Pandangan Nanda nampak kosong sekalipun matanya mengarah ke telapak tangannya, nafasnya terdengar cepat seperti menahan emosi yang ada di dalam dirinya. Tangannya yang semula terbuka berubah menjadi sebuah kepalan bertenaga, nafasnya pun semakin menjadi-jadi.
"Bukan aku mau ikut campur ya Bang..."
Nanda hanya mematung.
"...bagaimana kalau kau hubungi dia sekarang? Kau coba pastikan sekali lagi sebelum kau semakin menjadi-jadi, anggap saja kau tak tau apa-apa saat ini." Kata Andreas.
Nanda mengedipkan matanya beberapa kali dengan cepat, ia sempat menatap Andreas sebelum akhirnya ia mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celana yang ia kenakan. Nama Naya terpampang dengan jelas ketika ia menghubunginya, Nanda pun menyalakan pengeras suara dengan sengaja agar Andreas juga bisa mendengar.
"Halo Sayang." Jawab Naya.
"Kamu lagi sibuk?" Tanya Nanda.
"Hm, ngga terlalu sih, cuma abis ini aku harus ketemu lagi sama vendor. Kenapa?" Ucap Naya.
Nanda sempat menatap ke arah Andreas yang hanya bisa mematung mendengarkan obrolan mereka berdua. Nanda sempat menghela nafasnya panjang, memastikan semuanya terdengar biasa saja.
"Aku kangen sama kamu." Jawab Nanda.
"Kamu bisa aja, aku juga kangen sama kamu. Beberapa hari lagi aku pulang kok, kita jalan-jalan ya." Ucap Naya.
Andreas terdengar menghela nafasnya setelah mendengar apa yang baru saja ia dengar, namun ia tetap memilih diam dan tidak ikut campur urusan mereka.
"Oke, kamu atur aja nanti." Jawab Nanda.
"Nanti aku kabarin lagi ya, orang vendornya udah dateng. Love you." Ucap Naya.
Panggilan pun terputus begitu saja, Nanda kembali menghela nafasnya. Ia meletakkan ponselnya di atas meja lalu menyalakan sebatang rokok, Andreas pun mengikuti. Kepulan asap putih pun keluar dari mulut mereka, namun tersapu dengan cepat oleh angin pada siang hari ini.
Gelas berisi Ice Americano yang dipesan oleh Andreas untuk Nanda mulai berkeringat, menandakan suhu dingin yang mulai kembali menjadi normal. Satu batang rokok sudah habis, mereka pun membuang puntungnya ke dalam asbak yang tersedia di atas meja.
"Lo bawa mobil kan?" Tanya Nanda.
Andreas mengangguk, "Kita mau ke sana Bang? Apa kau mau pinjam?"
Nanda bangun dari duduknya, "Lo ikut sama gue."
Andreas langsung bangun dari duduknya, namun ia menyempatkan untuk memakan cemilan yang belum tersentuh sama sekali, dan akhirnya mereka berjalan menuju ke arah mobil diparkir. Tak membutuhkan waktu lama untuk mobil melaju menuju lokasi yang akan mereka tuju.
Nanda mempertanyakan kenapa Andreas baru datang, tentu saja dengan status terlambat. Sudah terlewat hampir satu jam ia terlambat, juga dengan nafas yang terengah-engah.
"Minta maaf aku Bang..." nafasnya terengah-engah, "aku ketiduran semalam, lelah kali aku."
"Abis ngapain lo di Paladin?" Tanya Nanda.
Andreas duduk di kursinya, "Bukan masalah di Paladin Bang, masalahnya setelah dari Paladin itu aku janji dengan perempuan lewat aplikasi yang baru kutemui ini."
"Aplikasi?" Tanya Nanda bingung.
Andreas mengeluarkan ponsel dari saku mejanya, kemudian ia menunjukkan sebuah aplikasi dari ponselnya kepada Nanda.
"Sexaworld?" Tanya Nanda lagi.
Andreas mengangguk, "Iya Bang, Sexaworld. Jadi aplikasi ini bisa kasih lihat perempuan-perempuan yang ada di sekitar kita, dan bisa kita bungkus juga."
"Bungkus?" Tanya Nanda.
"Jadi gini Bang, contoh aja kali ya..."
Andreas mendemonstrasikan bagaimana cara menggunakan Sexaworld dari ponselnya.
"...kita cari orang terdekat dari lokasi kita, tunggu dulu bentar, nah muncul daftar-daftar perempuannya. Nanti kita kontak orangnya untuk negosiasi, kalau deal langsung bungkus." Jelas Andreas.
"Jadi semalem lo bungkus?" Tanya Nanda.
Andreas mengangguk, "Ngga nyangka kali aku Bang ketemu sama perempuan cantik di aplikasi macam itu, ternyata jago juga mainnya, jadilah ku kasih bonus semalam."
Nanda menggelengkan kepala, "Nah, sekarang lo gue kasih bonus yaitu kerjain tugas-tugas yang udah lo diemin dari beberapa hari lalu, abis itu langsung serahin ke Kepala Divisi."
"Eh kenapa aku Bang?..." Andreas nampak panik, "mana berani aku ketemu dia abis terlambat."
"Urusan lo." Jawab Nanda.
Nanda meninggalkan Andreas yang nampak panik untuk kembali menatap layar komputernya. Siang pun tiba, Nanda menatap ke arah Andreas yang baru saja kembali dari ruangan tertutup. Wajahnya nampak kosong hingga ia menyadari bahwa Nanda menatapnya, Andreas pun menggelengkan kepalanya.
"Gara-gara kau nih Bang, aku kena sama Pak Guna. Mana abis kena sembur, aku disuruh bawa gelasnya ke pantry,padahal ada Santo." Ucap Andreas.
"Lo masih mau nyalahih gue juga?" Tanya Nanda.
Andreas duduk di bangkunya, "Ngga sih Bang, aku cuma cerita aja. Oh iya, cemana kalau malam ini kau ikut aku ketemu sama salah satu kenalanku?" Ucap Andreas.
"Kenalan? Kenalan dari mana?" Tanya Nanda.
"Alamak, lupa dia rupanya. Itu loh Bang, Sexaworld. Ikutlah nanti malam, Naya lagi di luar kota kan?" Ucap Andreas.
"Ngga janji ya gue." Jawab Nanda.
"Segala pakai janji kau Bang, udah ikut aja tak usah banyak nego-nego." Ucap Andreas.
Andreas pun meninggalkan Nanda untuk kembali mengerjakan pekerjaanya yang harus ia kerjakan. Nanda hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu juga kembali menyelesaikan pekerjaannya. Hingga tak terasa, sore pun tiba dengan sinarnya yang menghangatkan.
Nanda sudah berada di halaman depan Kantor, sebatang rokok yang sudah menyala pun berada di mulutnya. Tak lama berselang, datanglah Andreas dengan mobilnya.
"Ayo Bang kita berangkat." Ajak Andreas.
"Ngga deh, gue mau langsung balik aja." Jawab Nanda.
"Serius kau Bang?" Tanya Andreas.
Nanda mengangguk, "Ada kerjaan nih yang harus gue selesaiin, lagian juga gue di sana mau ngapain? Ngeliatin lo nyosor-nyosor ke dia doang?"
"Kau main juga lah Bang, mentok-mentok kau begini..."
Andreas menggoyang-goyangkan tangannya di dekat kelaminnya, tentu saja yang ia lakukan mengundang tawa bagi mereka berdua.
"...udahlah kalau begitu, aku berangkat ya Bang." Ucap Andreas.
Mobil yang dikemudikan Andreas pun pergi meninggalkan Nanda yang masih berdiri dalam diam. Satu batang rokok sudah habis, Nanda memutuskan untuk berjalan menuju Halte bersama dengan beberapa orang lain.
Beberapa saat berlalu, Nanda pun turun di Halte seperti biasa. Langkahnya nampak ringan, sesekali matanya menatap ke arah sekeliling sambil menunggu panggilannya dijawab oleh Naya. Beberapa langkah berlalu, panggilannya tak juga dijawab, Nanda memutuskan untuk kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku kemejanya. Nanda menghentikan langkahnya di depan sebuah gerobak yang menjual cemilan berbentuk sate panjang.
"Saya mau empat ya." Ucapnya.
Pedagang itu membuatkan pesanan miliknya, Nanda memberikan sejumlah uang dengan nominal pas kepada pedagang tersebut.
"Terima kasih ya." Ucap Nanda.
Nanda membalikkan badan dan deg!, tanpa sengaja ia berbenturan ringan dengan seseorang yang mau datang ke arah Nanda sebelumnya.
"Eh, maaf maaf. Nggapapa?" Tanya Nanda.
"Nggapapa kok." Jawab orang tersebut.
Nanda kembali melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke rumah. Beberapa menit berlalu dengan sengaja, Nanda sudah berada di dalam kamar untuk meletakkan tas di atas meja. Ia pun meletakkan cemilan yang sudah ia bawa di samping tas. Tangannya membuka kancing kemeja dari atas, pun juga dengan celana yang ia kenakan. Tanpa busana, Nanda masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya setelah seharian beraktifitas.
Dalam keheningan malam, Nanda memandangi langit seorang diri. Sebatang rokok sudah berada di antara jari tangan kanannya, dibiarkan sengaja hingga abunya sedikit memanjang.
"Bagus juga langitnya, tumben..."
Gumpalan awan yang gelap menutupi sebagian wajah bulan, angin berhembus cukup kencang, dan tak lama berselang hujan pun turun begitu saja. Nanda masuk ke dalam kamar dengan segera lalu menutup pintu balkon.
"...mendadak hujan, alam emang ngga mudah ditebak dengan segala rahasianya." Ucapnya seorang diri.
Nanda memutuskan untuk merebahkan dirinya di atas kasur, tangannya meraih ponsel yang ada di atas meja tanpa mengubah posisinya. Sebuah foto menjadi latar belakang, dirinya dan juga Naya. Nanda membuka pesan, namun belum ada juga balasan dari Naya.
"Mungkin dia sibuk." Ucapnya.
Nanda memutuskan untuk kembali meletakkan ponselnya di atas meja, lalu ia memandangi langit-langit kamar tanpa memikirkan apa-apa, hingga akhirnya ia memiringkan badannya lalu memejamkan mata.
Drrt! Drrt! Drrt!
*
Pagi menyambut dengan udara sejuk, ditambah dengan sisa hujan semalam. Nanda membuka matanya secara perlahan, membiarkan pandangannya kembali fokus untuk beberapa saat. Ia bangun untuk duduk di tepi kasur, memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, lalu berdiri dengan sempurna. Nanda meregangkan tangannya ke atas hingga membuatnya berjinjit, kemudian berlalu menuju kamar mandi hanya sekedar mencuci mukanya. Tak membutuhkan waktu lama hingga ia berlalu menuju dapur untuk membuat secangkir kopi instan yang ada di persediaan. Ia membawa cangkir itu, menyempatkan diri untuk mengambil ponsel di atas meja, lalu membawanya ke balkon. Masih nampak sisa hujan semalam, ada beberapa genangan air yang tersisa. Nanda meminum kopi secara perlahan, kemudian ia melihat ponselnya.
"Panggilan Tak Terjawab : Batak Andreas (12)"
"Ngapain Batak sampai 12 kali?" Tanya Nanda seorang diri.
Nanda sempat menyalakan sebatang rokok sebelum ia mencoba menghubungi Andreas, sayangnya beberapa kali percobaan pun tidak membuat Andreas bangun dari tidurnya, terlebih libur di akhir pekan. Meninggalkan itu semua, Nanda kembali meminum kopinya, sesekali menghisap rokok yang ada di tangannya.
Drrt! Nanda menatap ke layar ponselnya yang menerima sebuah pesan baru, ia pun kembali meraih ponselnya.
"Kayaknya aku ngga pulang hari ini, ada pekerjaan tambahan di sini. Kamu nggapapa kan? Minggu depan aku pulang kok." Naya.
Nanda tersenyum, "Iya nggapapa, kabarin aja kalau kamu ada waktu buat ngobrol. Minggu depan mau dijemput apa ngga?".
Drrt! "Nanti malem ya kita ngobrol. Ngga usah, yang ada malah ngerepotin. Aku mau mandi dulu ya. Love you."
"Love you more."
Nanda meletakkan ponselnya lalu memandang jauh ke arah depan, dimana nampak beberapa atap gedung berbaris dengan rapi. Ia menghela nafas panjang dengan sengaja, menikmati pagi yang masih sejuk udaranya.
Tanpa terasa siang pun tiba, Nanda sedang menatap ke layar televisi dengan tangannya yang sibuk dengan kendali game konsol. Sebuah permainan petualangan telah ia mulai untuk mengisi hari liburnya.
"Mana kuncinya ya?" Tanyanya seorang diri.
Teka-teki dalam permainan berhasil membuat Nanda berpikir lebih keras, beberapa kali percobaan sudah ia lakukan namun hasilnya masih tetap sama. Nanda bangun dari sandarannya untuk mencoba meraih fokus yang lebih, sampai akhirnya ia berhasil mendapatkan kunci untuk membuka gerbang di dalam permainan itu.
Drrt! Drrt! Sebuah panggilan masuk berhasil membuat Nanda berpaling ke layar ponselnya, Andreas kembali menghubunginya pada siang hari ini. Nanda pun menjawab panggilan tersebut.
"Halo, kenapa Tak? Semalem gue udah tidur." Ucapnya.
"Kau sibuk ngga Bang hari ini?" Tanya Andreas.
"Ngga, Naya ngga jadi pulang juga. Kenapa Tak?" Tanya Nanda.
"Temui aku di Kedai Serampang sekarang bisa Bang?" Ajaknya.
"Mau ngapain Tak hari libur..."
"Ada yang mau aku tanya..." Andreas memotong ucapan Nanda, "penting kali ini Bang, ku tunggu ya di sana." Ucapnya.
Andreas memutuskan panggilan tanpa menunggu jawaban Nanda, yang tentu saja mengundang tanya. Nanda sempat menerka-nerka apa yang menjadi urusan penting bagi Andreas untuk menemuinya selain hari kerja.
"Yaudahlah sekalian jalan-jalan ke luar." Ucapnya seorang diri.
Nanda pun bergegas mengambil dompetnya yang ada di atas meja, setelah memastikan semuanya, akhirnya ia ke luar lalu mengunci pintu. Setibanya di lantai dasar, Nanda menuju Halte untuk naik bus ke tempat di mana Andreas mengajaknya. Beberapa menit berlalu dengan sengaja, Nanda turun di salah satu Halte lalu lanjut berjalan menuju sebuah jalan yang lebih kecil dan menanjak. Beberapa langkah berlalu, Nanda melihat Andreas yang sudah duduk sambil memainkan ponselnya.
"Ada apaan sih Tak?" Tanya Nanda.
Andreas bangun dari duduknya, "Bang, kau mau pesan minum sama makan dulu? Biar aku yang bayar kali ini."
"Kenapa lo gelisah gitu?" Tanya Nanda penasaran.
"Kau duduk dulu Bang..." Andreas berjalan ke arah pintu masuk, "aku pesankan minum sama makanan."
Nanda menatapnya dengan heran, akhirnya ia pun duduk sambil menyalakan rokok. Beberapa saat berlalu, Andreas datang membawakan minuman dan cemilan ke arahnya.
"Ada apaan sih Tak? Ngga biasanya lo kayak gini?" Tanya Nanda kesekian kalinya.
Andreas menghela nafas, "Kau ngga capek kan Bang? Isi kepala kau lagi baik-baik saja kan? Kau ngga lagi emosi kan? Ngga lagi mau hantam orang kan?"
"Lama-lama lo yang gue pukul." Ucap Nanda.
"Eh jangan Bang..." Andreas mengangkat tangannya, "mati aku dipukul sama kau yang lebih besar dari aku, minimal koma lah."
"Jadi ada apaan Tak?" Tanya Nanda.
"Kau dengarkan penjelasanku dulu ya. Jadi gini Bang, kau ingat kan semalam aku ada janji sama perempuan dari Sexaworld?..."
Nanda mengangguk pelan.
"...aku ketemu dia di Apartemen Sina, sambil nunggu dia aku duduk saja di kursi lobi sambil main ponsel. Aku dengar tuh Bang suara lift terbuka, mataku langsung liat ke arah sana. Ku kira aku ketemu sama dia, aku malah liat Naya ke luar sama laki-laki..."
Kedua mata Nanda terbuka dengan lebar.
"...dengarkan dulu ya Bang. Kukira aku salah liat, pas aku selesai dan turun lagi ke lobi, aku papasan sama dia tapi dia ngga sadar ada aku. Biar kau ngga anggap aku pembual, kau liat sendiri aja Bang..."
Andreas memberikan ponsel miliknya, ada sebuah foto Naya dengan sangat jelas sedang berlaku mesra dengan lelaki entah siapa. Nanda nampak bingung untuk melakukan apa, Andreas yang menyadari akan hal itu pun mengambil kembali ponselnya.
"...aku cuma mau yakinkan aja Bang, apa Naya benar-benar tugas ke luar kota? Apa kau benar-benar tau Bang?" Tanya Andreas.
Pandangan Nanda nampak kosong sekalipun matanya mengarah ke telapak tangannya, nafasnya terdengar cepat seperti menahan emosi yang ada di dalam dirinya. Tangannya yang semula terbuka berubah menjadi sebuah kepalan bertenaga, nafasnya pun semakin menjadi-jadi.
"Bukan aku mau ikut campur ya Bang..."
Nanda hanya mematung.
"...bagaimana kalau kau hubungi dia sekarang? Kau coba pastikan sekali lagi sebelum kau semakin menjadi-jadi, anggap saja kau tak tau apa-apa saat ini." Kata Andreas.
Nanda mengedipkan matanya beberapa kali dengan cepat, ia sempat menatap Andreas sebelum akhirnya ia mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celana yang ia kenakan. Nama Naya terpampang dengan jelas ketika ia menghubunginya, Nanda pun menyalakan pengeras suara dengan sengaja agar Andreas juga bisa mendengar.
"Halo Sayang." Jawab Naya.
"Kamu lagi sibuk?" Tanya Nanda.
"Hm, ngga terlalu sih, cuma abis ini aku harus ketemu lagi sama vendor. Kenapa?" Ucap Naya.
Nanda sempat menatap ke arah Andreas yang hanya bisa mematung mendengarkan obrolan mereka berdua. Nanda sempat menghela nafasnya panjang, memastikan semuanya terdengar biasa saja.
"Aku kangen sama kamu." Jawab Nanda.
"Kamu bisa aja, aku juga kangen sama kamu. Beberapa hari lagi aku pulang kok, kita jalan-jalan ya." Ucap Naya.
Andreas terdengar menghela nafasnya setelah mendengar apa yang baru saja ia dengar, namun ia tetap memilih diam dan tidak ikut campur urusan mereka.
"Oke, kamu atur aja nanti." Jawab Nanda.
"Nanti aku kabarin lagi ya, orang vendornya udah dateng. Love you." Ucap Naya.
Panggilan pun terputus begitu saja, Nanda kembali menghela nafasnya. Ia meletakkan ponselnya di atas meja lalu menyalakan sebatang rokok, Andreas pun mengikuti. Kepulan asap putih pun keluar dari mulut mereka, namun tersapu dengan cepat oleh angin pada siang hari ini.
Gelas berisi Ice Americano yang dipesan oleh Andreas untuk Nanda mulai berkeringat, menandakan suhu dingin yang mulai kembali menjadi normal. Satu batang rokok sudah habis, mereka pun membuang puntungnya ke dalam asbak yang tersedia di atas meja.
"Lo bawa mobil kan?" Tanya Nanda.
Andreas mengangguk, "Kita mau ke sana Bang? Apa kau mau pinjam?"
Nanda bangun dari duduknya, "Lo ikut sama gue."
Andreas langsung bangun dari duduknya, namun ia menyempatkan untuk memakan cemilan yang belum tersentuh sama sekali, dan akhirnya mereka berjalan menuju ke arah mobil diparkir. Tak membutuhkan waktu lama untuk mobil melaju menuju lokasi yang akan mereka tuju.
oktavp dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Kutip
Balas